Pengaruh Perebusan Terhadap Kandungan Nitrat dan Nitrit Pada Seledri (Apium graveolens L.)

(1)

(2)

Lampiran 1.(Lanjutan)

Gambar 2. Air Demineral yang Gambar 3. Air Mineral yang


(3)

(4)

Lampiran 3. Uji Kualitatif Nitrit

1. Larutan Sampel + Asam Sulfanilat + NED -> Merah Ungu (+)

Gambar 5. Uji Kualitatif Nitrit dengan Larutan Sampel + Asam Sulfanilat + NED

Keterangan :

Sampel : Larutan sampel tanpa penambahan pereaksi

Baku : Larutan baku nitrit dengan penambahan pereaksi Asam Sulfanilat dengan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida Sampel 1 : Larutan sampel yang direbus dengan air mineral dan

demineral pada 2 menit

Sampel 2 : Larutan sampel yang direbus dengan air mineral dan demineral pada 4 menit

Sampel 3 : Larutan sampel yang direbus dengan air mineral dan demineral pada 6 menit


(5)

2. Larutan Sampel + H2SO4 (p) + KMnO4 -> warna KMnO4 hilang

Gambar 6. Uji kualitatif nitrit dengan Larutan Sampel + H2SO4 (p) + KMnO4


(6)

Lampiran 4. Uji Kualitatif Nitrat

Larutan sampel + Zn + NaOH kemudian dipanaskan -> uap NH3 yang dapat membirukan lakmus merah (+)

a. Sampel yang direbus dengan b. Sampel yang direbus dengan air demineral selama 2 menit air demineral selama 4 menit

c. Sampel yang direbus dengan d. Sampel yang direbus dengan air demineral selama 6 menit air mineral selama 2 menit

e. Sampel yang direbus dengan f. Sampel yang direbus dengan air mineral selama 4 menit air mineral selama 6 menit


(7)

Larutan sampel + Difenilamin + H2SO4 (p) -> biru (+)

a. Sampel yang direbus dengan b. Sampel yang direbus dengan air demineral selama 2 menit air mineral selama 2 menit

c. Sampel yang direbus dengan d. Sampel yang direbus dengan air demineral selama 4 menit air mineral selama 4 menit

e. Sampel yang direbus dengan f. Sampel yang direbus dengan air demineral selama 6 menit air mineral selama 6 menit


(8)

dipipet 4 mL

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL ditambahkan 2,5 mL asam sulfanilat, setelah lima menitditambahkan 2,5 mL N-(1-naftil) etilendiamin

dihidDemineralklorida dilarutkan dan

dicukupkan dengan air suling

diukur serapan pada

λ 540 nm setiap menit

selama 60 menit dipipet 4 mL

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL ditambahkan 2,5 mL asam sulfanilat, setelah lima menit ditambahkan 2,5 mLN-(1-naftil) etilendiamin

dihidDemineralklorida dilarutkan dan

dicukupkan dengan air suling

diukur serapan

maksimum pada λ 400 -800 nm

Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku Nitrit, Penentuan Panjang Gelombang Maksimum, Waktu Kerja, dan Kurva Kalibrasi Nitrit Baku

Natrium Nitrit

ditimbang 100 mg

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda

LIB I Nitrit (C = 10 μg/mL)

dipipet 1 mL

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda

LIB II Nitrit (C = 10 μg/mL)

dipipetmasing-masing sebanyak 2,3,4,5, dan 6 mL

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL ditambahkan 2,5 mL asam sulfanilat, setelah lima menit

ditambahkan 2,5 mL N-(1-naftil) etilendiamin dihidDemineralklorida dilarutkan dan

dicukupkan dengan air suling

diukur masing-masing

serapan pada λ 540 nm

pada menit ke-12 dibuat kurva kalibrasi Waktu Kerja

Serapan Maksimum


(9)

Ditimbang ± 40 g yang telah di dipotong Dimasukkan kedalam panci stainless yang berisi air sebanyak 500 ml

Direbus selama 2 menit, 4 menit, dan 6 menit

ditimbang 10 g

dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL ditambahkan air suling panas (±80ºC) sampai volume 150 mL

diaduk hingga homogen

dipanaskan di atas penangas air hingga 15 menit sambil diaduk

didinginkan pada suhu kamar

dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 250 mL

ditambahkan air suling sampai garis tanda dihomogenkan

disaring

dibuang 10 mL filtrat pertama Filtrat

Sampel

Sampel perebusan


(10)

Lampiran 7. (Lanjutan)

dipipet 10 ml

dimasukkan kedalam labu 50 ml

ditambahkan 2,5 m asam sulfanilat, dikocok, dan setelah lima menit ditambahkan 2,5 ml N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida

dicukupkan dengan air suling sanpai garis tanda diukur serapan pada λ 540 nm pada menit ke-12

Nilai Absorbansi dihitung Kadar Nitrit


(11)

dihitung Sampel Perebusan

ditimbang 10 g

dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml ditambahkan air suling panas (±80ºC) sampai volume 150 ml

diaduk hingga homogen

dipanaskan di atas penangas air hingga 15 menit sambil diaduk

didinginkan pada suhu kamar

dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 250 ml

ditambahkan air suling sampai garis tanda dihomogenkan

disaring

dibuang 10 ml filtrat pertama

dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml

ditambahkan sedikit logam Zn (1 g) dan didiamkan 10 menit

ditambahkan 2,5 ml asam sulfanilat, dikocok dan setelah lima menit ditambahkan 2,5 ml N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida

dicukupkan dengan air suling

diukur serapan pada λ 540 nm pada menit ke-12 Nilai Absorbansi


(12)

Lampiran 8. Bagan Alir Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat dalam Air

dipipet sebanyak 50 ml

dimasukkan kedalam labu tentukur 250 ml

ditambahkan 1 ml asam sulfanilat, dikocok, dan setelah lima menit ditambahkan 1 ml N-(1-naftil) etilendiamin

dihidroklorida

dicukupkan dengan air suling sanpai garis tanda diukur serapan pada λ 540 nm pada menit ke-12

dihitung

dipipet sebanyak 50 ml

dimasukkan kedalam labu tentukur 250 ml

ditambahkan sedikit logam Zn (1 g) dan didiamkan 10 menit

ditambahkan 1 ml asam sulfanilat, dikocok, dan setelah lima menit ditambahkan 1 ml N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida

dicukupkan dengan air suling sanpai garis tanda diukur serapan pada λ 540 nm pada menit ke-12

dihitung Sampel

Nilai Absorbansi

Kadar Nitrit

Sampel

Nilai Absorbansi


(13)

Gambar 9. Kurva Serapan Konsentrasi 0,8 µ g/mL

Gambar 10. Kurva Serapan Maksimum Nitrit Baku pada Panjang Gelombang 540 nm


(14)

Lampiran 10. Penentuan Waktu Kerja

Menit Ke- ABS

3 0,4475

4 0,4478

5 0,4475

6 0,4474

7 0,4478

8 0,4475

9 0,4478

10 0,4470

11 0,4474

12 0,4474

13 0,4474

14 0,4474

15 0,4469

16 0,4464

17 0,4462

18 0,4462

19 0,4464

20 0,4462

21 0,4464

22 0,4462

23 0,4462

24 0,4457

25 0,4456

26 0,4456

27 0,4456

28 0,4453

29 0,4453

30 0,4453

31 0,4453

32 0,4451

33 0,4451

34 0,4451

35 0,4451

36 0,4448

37 0,4448

38 0,4448

39 0,4448

40 0,4447

41 0,4443

42 0,4447

43 0,4447

44 0,4447


(15)

