Masyarakat Islam di Tarutung

34

3.1 Masyarakat Islam di Tarutung

Masyarakat Islam atau umat Islam adalah himpunan orang yang menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam, menjalankan ritus-ritus keagamaan atau upacara-upacara ibadat seperti sholat, haji, dan berzakat. 32 Pengaruh Islam yang ada di Tarutung dapat dikatakan berasal dari Sumatera Barat yang awalnya dibawa oleh tentara Paderi, hingga kemudian ada beberapa orang Batak yang di Tarutung yang memeluk Islam dan secara lambat laun mengajarkan Islam kepada orang-orang di sekitar tempat tinggalnya. Pada saat itu Islam terbilang tidak begitu pesat perkembangannya, dikarenakan memang minat untuk lebih memperluas ajaran Islam memang belum begitu besar. Di samping karena sedikitnya orang-orang Islam yang ada di Tarutung, ditambah lagi pada saat itu orang Batak masih memiliki kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang yang dipegang erat oleh orang Batak. Namun demikian tetap saja Islam sudah ada di Tarutung sejak awal abad ke-19. Hal ini bisa dibuktikan dari adanya sebuah perkampungan Islam yaitu kampung Melayu yang disebut sebagai kampung bekas tentara Paderi yang tidak ikut kembali ke tanah Minangkabau. Di kampung Melayu inilah para tentara Paderi yang tertinggal menetap di Tarutung. Masyarakat yang dalam kesehariannya berpegang pada ajaran yang terkandung dalam Al-Quran, masyarakat yang terikat dalam satu keyakinan yang dibawakan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat inilah yang terbentuk di Tarutung, yang terdiri dari berbagai etnik yang berbeda dan berasal dari wilayah yang berbeda, tetapi terhimpun dalam satu kawasan dan membentuk suatu masyarakat Islam. 32 Amien Rais, Islam di Indonesia, Jakarta: CV. Rajawali, 1986, hal. 42. Universitas Sumatera Utara 35 Kampung Melayu bukan berarti orang-orang yang ada di kampung ini adalah orang-orang dari etnis Melayu, melainkan adalah perkampungan yang terdiri dari orang-orang Batak yang beragama Islam. Disebut kampung Melayu karena pada saat itu setiap orang yang Islam disebut Melayu, yaitu sebutan yang diberikan kepada orang-orang Minangkabau karena semua orang Melayu adalah mereka yang menganut agama Islam. Kampung Melayu ini menurut ceritanya adalah kampung yang didirikan oleh seorang muslim yang bermarga Hutagalung. Masyarakat setempat menyebutnya Oppung Bindu Hutagalung. Ada beberapa orang yang dianggap sebagai ulama yang pertama kali menyuarakan syiar Islam di Tarutung, di antaranya adalah Oppung Bindu, dan ada juga seorang ulama bermarga Panggabean, yaitu Syekh Haji Syafii Panggabean. Namun yang lebih tampak kegiatan penyebaran Islamnya adalah Oppung Bindu, karena beliau juga mendirikan sebuah mesjid di daerah tempat tinggalnya di kampung Melayu. Menurut keterangan keturunan beliau, Oppung Bindu juga pernah ikut tergabung dalam tentara Paderi yaitu pada saat berada di Bonjol. Oppung Bindu juga yang mendirikan mesjid pertama kali di Lembah Silindung, mesjid tersebut sampai sekarang masih berdiri dan sudah mengalami renovasi. Mesjid Al-Jihad, mesjid yang berada di kampung Melayu, mesjid yang didirikan oleh Oppung Bindu. Mesjid Al-Jihad didirikan pada tahun 1514. 33 33 Dalam sebuah surat kabar Metro Tapanuli yang terbit pada 27 Juli 2009, senyebutkan Mesjid Al-Jihad sudah ada sejak abad ke-16, yaitu tahun 1514. Mesjid ini dianggap sebagai mesjid yang pertama berdiri di Tapanuli Utara. Sebuah angka tahun yang jauh sebelum masuknya tentara Paderi ke Silindung. Orang-orang Batak memang ada beberapa yang sudah masuk Islam sebelum tentara Paderi menyebarkan Islam di Universitas Sumatera Utara 36 Tarutung atau Silindung. Seorang yang bermarga Hutagalung diketahui telah memeluk Islam sejak tahun 1513 yaitu mazhab Syi’ah. Dia adalah seorang pedagang garam yang membawa garam dari pelabuhan Sibolga yang kemudian dijual di Tanah Batak. 