KONSERVASI TANAH DAN AIR (1)

KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR, PELALAWAN, RIAU ZENYFERD SIMANGUNSONG A24061052 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN

ZENYFERD SIMANGUNSONG. Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur, Pelalawan, Riau. (dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA)

Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan baik teori maupun teknis, pengalaman lapang, keterampilan kerja dalam pengawasan dan administrasi kegiatan kebun serta sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat di kuliah dengan praktik langsung di lapangan dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Selain itu, untuk mengetahui secara khusus upaya peningkatan produktivitas lahan dan sumber daya air pada kelapa sawit melalui kegiatan konservasi tanah dan air di kebun. Magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur 2 (SLS 2), PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan 15 Juni 2010.

Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer akan diambil dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping mandor hingga pendamping asisten atau kepala afdeling. Data yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air diperoleh dari survei pelaksanaan kegiatan konservasi kebun. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Wilayah SLS 2 mempunyai iklim tipe A (sangat basah) menurut perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan 2 430 mm dengan 95 hari hujan dalam setahun serta memiliki sembilan bulan basah dan satu bulan kering. Wilayah kebun inti I (Kampar) khususnya afdeling OS terdiri atas 48.1% tanah mineral, 33.6 % tanah pasir, dan 17.5 % gambut. Tanah pasir sulit untuk menangkap air dan unsur hara sehingga diperlukan tindakan konservasi untuk memperbaiki struktur tanah ini. Aplikasi pupuk kandang dan tandan kosong akan membantu memperbaiki daya serap tanah dan menambah unsur hara tanah itu sendiri. Tandan kosong kelapa sawit juga akan memacu pertumbuhan akar Wilayah SLS 2 mempunyai iklim tipe A (sangat basah) menurut perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan 2 430 mm dengan 95 hari hujan dalam setahun serta memiliki sembilan bulan basah dan satu bulan kering. Wilayah kebun inti I (Kampar) khususnya afdeling OS terdiri atas 48.1% tanah mineral, 33.6 % tanah pasir, dan 17.5 % gambut. Tanah pasir sulit untuk menangkap air dan unsur hara sehingga diperlukan tindakan konservasi untuk memperbaiki struktur tanah ini. Aplikasi pupuk kandang dan tandan kosong akan membantu memperbaiki daya serap tanah dan menambah unsur hara tanah itu sendiri. Tandan kosong kelapa sawit juga akan memacu pertumbuhan akar

Tindakan konservasi tanah dan air bermanfaat untuk meningkatkan produksi melalui perbaikan-perbaikan lingkungan tumbuh kelapa sawit sehingga dapat memanfaatkan nutrisi hara yang dibutuhkan dengan efektif. Manajemen yang baik dari pengelola kebun sangat diperlukan baik dalam pembuatan serta pemeliharaan bangunan konservasi untuk mendapatkan hasil yang optimal.

KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

OLEH ZENYFERD SIMANGUNSONG A24061052 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul : KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PT SARI LEMBAH SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Nama : ZENYFERD SIMANGUNSONG NRP

: A24061052

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc (NIP: 19490119 197412 1 001)

Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr (NIP. 19611101 198703 1 003)

Tanggal Lulus : ........................

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 15 April 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Sudirman Simangunsong dan Ibu Melva Sitorus.

Pada tahun 1994 penulis memulai pendidikan di SD Katholik Xaverius 9, Kota Palembang dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 27, Kota Palembang dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3, Kota Palembang dan lulus pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah menempuh masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama dua semester, penulis memilih mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB dan minor Ekonomi Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Skripsi magang yang disusun oleh penulis untuk meraih gelar sarjana pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama

empat bulan di Riau yang berjudul “Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur, Pelalawan, Riau ” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penulisan skripsi yang berjudul “Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur-2, Pelalawan, Riau. Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan kedua saudaraku terkasih atas dukungan doa, semangat dan materi yang diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, Msc selaku dosen pembimbing

3. Bapak Ir. Pande Nyoman selaku Administratur PT SLS dan Bapak Dwi Setyadi selaku kepala kebun Kampar (Inti I).

4. Bapak Teguh Suharijono selaku Kepala Afdeling OS, Bapak Dedy, Bapak Kalvinus Hutabarat, Bapak Kasman, Bapak Hendra selaku mandor panen dan rawat yang telah memberikan nasehat serta arahan selama kegiatan magang.