48 0,4443

49 0,4443

50 0,4443

51 0,4441

52 0,4443

53 0,4441

54 0,4443

55 0,4443

56 0,4441

57 0,4441

58 0,4440

59 0,4441


(16)

Lampiran 11. Data Kalibrasi Nitrit Baku dan Nitrat Baku, Persamaan Regresi, dan Koefisien Korelasi

Kalibrasi Serapan Nitrit pada Panjang Gelombang 540 nm No. Konsentrasi (μg/mL) (X) Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,000

2. 0,4000 0,235

3. 0,6000 0,350

4. 0,8000 0,458

5. 1,0000 0,557

6. 1,2000 0,667

Perhitungan Persamaan Regresi

No. X Y XY X2` Y2

1. 0,0000 0,000 0,0000 0,0000 0,000000

2. 0,4000 0,237 0,0940 0,1600 0,0552

3. 0,6000 0,350 0,2100 0,3600 0,1225

4. 0,8000 0,458 0,3664 0,6400 0,2097

5. 1,0000 0,557 0,5570 1,0000 0,3102

6. 1,2000 0,667 0,8004 1,4400 0,4448

ΣX = 4,0000

X

� =0,666667

ΣY = 2,267 Y

� = 0,3778

ΣXY = 2,0278 ΣX2 = 3,600 ΣY2 = 1,1424

a=(∑XY) - (∑X)(∑Y)/n (∑X2) -(∑X)

2 n

=

(2,0278)-(4,0000)(2,267) 6 (3,600)-(4,000)2

6


(17)

Y�= aX�+b

b= Y�- aX�=(0,3778)-(0,5534)(0,666667) = 0,0089

Maka, persamaan garis regresi adalah Y = 0,5534 X + 0,0089 Perhitungan Koefisien Korelasi (r)

r = (∑XY)-(∑X)(∑Y)/n ��(∑X2)-(∑X)2/n��(∑Y2)-(∑Y)2/n�

r = (2,0278) – (4)(2,267) /6 ��(3,6)-(4)2/6��1,1424-(2,267)2/6�

r = 0,5165 0,5165268

r = 0,99998

Maka, koefisien korelasi dari data kalibrasi serapan nitrit pada panjang gelombang 540 nm adalah 0,99998


(18)

Lampiran 12. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD)dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Nitrit dan Nitrat

Persamaan garis regresi adalah Y = 0,5534 X + 0,0089

No. X Y Yi Y-Yi (Y-Yi)2

1. 0,0000 0 0,0089 -0,0089 7,9210 x 10-5

2. 0,4000 0,237 0,2303 0,0067 2,2090 x 10-5 3. 0,6000 0,350 0,3410 0,0090 8,1000 x 10-5 4. 0,8000 0,458 0,4517 0,0063 3,969 x 10-5 5. 1,0000 0,557 0,5624 -0,0054 2,916 x 10-5 6. 1,2000 0,667 0,6730 -0,0060 3,6000 x 10-5

Σ(Y-Yi)2 2,8715 x 10-4

Simpangan Baku = �∑�Y-Yi� 2

n-2 = �

2,8715 x 10-4

6-2 =0,00847μg/g = 0,00847 mg/kg Batas Deteksi = 3 ×SB

slope =

3 ×0,00847

0,5534 =0,0459μg/g = 0,0459 mg/kg Batas Kuantitas = 10 ×SB

slope =

10 × 0,00847


(19)

Berat sampel yang digunakan = 10,0120 g Absorbansi analisis nitrit (540 nm) = 0,1211

Persamaan regresi pada absorbansi maksimum dengan panjang gelombang

nitrit pada λ 540 nm: Y = 0,5534 X + 0,0089

Konsentrasi Nitrit : Y = 0,5534X + 0,0089 0,1211 = 0,5534X + 0,0089

X = 0,2027

Kadar Nitrit dalam sampel = X x V x Fp

Berat Sampel

X : kadar nitrit sesudah pengenceran (μg /mL) V : volume larutan pengenceran (mL)

Fp : faktor pengenceran Kadar Nitrit dalam sampel = 0,2027μg/mL x 250mL × 5

10,0120 g

= 25,3071 μg/g = 25,3071 mg/kg


(20)

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Kadar Nitrat dalam Seledri pada 0 menit

Berat sampel yang digunakan = 10,0120 g Absorbansi analisis nitrit (540 nm) = 0,2982

Persamaan regresi pada absorbansi maksimum dengan panjang gelombang

nitrit pada λ 540 nm: Y = 0,5534 X + 0,0089

Konsentrasi Nitrit: Y = 0,5534 X + 0,0089 0,2982 = 0,5534 X + 0,0089

X = 0,5227

Kadar Nitrit dalam sampel = X x V x Fp Berat Sampel

X : kadar nitrit sesudah pengenceran (μg /mL) V : volume larutan pengenceran (mL)

Fp : faktor pengenceran Kadar Nitrit dalam sampel = 0,5227 μg/mL x 250 mL × 5

10,0120 g

= 65,2677 μg/g = 65,2677 mg/kg

Kadar nitrit dari reduksi nitrat = Kadar total nitrit sesudah reduksi – Kadar nitrit sebelum reduksi

= 65,2677 mg/kg – 25,3071 mg/kg = 39,9606 mg/kg


(21)

Karena hasil pembacaan alat spekttrofotometer untuk nitrat adalah sebagai nitrit. Oleh sebab itu hasil pembacaan harus dikonfersikan.

NO2 NO3

=

MR MR

NO2 NO3

=

46 62

NO3

=

62 46

NO3 = 1,3478NO2

Kadar nitrat = kadar nitrit dari reduksi nitrat x 1,3478 = 39,9606 mg/kg x 1,3478

= 53,8588 mg/kg


(22)

Lampiran 15. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit dalam Seledri pada 0 menit (Daun Segar)

No. Absorban JumLah Nitrit (μg/g) (X-X) (X-X)2

1 0,1211 25,3071 -0,2713 0,073603

2 0,1218 25,4657 -0,1127 0,012701

3 0,1222 25,5560 -0,0224 0,000517

4 0,1226 25,6462 0,0678 0,004596

5 0,1229 25,7139 0,1355 0,018360

6 0,1232 25,7815 0,2031 0,041249

X= 25,5784 Σ(X-X)2= 0,151026

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 0,151026

6-1 = � 0,151026

5 = 0,1738

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel.

