Aspek Teknis

Satuan Contoh Daun

Satuan contoh daun atau Leaf sampling unit (LSU) merupakan satuan pengambilan contoh daun kelapa sawit yang mewakili luasan areal tertentu. Contoh daun selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan kebutuhan pupuk tanaman dalam areal tersebut. Kegiatan pengambilan contoh daun ini akan menghasilkan rekomendasi pemupukan oleh Departemen Riset Astra Agro Lestari.

Kegiatan diawali dengan persiapan anggota khusus sebanyak 2 orang dan

1 orang koordinator (mandor proteksi tanaman). Pemberian tanda baris LSU dan pokok LSU dengan cat berwarna biru. Karyawan ke lapangan menuju LSU yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan membawa perlengkapan. Perlengkapan yang dibawa antara lain egrek, pisau pemotong, meteran, dan plastik kresek. Pokok sampel LSU diukur tingginya dengan menggunakan egrek yang telah diberi ukuran dan menggantungkannya pada pelepah 17. Bila tinggi tanaman melebihi panjang egrek maka pada egrek ditambahkan meteran. Alasan pemilihan daun ke-

17 karena daun ke-17 menggambarkan status hara tanaman tersebut dan sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam status hara tanaman. Data tinggi tanaman dicatat pada formulir yang telah disiapkan beserta gejala defisiensi hara tanaman tersebut.

Potong pelepah ke-17 kurang lebih 1.5 m dari ujung batang pohon. Pelepah yang jatuh diperiksa suntilnya untuk diambil 4 helai daunnya (2 sebelah kanan 2 sebelah kiri). Empat helai daun tersebut diambil bagian tengah daunnya Potong pelepah ke-17 kurang lebih 1.5 m dari ujung batang pohon. Pelepah yang jatuh diperiksa suntilnya untuk diambil 4 helai daunnya (2 sebelah kanan 2 sebelah kiri). Empat helai daun tersebut diambil bagian tengah daunnya

Norma yang berlaku pada kegiatan ini adalah 1 blok/HK untuk dua orang anggota tersebut. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah anggota tersebut belum kompeten untuk menentukan daun ke-17, sehingga hasil akan mempengaruhi analisis laboratorium. Pengirisan daun juga tidak boleh terlalu tipis karena dapat menyebabkan daun tersebut gosong di dalam oven.

Pemupukan

Pemupukan adalah penambahan unsur hara ke dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu semester I (Februari - Juni) dan semester II (Agustus - Desember). Jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan pada semester I adalah NPK,

Rock phosphate (30% P 2 O 5 ), Muriate of Potash (60% K 2 O), Kieserite (27% MgO), dan Dolomite (60% CaCO 3 ). Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil analisis daun atau leaf sample unit (LSU) yang dibuat oleh head office (HO). Rekomendasi disampaikan kepada kebun pada awal tahun dan digunakan sebagai acuan pemupukan tahun tersebut.

Pemupukan akan dapat mencapai sasaran jika dalam pelaksanaannya dilakukan dengan prinsip 5 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu serta tepat tempat. Kegiatan pemupukan juga menjadi sangat penting karena 50 - 60% biaya perawatan berasal dari pemupukan. Kebutuhan tenaga pupuk disesuaikan dengan tonase pupuk yang akan diaplikasikan berdasarkan kalibrasi. Alat yang digunakan dalam pemupukan adalah ayakan dan takaran pupuk, dapat dilihat pada Gambar 3.

Kegiatan pemupukan diawali dengan persiapan piringan dan gawangan yang telah siap dipupuk, dengan standar piringan bersih gulma dan gawangan dapat dilalui. Persediaan pupuk di gudang mencukupi dan dilakukan kegiatan penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang pupuk berdasarkan dosis/pohon yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar penguntilan. Satu karung untilan biasanya berisi 12.5 kg pupuk. Pupuk yang diuntil dimasukkan ke dalam karung dan diikat dengan menggunakan tali. Norma kerja penguntilan sebesar 1.25 ton/HK. Kesalahan dosis penguntilan banyak terjadi di lapangan. Penguntil tidak menimbang pupuk secara akurat karena mengejar waktu agar norma kerja tercapai. Pekerja juga tidak menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan baik kulit maupun pernafasan.