5. Seluruh staf dan non-staf PT Sari Lembah Subur.

6. Saudara-saudaraku pelayanan YoNM yang terkasih. (Filemon 1:4)

7. Semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Februari 2011

Penulis

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Karyawan di PT SLS-2, Pelalawan, Riau Tahun 2010 .....................................................................................................

15

2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SLS-2 ......................................................................................... 16

3. Data Produksi (Ton) Afdeling OS Lima Tahun Terakhir .......... 17

4. Standar Jumlah Pelepah pada Kelapa Sawit .............................. 20

5. Spesifikasi Ukuran Bangunan Konservasi ................................. 33

6. Rencana dan Realisasi Pembuatan Rorak Organik Afdeling OS Tahun 2010 ................................................................................. 44

7. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2009 .............. 48

8. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2010 .............. 52

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Lepas ...................... 57

2. Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor ........................... 59

3. Jurnal Harian sebagai Pendamping Asisten ........................... 60

4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan SLS Tahun 2000-2009 .............................................................................. 61

5. Data Target dan Realisasi Produksi OS (2006-2010) ...............

6. Jenis Tanah dan Pelaksanaan Konservasi Tiap Blok OS .........

7. Peta Lokasi Kebun PT SLS - 2, Pelalawan, Riau ................... 64

7. Kupon Pemanen ...................................................................... 65

8. Bangunan Konservasi ............................................................. 66

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman industri penting penghasil minyak masak, industri maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar dan merupakan komoditas unggulan dalam penerimaan devisa Negara. Yahya (1990) menyatakan, selain sebagai sumber devisa Negara, kelapa sawit juga berperan dalam meningkatkan pendapatan petani sekaligus

memberikan kesempatan kerja yang lebih luas. Kelapa sawit mempunyai

beberapa keunggulan komparatif dibanding tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produksi per hektar yang tinggi, umur ekonomis yang panjang, daya adaptasi terhadap cekaman lingkungan yang baik, serta pengolahan dan pemanfaatan yang luas baik di bidang pangan maupun non-pangan.

Perkembangan areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 areal pertanaman kelapa sawit mencapai 294 560 hektar dengan total produksi sebesar 721 172 ton minyak sawit. Kemudian tahun 1990 meningkat menjadi 1 126 677 hektar dengan total produksi sebesar 2 412 612 ton minyak sawit dan sampai tahun 2000 terus meningkat menjadi 3 174 726 hektar dengan total produksi sebesar 7 001 000 ton. Bahkan Indonesia menjadi Negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas areal sebesar 7.07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 18.46 juta ton pada tahun 2009 dengan perincian adalah sebagai berikut 2 565 000 hektar merupakan perkebunan rakyat (PR) dengan produksi 5 085 000 ton minyak sawit, 687 000 hektar merupakan perkebunan besar Negara (PBN) dengan produksi sebesar 2 314 000 ton minyak sawit, serta 3 358 000 hektar perkebunan besar swasta (PBS) dengan produksi sebesar 8 990 000 ton minyak sawit (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Keberhasilan budidaya kelapa sawit pada umumnya ditentukan oleh lima faktor utama yaitu kesesuaian lahan, sarana produksi, manajemen, sumber daya manusia dan masalah sosial. Faktor kesesuaian lahan mencangkup kondisi tanah serta ketersediaan air. Kondisi tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah baik sifat Keberhasilan budidaya kelapa sawit pada umumnya ditentukan oleh lima faktor utama yaitu kesesuaian lahan, sarana produksi, manajemen, sumber daya manusia dan masalah sosial. Faktor kesesuaian lahan mencangkup kondisi tanah serta ketersediaan air. Kondisi tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah baik sifat

Konservasi tanah dan air sangat penting dan semakin memerlukan perhatian dalam budidaya kelapa sawit. Kondisi tanah yang baik akan berpengaruh pada proses penyerapan air dan hara, respirasi akar serta memudahkan pemeliharaan tanaman dan panen. Menurut Arsyad (2006), setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya.

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan meningkatkan pengetahuan baik teori maupun teknis, pengalaman lapangan, keterampilan kerja dalam pengawasan dan administrasi kebun, serta sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat di kuliah dengan praktik langsung di lapangan dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Tujuan kegiatan magang lebih khusus adalah untuk mempelajari upaya peningkatan produktivitas lahan dan sumber daya air pada perkebunan kelapa sawit melalui kegiatan konservasi tanah dan air di kebun.

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman budidaya, kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama pertumbuhan kelapa sawit di samping faktor-faktor lainnya seperti sifat genetis dan perlakuan kultur teknis.