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

-0,2713

0,1738⁄√6� = 3,8236 t hitung 2 = � X-X

SB⁄n�=� -0,1127

0,1738⁄√6� = 1,5883 t hitung 3 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,0224

0,1738⁄√6� = 0,3156 t hitung 4 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,0678

0,1738⁄√6� = 0,9555 t hitung 5 = � X-X

SB⁄n�=� 0,1355

0,1738⁄6� = 1,9097 t hitung 6 = � X-X

SB⁄n�=� 0,2031


(23)

Kadar nitrit dalam Seledri pada 0 menit (Daun Segar)

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 25,5784μg/g ± (4,0321 x 0,1738/√6) = 25,5784 ± 0,2860 μg/g


(24)

Lampiran 16. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat dalam Seledri pada 0 menit

No. Absorban Jumlah Nitrat (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,2982 53,8588 1,6817 2,828114

2 0,2963 53,0673 0,8902 0,792456

3 0,2943 52,3375 0,1604 0,025728

4 0,2935 51,9726 -0,2045 0,041820

5 0,2922 51,4860 -0,6911 0,477619

6 0,2886 50,3408 -1,8363 3,371997

� = 52,1771 Σ(� − �)2= 7,537734

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 7,537734

6-1 = � 7,537734

5 = 1,2278

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel.

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

1,6817

1,2278⁄√6� = 3,3550 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,8902

1,2278⁄√6�= 1,7759 t hitung 3 = � X-X

SB⁄n�=� 0,1604

1,2278⁄6� = 0,3200 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� -0,2045

1,2278⁄√6� = 0,4079 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,6911

1,2278⁄√6� = 1,3787 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� -1,8363


(25)

Kadar Nitrat dalam Seledri pada 0 menit

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 52,1771 μg/g ± (4,0321 x 1,2278/√6) = 52,1771± 2,0210 μg/g


(26)

Lampiran 17. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 2 menit No. Absorban Jumlah Nitrit (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,1023 21,0730 -0,2369 0,056121

2 0,1027 21,1639 -0,1460 0,021316

3 0,1030 21,2309 -0,0790 0,006241

4 0,1035 21,3437 0,0338 0,001142

5 0,1040 21,4565 0,1466 0,021491

6 0,1046 21,5919 0,2820 0,079524

X= 21,3099 Σ(X-X)

2

= 0,185835

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 0,185835

6-1 = � 0,185835

5 = 0,1927

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel.

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

-0,2369

0,1927⁄√6� = 3,0113 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,1460

0,1927⁄√6�= 1,8558 t hitung 3 = � X-X

SB⁄n�=� -0,0790

0,1927⁄6� = 1,0042 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� 0,0338

0,1927⁄√6� = 0,4296 t hitung 5 = � X-X

SB⁄n�=� 0,1466

0,1927⁄√6� = 1,8634 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,2820


(27)

Kadar nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 2 menit

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 21,3099μg/g ± (4,0321 x 0,1927/√6) = 21,3099± 0,3172 μg/g


(28)

Lampiran 18. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 4 menit

No. Absorban Jumlah Nitrit (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,0768 15,3041 -0,1004 0,010080

2 0,0769 15,3266 -0,0762 0,005806

3 0,0771 15,3717 -0,0311 0,000967

4 0,0774 15,4393 0,0366 0,001339

5 0,0775 15,4618 0,0459 0,002106

6 0,0778 15,5294 0,1255 0,015750

X= 15,4132 Σ(X-X)2= 0,036048

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 0,036048

6-1 = � 0,036048

5 = 0,0849

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel.

t hitung 1 = � X-X SB⁄n�=�

-0,1004

0,0849⁄√6� = 2,8966 t hitung 2 = � X-X

SB⁄n�=� -0,0762

0,0849⁄√6�= 2,1984 t hitung 3 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,0311

0,0849⁄√6� = 0,8972 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� 0,0366

0,0849⁄6� = 1,0559 t hitung 5 = � X-X

SB⁄n�=� 0,0459

0,0849⁄√6� = 1,3242 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,1255


(29)

Kadar nitrit pada seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 4 menit

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 15,4132 μg/g ± (4,0321x 0,0849/√6) = 15,4132 ± 0,1397 μg/g


(30)

Lampiran 19. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 6 menit No. Absorban Jumlah Nitrit (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,0656 12,7658 -0,6254 0,391125

2 0,0673 13,1485 -0,2427 0,058903

3 0,0680 13,3061 -0,0851 0,007242

4 0,0696 13,6664 0,2752 0,075735

5 0,0697 13,6589 0,2677 0,071663

6 0,0702 13,8015 0,4103 0,168346

X=13,3912 Σ(X-X)2= 0,773014

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 0,773014

6-1 = � 0,773014

5 = 0,3932

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel.

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

-0,6254

0,3932⁄√6� = 3,8960 t hitung 2 = � X-X

SB⁄n�=� -0,2427

0,3932⁄√6�= 1,5119 t hitung 3 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,0851

0,3932⁄√6� = 0,5301 t hitung 4 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,2752

0,3932⁄√6� = 1,7143 t hitung 5 = � X-X

SB⁄n�=� 0,2677

0,3932⁄6� = 1,6676 t hitung 6 = � X-X

SB⁄n�=� 0,4103


(31)

Kadar nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 6 menit

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 13,3912μg/g ± (4,0321x 0,3932/√6) = 13,3912± 0,6472 μg/g


(32)

Lampiran 20. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 2 menit No. Absorban JumLah Nitrit (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,0739 14,6629 -0,7932 0,629166

2 0,0756 15,0463 -0,4098 0,167936

3 0,0768 15,3170 -0,1391 0,019348

4 0,0782 15,6329 0,1767 0,031222

5 0,0793 15,8810 0,4248 0,180455

6 0,0807 16,1968 0,7406 0,548488

X= 15,4561 Σ(X-X)2= 1,576615

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 1,576615

6-1 = � 1,576615

5 = 0,5615

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321.Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄n�=�

-0,7932

0,5615⁄√6� = 3,4602 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,4098

0,5615⁄√6� = 1,7877 t hitung 3 = � X-X

SB⁄n�=� -0,1391

0,5615⁄6� = 0,6068 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� 0,1767

0,5615⁄√6� = 0,7708 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,4248

0,5615⁄√6� = 1,8531 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,7406


(33)

Kadar nitrit pada seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 2 menit

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 15,4561 μg/g ± (4,0321x 0,5615/√6) = 15,4561 ± 0,9242 μg/g


(34)

Lampiran 21. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 4 menit No. Absorban JumLah Nitrat (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,0677 13,1235 0,3609 0,130248

2 0,0670 12,9672 0,2046 0,041861

3 0,0662 12,7887 0,0261 0,000681

4 0,0656 12,6548 -0,1078 0,011620

5 0,0652 12,5655 -0,1971 0,038848

6 0,0648 12,4762 -0,2864 0,082024

X= 12,7626 Σ(X-X)2= 0,305282

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 0,305282

6-1 = � 0,305282

5 = 0,2471

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel.

t hitung 1 = � X-X SB⁄n�=�

0,3609

0,2471⁄√6� = 3,5775 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,2046

0,2471⁄√6� = 2,0281 t hitung 3 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,0261

0,2471⁄√6� = 0,2587 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� -0,1078

0,2471⁄√6� = 1,0686 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,1971

0,2471⁄√6� = 1,9538 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,2864


(35)

Kadar nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 4 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 12,7626 μg/g ± (4,0321x 0,2471/6) = 12,7626 ± 0,4067 μg/g


(36)

Lampiran 22. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit No. Absorban Jumlah Nitrat (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,0616 11,7366 -0,1225 0,015006