34 Hal tersebut membuktikan bahwa Islam sudah ada jauh sebelum agama Kristen masuk ke Tarutung, namun pada saat itu memang belum begitu banyak orang Batak yang beragama Islam. Oppung Bindu sendiri adalah orang Batak yang merantau ke luar tanah Batak untuk berdagang. Beliau juga sempat ke Sibolga, hingga kemudian ke wilayah Minangkabau, yaitu daerah Bonjol. Setelah dari Bonjol kemudian Oppung Bindu kembali ke Tarutung dan mendirikan mesjid. Dari kampung Melayu inilah Oppung Bindu mulai mengajarkan Islam kepada penduduk di sekitar kampung. Kampung Melayu ini sekarang berada di luar kota Tarutung terletak tidak jauh dari sungai Situmandi yang ada di Tarutung. Memang tidak banyak yang menjadi pengikut Oppung Bindu, namun tetap saja Oppung Bindu telah berhasil mendirikan perkampungan orang-orang Islam dan juga mendirikan sebuah mesjid di kampung Melayu. Orang-orang Islam yang ada di kampung Melayu diberi hak untuk mengelola tanah milik Oppung Bindu, di mana tanah itu hanya untuk mereka yang memeluk Islam. Hal ini dimaksudkan agar mereka tetap setia memeluk Islam dan juga memiliki perkerjaan untuk menghidupi keluarga mereka dengan cara menggarap lahan. 35 34 Mangaraja Onggang Parlindungan, Op.cit, hal. 75. Orang-orang Batak yang Islam pada masa Oppung Bindu inilah yang kemudian melanjutkan kiprah Islam di Tarutung hingga kemudian 35 Wawancara dengan bapak Ahmaddin Hutagalung, 18 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara 37 masuknya para pendatang Islam yang berasal dari luar Tarutung. Mengenai sejarah Oppung Bindu memang ada beberapa yang tidak begitu jelas, yaitu sejak kapan Oppung Bindu masuk Islam. Sebab ketika Oppung Bindu tergabung dalam tentara Paderi, beliau sudah memeluk agama Islam. Tetapi walaupun demikian, Oppung Bindu sudah menjadi orang yang menegakkan Islam di Tarutung. Ada beberapa hal yang sangat disayangkan, karena ada beberapa orang yang beralih keyakinan dari Islam, yaitu mereka yang tadinya Islam kemudian memeluk agama lain yang dibawakan oleh Nommensen yaitu Kristen. 36 Dari masa Oppung Bindu, Islam di Tarutung memang belum begitu kelihatan keberadaannya, hanya berupa sekumpulan orang-orang Islam yang rutin melakukan ibadah wajib yaitu sholat dan ceramah agama. Hal ini disebabkan memang jumlah orang Islam yang sedikit jumlahnya, tetapi dari sini sudah tampak Islam di Tarutung, yang kemudian ditambah lagi dengan adanya kaum pendatang. Walaupun disayangkan, tetapi hal ini tidak berubah menjadi konflik, karena setiap orang berhak memilih keyakinannya. Hal ini juga menunjukkan keragaman yang ada di Tarutung dan rasa toleransi yang besar. Secara lambat laun Islam mulai terbentuk di Tarutung, antara orang-orang Batak yang sudah Islam dan juga kaum pendatang dari berbagai etnis yang ada di Tarutung. Pada tahun 1962 sebuah perkumpulan Islam di Tarutung dibentuk, yaitu PKM Persatuan Kaum Muslim, sebuah perkumpulan yang dimaksudkan untuk menghimpun seluruh umat Islam yang ada di Tarutung dan sekitarnya. Adapun PKM merupakan sebuah perkumpulan Islam yang terorganisir dengan baik, memiliki 36 Wawancara dengan bapak Amir Panggabean, 11 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara 38 struktur kepengurusan yang diatur sedemikian rupa, terdiri dari pengurus harian, koordinator wilayah, dewan imamah, badan pemeriksa keuangan, dan juga seksi- seksi. Pengurus