Faktor Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan kisaran 15 ºLU – 15 ºLS. Ketinggian tempat berhubungan dengan suhu udara, kelembaban, serta penyinaran matahari. Tanaman tumbuh sempurna pada ketinggian 0 – 400 m di atas permukan laut (dpl), kelembaban optimal 80 – 90 %, dan lama penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Curah hujan rata – rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 – 3000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1750 – 2500 mm dengan jumlah bulan kering maksimal 3 bulan. Pertumbuhan tanaman kelapa sawit memerlukan suhu udara antara 22º - 33ºC. Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Kecepatan angin sekitar 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang menyebabkan tanaman menjadi doyong bahkan roboh (PPKS, 2006).

Faktor Tanah

Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dengan baik di tanah mineral maupun di tanah gambut. Dengan demikian, spektrum jenis tanah yang sesuai untuk kelapa sawit cukup lebar dan dapat mencakup beragam jenis tanah. Berbagai jenis tanah mineral di Indonesia cukup sesuai seperti Ultisol, Inceptisol, Entisol, Andisol, maupun Oxisol.

Karakteristik tanah yang digunakan meliputi batuan di permukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah, dan tingkat kemasaman tanah (pH). Tanah yang baik bagi tanaman kelapa sawit adalah tanah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika lebih dalam dari 100 cm. Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada pH 5-6 dan pH 3,5-4 pada lahan gambut. Sifat kimia tanah seperti kemasaman (pH) dapat diatasi melalui pemupukan dolomite, kapur pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phosphate). Sifat fisik dan biologi tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan bahan organik (PPKS, 2006).

Karakteristik lahan merupakan dasar dalam penentuan kesesuaian lahan yaitu layak tidaknya suatu areal untuk perkebunan kelapa sawit, dan tinggi atau rendahnya intensitas faktor penentu suatu areal. Karakteristik lahan yang diperlukan meliputi: curah hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut, bentuk daerah atau lereng, kandungan batuan, kedalaman efektif tanah atau gambut, tekstur tanah, kelas drainase, pH tanah, dan tingkat pelapukan gambut (PPKS, 2006).

Tanah gambut (Histosol) merupakan tanah yang berkembang dari bahan organik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit pada lahan gambut antara lain tingkat kematangan gambut, kedalaman gambut, alternatif pengelolaan air (water management), penanganan masalah defisiensi hara mikro, dan penurunan muka tanah. Tingkat kematangan gambut terutama berkaitan dengan tingkat pelapukan material organik sebagai bahan induk tanah gambut yang dibedakan menjadi saprik (tingkat pelapukan lanjut), hemik (tingkat pelapukan sedang), dan fibrik (gambut mentah). Secara umum, budidaya kelapa sawit akan semakin potensial pada tanah gambut yang memiliki tingkat pelapukan semakin lanjut. Kedalaman gambut sangat berkaitan dengan kemampuan daya dukung mekanis. Pengelolaan air merupakan kunci keberhasilan budidaya kelapa sawit pada tanah gambut (PPKS, 2006).

Infiltrasi

Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi. Laju infiltrasi adalah banyaknya air per satuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm jam ¹ atau cm jam ¹. Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Sifat-sifat tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi adalah struktur tanah dan tekstur serta kandungan air tanah pada saat infiltrasi terjadi. Pemupukan dengan pupuk organik dan penutupan tanah dengan tanaman atau sisa-sisa tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi (Arsyad, 2006).

Drainase dan Irigasi

Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).

Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan. Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang cukup (PPKS, 2006).

Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga

Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006).

Evapotranspirasi dan Curah Hujan

Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi yaitu jumlah air yang digunakan untuk transpirasi, diuapkan dari tanah dan permukaan air serta permukaan tanaman, pada suatu areal pertanaman. Evapotranspirasi dinyatakan dalam satuan volume per luas areal (m³ ha ¹) atau dalam tinggi kolom air per satuan waktu (mm hari ¹) (Arsyad, 2006).

Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).

Teknik Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah erosi, (2) Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah erosi, (2)

Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia. Pada perkebunan kelapa sawit, teknik konservasi yang banyak digunakan adalah metode vegetatif serta mekanik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras, penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006).

