Ketersediaan dan Kebutuhan Air Minum

4.2. Ketersediaan dan Kebutuhan Air Minum

Mata air yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah mata air di Kecamatan Darma, Jalaksana, dan Pasawahan.

Mata Air Darmaloka Di kawasan Darmaloka terdapat dua sumber mata air yang cukup besar, yaitu mata air Darmaloka-1 dan Darmaloka-2. Mata air yang berada di kawasan Darmaloka berupa mata air gravitasi karena aliran air tanah yang mengalir terpotong topografi, dan keluar melalui celah dan rongga antar butir, pada batuan breksi gunung api. Mata air ini berada pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut (dpl).

Mata air di Darmaloka-1 sebagian besar dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai sumber air minum. Pengambilan dilakukan menggunakan pipa dimana jumlah pipa yang kurang labih 158 pipa dengan ukuran bervariasi mulai dari ¾ inci sampai 3 inci. Air tanah sebelum digunakan ditampung pada bak dengan ukuran lebar 4,5 m, panjang 30 m dan kedalaman rata-rata 0,85 m. Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada diperkirakan debit air mencapai 200 l/dtk. Sebagian airnya mengalir yang tidak dimanfaatkan dan masuk ke pipa, dialirkan ke kolam rekreasi Darmaloka seterusnya masuk ke Waduk Darma. Pemanfaatan dan pengelolaan mata air pada lokasi ini belum berjalan sistematis dan terorganisir baik, sehingga pemanfaatannya belum optimal.

Mata air di Darmaloka-2 sebagian besar dimanfaatkan oleh penduduk setempat dan PDAM Kabupaten Kuningan sebagai sumber air minum. Pengambilan air dilakukan menggunakan pipa. Jumlah pipa yang terpasang adalah

3 buah dengan ukuran diameter antara 2 inci sampai 3 inci, sebelumnya air ditampung pada bak dengan ukuran lebar 2 meter dan panjang 2,5 meter, dengan kedalaman 90 cm. Dari hasil pengukuran dari beberapa ukuran pipa diperkirakan debitnya mencapai 300 l/dtk. Sebagian besar airnya mengalir ke kolam renang dan selanjutnya masuk ke Waduk Darma. Pemanfaatan mata air pada lokasi ini belum optimal. Total debit air yang berasal dari kawasan air Darmaloka mencapai 500 l/dtk. Hasil analisis kualitas air yang ditampilkan pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa air yang berasal dari kawasan ini memenuhi persyaratan 3 buah dengan ukuran diameter antara 2 inci sampai 3 inci, sebelumnya air ditampung pada bak dengan ukuran lebar 2 meter dan panjang 2,5 meter, dengan kedalaman 90 cm. Dari hasil pengukuran dari beberapa ukuran pipa diperkirakan debitnya mencapai 300 l/dtk. Sebagian besar airnya mengalir ke kolam renang dan selanjutnya masuk ke Waduk Darma. Pemanfaatan mata air pada lokasi ini belum optimal. Total debit air yang berasal dari kawasan air Darmaloka mencapai 500 l/dtk. Hasil analisis kualitas air yang ditampilkan pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa air yang berasal dari kawasan ini memenuhi persyaratan

Air yang keluar dari kawasan mata air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat di Kecamatan Darma dan Kuningan. Proyeksi kebutuhan air bagi dua kecamatan selama 30 tahun tersebut ditampilkan pada Lampiran 4 dan Gambar 8.

) ri /ha 20000000 lt

o ns 10000000

Tahun Ke-

Gambar 8. Proyeksi Konsumsi Air Minum Masyarakat di Kecamatan Darma dan Kuningan selama 30 tahun

Hasil perhitungan kebutuhan air selama 30 tahun menunjukkan bahwa jumlah pasokan air dari kawasan tersebut sebesar 500 l/dtk atau 43,2 juta liter/hari masih lebih besar dari kebutuhan air masyarakat (26,03 juta liter/hari), bahkan terdapat air berlebih sebesar 17,17 juta liter/hari.