hariannya terdiri dari: a. 1 satu orang Ketua Umum b. 4 empat orang Ketua merangkap Ketua Bidang c. 1 satu orang Sekretaris Umum d. 4 empat orang Sekretaris merangkap Sekretaris Bidang e. 1 satu orang Bendahara Umum f. 1 satu orang Bendahara Kepengurusannya diatur sedemikian rupa karena memang tugas PKM adalah mengelola dan bertanggung jawab akan keberlangsungan Islam di Tarutung, yaitu mulai dari pengelolaan pendidikan Islam dalam bentuk Yayasan Al-Falah, dan ada banyak lagi yang berada di bawah kewenangan PKM sebagai induk dari perkumpulan Islam di Tarutung yang anggota-anggotanya terdiri dari berbagai etnis. 37 Perkumpulan ini dibentuk juga karena semakin banyaknya umat muslim yang ada di Tarutung. Mereka membentuk perkumpulan masing-masing yang terdiri dari perkumpulan etnis dalam bentuk sarekat tolong menolong. Maka diputuskanlah untuk menghimpun perkumpulan-perkumpulan etnis tersebut dalam satu wadah yaitu PKM Persatuan Kaum Muslim. Sejak dibentuknya PKM, masyarakat Islam yang ada di Tarutung mulai terorganisir dengan baik, di mana dalam perjalanan selanjutnya perkembangan Islam di Tarutung tidak terlepas dari peran PKM. 37 Anggaran Dasar Persatuan Kaum Muslim Tarutung – Sekitarnya. Universitas Sumatera Utara 39 Di dalam PKM ini terdapat beberapa perkumpulan perwiridan di antaranya PPM Persaudaraan Perantau Minangkabau perkumpulan orang-orang Minangkabau, Bonapasogit perkumpulan orang Batak Toba, Perwiridan orang-orang Tapanuli Selatan, dan Perwiridan Al Muhajirin Tunggal Wargo yang terdiri dari orang-orang Jawa. Semua perkumpulan ini digabung dalam satu wadah. Dengan demikian Islam mulai terbentuk di Tarutung, yang tadinya terpisah-pisah dalam bentuk perkumpulan etnis, kini menjadi satu perkumpulan masyarakat Islam yang terdiri dari berbagai etnis. Secara tidak langsung dapat dikatakan Islam semakin berkembang dengan pesat di Tarutung sejak tahun 1960-an, di mana masyarakat Islam antara orang Batak sebagai etnis lokal bergabung dengan masyarakat pendatang. Namun demikian bisa dibilang Islam yang di Tarutung mayoritasnya adalah masyarakat pendatang, sebab masyarkat Batak sebagai etnis lokalnya banyak yang merantau. 38 Mereka yang merantau disebabkan berbagai faktor di antaranya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Ada yang merantau karena meneruskan pendidikan, dan ada juga yang merantau untuk mengadu nasib di luar wilayah Batak atau tanah asalnya. Masyarakat Batak yang Islam tidak banyak yang menetap di Tarutung, mereka banyak yang merantau. Bahkan ada juga yang beralih memeluk agama lain. Merantau atau mangaranto dilakukan oleh orang-orang Batak berhubungan dengan nilai-nilai filosofi mereka, yaitu hagabeon, hamoraon, dan hasangapon. Setiap keluarga mendambakan banyak keturunan dan panjang umur, gabe, kekayaan 38 Wawancara dengan bapak Mahmuddin Panggabean, 15 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara 40 dan kesejahteraan mamora, wibawa sosial, sangap dan memiliki kemampuan berkuasa, sahala harajaon serta kemampuan untuk dihormati, sahala hasangapon. 39 Dalam penerapan merantau sudah terjadi perkembangan, yang sebelumnya merantau untuk mendirikan perkampungan baru di luar kampung asal, menjadi mencari daerah baru yang dianggap lebih baik untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak ataupun dalam rangka memperoleh pendidikan yang lebih tinggi di daerah lain. Hal ini juga yang terjadi pada masyarakat Islam Batak yang ada di Tarutung, sehingga di Tarutung sendiri masyarakat Islamnya lebih banyak kaum pendatang. Nilai-niali filosofi ini tetap dipegang teguh oleh orang Batak baik yang