Konservasi Air

Konservasi Air

Wilayah SLS-2 merupakan wilayah dengan tipe iklim A (sangat basah) berdasarkan perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan tahunan rata- rata sepuluh tahun terakhir adalah 2 430 mm dan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 95 hari dengan penyebaran curah hujan merata sepanjang tahun. Pengukuran curah hujan menggunakan alat umbrometer yang diletakkan di kantor besar.

Kecukupan kebutuhan air bagi tanaman bergantung pada kondisi tanaman, tanah, dan iklim. Perhitungan kecukupan air tanaman kelapa sawit untuk tujuan praktis di lapangan dapat dilakukan dengan asumsi umum yaitu bahwa keseimbangan air merupakan jumlah air dari curah hujan ditambah dengan cadangan awal air dalam tanah kemudian dikurangi dengan evapotranspirasi (Darmosakoro et al.,2001). Evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm/bulan jika hari hujan ≤ 10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan > 10 hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah cadangan air dalam tanah maksimum 200 mm. Perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2009

Cad. Cad. Defisit

Drainase Bulan HH

CH Evapotranspirasi

Keseimbangan

Awal Akhir Air (mm) (mm)

(mm)

(mm)

(mm) (mm) (mm)

(f) = (c)+(d)-(e) (g) (h) (i)

Nilai keseimbangan air menunjukkan tingkat kesediaan air per bulan. Keseimbangan air dengan nilai < 0 mm menunjukkan adanya defisit air, sedangkan keseimbangan air dengan nilai > 0 mm menunjukkan tidak adanya defisit air. Jika keseimbangan air dalam perhitungan tersebut > 200 mm, maka kelebihan air akan disimpan sebagai cadangan awal dalam tanah untuk bulan berikutnya.

Darmosakoro et al. (2001) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit ditinjau dari kebutuhan airnya dapat tumbuh baik pada lahan dengan curah hujan yang cukup ( 1750 - 3000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang merata sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan < 60 mm). Pada pengamatan secara umum di perkebunan kelapa sawit, pertumbuhan dan produksi tanaman akan mulai terpengaruh jika mengalami defisit air di atas 200 mm.

Jumlah curah hujan PT SLS-2 sebesar 2 052 mm seperti dipaparkan di atas telah memenuhi syarat kebutuhan air tanaman kelapa sawit. Namun, pada tahun 2009 PT SLS-2 mengalami bulan kering yaitu 25 mm pada bulan Juni serta sebesar 20 mm pada bulan Juli. Hal ini menyebabkan terjadinya defisit air sebesar 103 mm pada bulan Juni dan defisit 130 mm pada bulan Juli. Dengan demikian, lahan di kebun PT SLS-2 mengalami defisit air sebesar 233 mm pada tahun 2009.

Keadaan tanah yang bervariasi di dalam afdeling serta perbedaannya dalam kemampuan menangkap air menyebabkan beberapa perlakuan yang dibutuhkan untuk menjaga ketinggian dan ketersedian air tersebut. Tahun 2009 afdeling OS memulai pembuatan beberapa bangunan air seperti rorak tadah hujan (RTH), parit irigasi, tanggul air, dan flat-bed.

Rorak Tadah Hujan

Rorak tadah hujan (RTH) bermanfaat untuk menampung air hujan serta air aliran permukaan (run-off) agar air tidak mengalir keluar blok dan terbuang begitu saja. RTH memiliki ukuran 3x0,8x0,8 meter. Rorak dibuat pada gawangan mati kelapa sawit dan untuk satu unit rorak mewakili empat pokok kelapa sawit. Pada areal datar, galian rorak dibuat sejajar dengan barisan tanaman, sedangkan pada areal miring galian rorak dibuat tegak lurus arah lereng atau sejajar kontur.

Galian rorak diposisikan agar dapat memanen air yang mengalir di permukaan serta menampung serasah organik pada top soil agar tidak terbawa keluar oleh erosi. Pada blok yang melakukan pemupukan secara mekanis, posisi rorak harus disesuaikan agar tidak mengganggu jalur alat penebar pupuk (spreader) tersebut.