Pelangsiran pupuk ke lapangan dilakukan dengan mobil truk. Pelangsiran dilakukan pagi hari sebelum KHL pupuk apel pagi. Apel pagi dilakukan untuk membagi kelompok dan menjelaskan kembali aturan pemupukan. Pupuk dilangsir dengan cara dijatuhkan dari atas truk ke setiap baris pokok pada pinggiran blok. Dengan mengetahui dosis/pokok serta jumlah pokok dalam satu baris, maka akan diketahui berapa jumlah untilan yang dibutuhkan tiap baris blok tersebut. KHL yang telah dibagi menjadi beberapa pasangan diberikan nomor urut untuk mempermudah pembagian baris blok. KHL mengecer pupuk ke dalam blok.

Penaburan pupuk dilakukan setelah pengeceran ke dalam blok sudah dilakukan seluruhnya. Pengawasan pemupukan menggunakan sistem “Gang”

yang berarti semua supervisi yang terdiri dari kepala afdeling beserta mandor rawat dari semua afdeling dalam rayon kebun yang sama harus datang dan mengawasi pelaksanaan pemupukan afdeling tersebut. Sistem ini memiliki kelebihan dalam hal pengawasan sehingga pelaksanaan pemupukan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai.

Cara penaburan dengan menuangkan pupuk ke takaran lalu diisi ke dalam ayakan dan digoyangkan dengan tangan sehingga pupuk tersebar secara merata di piringan dengan radius 1.5 meter dari pokok tanaman. Proses penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 3.

(a) ayakan dan takaran (b) penaburan pupuk Gambar 3. Alat dan Penaburan Pupuk.

Penaburan tidak boleh di atas bongkahan kayu, mengenai pelepah dan pokok, atau pada piringan yang masih bergulma. Setelah kegiatan pemupukan selesai, karung-karung bekas pupuk dikumpulkan dan diantar kembali ke gudang dengan mobil transport KHL. Sistem kerja pemupukan dilakukan dengan target harian 7 jam kerja dengan prestasi kerja 200 kg/hk tergantung kondisi areal kebun.

Sensus Produksi

Sensus produksi terdiri dari sensus produksi empat bulanan, sensus produksi bulanan dan sensus produksi harian. Sensus produksi empat bulanan dilakukan dengan cara menghitung seluruh buah yang ada. Sensus dilaksanakan pada minggu ke-IV pada bulan Desember, April, dan Agustus setiap tahun. Sensus empat bulan digunakan untuk menghitung taksasi produksi, kebutuhan pemanen dan transportasi empat bulan ke depan.

Sensus produksi bulanan dilakukan dengan menghitung kembali buah- buah merah yang akan dipanen bulan depan. Pelaksanaan taksasi bulanan dilakukan setiap bulan minggu ke-IV. Sensus bulanan ini akan mengoreksi proporsi bulanan hasil sensus empat bulan. Sensus produksi harian dilakukan oleh mandor 1 untuk menghitung produksi ke-esokan harinya berdasarkan kriteria buah masak. Sensus harian dipergunakan untuk mengatur tenaga pemanen dan transportasi. Pelaksanaan sensus produksi harian dilakukan satu hari sebelum panen.

Sensus produksi dilakukan dengan cara mengamati keadaan buah dan menghitung jumlah pokok pada blok yang disensus tersebut. Pengambilan sampel pokok sensus sebanyak sepuluh persen dari total jumlah pokok dalam satu blok.

Data sensus akan menjadi acuan pihak Head Office (HO) untuk menentukan target produksi bulanan. Norma kerja sensus produksi yaitu 60 ha/HK atau sekitar dua blok/HK.

Pemanenan

Pemanenan adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit. Tugas utama tenaga kerja panen yaitu menurunkan buah dari pokok dengan tingkat kematangan yang telah ditetapkan dan mengantarkannya ke TPH dengan cara dan waktu yang tepat. Tujuan kegiatan pemanenan adalah untuk mendapatkan produksi dan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Keberhasilan panen terletak pada tenaga pemanen, alat panen serta sistem panen yang diterapkan.