Pemeliharaan tanah pada kondisi topografi areal yang bergelombang mengharuskan dibangunnya bangunan konservasi tanah dan air yang memadai. Selain bermanfaat sebagai alat konservasi tanah dan air, bangunan ini juga mempunyai peranan penting dalam kelancaran kegiatan pemeliharaan dan panen kelapa sawit. Ketiadaan bangunan konservasi tanah dan air sering merupakan penyebab rusaknya struktur tanah, drainase terhambat dan kurang efektifnya pemupukan dan perawatan tanaman, tidak terlaksananya panen secara benar, serta sulitnya pengawasan kebun (Dirattanhun, 2007).

Kerusakan tanah terutama disebabkan oleh erosi permukaan, akibat proses pemindahan tanah lapisan atas yang kaya akan unsur hara dari suatu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan kerugian yang sangat besar, karena dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah dengan konservasi tanah. Konservasi tanah meliputi konservasi tanah secara fisik, kimia, maupun biologi.

Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah secara mekanis. Tindakan konservasi tanah secara mekanis ini dilakukan di areal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan cara pembuatan teras kontour, teras individu (tapak kuda), rorak, dan parit drainase. Parit drainase ini berperan untuk mencegah supaya air tidak tergenang di lapangan, menurunkan permukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu, serta mencegah terjadinya pencucian pupuk (Dirattanhun, 2007).

Konservasi tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan menanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crops (LCC). Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma, melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari tetesan langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah. (Dirattanhun, 2007).

Murtilaksono et al. (2007) menyatakan bahwa aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi TBS kelapa sawit. Kedua teknik konservasi tanah dan air tersebut dapat meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur-2, Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 15 Juni 2010. Penulis ditempatkan di Afdeling OS, Kebun inti I (Kampar).

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Metode pelaksanaan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan keadaan yang terdapat di lapangan. Sebelum kegiatan dilaksanakan, pekerjaan selalu diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh asisten dan diikuti oleh mandor-mandor serta karyawan. Apel dilaksanakan pada pukul 05.30-06.00 WIB. Pelaksanaan apel bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan dihari kemarin serta memberi arahan untuk pekerjaan pada hari tersebut.

Pada bulan pertama dan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai karyawan harian dan mengikuti semua kegiatan budidaya tanaman di lapangan seperti pemeliharaan bibit di pembibitan, pemeliharaan tanaman (pemupukan, pengendalian gulma, pembuatan rorak, panen). Penulis mencatat jenis, waktu dan prestasi kegiatan dalam bentuk jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing lapangan. Prestasi kerja yang didapat dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan (Lampiran 1).

Penulis berperan sebagai pendamping mandor pada bulan ketiga yang bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material serta mengisi laporan harian. Pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor adalah jumlah tenaga kerja Penulis berperan sebagai pendamping mandor pada bulan ketiga yang bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material serta mengisi laporan harian. Pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor adalah jumlah tenaga kerja

Bulan keempat merupakan bulan terakhir dalam pelaksanaan kegiatan magang. Penulis diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten atau kepala afdeling yang juga melaksanakan tugas-tugas menyangkut aspek manajerial yang lebih tinggi di atas mandor. Penulis mempelajari tugas dan tanggung jawab Asisten, yaitu menyusun rencana kerja afdeling dan mengelola seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien agar sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat. Hal-hal yang dipelajari pada kegiatan manajerial ditingkat asisten yaitu: membantu menyusun rencana kerja serta anggaran afdeling, membantu pembuatan laporan asisten, membantu pengawasan tenaga kerja dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Di samping kegiatan-kegiatan di atas, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan di lingkungan kebun tersebut seperti kerja bakti perumahan afdeling dan olah raga bersama karyawan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Kegiatan magang di perkebunan PT Astra Agro Lestari meliputi kegiatan pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping mandor hingga pendamping asisten/kepala afdeling. Data yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air adalah sistem pembuatan irigasi, rorak, water flow, serta penggunaan pupuk organik dalam mengubah agregat tanah. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Analisis Data dan Informasi

Data primer yang diperoleh pada kegiatan konservasi tanah dan air, yaitu curah hujan, spesifikasi rorak, pemupukan organik, tandan kosong dan abu boiler pada kebun. Pengamatan dilakukan dengan mengadakan survei pada blok yang diberi perlakuan konservasi tanah dan air. Survei dilaksanakan pada blok afdeling