beragama Islam atupun Kristen, bahkan bagi mereka yang masih memegang kepercayaan nenek moyang. Dari kaum pendatang inilah Islam semakin berkembang pesat di Tarutung. Bahkan para pemuda atau generasi muda Islam yang ada di Tarutung juga dihimpun lagi dalam bentuk remaja mesjid. Hal ini dimulai pada tahun 1976 di mana dibentuk remaja mesjid yang bernama DAMERO. Pada awalnya perkumpulan remaja mesjid ini adalah untuk remaja laki-laki saja. Kemudian dalam perkembangannya semakin banyak remaja putri yang ikut tergabung di dalamnya, lalu namanyapun berubah menjadi RIDA Remaja Islam Damero, perkumpulan remaja Islam untuk kota Tarutung. Tujuannya untuk menghimpun generasi muda atau remaja yang beragama Islam menjadi dalam satu wadah. Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi 39 O.H.S Purba; Elvis Purba, Migrasi Spontan Batak Toba Marserak, Medan: CV Monora, 1997, hal 21. Universitas Sumatera Utara 41 HIKMAT, sampai sekarang menjadi GM PKM Generasi Muda Persatuan Kaum Muslim. Dalam perjalanannya perkumpulan remaja mesjid ini tidak berjalan dengan baik, karena ketika para pengurus yang terdiri dari para pemudapemudi telah berumah tangga maka dipilih pengurus baru, dan ketika ada pengurus baru program- program kerja dari perkumpulan tidak jarang dirubah, demikian selanjutnya. 40 Menurut data yang ada pada Badan Pusat Statistik Tapanuli Utara, mencatat bahwa pada tahun 1981 ada sebanyak 1.959 orang yang beragama Islam di Tarutung dari jumlah keseluruhan penduduk Tarutung adalah 46.315 jiwa. Memang jumlah yang sedikit 4,23 tetapi hal ini cukup banyak untuk wilayah Tarutung yang memang disebut sebagai wilayah basis penyebaran agama Kristen di Tapanuli Utara. Jumlah tersebut mulai bertambah pada tahun 1995, yakni sebanyak 2.341 jiwa 4,77 dari jumlah keseluruhan penduduk sebanyak 48.978. Kemudian pada tahun 1996, jumlah masyarakat Islam di Tarutung mencapai 2.335 jiwa. Pada tahun 1996 juga sudah ada 5 buah mesjid yang berdiri di Tarutung. Jumlah masyarakat Islam di Tarutung memang tidak begitu pesat perkembangannya, tetapi tetap saja mulai menunjukkan peningkatan. Ada sekitar 500 kepala rumah tangga yang beragama Islam yang kemudian berada di bawah naungan PKM sebagai perkumpulan orang- orang Islam di Tarutung. Hingga terkesan perkumpulan remaja Islam ini jalan di tempat. Namun demikian, ini sudah dapat membuktikan bahwa masyarakat Islam di Tarutung sudah berkembang dengan baik. 40 Wawancara dengan bapak Sutan Said Katib, 11 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara 42 Selain itu PKM juga mengelola proses syiar Islam yang ada di Tarutung ataupun pendidikan Islam di Tarutung dalam bentuk yayasan. Hal ini akan dibahas selanjutnya pada bab berikutnya. Selain pendidikan dalam bentuk yayasan, banyak juga terdapat pengajian-pengajian Al-Quran yang dibuka oleh para ulama yang ada di Tarutung. Oleh karena sudah semakin baiknya perkembangan Islam di Tarutung, dalam pengertian masyarakat Islam di Tarutung sudah dihimpun dalam satu wadah, sehingga juga terbentuk perkumpulan untuk generasi muda Islam, maka semakin banyak orang yang datang ke Tarutung. Namun pada tahun 1987 ketika terjadi gempa hebat di Tarutung, banyak dari kaum pendatang ini yang kembali ke tanah asalnya setelah adanya gempa. Tetapi hal ini tidak menjadi masalah yang begitu berarti bagi perkembangan masyarakat Islam di Tarutung. Bukan hanya perkembangan Islam yang semakin baik saja yang terjadi, tetapi hubungan antara umat Islam dengan orang-orang non-Islam juga semakin baik. Bahkan ada juga terjadi perkawinan antara orang Islam dengan orang yang non-Islam, sehingga