Interaksi Masyarakat Islam dan Non-Islam

49 BAB IV KEHIDUPAN KOMUNITAS ISLAM DI TARUTUNG 1962 – 2000

4.1 Interaksi Masyarakat Islam dan Non-Islam

Pada bab-bab sebelumnya sudah ada dibahas mengenai persentuhan orang- orang Batak yang mayoritas beragama Kristen di Tarutung dengan masyarakat Islam di Tarutung, di mana masyarakat Batak non-Islam menerima keberadaan masyarakat Islam di sekitar mereka. Sikap masyarakat Batak yang non-Islam cukup baik karena mereka sudah berpikiran maju, sehingga mengakui tentang adanya perbedaan agama yang ada di Indonesia. Hubungan antara orang Islam dan orang Batak yang bukan Islam berlangsung baik. Kedua kelompok yang berbeda agama ini dapat hidup dengan rukun dalam satu wilayah, bahkan banyak di antara kaum pendatang yang beragama Islam yang menyewa rumah atau tempat tinggal milik orang Batak yang bukan Islam. Orang- orang Batak ini menerima orang yang beragama Islam dengan baik, salah satu bentuk sikap tersebut tampak adalah dengan bersedia menyewakan tempat tinggal bagi mereka yang beragama Islam. Di antara orang Islam yang merupakan pendatang ini, ada beberapa orang yang bisa dikatakan telah berhasil mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam artian sudah memiliki penghidupan yang lebih dari cukup dari sebelumnya. Mereka ini juga banyak yang membeli tanah di Tarutung dan mendirikan rumah. Orang Batak yang terkenal dengan adat istiadatnya yang cukup kental memang tidak sembarangan dalam menjual tanah, terlebih lagi kepada para pendatang. Tetapi dalam hal ini Universitas Sumatera Utara 50 mereka bersedia menjualnya setelah mendapatkan kesepakatan dari keluarganya. Sehingga si pendatang tadi memperoleh sebidang tanah untuk tempat tinggal yang dibeli dari orang Batak. Sebuah sikap yang menunjukkan sudah begitu baiknya hubungan anrara orang Islam dan orang Batak non Islam sebagai tuan rumah. Interaksi terjalin dengan baik tanpa adanya konflik. Toleransi antarumat beragama tampak jelas di Tarutung, antara umat Islam dan Kristen. Hal ini juga terlihat dalam perayaan hari-hari besar keagamaan. Ketika umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri dan hari-hari besar Islam lainnya, umat Kristen sangat menghormati mereka yang merayakannya. Bahkan mereka juga berkunjung ke rumah-rumah orang Islam yang sedang merayakan hari lebaran tersebut. Ada sebuah kebiasaan yang sering dilakukan oleh umat Islam kepada umat Kristen ketika merayakan lebaran, salah satunya seperti terdapat pada orang-orang Jawa yang sedang merayakan lebaran. Mereka sering memberi hantaran berupa panganan lebaran kepada tetangga mereka yang beragama Kristen, seolah-olah mereka ingin membagi kebahagiaan kepada mereka yang beragama Kristen. Tidak jarang pula orang-orang Kristen yang diberi hantaran membalas dengan memberikan sejumlah uang ataupun beras. Hal ini juga pernah penulis alami ketika lebaran tiba, di mana penulis memang tinggal di kota Tarutung. Bahkan ada juga beberapa orang yang membuat open house ketika lebaran juga mengundang umat Kristen. Biasanya yang melakukan open house seperti ini adalah mereka yang memegang jabatan penting, seperti kapolres yang sering membuat acara seperti ini. Universitas Sumatera Utara 51 Demikian juga ketika umat Kristen sedang merayakan hari besar mereka seperti Natal. Mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh umat Islam ketika merayakan lebaran, yaitu memberikan hantaran makanan kepada tetangga mereka yang beragama Islam. Orang Batak yang Kristen juga mengetahui tentang hukum haram yang ada pada orang Islam. Salah satunya adalah larangan memakan daging babi. Hal ini juga sangat diperhatikan oleh mereka yang beragama Kristen, sehingga ketika mereka melibatkan orang Islam pada saat mengadakan pesta, mereka akan menyajikan makanan yang halal yang bisa dimakan oleh orang Islam. Penyajiannya juga disiapkan oleh orang yang beragama Islam, sehingga para undangan yang beragama Islam dapat menikmati acara yang diadakan oleh orang Kristen tersebut tanpa khawatir akan kehalalan makanan yang disajikan. Hal kecil lain yang juga sering terjadi dalam interaksi antara orang Kristen dan Islam yang ada di Tarutung adalah dalam hal penyembelihan hewan. Ketika seorang Islam membeli seekor ayam dari pedagang yang bukan Islam di pasar, maka seringkali pedagang tersebut akan menyuruh si pembeli untuk menyembelih sendiri ayam yang dibeli. Ini memang berkaitan dengan hukum yang diatur dalam Islam, di mana hewan yang hendak dimakan haruslah disembelih dengan halal oleh seorang muslim. Bukan hanya itu saja, di Tarutung juga ada seorang Minangkabau yang kemudian diangkat menjadi anak oleh orang Batak yang beragama Kristen. Kepada orang Minangkabau ini kemudian juga diberikan marga Batak. Tetapi bukan berarti dia juga ikut menjadi beragama Kristen, dia tetap beragama Islam dan keluarga angkatnya juga tetap menghormatinya walaupun beda agama. Universitas Sumatera Utara 52 Hal-hal yang demikian kerap terjadi di Tarutung dalam interaksi antara orang Islam dan bukan Islam. Begitu kuatnya hubungan antara orang yang bukan Islam dengan orang yang beragama Islam, sampai hal yang berkaitan dengan hukum halal dan haram juga diperhatikan dengan baik. Hal ini juga semakin membuat keharmonisan antarumat beragama terjaga dengan baik di Tarutung.

4.2 Kegiatan Agama