Sistem panen yang digunakan akan mempengaruhi pembagian hanca panen, penentuan tenaga panen, pengawasan panen, serta pengangkutan TBS. Afdeling menggunakan sistem hanca giring tetap. Sistem ini merupakan kombinasi dari kedua sistem panen. Melalui sistem ini, TBS dapat keluar ke TPH lebih cepat dan pembagian hanca yang tetap sehingga akan mempermudah pengawasan panen. Pemanen harus menyelesaikan blok panen secara tuntas tanpa ada pengulangan.

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen adalah luasan areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan rotasi panen yang dijalankan. Satu seksi panen biasa dikerjakan tuntas dalam satu hari. Pelaksanaan di kebun biasa menggunakan rotasi 6/7 yang artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen bisa berubah tergantung kondisi kerapatan buah. Rotasi panen 9/10 biasa digunakan pada saat kerapatan buah sedang rendah.

Kriteria panen merupakan indikasi saat yang tepat kapan buah harus dipanen. Kriteria umum yang digunakan adalah warna tandan buah dan jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Buah dikatakan matang apabila berwarna merah orange dan memenuhi kriteria fraksi dua. Fraksi dua artinya terdapat dua buah Kriteria panen merupakan indikasi saat yang tepat kapan buah harus dipanen. Kriteria umum yang digunakan adalah warna tandan buah dan jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Buah dikatakan matang apabila berwarna merah orange dan memenuhi kriteria fraksi dua. Fraksi dua artinya terdapat dua buah

Alat-alat panen yang digunakan antara lain dodos (tinggi pohon kurang dari 4 meter), egrek (tinggi pohon lebih dari 4 meter), angkong sebagai alat angkut TBS dan brondolan ke TPH, gancu sebagai alat bongkar TBS , dan tomasun. Tomasun merupakan kapak khusus Astra Agro Lestari untuk memotong tangkai tandan buah yang panjang sehingga membentuk “cangkem kodok” atau huruf V pada bekas potongannya. Alat dan perlengkapan panen harus dibawa saat apel pagi sebelum kegiatan panen dimulai. Peralatan panen harus diasah pada sore harinya sehingga tidak mengganggu kegiatan panen. Kapak tomasun beserta hasil potongannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tomasun dan Cangkem Kodok

Pelaksanaan kegiatan panen diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh semua pemanen dari tiap kemandoran. Supervisi yang mengikuti apel pagi adalah mandor I, mandor panen, asisten afdeling dan terkadang juga asisten kebun. Supervisi memberikan arahan, evaluasi kegiatan panen yang telah dilaksanakan serta pembagian hanca panen. Setelah apel pagi selesai, pemanen masuk ke hanca yang telah dibagikan dengan membawa angkong, gancu, egrek, dodos, dan tomasun. Pemanen menuju pohon dan setelah memastikan buah matang, pemanen memotong pelepah dengan memperhatikan management canopy yang telah diarahkan. Setelah itu pemanen memotong buah dengan menggunakan egrek atau dodos sesuai ketinggian pohon yang dipanen. Pemanen harus menjaga jarak pada saat memanen agar buah maupun pelepah yang jatuh tidak ke arah pemanen.

Pemanen kemudian mengangkat pelepah dan menyusunnya di gawangan mati. Pemanen memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan menggunakan kampak tomasun. Hasil potongan harus berbentuk V (cangkem kodok) dengan syarat sisa tangkai tidak boleh lebih dari 2 cm. Pemanen kemudian pindah ke pohon berikutnya. Rata-rata pemanen membawa anggota keluarganya seperti istri maupun anaknya sebagai rekan yang membantu pemanen dalam mengangkut buah dari dalam hanca menuju TPH. Buah diangkut dengan menggunakan angkong menuju TPH. Proses bongkar-muat buah pada angkong menggunakan alat ganju. Rekan pemanen juga membantu mengutip brondolan yang tersebar di piringan serta gawangan lalu memasukkannya ke dalam karung dan memuatnya ke dalam angkong. Brondolan yang tertinggal di sekitar piringan dan gawangan tidak boleh lebih dari 2 biji.

