Suami (al-Zawj) dan istri (al-Zawjah)

a. Suami (al-Zawj) dan istri (al-Zawjah)

Menurut Abu Husen Ahmad Ibnu Faris Ibnu Zakaria dalam kamusnya menyatakan :

Kata zawj yang terdiri dari huruf za, wawu, dan jim asalnya menunjukkan kepada pendamping sesuatu terhadap sesuatu seperti,

suami pendamping istri, dan istri pendamping keluarganya. Sesuai dengan ayat al-Qur'an

Dan Kami berfirman, "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (Q.S. al- Baqarah/2: 35)

Dan ayat yang lain

(Dan Allah berfirman), "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zhâlim". (Q.S.al-A'râf/7: 19)

Sedangkan al-Ragib al-Ashfihani dalam kamusnya menyatakan:

27 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 464

Kata zawj ada yang mengatakan artinya setiap patner/ pasangan laki- laki dan perempuan dalam jenis binatang yang berkawin adalah zawj dan setiap pasangan dalam binatang dan selainnya disebut juga zawj seperti sepasang sepatu, sepasang sandal, dan setiap pasangan satu dengan yang lain baik sejenis atau lawannya juga disebut zawj."

Seperti dalam al-Qur'an

Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki laki dan perempuan. (Q.S. al-Qiyâmah/75: 39)

Sedangkan menurut Ibnu Manzhur dalam kamus Lisân al-Arab

dinyatakan ٢ ٩ . ﺩﺮﻔﻟﺍ ﻑﻼﺧ ﺝﻭﺰﻟﺍ

(Kata zawj/pasangan beda dengan tunggal). Kemudian dia menjelaskan, bahwa kata zawj bisa diartikan pasangan, baik dua laki-laki, atau dua perempuan, kanan kiri, dua jenis yang berbeda seperti putih hitam, manis masam, langit bumi, musim panas dan dingin, malam, dan

siang. 30 Sedangkan kata zawjah dalam kamus Arab hanya digunakan untuk

makna perempuan, sebagaimana dinyatakan oleh Ibrahim Anis dalam kamus

al-Wasîth ٣١ . ﻞﺟﺮﻟﺍ ﺓ ﺃ ﺮﻣﺍ : ﺔﺟﻭﺰﻟﺍ (zawjah adalah istri seorang laki-laki).

Konsep berpasang-pasangan dalam al-Qur'an menurut Nasaruddin Umar adalah "lebih bersifat fungsional, holistik, sakral, dan didasari oleh

kasih sayang yang penuh rahmat (mawaddah wa rahmah)." 32

28 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…, h. 220

30 Ibnu Manzhur, Lisân al-Arab…, h. 1884 Ibnu Manzhur, Lisân al-Arab…, h. 1885

32 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 406 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 179 32 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 406 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 179

Kata ﺏﻻﺍ diambil dari kata ﻮﺑﺍ yang artinya pendidikan dan makanan. Seperti kalimat ﺊﺸﻟﺍ ﺕﻮﺑﺍ artinya saya telah memakan sesuatu. Kemudian kata

ﺏﻻﺍ 33 diartikan ayah dan jamaknya ﺓﻮﺑﺍﻭ ﺀﺎﺑﺍ . Al-Ragib al-Ashfihani mendefinisikan kata ﺏﻻﺍ yaitu:

ﲔﻨﻣﺆﳌﺍ ﺎﺑﺍ ﻢﻌﻠﺻ ﱮﻨﻟﺍ ﻰﻤﺴﻳ "Kata ﺏﻻﺍ diartikan ayah, dan semua orang yang menjadi sebab

terwujudnya sesuatu atau memperbaiki sesuatu, atau menampakkannya disebut ayah. Untuk itu Nabi Muhammad saw. disebut ayah orang- orang beriman."

Ada juga yang mengatakan:

Paman dan ayah, Ibu dan ayah, kake dan ayah disebut ﻦﻳﻮﺑﺍ (dua orang

tua)… dan pendidik manusia disebut juga ayah manusia.

Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah

Bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka." (Q.S. al- Zukhruf/43: 22)

Dalam kamus Lisân al-Arab disebutkan:

33 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 53 34 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…, h. 3 35 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…., h. 3

Kata ﺏﻻﺍ asalnya dari kata ﻮﺑﺍ dengan memfathahkan huruf ba karena

jamaknya ﺀﺎﺑﺍ seperti kata ﺀﺎﺣﺭﺍﻭ ﻰﺣﺭﻭ , ﺀﺎﻔﻗﺍﻭ ﺎﻔﻗ maka yang dibuang

adalah huruf wawu karena ketika kamu membuat kata itu menjadi mutsanna (makna dua) menjadi ﻥﺍﻮﺑﺍ .