Mata Air Cibulan Mata air Cibulan termasuk mata air gravitasi, dimana aliran air tanah yang mengalir terpotong oleh topografi, yang keluar melalui celah dan rongga antar butir, pada batuan breksi gunung api. Mata air ini berada pada ketinggian 650 m diatas permukaan laut (dpl) dengan debit air mencapai 400 l/dtk. Potensi air minum pada lokasi ini baru sebagian kecil yang dimanfaatkan oleh PDAM Mata Air Cibulan Mata air Cibulan termasuk mata air gravitasi, dimana aliran air tanah yang mengalir terpotong oleh topografi, yang keluar melalui celah dan rongga antar butir, pada batuan breksi gunung api. Mata air ini berada pada ketinggian 650 m diatas permukaan laut (dpl) dengan debit air mencapai 400 l/dtk. Potensi air minum pada lokasi ini baru sebagian kecil yang dimanfaatkan oleh PDAM

Air yang keluar dari kawasan mata air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat di Kecamatan Jalaksana dan sekitarnya. Proyeksi kebutuhan air bagi kecamatan ini selama 30 tahun tersebut ditampilkan pada Lampiran 5 dan Gambar 9.

a ri 6000000

Tahun ke-

Gambar 9. Proyeksi Konsumsi Air Minum Masyarakat di Kecamatan Jalaksana dan sekitarnya selama 30 tahun

Hasil perhitungan kebutuhan air minum selama 30 tahun menunjukkan bahwa jumlah pasokan air dari kawasan tersebut sebesar 400 l/dtk atau 34,56 juta liter/hari masih lebih besar dari kebutuhan air masyarakat (8,5 juta liter/hari), bahkan terdapat air berlebih sebesar 26,06 juta liter/hari.

Berdasarkan hasil analisis terhadap ketersediaan air dan kebutuhan air minum menunjukkan bahwa potensi konflik air minum jarang terjadi diantara wilayah yang kebutuhan air minumnya mampu dipenuhi oleh jumlah air yang tersedia. Tidak terjadi kekurangan atau kelangkaan air di dalam wilayah Kabupaten Kuningan dan rendahnya potensi konflik dalam pemanfaatan air minum di wilayah tersebut menunjukkan bahwa ketidaklangkaan sumberdaya

(air) memiliki peluang kecil untuk memicu terjadinya konflik air sebagaimana teori konflik berbasis kelangkaan yang dikemukakan oleh Spector (2001).

Mata Air Paniis Mata air Paniis termasuk mata air gravitasi dimana aliran air tanah yang terpotong oleh topografi, dan keluar melalui celah dan rongga antar butir, berada batuan breksi gunung api. Mata air ini berada pada ketinggian 375 m diatas permukaan laut (dpl). Air yang berasal dari mata air Paniis ini memasok air minum untuk PDAM Kota Cirebon. Pasokan air minum untuk Kota Cirebon dari Paniis telah berlangsung sejak jaman Belanda. Pemerintah Belanda, pada tahun 1937, membangun sistem penyediaan air minum untuk Kota Cirebon dengan kapasitas penyediaan air sebesar 33 l/dtk dari mata air Paniis dengan sistem sumur pengumpul vertikal yang berlokasi di Desa Paniis Kabupaten Kuningan. Lokasi tersebut berjarak ± 22 Km dari Kota Cirebon. Sumur pengumpul vertikal berupa terowongan ini merupakan penampung air yang berasal dari 15 sumur vertikal berdiameter 200 mm dengan kedalaman bervariasi antara 2 m sampai dengan 8 m. Panjang terowongan 119,6 m ke dalam kaki Gunung Ciremai. Kapasitas produksi pada tahun 1960 ditingkatkan menjadi 100 l/dtk dengan menambah pipa berdiameter 350 mm. Dari sumber ini air disalurkan melalui pipa berdiameter 250 mm menuju instalasi pengolahan yang terletak 270 m dari sumber air. Kapasitas total debit mata air Paniis berhasil ditambah menjadi 860 l/dtk pada tahun 1982. Penambahan ini berasal dari sumber air berupa sumur pengumpul berdiameter dalam 4 m dan diameter luar 5 m, dengan kedalaman lebih 7 m yang mengumpulkan air dari 24 buah sumur horisontal yang ada di sekelilingnya yang berdiameter 200 mm dengan panjang antara 9 m sampai 32,5 m. Air dialirkan melalui pipa berdiameter 700 mm dari sumur pengumpul ke instalasi pengolahan di Plangon yang berjarak ± 8.195 m dari Paniis.