2 0,0619 11,8034 -0,0557 0,003102

3 0,0621 11,8480 -0,0111 0,000123

4 0,0623 11,8925 0,0334 0,001115

5 0,0624 11,9148 0,0557 0,003102

6 0,0626 11,9593 0,1002 0,010040

X=11,8591 Σ(X-X)2= 0,032488

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 0,032488

6-1 = � 0,032488

5 = 0,0806

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

-0,1225

0,0806⁄√6� = 3,7228 t hitung 2 = � X-X

SB⁄n�=� -0,0557

0,0806⁄√6� = 1,6927 t hitung 3 = � X-X

SB⁄n�=� -0,0111

0,0806⁄√6� = 0,3373 t hitung 4 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,0334

0,0806⁄√6� = 1,0150 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,0557

0,0806⁄√6� = 1,6927 t hitung 6 = � X-X

SB⁄n�=� 0,1002


(37)

Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 11,8591 μg/g ± (4,0321x 0,0806/√6) = 11,8591 ± 0,1326 μg/g


(38)

Lampiran 23. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 2 menit No. Absorban Jumlah Nitrat (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,2179 35,1530 2,4176 5,844789

2 0,2150 34,1486 1,4132 1,997134

3 0,2117 33,0549 0,3195 0,102080

4 0,2092 32,1426 -0,5928 0,351411

5 0,2072 31,3824 -1,3530 1,830609

6 0,2050 30,5309 -2,2045 4,859820

X= 32,7354 Σ(X-X)2= 14,985843

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = �

14,985843 6-1 = �

14,985843

5 = 1,7312

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄n�=�

2,4176

1,7312⁄√6� = 3,4206 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� 1,4132

1,7312⁄√6�= 1,9995 t hitung 3 = � X-X

SB⁄n�=� 0,3195

1,7312⁄6� = 0,4520 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� -0,5928

1,7312⁄√6� = 0,8475 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� -1,3530

1,7312⁄√6� = 1,9143 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� -2,2045


(39)

Kadar nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 2 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 32,7354 μg/g ± (4,0321 x 1,7312/√6) = 32,7354 ± 2,8497 μg/g


(40)

Lampiran 24. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 4 menit No. Absorban Jumlah Nitrat (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,1617 25,7910 1,0379 1,077236

2 0,1606 25,4266 0,6735 0,453602

3 0,1594 25,0012 0,2481 0,061553

4 0,1584 24,6063 -0,1468 0,021550

5 0,1571 24,1811 -0,5720 0,327184

6 0,1532 23,5129 -1,2402 1,538096

X =24,7531 Σ(X-X)

2

= 3,479221

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 3,479221

6-1 = � 3,479221

5 = 0,8341

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

1,0379

0,8341⁄√6� = 3,0479 t hitung 2 = � X-X

SB⁄n�=� 0,6735

0,8341⁄√6�= 1,9778 t hitung 3 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,2481

0,8341⁄√6� = 0,7285 t hitung 4 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,1468

0,8341⁄√6� = 0,4311 t hitung 5 = � X-X

SB⁄n�=� -0,5720

0,8341⁄6� = 1,6797 t hitung 6 = � X-X

SB⁄n�=� -1,2402


(41)

Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 4 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 24,7531 μg/g ± (4,0321x 0,8341/√6) = 24,7531 ± 1,3730 μg/g


(42)

Lampiran 25. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 6 menit No. Absorban Jumlah Nitrat (μg/g) (X-X) (X-X )2

1 0,1421 22,7631 0,5605 0,314160

2 0,1427 22,4358 0,2332 0,054382

3 0,1432 21,9001 -0,3025 0,091506

4 0,1436 22,0192 -0,1834 0,033635

5 0,1439 22,0787 -0,1239 0,015351

6 0,1442 22,0191 -0,1835 0,033672

X= 22,2026 Σ

(X-X)2= 0,542706

SB = �∑�X-X� 2

n-1 = � 0,542706

6-1 = � 0,542706

5 = 0,3294

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄n�=�

0,5605

0,3294⁄√6� = 4,1667 (data ditolak) t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,2332

0,3294⁄√6�= 1,7341 t hitung 3 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,3025

0,3294⁄√6� = 2,2494 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� -0,1834

0,3294⁄√6� = 1,3638 t hitung 5 = � X-X

SB⁄n�=� -0,1239

0,3294⁄√6� = 0,9213 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,1835


(43)

Kadar nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 6 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 22,2026 μg/g ± (4,0321 x 0,3294/√6) = 22,2026± 0,5422 μg/g


(44)

Lampiran 26. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 2 menit No. Absorban Jumlah Nitrat

(μg/g) (X-X) (X-X )

2

1 0,1783 31,7417 0,7347 0,539784

2 0,1786 31,3162 0,3092 0,095604

3 0,1790 31,0729 0,0659 0,004342

4 0,1796 30,8297 -0,1773 0,031435

5 0,1802 30,6776 -0,3294 0,108504

6 0,1807 30,4040 -0,6030 0,363609

X= 31,0070 Σ(X-X)2= 1,143278

SB = �∑��−��

2

�−1 = �

1,143278 6−1 = �

1,143278

5 = 0,4781

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

0,7347

0,4781⁄√6� = 3,7641 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,3092

0,4781⁄√6�= 1,5841 t hitung 3 = � X-X

SB⁄n�=� 0,0659

0,4781⁄√6� = 0,3376 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� -0,1773

0,4781⁄√6� = 0,9083 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,3294

0,4781⁄√6� = 1,6876 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,6030


(45)

Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 2 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 31,0070 μg/g ± (4,0321 x 0,4781/√6) = 31,0070 ± 0,7869 μg/g


(46)

Lampiran 27. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 4 menit No. Absorban Jumlah Nitrat

(μg/g) (X-X) (X-X )

2

1 0,1534 25,7797 0,3748 0,140475

2 0,1511 25,2986 -0,1063 0,011299

3 0,1501 25,2383 -0,1666 0,027755

4 0,1493 25,1781 -0,2268 0,051438

5 0,1487 25,1180 -0,2869 0,082311

6 0,1473 25,8171 0,4122 0,169908

X= 25,4049 Σ(X-X)2= 0,483186

SB = �∑��−��

2

�−1 = �

0,483186 6−1 = �

0,483186

5 = 0,3108

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄√n�=�

0,3748

0,3108⁄√6� = 2,9538 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� -0,1063

0,3108⁄√6�= 0,8377 t hitung 3 = � X-X

SB⁄n�=� -0,1666

0,3108⁄√6� = 1,3130 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� -0,2268

0,3108⁄√6� = 1,7874 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� -0.2869

0,3108⁄√6� = 2,2611 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,4122


(47)

Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 4 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 25,4049 μg/g ± (4,0321 x 0,3108/√6) = 25,4049± 0,5116 μg/g


(48)

Lampiran 28. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit No. Absorban Jumlah Nitrat

(μg/g) (X-X) (X-X )

2

1 0,1210 17,8297 1,4807 2,192472

2 0,1187 17,0494 0,7004 0,490560

3 0,1174 16,5991 0,2501 0,062550

4 0,1154 15,9388 -0,4102 0,168264

5 0,1135 15,3383 -1,0107 1,021514

6 0,1122 15,3389 -1,0101 1,020302

X= 16,3490 Σ(X-X)

2

= 4,955662

SB = �∑��−��

2

�−1 = �

4,955662 6−1 = �

4,955662

5 = 0,9955

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka

t(α/2,dk) = 4,0321. Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 1 = � X-X SB⁄n�=�

1,4807

0,9955⁄√6� = 3,6433 t hitung 2 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,7004

0,9955⁄√6�= 1,7233 t hitung 3 = � X-X

SB⁄√n�=� 0,2501

0,9955⁄√6� = 0,6153 t hitung 4 = � X-X

SB⁄n�=� -0,4102

0,9955⁄√6� = 1,0090 t hitung 5 = � X-X

SB⁄√n�=� -1,0107

0,9955⁄√6� = 2,4868 t hitung 6 = � X-X

SB⁄√n�=� -1,0101


(49)

Kadar Nitrat pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit:

μ = � ± (tα/2, dk) x SB/√n)

= 16,3490 μg/g ± (4,0321 x 0,9955/√6) = 16,3490 ± 1,6386 μg/g


(50)

Lampiran 29. Hasil Uji Perolehan Kembali Nitrit dan Nitrat Setelah Penambahan Masing-Masing Larutan Standar Pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit

1. Hasil Analisis Nitrit Setelah Penambahan Larutan Standar Nitrit

Sampel Serapan λ 540 nm Konsentrasi Persen Perolehan Kembali (%) Sebelum penambahan Baku (µg/g) Baku yang ditambahkan (µg/mL) Setelah penambahan Baku (µg/g)

1 0,1075 11,7366 9,88 22,0066 103,93

2 0,1078 11,8034 9,77 21,8339 102,62

3 0,1080 11,8480 9,79 21,9205 102,85

4 0,1083 11,8925 9,65 21,6675 101,29

5 0,1084 11,9148 9,78 22,0010 103,03

6 0,1088 11,9593 9,60 21,6711 101,12

X

�= 102,47

2. Hasil Analisis Nitrat Setelah Penambahan Larutan Standar Nitrat

Sampel Serapan λ 540 nm Konsentrasi Persen Perolehan Kembali (%) Sebelum penambaha n Baku (µg/g) Baku yang ditambahkan (µg/mL) Setelah penambaha n Baku (µg/g)

1 0,1771 17,8297 19,95 35,2634 87,58

2 0,1776 17,0494 19,79 34,9295 90,31

3 0,1782 16,5991 19,75 34,9484 92,87

4 0,1787 15,9388 19,58 34,5947 95,25

5 0,1791 15,3383 19,48 34,4247 97,96

6 0,1797 15,3389 19,52 34,6408 98,86

X


(51)

selama 6 menit

Volume sampel yang digunakan = 10 mL Absorbansi analisis (Y) :

Nitrit (540 nm) = 0,1075 Nitrat (540 nm) = 0,1771

Persamaan regresi pada panjang gelombang maksimum Nitrit dan Nitrat

(λ=540 nm) : Y = 0,5534 X + 0,0089

Konsentrasi Nitrit: Y = 0,5534 X + 0,0089 0,1075 = 0,5534 X + 0,0089

X = 0,1781

Konsentrasi Nitrat:Y = 0,5534 X + 0,0089 0,1771 = 0,5534 X + 0,0089

X = 0,3039

1. Perhitungan Uji PeDeminerallehan Kembali Nitrit Kadar = Konsentrasi nitrit (µg/mL)

Berat sampel(g) x volume (mL) x Faktor pengenceran = 0,1781 µg/mL × 250 mL × 5

10,1203 g

= 22,0067 µg/g (CF)

Kadar nitrit sampel sebelum ditambah larutan baku (CA) = 11,7366 µ g/g Kadar larutan baku yang ditambahkan (C*A)

C*A = Konsentrasi baku yang ditambahkan

Berat Sampel × mL yang ditambahkan = 10 µg/mL

10,1203 g× 10 mL = 9,8811 µg/g


(52)

Maka persen perolehan kembali nitrit = CF-CA

CA* × 100 %

= �22,0067-11,7366� µg/g

9,8811 µg/g × 100% = 103,93 %

2. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Nitrat Kadar nitrit =Konsentrasi nitrat (µg/mL)

Berat sampel(g) x volume (mL)x Faktor pengenceran = 0,3039 µg/mL × 250 mL × 5

10,0243 g

= 37,9003 µg/g

Kadar nitrit dari reduksi nitrat = Kadar total nitrit sesudah reduksi – Kadar nitrit sebelum reduksi

= 37,9003 μg/g– 11,7366 μg/g

= 26,1637 μg/g

Karena hasil pembacaan alat spektrofotometer untuk nitrat adalah sebagai nitrit. Oleh sebab itu hasil pembacaan harus dikonfersikan.

NO2 NO3

=

MR MR

NO2 NO3

=

46 62

NO3

=

62 46

NO3 = 1,3478NO2

Kadar nitrat = kadar nitrit dari reduksi nitrat x 1,3478

= 26,1637 μg/g x 1,3478 = 35,2634 µg/g (CF )

Kadar nitrat sampel setelah ditambah larutan baku (CF ) =35,2634 µg/g Kadar nitrat sampel sebelum ditambah larutan baku (CA) = 17,8297 µ g/g


(53)

C*A = Konsentrasi baku yang ditambahkan

Berat sampel × mL yang ditambahkan = 100 µg/mL

10,0243 g × 2 mL = 19,9515 µg/g

Maka persen perolehan kembali nitrat = CF - CA CA*

× 100 %

=�35,2634-17,8297� µg/g

19,9515 µg/g × 100% = 87,58%


(54)

Lampiran 31. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standard

Deviation, RSD) Persen Perolehan Kembali Nitrit

No. Persen PeDeminerallehan Kembali

(Xi) (Xi - X� ) (Xi - X� ) 2

1 103,93 1,46 2,1316

2 102,62 0,15 0,0225

3 102,85 0,38 0,1444

4 101,29 -1,18 1,3924

5 103,03 0,56 0,3136

6 101,12 -1,35 0,1225

X

�= 102,47 ∑ = 4,127

SD = �∑(Xi-X�) 2

n-1

= �4,127 5

= 0,9085

RSD = SD

X�x 100% = 0,9085

102,47x 100% = 0,88 %


(55)

No. Persen Perolehan Kembali (Xi) (Xi - X� ) (Xi - X� )2

1 87,58 -6,23 38,8129

2 90,31 -3,5 12,2500

3 92,87 -0,94 0,88360

4 95,25 1,44 2,07360

5 97,96 4,15 17,2225

6 98,86 5,05 25,5025

X

�= 93,81 ∑ = 96,7451

SD = �∑(Xi-X�) 2

n-1

= �96,7451 5

= 4,3987

RSD = SD

X�x 100% = 4,3987

93,81x 100% = 4,68%


(56)

Lampiran 33. Hasil Pembacaan Spektrofotometer Waktu Kerja


(57)

1. Sampel seledri segar (0 menit)

2. Sampel yang direbus dengan Air Mineral

Nitrit Pada Daun Segar Nitrat Pada Daun Segar

Nitrit Dengan Perebusan Dengan Air Mineral Selama 2 menit

Nitrat Dengan Perebusan Dengan Air Mineral Selama 2 menit

Nitrit Dengan Perebusan Dengan Air Mineral Selama 4 menit

Nitrat Dengan Perebusan Dengan Air Mineral Selama 4 menit


(58)

3. Sampel yang direbus dengan Air Demineral

Nitrit Dengan Perebusan Dengan Air Demineral Selama 2 menit

Nitrat Dengan Perebusan Dengan Air Demineral Selama 2 menit

Nitrit Dengan Perebusan Dengan Air Demineral Selama 4 menit

Nitrat Dengan Perebusan Dengan Air Demineral Selama 4 menit Nitrit Dengan Perebusan Air Mineral

selama 6 menit

Nitrat Dengan Perebusan Air Mineral selama 6 menit


(59)

Nitrit Dengan Perebusan Dengan Air Demineral Selama 6 menit

Nitrat Dengan Perebusan Dengan Air Demineral Selama 6 menit Gambar 12. Hasil Pembacaan Spektrofotometer Absorbansi dan Konsentrasi Nitrit


(60)

Lampiran 35. Daftar Nilai Distribusi t


(61)

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Anggreini, P. (2016). Pemeriksaan Kadar Nitrat dan Nitrit dalam Bayam (Amaranthus Hybridus) secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Halaman 5.