Kata ﺏﻻﺍ dengan berbagai bentuknya dalam al-Qur'an menurut kamus alfâzh Al-Qur'an Al-Karîm 37 terulang 117 kali. Kata ﺏﻻﺍ mengandung

beberapa makna antara lain:

1) Mengandung makna orang tua, kakek, atau paman terulang 64 kali yaitu dalam al-Qur'an Surat al-Baqarah/2: 133, 170, 170, 200; al-Nisâ’/4:11, 22; al-Mâidah/5: 104, 104; al-An'âm/6: 87, 91, 148; al-A'râf/7: 28, 70, 71, 95,

173; al-Taubah/9: 23, 24, Yûnus/10: 78; Hûd/11: 62, 87, 109; Yûsuf/12:

38, 40; al-Ra'du/13: 23; Ibrahîm/14: 10; al-Nahl/16: 35; al-Kahfi/18: 5; al- Anbiyâ’/21: 44, 53, 54; al-Mu'minûn/23: 24, 68, 83; al-Nûr/24: 31, 31, 61; al-Furqân/25:18; al-Syu'arâ’/26: 26, 74, 76); al-Naml/27: 67, 68; al- Qashash/28: 36; Lukmân/31: 21; al-Ahzâb/33: 5, 5, 55; Saba/34: 43; Yâsîn/36: 6; al-Shafât/37: 17, 69, 126; Gâfir/40: 8; al-Zukhruf/43: 22, 23,

24, 29; al-Dukhân/44: 8, 36; al-Jâsyiah/45: 25; al-Najm/53: 23; al- Wâqi'ah/56: 48; al-Mujâdalah/58: 22. 38

2) Diartikan ayah kandung terulang 27 kali yaitu dalam al-Qur'an Surat Yûsuf/12: 4, 8, 9,11,16, 17,59, 61, 63, 65, 78, 80,80, 81, 81, 93, 97, 100; Maryam/19: 42, 43, 44, 45; al-Syu'arâ/26: 86; al-Qashash/28: 25,26; al-

Ahzâb/33: 40; al-Shafât/37: 102. 39

3) Diartikan Adam dan Hawa pada al-Qur'an Surat al-A'râf/7: 27

36 Ibnu Manzhur, Lisân al-Arab…, h.15 37 Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an…, h.4-7 38

Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an …, h. 4-5 39 Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an…, h. 5-7

4) Sebagai kunyah (panggilan) untuk Abdu al-Uzza paman Nabi yaitu Abu

Lahab yang tercantum dalam al-Qur'an Surat al-Lahab/111: 1

5) Diartikan kakek terdapat pada al-Qur'an Surat al-An'âm/6: 74; al- Taubah/9: 114; Yûsuf/12: 4, 8, 63; Maryam/19: 42; al-Anbiyâ’/2: 52; al- Haj/22: 78; al-Syuarâ/26: 70; al-Shafât/37: 85; al-Zukhruf/43: 26, al- Mumtahinah/60: 4; Abasa/80: 35.

6) Bila dijadikan mutsannâ (makna dua) diartikan ayah dan ibu, terulang 11 kali yaitu pada al-Qur'an Surat al-Nisâ/4:11; Yûsuf/12: 6, 68, 94, 99, 100;

al-Kahfi/18: 80, 82; Maryam/19: 28; al-Qashash/28: 23). 40 Dari klasifikasi makna di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kata ﺏﻻﺍ yang berbentuk mufrad diartikan ayah kandung, sedangkan bila berbentuk jamak diartikan orang tua, nenek moyang (kakek), atau paman. Sedangkan bila bentuk mutsanna (makna dua) diartikan ayah dan ibu, atau paman dan ayah atau ayah dan kakek. Kecuali dalam al-Qur'an Surat al- A'râf/7 ayat 27 diartikan Adam dan Hawa, dan di dalam al-Qur'an Surat al- Lahab/111 ayat 1 diartikan kunyah (sebutan) untuk Abdu al-Uzza paman Nabi dengan sebutan Abû Lahab.

Menurut Nasaruddin Umar, bahwa hampir semua kata ﺀﺎﺑﻻﺍ bentuk jamak dari kata ﺏﻻﺍ menunjuk kepada pengertian nenek moyang atau leluhur. Kata ﺏﻻﺍ dalam arti nenek moyang atau leluhur tidak mesti harus mengambil jalur laki laki, tetapi juga pada jalur perempuan. Sehingga istilah nenek moyang ﺀﺎﺑﻻﺍ lebih cenderung menekankan pada kualitas jender daripada identitas jenis kelamin. Berbeda dengan kata ﺪﻟﺍﻮﻟﺍ (ayah) yang cenderung

menekankan aspek jenis kelamin (sex). 41

40 Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an…, h. 6-7 41 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 181

Sedangkan kata ﻡ ﻷ ﺍ bisa juga digunakan dengan kata ﺓﺪﻟﺍﻮﻟﺍ

sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur'an

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Baqarah/2: 233)