Mata air Paniis merupakan sumber air minum andalan utama untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kota Cirebon. Alternatif sumber air minum lainnya yang berasal dari air tanah dalam di sekitar Kota Cirebon dari jumlah dan kualitasnya kurang memenuhi kebutuhan air minum masyarakat akan air minum. Berdasarkan peta potensi air tanah cekungan Cirebon (Gambar 10), Mata air Paniis merupakan sumber air minum andalan utama untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kota Cirebon. Alternatif sumber air minum lainnya yang berasal dari air tanah dalam di sekitar Kota Cirebon dari jumlah dan kualitasnya kurang memenuhi kebutuhan air minum masyarakat akan air minum. Berdasarkan peta potensi air tanah cekungan Cirebon (Gambar 10),

Gambar 10. Peta Potensi Air Tanah Cekungan Cirebon (Wahyudin, 2000)

Produksi air minum, debit air yang diijinkan, dan curah hujan tahunan dari mata air Paniis disajikan pada Gambar 11. Debit air total mata air Paniis adalah 860 l/dtk yang pada musim hujan dapat meningkat di atas 1.000 l/dtk. Mata air Paniis merupakan sumber air minum yang dikelola oleh PDAM Kota Cirebon untuk melayani penduduk Kota Cirebon dan beberapa daerah wilayah Kabupaten Cirebon dengan jumlah pelanggan sampai bulan Maret tahun 2003 mencapai 51.344 pelanggan air minum dan pelayanan pengelolaan air limbah sampai tahun 2002 mencapai 8.130 unit pelanggan. Kapasitas terpasang yang dimanfaatkan oleh PDAM Kodya Cirebon adalah 860 l/dtk, dan debit yang diijinkan oleh Pemda Kabupaten Kuningan sebesar 750 l/dtk berdasarkan surat ijin pengambilan air (SIPA) yang dikeluarkan oleh Kantor Sumberdaya Air dan Mineral Kabupaten Kuningan Nomor 616/039/SDAM/2003. Pengambilan air yang melebihi SIPA memicu konflik antara Pemda Kabupaten Kuningan dengan Kota Cirebon yang terjadi pada pertengahan sampai akhir tahun 2004. Peningkatan konsumsi air minum masyarakat di Kota Cirebon yang terus meningkat menjadi alasan bagi PDAM Kota Cirebon untuk mengambil air di atas yang diijinkan. Hasil perhitungan kebutuhan air minum selama 30 tahun menunjukkan bahwa jumlah pasokan air dari kawasan tersebut sebesar 860 l/dtk atau 74,304 juta liter/hari, atau

apabila sesuai SIPA sebesar 750 l/dtk atau 64,8 juta l/dtk 18 . Jumlah air yang tersedia dikaitkan dengan kebutuhan air masyarakat Kota Cirebon sebesar 86,8

juta liter/hari pada 30 tahun mendatang, ternyata jumlahnya tidak mencukupi sehingga upaya untuk menambah debit dari mata air di sekitar kawasan Paniis perlu dilakukan. Untuk mencukupi kebutuhan air tersebut dibutuhkan debit air sebesar 1.005 l/dtk, sehingga dibutuhkan tambahan debit air sebesar 255 l/dtk.

18 Jumlah debit air dari mata air Paniis pada saat terjadinya konflik air antara Kabupaten Kuningan dengan

Kota Cirebon merupakan salahsatu isu pokok yang muncul. Pemda Kabupaten Kuningan mensinyalir adanya pengambilan air oleh PDAM Kota Cirebon yang melebihi total debit yang diijinkan sesuai SIPA. Untuk membuktikan hal tersebut, Dinas Sumberdaya Air dan Pertambangan Kabupaten Kuningan melakukan pengukuran terhadap debit air yang keluar dari Mata Air Paniis. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa besarnya debit adalah 1.045,2 liter per detik (Harian Pikiran Rakyat, 3 Nopember 2004). Fakta ini makin mempertegas tuntutan Pemda Kuningan untuk mendapatkan dana kompensasi, bahkan apabila tidak dipenuhi maka pengurangan debit akan dilakukan. Ancaman untuk mengurangi debit air ini ditanggapi serius oleh Pemda Kota Cirebon dan menyanggupi untuk memberikan sejumlah dana kompensasi yang diminta oleh Pemda Kabupaten Kuningan. Beberapa pihak memprediksikan apabila pengurangan debit tersebut dilakukan akan menimbulkan krisis air bersih di Kota Cirebon dan bisa memicu

2000000 P r oduksi Air 2000

P r oduksi Air 2001

1500000 P r oduksi Air 2002

P r oduksi Air 2003 Cur a h Huja n 2000

Cur a h Huja n 2001 Cur a h Huja n 2002

Cur a h Huja n 2003