Analisis Mekanisme Alokasi Air Minum Lintas Wilayah

3.2.2. Analisis Mekanisme Alokasi Air Minum Lintas Wilayah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mekanisme alokasi air minum lintas wilayah sebagai upaya resolusi konflik air minum lintas wilayah di kawasan Gunung Ciremai.

a. Metode Pengumpulan Data

Mekanisme alokasi air minum lintas wilayah yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik wilayah yang akan menerapkannya. Prioritas mekanisme alokasi air minum lintas wilayah dianalisis melalui pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process ). Karena pendekatan AHP berbasis pada expertises judgement, maka pemilihan responden ditujukan pada responden yang benar-benar memahami permasalahan pengelolaan air minum lintas wilayah tersebut. Dalam hal ini responden dipilih dari kalangan pengguna air, birokrasi pemerintah daerah, legislatif, perguruan tinggi, pengelola air, dan lembaga swadaya masyarakat dengan jumlah responden sebanyak 15 orang.

Ada empat tipe mekanisme alokasi air minum lintas wilayah yang akan dipertimbangkan untuk dipilih, yaitu : alokasi oleh pemerintah, alokasi berbasis pengguna, pasar air, dan MCP (marginal cost pricing). Keempat tipe mekanisme tersebut merupakan mekanisme alokasi air yang dikenal luas di dunia (Dinar et al. , 2001). Perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis proses AHP dalam penelitian ini adalah HIPRE 3+.

Pelaksanaan penelitian terdiri atas : (1) studi pustaka dan diskusi untuk menyusun rancangan hirarki; (2) penyusunan kuisioner untuk pengumpulan data primer; (3) wawancara dan pengisian kuisioner oleh responden; (4) tabulasi data kuisioner; (4) operasionalisasi model HIPRE3+ dengan input data dari hasil pengisian kuisoner; (5) analisis keluaran hasil HIPRE3+ yang digunakan dalam menyusun prioritas mekanisme alokasi air minum lintas wilayah di kawasan Gunung Ciremai. Data yang digunakan dalam kajian ini berupa data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner oleh responden (Lampiran 11).

Penyusunan hirarki dilakukan berdasarkan studi pustaka dan diskusi dengan

kawasan Gunung Ciremai. Kegiatan penyusunan hirarki dalam kegiatan penelitian ini dilakukan pada waktu pra-penelitian. Hirarki disusun mulai dari tingkatan (level) paling tinggi sampai paling rendah dalam hirarki. Tingkatan tertinggi merupakan fokus, disusul faktor yang dipertimbangkan, pelaku (aktor) yang berperan dalam hirarki, tujuan setiap aktor, dan tingkatan paling rendah adalah alternatif yang dipertimbangkan dalam mencapai tujuan. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka dan diskusi dengan pelaku/pelaku diperoleh struktur hirarki mekanisme alokasi air minum lintas wilayah untuk kawasan Gunung Ciremai sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3 (Ramdan, 2004). Prinsip penilaian dalam AHP adalah membandingkan secara berpasangan (pairwise comparisons) tingkat kepentingan satu elemen dengan elemen lainnya yang berada dalam satu tingkat atau level berdasarkan pertimbangan tertentu. Nilai yang diberikan berada dalam skala nilai pendapat yang dikeluarkan oleh Saaty (1993) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3. Nilai rata-rata geometrik dari semua responden untuk setiap nilai pendapat yang dibandingkan dimasukkan ke dalam HIPRE3+. Adapun tahapan pengolahan data secara manual disajikan pada Lampiran 12. Sasaran yang diharapkan adalah tercapainya mekanisme alokasi air minum lintas wilayah yang realible dan acceptable sebagai dasar pengembangan kelembagaan pengelolaan air minum lintas wilayah di kawasan Gunung Ciremai.

Alokasi Air Minum Lintas Wilayah

Gambar 3. Hirarki Mekanisme Alokasi Air Minum Lintas Wilayah

Tabel 3. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan (Saaty, 1993)

Intensitas Keterangan Penjelasan Kepentingan

1 Kedua elemen sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih

Pengalaman dan pertimbangan sedikit 3 penting daripada elemen yang menyokong satu elemen atas elemen lainnya lainnya

Elemen yang satu sedikit lebih 5 cukup daripada elemen yang

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas lainnya

lainnya Satu elemen jelas lebih penting

Satu elemen yang kuat disokong dan 7 daripada elemen lainnya dominannya telah terlihat dalam praktek

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas Satu elemen mutlak penting 9 yang lainnya memiliki tingkat penegasan daripada elemen lainnya tertinggi yang mungkin menguatkan

Nilai-nilai antara dua nilai Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di

pertimbangan yang berdekatan

antara dua pilihan

Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, Kebalikan maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Dalam penelitian ini selain menentukan mekanisme alokasi air minum lintas wilayah yang sesuai, juga dilakukan kajian tentang penentuan harga air yang efisien diantara dua wilayah ditentukan dengan metode yang dikembangkan oleh Roumaset dan Smith (2001). Mata air yang dijadikan sampel untuk alokasi ini adalah mata air Paniis yang aliran airnya memasok kebutuhan air minum masyarakat di Kota Cirebon. Responden adalah rumah tangga yang memanfaatkan air minum yang bersumber dari kawasan tersebut dengan jumlah sampel rumah tangga yang diambil adalah 80 orang, masing-masing 40 orang rumah tangga yang tinggal di Kabupaten Kuningan dan 40 rumah tangga di Kota Cirebon. Pelaksanaan penelitian meliputi : (a) pembuatan kuisioner; (b) wawancara langsung dan pengisian kuisioner; dan (c) tabulasi data dan analisis persamaan kurva permintaan air.

Untuk setiap wilayah terlebih dahulu dibuat kurva permintaan air minum untuk wilayah Kuningan (q 1 ) dan Cirebon (q 2 ) dengan variabel yang digunakan

adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan 1 m 3 air (x

1 ), pendapatan per bulan (x 2 ), dan jumlah anggota keluarga (x 3 ). Dalam hal ini q 1 dan q 2 merupakan 1 ), pendapatan per bulan (x 2 ), dan jumlah anggota keluarga (x 3 ). Dalam hal ini q 1 dan q 2 merupakan

b. Analisis Data Keluaran hasil pengolahan data oleh perangkat lunak HIPRE3+ dianalisis untuk menentukan prioritas mekanisme alokasi air minum lintas yang sesuai untuk diterapkan di kawasan Gunung Ciremai. Berdasarkan urutan prioritas tersebut maka tipe mekanisme yang berada di prioritas teratas adalah tipe mekanisme alokasi air minum lintas wilayah yang sebaiknya diterapkan di kawasan tersebut.

Model regresi untuk kurva permintaan air minum yang cocok dipilih dengan memperhatikan nilai nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan hasil uji F. Dari kurva permintaan masing-masing wilayah (q 1 dan q 2 ) selanjutnya dibuat kurva permintaan gabungan DD. Interseksi kurva DD terhadap kurva penawaran (S) mendapatkan harga air yang efisien (P*). Dengan diketahui P*, maka alokasi air

air minum wilayah Kuningan (q 1 ) dan Cirebon (q 2 ) diketahui.