OS. Pembuatan aliran irigasi maupun drainase bertujuan agar kondisi lahan tidak banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Penambahan bahan organik pada hamparan blok dilakukan agar terjadi perbaikan agregat tanah sehingga dapat mengikat air serta hara lebih banyak.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Perkebunan kelapa sawit PT. Sari Lembah Subur-2 terletak di wilayah Kecamatan Ukui dan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Secara o geografis lokasi PT. SLS terletak antara 0 7’12” – 0 1’48” Lintang Selatan

dan antara 102 o 7’12” – 102 15’0” Bujur Timur. Perhubungan untuk mencapai daerah ini tergolong relatif mudah melalui jalan darat dari Pekanbaru (ibukota

provinsi) ke arah selatan di Ukui (ibukota Kecamatan Ukui) berjarak + 150 km, ditempuh selama 3-4 jam perjalanan. Dari Ukui ke areal perkebunan melalui jalan minyak pengerasan batu dengan konsisi cukup baik, ditempuh sekitar setengah jam sampai di areal perkebunan.

Secara ekologis, wilayah PT. SLS berada di kawasan Sub- DAS Sungai Kerumutan dan Genduang yang merupakan anak Sungai Kampar, sehingga secara hidrologis kawasan tersebut masuk dalam DAS Kampar. Peta lokasi kebun PT Sari Lembah Subur-2 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Tanah dan Iklim

Curah hujan tahunan rata-rata di perkebunan PT SLS-2 selama sepuluh tahun terakhir (2000-2009) adalah 2 430 dengan rata-rata 95 hari hujan per-tahun,

9 bulan basah dan 1 bulan kering. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Data curah hujan selama periode 2000-2009 disajikan pada Tabel Lampiran 4.

Jenis tanah di perkebunan PT SLS-2 pada umumnya adalah tanah podsolik merah kuning dan tanah gambut. Bahan induk pembentuk tanah di daerah SLS-2 didominasi oleh batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, dan sebagian lagi oleh endapan aluvium dan bahan organik dari sisa-sisa vegetasi. Pada beberapa lokasi terdapat cekungan (backswamp, rawa pedalaman) yang senantiasa menggenang dengan kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat. Tanah pada perkebunan ini bereaksi sangat masam dengan pH (4,5-5,0). Kesesuaian Jenis tanah di perkebunan PT SLS-2 pada umumnya adalah tanah podsolik merah kuning dan tanah gambut. Bahan induk pembentuk tanah di daerah SLS-2 didominasi oleh batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, dan sebagian lagi oleh endapan aluvium dan bahan organik dari sisa-sisa vegetasi. Pada beberapa lokasi terdapat cekungan (backswamp, rawa pedalaman) yang senantiasa menggenang dengan kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat. Tanah pada perkebunan ini bereaksi sangat masam dengan pH (4,5-5,0). Kesesuaian

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

PT Sari Lembah Subur -2 memiliki areal konsesi seluas 15 000 ha yang terdiri dari kebun inti I (Kampar) seluas 2 000 ha, kebun inti II (Tanglo dan Kerumutan) seluas 5 000 ha, kebun plasma seluas 8 000 ha. Saat ini kebun inti Kerumutan dipecah, afdeling OP dan OO disatukan ke kebun inti Tanglo sedangkan afdeling OS dan OT ke kebun inti Kampar.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan PT Sari Lembah Subur dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang meliputi tanaman , pabrik, teknik, dan administrasi. Seluruh Operasional akan didukung oleh bagian administrasi (gudang, HRGA dan finance), bagian SHE (Safety Health Environment), bagian CD (Community Development), bagian tanaman (afdeling), bagian HPT (hama penyakit tanaman) dan bagian teknik (infrastruktur).

Kepala kebun bertugas mengkoordinasikan afdeling dalam unit usaha dalam rangka pengelolaan tanaman dan produksi serta bertanggung jawab langsung atas pengelolaan teknik di lapangan serta produksi. Dalam pelaksanaan kerjanya kepala kebun dibantu oleh beberapa asisten (kepala afdeling). Kepala afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas pelaksanaan kerja di afdeling yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas sehari- hari kepala afdeling dibantu oleh mandor I atas pelaksanaan kerja di kebun dan kerani afdeling atas pelaksanaan administrasi di afdeling. Mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang langsung mengawasi pelaksanaan kerja di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani afdeling.

Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana kebun seperti perbengkelan, transportasi, infrastruktur dan bangunan. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala teknik dibantu oleh asisten-asisten, yaitu asisten teknik, asisten perencanaan dan pengendalian, asisten transportasi dan infrastruktur jalan, dan asisten bengkel. Dalam pengawasan kerja di lapangan, setiap asisten dibantu seorang mekanik I dan beberapa mekanik II.