(a)

(b)

Keterangan : Rorak

Jalan Panen Pokok kelapa sawit

Gambar 11. Posisi Rorak pada Areal Datar (a) dan Miring (b)

Bangunan Penahan Air (Long-Storage) dan Parit Irigasi

Long-storage merupakan bangunan air yang berfungsi menyimpan air di dalam sungai, kanal, dan parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan aliran untuk menaikkan permukaan air dan dialirkan ke lahan melalui parit irigasi. Pada umumnya bangunan air ini berupa tanggul, pintu air, dan check-dam. Tanggul merupakan bangunan air yang paling banyak diaplikasikan pada afdeling OS. Seperti yang kita ketahui bahwa afdeling OS relatif datar sehingga dibutuhkan bangunan air seperti ini untuk mendistribusikan air ke lahan.

Pada lahan yang relatif datar, ketinggian air harus cukup agar dapat mengalirkan air ke tengah blok. Bangunan air di afdeling OS merupakan bangunan tidak permanen karena terkendala masalah biaya. Tanggul biasanya dibuat pada parit atau kanal yang secara alami terdapat di kebun. Aliran ditahan dengan menggunakan papan dan karung berisi tanah. Penahanan air akan menyebabkan naiknya permukaan kanal sehingga dapat dialirkan melalui parit irigasi. Parit irigasi dibuat dengan lebar 50 cm ke tengah blok. Dengan adanya parit irigasi ini diharapkan akan mengubah aliran permukaan (run-off) dan air dari kanal menjadi perkolasi di dalam blok.

Muka air dinaikkan

Gambar 12. Distribusi Air dari Long-storage Lewat Parit Irigasi

Kendala yang terjadi di lapangan bahwa tanggul (tidak permanen) sering rusak saat terjadi hujan yang cukup deras. Tekanan air merusak tumpukan karung berisi tanah yang berfungsi sebagai penahan aliran air kanal atau parit tersebut. Selain itu, parit irigasi juga sering rusak karena dilewati oleh alat penabur pupuk (spreader) pada saat melaksanakan pemupukan mekanis. Dalam hal ini perlu kerja sama dan saling pengertian antara pihak teknik yang mengoperasikan spreader dengan pihak afdeling.

Gambar 13. Parit Irigasi yang Rusak oleh Spreader

Pembuatan setiap bangunan konservasi air di kebun belum sepenuhnya tepat sasaran. Ketinggian permukaan air tanah tidak sama di setiap blok. Hal ini disebabkan jenis tanah yang berbeda-beda antar blok (Lampiran 6). Kedalaman air tanah optimum untuk kelapa sawit ± 60 cm. Pada tanah yang lebih banyak mengandung pasir tentu ketinggian air tanahnya lebih rendah dibandingkan pada tanah mineral ataupun gambut. Pembuatan rorak tadah hujan serta parit irigasi tidak berdasarkan kondisi tanah pada tiap kebun. Pembuatan parit irigasi pada tanah yang tinggi akan kandungan liat menyebabkan penggenangan yang cukup lama terutama pada saat musim hujan. Hal ini justru akan menghambat pertumbuhan akar tanaman.

Pada tabel Lampiran 6. dapat dilihat penyebaran perlakuan kegiatan konservasi yang telah dilakukan di setiap blok. Rorak organik dapat mengatasi permasalahan penyerapan hara khususnya pada tanah berpasir tinggi. Dari tabel Lampiran 6. pembuatan rorak organik yang kurang tepat terdapat pada blok 21,

29, dan 31. Ketiga blok tersebut memiliki kandungan pasir 0 % sedangkan kandungan mineral cukup tinggi. Berdasarkan kandungan tersebut, dapat dikatakan bahwa penyerapan unsur hara pada blok-blok tersebut cukup baik sehingga kurang tepat bila diaplikasikan rorak organik. Sebaliknya, banyak terdapat blok-blok dengan kandungan pasir cukup tinggi yang belum diaplikasikan rorak organik seperti yang dapat dilihat pada tabel Lampiran 6. tersebut.

Tabel 8. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2010

Cad. Cad. Defisit

Drainase Bulan HH (mm)

CH Evapotranspirasi