Setelah angkong penuh, pemanen atau rekannya membawa angkong dan muatannya ke TPH, lalu menyusun TBS dan brondolan dengan rapi di atas terpal. Pemakaian terpal bertujuan untuk mengurangi jumlah kotoran yang dapat terbawa ke pabrik dan mempengaruhi rendemen minyak. Setelah semua TBS dalam hanca dipanen, pemanen diwajibkan mencatat hasil kerja di kupon pemanen setelah itu diletakkan pada salah satu janjang TBS di TPH. Hasil kerja yang diisi oleh pemanen antara lain nomor blok, TPH, pemanen serta jumlah janjang yang dipanen. Kriteria buah diisi oleh checker pada saat memuat buah ke truk. Kupon pemanen dapat dilihat pada Lampiran 6.

Dalam pelaksanaan pemanenan masih ditemukan beberapa kesalahan seperti memanen buah mentah, buah busuk, buah matang yang tertinggal di pohon dan di gawangan, serta brondolan tinggal baik di sekitar piringan maupun ketiak pelepah. Pemanen juga sering tidak memperhatikan kriteria songgo-dua saat menurunkan pelepah. Alat perlindungan diri seperti helm, baju lengan panjang dan sepatu boot juga kurang diperhatikan.

Organisasi panen terdiri dari mandor panen, krani panen, dan pemanen yang dibentuk agar pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Satu orang mandor panen membawahi 15 sampai 20 pemanen. Tenaga panen merupakan faktor penting dalam kegiatan pemanenan. Luas hanca panen yang harus diselesaikan pada taksasi normal antara 3 - 4 ha bergantung pada Organisasi panen terdiri dari mandor panen, krani panen, dan pemanen yang dibentuk agar pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Satu orang mandor panen membawahi 15 sampai 20 pemanen. Tenaga panen merupakan faktor penting dalam kegiatan pemanenan. Luas hanca panen yang harus diselesaikan pada taksasi normal antara 3 - 4 ha bergantung pada

Keterangan = SPH : Jumlah Tanaman per ha AKP : Angka Kerapatan Panen BJR : Bobot Janjang Rata-rata

Konservasi Air dan Tanah

Pengembangan yang sedang dilakukan oleh perusahaan berhubungan dengan konservasi baik tanah maupun air. Tanah mempunyai fungsi utama sebagai sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup tumbuhan.

Melihat begitu besarnya pengaruh tanah dan air bagi pertumbuhan tanaman, maka perbaikan-perbaikan sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas tanah serta ketersediaan air yang optimal. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Aplikasi abu boiler. Abu boiler merupakan salah satu limbah pabrik yang dimanfaatkan di dalam kebun. Abu boiler merupakan sisa dari cangkang kernel serta serat mesokarp kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan bakar tungku perapian di pabrik. Abu boiler ini mengandung unsur kalium yang berguna bagi tanaman.

Dosis yang digunakan adalah 25 kg/pokok. Abu boiler ini ditaburkan di atas tandan kosong (tankos). Abu boiler diaplikasikan dalam bentuk untilan dengan bobot 25 kg/until. Pekerjaan tabur abu boiler ini dikerjakan oleh buruh harian lepas dengan upah sebesar Rp.750/until.

Gambar 5. Abu Boiler

Rorak (organik, tadah hujan), dan parit irigasi. Merupakan beberapa kegiatan pengelolaan air yang dilakukan di afdeling OS PT.SLS. Kegiatan pengelolaan air ini dimaksudkan untuk memanfaatkan air yang datang seperti air hujan agar tidak langsung hilang baik oleh aliran permukaan (run-off) maupun infiltrasi, tapi dapat di bendung terlebih dahulu untuk dimanfaatkan oleh perakaran kelapa sawit.

Parit irigasi sengaja dibuat di sepanjang blok untuk mengalirkan air yang telah dibendung dari parit besar, agar penyebaran air tanah dapat lebih merata dan dimanfaatkan oleh pokok kelapa sawit di sepanjang blok. Pembuatan parit irigasi dikerjakan oleh BHL dengan norma kerja 15 meter/HK.