ada pula yang menjadi mualaf, yakni orang yang baru memeluk agama Islam yang sebelumnya bukan Islam. yang kebanyakan terjadi karena proses perkawinan. Selain adanya orang-orang yang kemudian memilih memeluk agama Islam karena adanya perkawinan, ada juga orang Islam sendiri yang beralih memeluk agama atau keluar dari agama Islam. Hal ini banyak terjadi sekitar tahun 1970-an, di mana orang-orang Batak yang sudah Islam kemudian memeluk agama Kristen. Salah satu yang dianggap menjadi penyebab adalah karena eratnya hubungan antara Islam dan Kristen pada saat itu, ditambah lagi mereka masih dalam satu etnis yaitu Batak. Universitas Sumatera Utara 43 Selain itu faktor yang terpenting adalah kurangnya pemahaman tentang agama Islam itu sendiri. Pada saat itu memang sangat kurang pengetahuan akan Islam secara mendalam dalam artian menguatkan keimanan seseorang, yang mereka ketahui hanyalah menjalankan ibadah sholat sebagai suatu kewajiban tanpa dibarengi dengan pengetahuan tentang keimanan terhadap Islam yang mendalam. Keadaan ini menyebabkan keimanan mereka gampang goyah. Namun demikian hal ini juga tidak menjadi masalah ataupun konflik antara kedua agama yang ada di Tarutung karena adanya perpindahan agama tersebut. Islam tetap berhubungan baik dengan agama Kristen sebagai agama mayoritas di Tarutung. Islam di Tarutung tergabung dalam satu kesatuan keyakinan yaitu ajaran Islam. Memang dalam Islam ada dikenal beberapa aliran ataupun mahzab-mahzab, akan tetapi hal ini tidak begitu tampak pada msyarakat Islam di Tarutung, walaupun di antara masyarakat Islam tersebut ada yang menganut mahzab-mahzab tersebut, tetapi tidak tampak pada kehidupan masyarakat Islam secara keseluruhan di Tarutung. Perbedaan mahzab-mahzab ataupun aliran-aliran yang ada dalam Islam memang belum terdapat pada masyarakat Islam di Tarutung. Hal ini dikarenakan masyarakat Islam yang di Tarutung adalah masyarakat yang minoritas yang jumlahnya tidak begitu banyak. Usaha yang dilakukan adalah untuk mempersatukan Islam tanpa ada pembatas-pembatas yang lebih rinci dalam bentuk aliran-aliran dalam Islam. 41 Selain aliran-aliran dalam Islam yang ada, di Indonesia juga dikenal dua kelompok Islam yang besar. Dua kelompok Islam tersebut adalah Nahdatul Ulama 41 Wawancara dengan bapak Abdul Rahman Nasution, 11 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara 44 NU dan Muhammadiyah. Di Tarutung memang terdapat kedua kelompok tersebut, tetapi tidak begitu terlihat pada masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang memang dari daerah asalnya sudah tergabung dalam kelompok tersebut dan tetap menjalankannya di Tarutung. Begitu juga dengan mahzab-mahzab yang ada, yaitu orang-orang yang sudah menganutnya dari daerah asal dan tetap menjalankannya di Tarutung, tetapi tidak merubah dan mempengaruhi kesatuan masyarakat Islam di sana. Kehidupan masyarakat Islam di Tarutung berjalan dengan baik tanpa adanya konflik dalam tubuh Islam tersebut yang diakibatkan adanya perbedaan-perbedaan faham. Tokoh-tokoh Islam di Tarutung juga tidak begitu mempersoalkan tentang perbedaan-perbedaan yang ada dan tidak ingin menciptakan jurang pemisah di antara umat Islam. Ketika di beberapa daerah di Indonesia banyak memperdebatkannya, bahkan sampai menimbulkan konflik akibat adanya aliran-aliran dalam Islam, masyarakat Islam di Tarutung justru malah lebih mempererat hubungan sesama Islam. Mereka tidak ingin memperdebatkan hal-hal yang justru akan memecah belah masyarakat Islam yang di Tarutung sebagai kaum minoritas.

3.2 Sikap Masyarakat Batak non-Islam Terhadap Keberadaan Masyarakat Islam