Benhard, A. (2010). The Nitrogen Cycle : Processes, Players, and Human Impact.

Nature Education Knowledge 2(2) : 12.

Bryan, N.S., dan Lancaster, J.R. (2011). Nitric Oxide Signaling in Health and Disease. Dalam: Bryan, N. S., dan Loscalzo, J. (2011). Nitrite and Nitrate in Human Health and Disease. Nutrition and Health. Halaman 169-170. Chen, M. (2008). Nitrate and Nitrite in Vegetables and Infant Feeding.Food

Safety Focus. Hongkong. Halaman 3.

Chou, S., Jen-Chien, C., dan Deng-Fwu, H. (2003). A High Performance Liquid Chromatography Method for Determining Nitrate and Nitrit Levels in Vegetables. Jurnal of Food and Drug Analysis. 11(3): 223 dan 227.

Chowdhury, A., dan Das, A. (2013). Nitrate Accumulation and Vegetable Quality.

International Journal of Science and Research. ISSN (online) :

2319-7064.

Corre,W.J., dan Breimer, T. (1979). Nitrate and Nitrite in vegetables. Dalam: Ziarati, P., dan Arbabi-Bidgoli, S. (2014). Investigation of Cooking Method on Nitrate and Nitrite Contents in Crops and Vegetables and Assess the Associatied Health Risk. IJPAES. ISSN 2231-4490.

Dias J.S. (2012). Nutritional quality and health benefits of vegetables: AReview. Food Nutrion Sci; 3:1354-1374.DOI: 10.4236/fns.2012.310179.

EFSA. (2008). Nitrate in Vegetables. Scientific Opinion of The Panel on Contaminants in The Food Chain.The EFSA Journal. 689 : 1-79.

Ermer, J., dan McB Miller, J.H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical

Analysis. A Guide to Best Practice. Weinheim: Willey-VCH. Halaman

251-272.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan

Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 64 dan 92.

Harahap, Y.I. (2009). Penentuan Kadar Nitrit pada beberapa Air Sungai di Kota Medan dengan Metode Spektrofotometri (Visible). Ilmiah Karya. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Halaman 30.

Hariana, A. (2011). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 3. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 54-55.


(63)

Herbarium Medanense. (2016). Hasil Identifikasi. Medan: FMIPA USU.

Hess, J. (2000). Meat and Meat products. Dalam: Horwitz, W. (2000). Official Methods of Analysis of AOAC International.Edisi XVII. Virginia : AOAC Inc. Halaman 8.

Hill, M.J. (1996). Nitrates and Nitrites from Food and Water in Relation to Human Disease. Dalam: Hill, M. (1996). Nitrates and Nitrites in Food

and Water. Cambridge: Woodhead Publishing Limited. Halaman 164.

Huarte-Mendicoa J.C., Astiasarán, I., dan Bello, J.(1997).Nitrate and nitrite levels

in fresh and frozen broccoli.Effectof freezing and cooking. Food

Chemistry;58(1-2):39–42.

Jaworska, G. (2005). Content of nitrates, nitrites, and oxalates in New Zealand spinach. Dalam: Özdestan, Ö dan Üren, A. (2011). Effects of Boiling Parameters on the Level of Nitrate, Nitrite and Colour Values of Wild Radish (Raphanus raphanistrum).GIDA 2011 36 (4): 193-200.

Jobgen, W.S., Jobgen, S.C., Li, H., Meininger, C.J., dan Wu, G. (2007). Analysis of Nitrate and Nitrite in Biological Samples Using High-Performance Liquid Chromatography. Jurnal of Chromatography B, 851 71-82.

Keeton, J.T., Osburn, W.N., Hardin, M.D., dan Bryan, N.S. (2009). A National Survey of the Nitrite/Nitrate Concentrations in Cured Meat Products and Non-meat Foods Available at Retail - NPB. Research Report Human

Nutrition. 08: 63.

Masfria., Muchlisyam., Nurmadjuzita., Nurbaya, S., Pardede, T.R., Dalimunte, C. A., Permata, Y.M. (2013). Buku Ajar Analisis Farmasi Kualitatif. Medan: USU Press. Halaman 34-35.

Matondang, N.S. (2015). Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat dalam Kornet Daging Sapi dan Daging Sapi Asap secara Spektrofotometri Sinar Tampak.

Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Halaman 22.

Nejatzadeh-Barandozi, F.,dan Golami-Borujeni, F. (2013). Nitrate and nitrite in leek and spinach from Urmia district and their changes as affected by boiling. International Journal of Environmental Health Engineering.2013;2:46.

Özdestan, Ö dan Üren, A. (2011). Effects of Boiling Parameters on the Level of Nitrate, Nitrite and Colour Values of Wild Radish (Raphanus


(64)

Permenkes RI. (1988). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.722/Menkes/IX/1988 Tentang Bahan Makanan. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Pinem, L.J. (2007). Perbedaan Lingkungan dan Masa Tanam Seledri (Apium

graveolens L.) Terhadap Senyawa Bioaktif Apigenin. Skripsi. Bogor:

Program Studi Biokimia FMIPA IPB. Halaman 12.

Raczuk, J., Wadas, W., dan Glozak, K. (2014). Nitrates and Nitrites in Selected Vegetables Purchased at Supermarkets in Siedlce, Poland. Rocz Panstw

Zakl Hig 2014. 65(1): 16, 18-19.

Razaei, M., Fani, A., Moini, A.L., Mirzajani, P., Malekirad, A.A., dan Rafiei, M. (2014). Determining Nitrate and Nitrite Content in Beverages, Fruits, vegetables, and Stews Marketed in Arak, Iran. International Scholarly

Research Notices. Halaman 1-5.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Hal. 242.

Shokrzadeh, M., Shokravie, M., Ebadi A.G., Babaee, Z., dan Tarighati, A. The Measurement of Nitrate and Nitrite Content in Leek and Spinach Sampled from Central Cities of Mazandaran State of Iran. American-Eurasian

Journal Agriculture and Environment Science. 2 (2): 170.

Silalahi, J. (2005). Masalah Nitrit dan Nitrat dalam Makanan. Medika Jurnal

Kedokteran Indonesia. 31(7): 460 – 46.

Silalahi, J., Dalimunthe, C.A., dan Dewi, S.S. (2007). Pemeriksaan Kadar Nitrit dan Nitrat di Dalam Air Minum yang Berasal dari Sumur di Beberapa Daerah Sumatera Utara. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia. Halaman 306-309.