Rorak tadah hujan dibuat untuk memanfaatkan air hujan yang datang sehingga tertampung untuk sementara di dalam rorak dan diserap lebih lama dan optimal oleh perakaran kelapa sawit di sekitarnya. Satu buah rorak tadah hujan mewakili empat buah pokok kelapa sawit. Rorak tadah hujan dikerjakan oleh BHL dengan norma kerja empat rorak/HK.

Rorak organik dibuat untuk setiap pokok kelapa sawit di dalam blok. Dengan demikian, jumlah rorak organik sama dengan jumlah pokok dalam satu blok. Rorak organik dibuat untuk menampung pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20 kg/rorak. Dengan perlakuan ini, diharapkan akan memperbaiki sifat fisik tanah serta menambah unsur hara pada tanah tersebut. Selain pupuk kandang, rorak ini juga dapat dimasukkan bahan organik lainnya seperti kompos dan daun-daun busuk. Spesifikasi bangunan rorak dan parit irigasi serta bangunan konservasi yang telah diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tanam Neprolephis. Neprolephis ditanam pada lokasi tanaman menghasilkan (TM). Tujuan dari penanaman Neprolephis ini antara lain untuk mengurangi run-off, mengurangi erosi tanah serta menjaga kelembaban tanah. Neprolephis juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya. Tanam Neprolephis memiliki norma kerja 22 titik/HK. Tabel 5. Spesifikasi Ukuran Bangunan Konservasi

Bangunan Konservasi

Ukuran (panjang x lebar x dalam)

Rorak tadah hujan 3m x 0,8m x 0,8m Tandon air

18m x 3m x 1,5m Long-bed tadah hujan

9m x 0,8m x 1m Flat-bed tadah hujan

3m x 2m x 0,4m Rorak organik

1,5m x 0,6m x 0,5m Parit irigasi

4m x 0,6m x 1m Bangunan konservasi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3.

Pembuatan tanggul (over-flow). Tanggul dapat dibuat pada parit yang terdapat di dalam blok kebun. Tanggul dibuat untuk membendung aliran parit menggunakan susunan karung yang diisi tanah serta beberapa kayu pasak sebagai penahan. Aliran yang terbendung akan meningkatkan ketinggian permukaan air hingga melampaui ketinggian karung sehingga terjadi over-flow. Ketinggian permukaan air ini dapat dimanfaatkan dengan mengalirkannya ke tengah blok kebun melalui parit irigasi. Dengan begitu, air dapat disebarkan secara merata ke dalam blok. Tanggul dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tanggul (Over-Flow)

Pembuatan tanggul ini membutuhkan 3 HK. Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain: karung, tanah, kayu pasak, balok kayu, dan terpal. Kekuatan pasak penahan harus diperhatikan kususnya pada saat musim hujan karena aliran air yang deras dapat merusak bangunan tanggul (over-flow).

Aplikasi tandan kosong (tankos). Tandan kosong merupakan salah satu limbah padat yang berasal dari pabrik kelapa sawit. Tandan kosong berasal dari pengolahan TBS melalui proses perebusan dan pemisahan antara serat tandan dengan brondolan. Serat tandan yang telah terpisah dari buah brondolan disebut tandan kosong (tankos). Rata-rata produksi tankos kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total bobot tandan buah segar (TBS) yang diproses di pabrik kelapa sawit.

Tankos kelapa sawit mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium. Aplikasi tankos ini dapat menekan pemakaian pupuk anorganik buatan. Salah satu aspek penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa sawit untuk menyerap dan menahan air, sehingga diharapkan dapat mempertahankan kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya.

Dalam satu pokok terdapat satu titik tankos dengan ukuran luas penutupan 1,5m x 4m/ titik. Bobot tankos dalam satu titik adalah 225 kg, sehingga dalam satu hektar dibutuhkan tankos sebanyak 30 ton. Pekerja menggunakan gancu dan angkong untuk melangsir tankos tersebut ke dalam blok. Norma kerja rata-rata untuk tiap pekerja adalah 25 titik. Upah untuk pekerjaan ini adalah Rp.2000/titik.

Gambar 7. Peralatan Aplikasi Tankos