Kepala pabrik bertanggung jawab dalam pengolahan TBS dari penerimaan buah hingga menghasilkan CPO. Pelaksanaan tugas kepala pabrik dibantu oleh dua asisten proses dan asisten pemeliharaan. Asisten dibantu oleh mandor I dan mandor dalam pengawasan kerja di pabrik.

Kepala CDO (Community Development Officer), petugas pengembangan masyarakat bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) dan di lingkungan sekitar perusahaan (eksternal) yaitu hubungan dengan pemerintahan setempat, masyarakat sekitar dan permasalahan keamanan yang terjadi di Kepala CDO (Community Development Officer), petugas pengembangan masyarakat bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) dan di lingkungan sekitar perusahaan (eksternal) yaitu hubungan dengan pemerintahan setempat, masyarakat sekitar dan permasalahan keamanan yang terjadi di

Kepala tata usaha bertanggung jawab dalam bagian administrasi. Kepala tata usaha dibantu oleh kepala bagian personalia dan umum, kepala bagian keuangan dan kepala gudang. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala bagian dibantu oleh seorang kerani I dan beberapa kerani II. Staf lainnya yaitu kepala bagian penelitian dan pengembangan, Safety and Health Environment, dan tenaga medis berkoordinasi langsung di bawah administratur. Pelaksanaan tugas staf tersebut merupakan pekerjaan khusus untuk meningkatkan kualitas perusahaan. Pembagian karyawan berdasarkan jabatan dan pekerjaan dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Karyawan di PT SLS-2, Pelalawan, Riau Tahun 2010 No.

Jabatan

Jumlah

1. Staf - Administratur

1 - Kepala Tata Usaha

1 - Kepala Kebun

2 - Kepala pabrik

2 - Kepala Teknik

1 - Kepala Community Development Officer (CDO)

1 - Staf SHE (Keamanan Kesehatan Lingkungan)

1 -Staf Plan and Control (CSA)

1 - Kepala gudang

1 - Asisten Afdeling

14 - Asisten pabrik

6 - Asisten bagian operasional

1 - Asisten bagian Plan and Control

1 - Asisten bagian Support

1 - Asisten Community Development (Pengembangan

1 Masyarakat) - Asisten Proteksi Tanaman

1 - PIC PMS (Plantation Management System)

1 - Asisten SHE

1 - Asisten R & D

2. Golongan Harian Tetap (non-staf) 954

3. Pekerja Harian Lepas Borongan 694 Jumlah

Sumber : Bagian Personalia PT SLS

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di SLS-2 adalah varietas Tenera (Dura x Psifera) yang berasal dari Marihat. Tanaman kelapa sawit yang terdapat di kebun inti (Kampar dan Tanglo) sebagian besar merupakan tanaman menghasilkan dengan tahun tanam antara 1987 hingga 2002. Data populasi tanaman kelapa sawit kebun inti tiap tahun disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SLS-2

Tanglo Tahun tanam

Kampar

Luas

Jumlah pokok

Luas

Jumlah pokok

407193 Pokok/ha

Sumber : Kantor Besar SLS (Mei, 2010)

Dari Tabel 2 dapat dihitung rata-rata jumlah pokok/ha (SPH) untuk SLS-2 yaitu 125 pokok/ha, padahal berdasarkan perhitungan dengan jarak tanam 9m x 9m x 9m maka akan dihasilkan SPH 142 pokok/ha. Jadi populasinya 88% dari yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh jarak tanam yang kurang tepat serta banyak tanaman yang mati akibat penyakit. Kondisi tanaman kebun inti khususnya afdeling OS (Kampar) banyak mengalami serangan penyakit busuk Dari Tabel 2 dapat dihitung rata-rata jumlah pokok/ha (SPH) untuk SLS-2 yaitu 125 pokok/ha, padahal berdasarkan perhitungan dengan jarak tanam 9m x 9m x 9m maka akan dihasilkan SPH 142 pokok/ha. Jadi populasinya 88% dari yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh jarak tanam yang kurang tepat serta banyak tanaman yang mati akibat penyakit. Kondisi tanaman kebun inti khususnya afdeling OS (Kampar) banyak mengalami serangan penyakit busuk

Produksi tandan buah segar (TBS) untuk tahun 2010 pada kebun inti mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data produksi afdeling OS kebun inti (Kampar) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Produksi (Ton) Afdeling OS Lima Tahun Terakhir

Sumber : Kantor Afdeling OS (Mei, 2010)

Afdeling OS mengalami penurunan produksi setelah memasuki bulan Januari hingga Mei tahun 2010. Sejak penulis mulai magang ke kebun dari bulan Februari hingga bulan Juni 2010, kebun sedang mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi dipengaruhi oleh kondisi kekurangan air yang disebabkan oleh curah hujan rendah pada periode musim kering yang panjang serta kondisi tanah dengan kandungan pasir sangat tinggi.