SNI. (2006). Air Minum Dalam Kemasan.Standar Nasional Indonesia. SNI 01-3553-2006. Badan Standarisasi Nasional. Halaman 1.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Halaman 93, 168. Sun, J., Zhang, X., Broderick, M., dan Fein, H. (2003). Measurement of Nitric

Oxide Production in Biological Systems by Using Griess Reaction Assay.

Sensors, 3,276-284.

Svehla, G. (1979).Vogel’sTextbook Of Macro And Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Penerjemah: Setiono, L., dan Pudjaatmaka, A. H. (1985). Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan

Semimikro.Edisi V. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.Halaman 332 dan


(65)

Publishing Limited. Halaman 97, 101-105.

Watson, D. G. (1999). Pharmaceutical Analysis: A Textbook for Pharmacy

Students and Pharmaceutical Chemists. UK: University of Strathclyde,

Glaslow. Halaman 13.

WHO. (2011). Nitrate Nitrite in Drinking-Water. World Health Organization, 20 Avenu Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland. Halaman 7-9.


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimental yaitu untuk mengetahui pengaruhlamanya waktu perebusan jenis air yang digunakan terhadap kandungan nitrat dan nitrit dalam seledri .

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara pada Februari-April 2016.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit alat spektrofotometer uv-vis (UV mini- 1240 Shimadzu) (Gambar alat dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 32), neraca analitik (Boeco Germany), penangas air, kertas saring, kertas perkamen, kertas lakmus, tissue, bola karet, spatula, termometer, plat tetes, tabung reaksi, penjepit tabung, batang pengaduk, lumpang dan alu serta alat-alat gelas sesuai dengan kebutuhan.

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analis produksi E-Merck yaitu natrium nitrit, asam sulfanilat, N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida, asam asetat glasial, asam sulfat 98%, kalium permanganat,difenilamin, natrium hidroksida serbuk Zn dan yang tidak berkualitas pro analisis yaitu air suling, airmineral yaitu air PDAM, dan air demineral yaitu aqua bidest.


(67)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seledri atau yang biasa disebut dengan daun sop. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan, dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Sudjana, 2005). Sampel diperoleh dari Pajak Sore Padang Bulan Medan.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembuatan Pereaksi

Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan asam asetat 15% (v/v), larutan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida, dan larutan asam sulfanilat. Larutan asam asetat 15% (v/v) dibuat dengan cara diencerkan 75 mL asam asetat glasial dengan air suling dalam labu tentukur 500 mL (Hess, 2000; Matondang, 2015).

Larutan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dibuat dengan cara dilarutkan 0,350 g N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida di dalam 250 mL asam asetat 15% (v/v). Disaring dengan kertas saring dan disimpan dalam botol berwarna coklat (Hess, 2000; Matondang, 2015).

Larutan asam sulfanilat dibuat dengan dilarutkan 0,850 g asam sulfanilat di dalam 250 mL asam asetat 15% (v/v). Disaring dengan kertas saring dan disimpan dalam botol berwarna coklat (Hess, 2000; Matondang, 2015).


(68)

3.5.2 Identifikasi Nitrit

Diambil sebagian sampel yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan dalam beaker glass, ditambahkan air suling secukupnya, dipanaskan di atas penangas air beberapa saat sambil diaduk-aduk, kemudian didinginkan dan disaring. Lalu dilakukan identifikasi yaitu:

1. Dimasukkan filtrat ke dalam plat tetes, ditambahkan larutan asam sulfanilat dan larutan NED akan terbentuk warna ungu merah (Svehla, 1985).

2. Dimasukkan filtrat kedalam tabung reaksi, ditambahkan 2 tetes H2SO4 pekat dan 1 tetes KMNO4 maka warna ungu dari KMNO4 akan hilang (Masfria, dkk., 2013).

3. Dimasukkan filtrat kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan difenil amin dalam H2SO4 pekat akan terbentuk warna biru (Masfria, dkk., 2013).

3.5.3 Identifikasi Nitrat

Diambil sebagian sampel yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan dalam beaker glass, ditambahkan air suling secukupnya, dipanaskan di atas penangas air beberapa saat sambil diaduk-aduk, kemudian didinginkan dan disaring. Lalu dilakukan identifikasi yaitu:

1. Filtrat sampel dipanaskan dengan serbuk Zn dan NaOH akan terbentuk NH3, yang akan membirukan lakmus merah (Masfria, dkk., 2013).

2. Dimasukkan filtrat kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan difenil amin dalam H2SO4 pekat akan terbentuk warna biru (Masfria, dkk., 2013).


(69)

Serbuk natrium nitrit sebanyak 100 mg dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dilarutkan dalam air suling, kemudian dicukupkan volumenya sampai garis tanda (C = 1000 μg/mL) (LIB I). Dipipet 1 mL LIB I dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL kemudian diencerkan dengan air

suling sampai garis tanda (C = 10 μg/mL) (LIB II) (Matondang, 2015). 3.6 Penetapan Kadar Nitrit dan Nitrat

3.6.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Nitrit Baku

Dilakukan pemipetan sebanyak 4 mL LIB II nitrit dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok, setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan, diukur serapan pada panjang gelombang 400 − 800 nm dengan

blanko air suling (C = 0,8 μg/mL). Kurva serapan selanjutnya digunakan untuk penentuan waktu kerja dan penentuan kadar nitrit dalam sampel (Matondang, 2015).

3.6.2 Penentuan Waktu Kerja Nitrit Baku

Dilakukan pemipetan LIB II nitrit sebanyak 4 mL dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok, setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan, diukur serapan pada panjang gelombang 540 nm setiap menit


(70)

selanjutnya digunakan untuk penentuan kadar nitrit dan nitrat dalam sampel (Matondang, 2015).

3.6.3 Penentuan Kurva Kalibrasi Nitrit Baku

Dari LIB II dengan konsentrasi 10μg/mL, dipipet masing-masing sebanyak 2 mL, 3 mL, 4mL, 5 mL, dan 6 mL (0,4 μg/mL; 0,6 μg/mL; 0,8 μg/mL; 1,0 μg/mL; 1,2 μg/mL). Masing-masing dimasukkan kedalamlabu tentukur50 mL,kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada menit ke-12 pada panjang gelombang 540 nm. Kurva kalibrasi selanjutnya digunakan untuk penentuan kadar nitrit dan nitrat dalam sampel (Hess, 2000; Matondang, 2015).

3.6.4 Proses Perebusan Seledri

Seledri segar (± 40 g) dimasukkan kedalam panci stainles. Direbus dengan 2 air yang berbeda yaitu air mineral dan demineral sebanyak 500 mL selama 2, 4 dan 6 menit.

3.6.5 Penentuan Kadar Nitrit dalam Seledri (Apium graveolens L.)

Penentuan kadar nitrit dalam sayur selada menurut Association Official

Methods Of Analytical Chemists (AOAC)edisi XVII, (2000). Sampel yang telah

dihaluskan sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL. Kemudian ditambah air suling panas (± 80ºC) sampai volume 150 mL. Diaduk hingga homogen dengan batang pengaduk dan dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit sambil diaduk. Didinginkan pada suhu kamar dan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 250 mL. Ditambahkan air suling sampai garis


(71)

10 mL filtrat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada menit ke-12 dan panjang gelombang 540 nm (Hess, 2000; Matondang, 2015; Shokrzadeh,et al., 2007).