Pencapaian produksi afdeling OS sering kali dibawah target yang ditetapkan. Selain disebabkan oleh penurunan produksi, juga disebabkan oleh tidak akuratnya penentuan target. Pelaksanaan sensus produksi yang kurang tepat akan menyebabkan angka target yang kurang tepat pula. Data target dan pencapaian produksi afdeling OS selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual maupun kimia. PT SLS telah melaksanakan sistem zero-chemist sehingga dalam pengendalian gulma di lapangan diterapkan cara manual tanpa bahan herbisida. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada piringan (cyrcle), gawangan hidup (path), dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Tumbuhan pakis (Nephrolepis biserata) merupakan gulma yang tidak diberantas di PT SLS, namun dikendalikan pertumbuhannya. Pihak proteksi tanaman perusahaan menganggap tumbuhan ini berfungsi sebagai tanaman inang musuh alami (Sycanus sp.) bagi hama pemakan daun seperti ulat api serta dapat menjadi penutup tanah yang mengurangi erosi.

Gulma pada perkebunan kelapa sawit antara lain Melastoma malabatricum , Chromolaena odorata, Gleichenia linearis, Asystasia gangetica, Clidemia hirta , Micania micrantha, Pennisetum polystachion, dan anak sawit (kentosan). Tenaga kerja yang melaksanakan pengendalian gulma sebagian besar merupakan karyawan harian sistem borongan dan karyawan kebun.

Piringan secara manual. Kegiatan ini sering juga dinamakan cyrcle weeding manual . Piringan secara manual merupakan kegiatan pengendalian gulma yang tumbuh di areal piringan tanpa adanya aplikasi herbisida. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengefektifkan pemupukan dan proses pemanenan, menghindari persaingan pemanfaatan unsur hara, pupuk dan air serta untuk memudahkan pemeliharaan dan pengawasan. Piringan yang dibersihkan selebar dua meter sejak dari pokok kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah cangkul garuk. Norma pekerjaan ini yaitu 41 piringan/HK.

Garuk jalur manual. Kegiatan ini disebut juga buka pasar angkong. Garuk jalur manual merupakan kegiatan pengendalian gulma yang tumbuh di sepanjang gawangan hidup khususnya jalur angkong. Jalur yang dibersihkan Garuk jalur manual. Kegiatan ini disebut juga buka pasar angkong. Garuk jalur manual merupakan kegiatan pengendalian gulma yang tumbuh di sepanjang gawangan hidup khususnya jalur angkong. Jalur yang dibersihkan

Rawat TPH. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan TPH dari segala gulma agar memudahkan peletakan TBS dan brondolan. Tiap TPH harus memiliki parit drainase di sebelah kiri dan kanannya yang berguna sebagai saluran pembuangan air hujan sehingga TPH tidak tergenang. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Norma pekerjaan ini adalah 20 TPH/HK.

Dongkel anak kayu. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma secara selektif dengan cara mencabut semua jenis gulma berkayu beserta akarnya dan dibuang ke gawangan mati dengan posisi akar menghadap ke atas. Pekerja berjalan sampai ke pasar tengah lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya. Jenis-jenis gulma berkayu antara lain: Melastoma malabathricum, Clidemia hirta, Chromolaena odorata serta kentosan (anak sawit). Kendala yang dijumpai dalam kegiatan DAK yaitu pada lokasi dengan populasi gulma yang terlalu rapat sehingga norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK 0.5 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.3 ha/HK. Pekerjaan DAK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dongkel Anak Kayu

Babat gawangan. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma di sekitar gawangan mati dan gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah parang babat. Pembabatan dilakukan setiap pekerja untuk tiap jalan pikul lalu pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah karyawan harian lepas (KHL). Sistem kerja Babat gawangan. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma di sekitar gawangan mati dan gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah parang babat. Pembabatan dilakukan setiap pekerja untuk tiap jalan pikul lalu pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah karyawan harian lepas (KHL). Sistem kerja

Pengelolaan Tajuk

Pengelolaan tajuk atau sering juga disebut pruning. Pruning merupakan proses kerja pembuangan atau pemotongan pelepah daun tua yang dianggap tidak produktif lagi dari tanaman kelapa sawit. Tujuan pelaksanaan pruning ini antara lain mempermudah pelaksanaan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah serta mendorong penyaluran zat hara yang diserap tanaman pada daun-daun yang lebih produktif.

Permasalahan yang sering ditemukan dalam kegiatan pruning antara lain under-pruning dan over-pruning. Under-pruning adalah jumlah pelepah yang berlebihan dari yang seharusnya pada pokok kelapa sawit. Hal ini dapat menyebabkan difisit unsur hara dan mempengaruhi proses munculnya buah. Over- pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Jumlah pelepah yang kurang dari standar karena dipruning terlalu berat akan menyebabkan tanaman lebih banyak menghasilkan bunga jantan. Untuk menghindari permasalahan tersebut, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat. Tabel 4 menerangkan jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.

Tanaman yang berumur 3-8 tahun, pruning dikerjakan dengan menggunakan dodos, sedangkan tanaman yang telah berumur di atas 8 tahun, pekerjaan pruning dilakukan dengan menggunakan egrek. Pekerjaan pruning merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan dengan rotasi dua kali dalam setahun, pada bulan April dan Oktober. Pekerjaan pruning dilakukan oleh karyawan panen itu sendiri. Ancak yang harus dipruning merupakan ancak panen mereka masing- Tanaman yang berumur 3-8 tahun, pruning dikerjakan dengan menggunakan dodos, sedangkan tanaman yang telah berumur di atas 8 tahun, pekerjaan pruning dilakukan dengan menggunakan egrek. Pekerjaan pruning merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan dengan rotasi dua kali dalam setahun, pada bulan April dan Oktober. Pekerjaan pruning dilakukan oleh karyawan panen itu sendiri. Ancak yang harus dipruning merupakan ancak panen mereka masing-

Tabel 4. Standar Jumlah Pelepah pada Kelapa Sawit Umur

Jumlah pelepah yang

(Tahun)

harus dipertahankan

TBM III/TM I

Sumber : Bagian Tanaman PT SLS (Mei, 2010)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama adalah pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh serangga atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis merugikan manusia. Sementara itu penyakit adalah faktor pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil.

Sistem pengendalian yang diterapkan perusahaan adalah sistem pengendalian hayati. Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan musuh alami yang terbagi menjadi 3 macam, yaitu parasitoid, predator serta patogen. Laboratorium HPT perusahaan mengembangbiakkan Sycanus spp sebagai predator ulat api serta menanam tanaman bermanfaat seperti Turnera subulata dan Antigonon sebagai tanaman inang dan sumber nectar bagi imago parasitoid. Beberapa hama yang menyerang tanaman kelapa sawit beserta pengendaliannya antara lain:

Ulat pemakan daun. Hama ulat pemakan daun yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah ulat api yaitu: Setora nitens, Thosea asigna, Thosea bisura , Darna trima, Ploneta diducta dan ulat kantong yaitu: Mahasena corbetti, Metisa plana.

Hama ini dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM) dan merupakan hama yang bersifat permanen, sehingga setiap saat populasinya siap meledak. Akibat serangan ini daun kelapa Hama ini dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM) dan merupakan hama yang bersifat permanen, sehingga setiap saat populasinya siap meledak. Akibat serangan ini daun kelapa

Pengendalian yang dilakukan di kebun sejauh ini hanya pada tingkat serangan ringan dan sedang. Hal ini karena kebun menggunakan agen hayati dalam pengendaliannya, sehingga pertumbuhan hama ini dapat ditekan. Pada TBM dengan luas serangan sampai dengan 50 ha dilakukan dengan pengutipan ulat (Hand Picking). Jika luas serangan telah mencapai lebih dari 50 ha, harus dilakukan penyemprotan.

Tikus (Rattus tiomanicus). merupakan hama penting pada kelapa sawit karena dapat menyerang tanaman yang belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan. Tanaman yang baru ditanam (TBM) akan diserang bagian umbutnya dengan cara mengerat batang, apabila serangan terjadi pada titik tumbuh maka tanaman dapat mati. Pada tanaman yang telah menghasilkan akan diserang bunga jantannya, karena tikus mencari telur dan larva dari serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus. Selain itu tikus juga memakan daging buah baik buah muda maupun yang sudah matang.