Kadar nitrit dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi Y = aX+b. Rumus perhitungan kadar nitrit:

K = X x V x Fp Berat Sampel (g)

Keterangan: Y = Absorban

K = Kadar nitrit dalam sampel (μg/g)

X = Kadar nitrit dalam larutan sampel sesudah pengenceran V = Volume larutan sampel sebelum pengenceran (mL) Fp = Faktor pengenceran

3.6.6 Penentuan Kadar Nitrat dalam Seledri (Apium graveolens L.)

Sampel yang telah dihaluskansebanyak 10 g dimasukkan ke dalam beaker

glass 250 mL. Kemudian ditambah air suling panas (± 80ºC) sampai volume 150

mL. Diaduk hingga homogen dengan batang pengaduk dan dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit sambil diaduk. Didinginkan pada suhu kamar dan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 250 mL. Ditambahkan air suling sampai garis tanda, dihomogenkan dan disaring, filtrat pertama sekitar 10 mL dibuang. Dipipet 10 mL filtrat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan sedikit logam Zn (1 g) didiamkan 10 menit, kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan


(72)

dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada menit ke-12 dan panjang gelombang 540 nm. Kadar nitrat dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi Y = aX+b (Hess, 2000; Matondang, 2015; Shokrzadeh,et al., 2007).

Rumus perhitungan kadar nitrat:

K = X x V x Fp Berat Sampel (g)

Keterangan: Y = Absorban

K = Kadar nitrat dalam sampel (μg/g)

X = Kadar nitrat dalam larutan sampel sesudah pengenceran V = volume larutan sampel sebelum pengenceran (mL) Fp = Faktor pengenceran

Kadar nitrit dari reduksi nitrat = Kadar total nitrit sesudah reduksi – Kadar nitrit sebelum reduksi.

Karena hasil pembacaan alat spektrofotometer untuk nitrat adalah sebagai nitrit, oleh sebab itu hasil pembacaan harus dikonfersikan.

Kadar nitrat = kadar nitrit dari reduksi nitrat x ��������

��������

3.6.7 Penentuan Kadar Nitrit dalam Air Mineral

Sampel sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 250 ml, kemudian ditambahkan 1 ml asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 1mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Dan kemudian diukur pada menit ke-12 dan panjang gelombang 540 nm (Harahap, 2009). Rumus perhitungan kadar nitrit dalam air dapat dilihat pada prosedur 3.6.5.


(73)

dengan prosedur diatas.

3.6.8 Penentuan Kadar Nitrat dalam Air Mineral

Sampel sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 250 ml, ditambahkan sedikit logam Zn (1 g) didiamkan 10 menit, kemudian ditambahkan 1mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 1mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada menit ke-12 dan panjang gelombang 540 nm.Rumus perhitungan kadar nitrit dalam air dapat dilihat pada prosedur 3.6.6. Kadar nitrat pada air demineral sebelum dan sesudah perebusan dilakukan sama dengan perebusan diatas.

3.7 Uji Validasi Metode Analisis 3.7.1 Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali nitrit dan nitrat dapat dilakukan dengan menambahkan larutan baku ke dalam sampel kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel (prosedur 3.6.5 untuk nitrit dan prosedur 3.6.6 untuk nitrat). Larutan baku untuk nitrit ditambahkan sebanyak 10 mL dengan konsentrasi 10 μg/mL dan untuk nitrat sebanyak 2 mL dengan konsentrasi 100

μg/mL (Matondang,2015).

Menurut Harmita (2004) persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus: % perolehan kembali = CF −CA

CA∗ × 100 % Keterangan:

CF = Konsentrasi analit dalam sampel setelah penambahan bahan baku CA = Konsentrasi analit dalam sampel sebelum penambahan bahan baku C*A = Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan ke dalam sampel


(74)

3.7.2 Uji Presisi

Menurut Sudjana (2005) berdasarkan hasil perolehan kembali nitrit dan nitrat ditentukan standar deviasi nitrit dan nitrat. Untuk menghitung standar deviasi (SD) digunakan rumus:

SD = �∑(X−X�)2 n−1

Keterangan : X = Kadar kandungan zat dalam sampel

X

� = Kadar kandungan zat rata-rata sampel n = JumLah pengulangan

Berdasarkan nilai standar deviasi yang didapat, dihitung simpangan baku relatif nirit dan nitrat. Simpangan baku relatif dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

RSD =��

� x 100%

Keterangan: � = Kadar kandungan rata-rata zat dalam sampel SD = Standar deviasi

RSD =Relative Standard Deviation, Simpangan Baku Relatif

3.7.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitas

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko (Harmita, 2004).

Rumus perhitungan batas deteksi: ����/�

�����

Batas kuantitas atau limit of quantitation (LOQ) adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004). Batas kuantitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Batas kuantitasi = 10���/�


(75)

Untuk menentukan apakah data diterima atau ditolak digunakanrumus: t hitung =� X−X�

SD /n�

Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel. Menurut Sudjana (2005) untuk mencari kadar sebenarnya dengan %, α 1/2 , dk = n-1, dapat digunakan rumus :

µ = X�± (t (α/2, dk) x SD/√n ) Keterangan : µ : kadar sebenarnya

X� : kadar analit dalam sampel SD : standar deviasi

dk : derajat kebebasan (dk = n-1)

t : harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α : tingkat kepercayaan n : jumlah pengulanga


(76)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam Seledri

Uji kualitatif untuk nitrit telah dilakukan dengan berbagai pereaksi identifikasi yaitu dengan asam sulfanilat dan NED; H2SO4 (p) dan KMnO4 serta Difenilamin dan H2SO4 (p).Uji kualitatif untuk nitrat dilakukan dengan pereaksi identifikasi yaitu dengan Zn dan NaOH dan Difenilamin dan H2SO4 (p). Identifikasi nitrat dan nitrit dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam Seledri

NO Sampel dan Cara Perebusan Lama Perebusan (Menit) Asam Sulfanilat dan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida Pereaksi H2SO4 (p) dan KMnO4 Pereaksi Difenil-amin dan H2SO4 (p)

Pereaksi Zn + NaOH 1 Perebusan dengan air demineral 2 Ungu merah muda (+)

(+) Biru (+)

Membirukan lakmus merah

(+)

4 Ungu merah

muda (+) (+) Biru (+)

Membirukan lakmus merah

(+)

6 Ungu merah

muda(+) (+) Biru (+)

Membirukan lakmus merah (+) 2 Perebusan dengan air mineral

2 Ungu merah

(+) (+) Biru (+)

Membirukan lakmus merah

(+)

4 Ungu merah

muda (+) (+) Biru (+)

Membirukan lakmus merah

(+)

6 Ungu merah

muda (+) (+) Biru (+)

Membirukan lakmus merah

(+)

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada sampel seledri mengandung nitrit yag dibuktikan dengan beberapa pereaksi yang positif. Pada hasil identifikasi


(77)

yang berbeda, dimana semakin cerah intensitas warna yang dihasilkan maka semakin tinggi kadar nitrit yang diperoleh. Dari Tabel 4.1 juga dapat dilihat bahwa sampel seledri mengandung nitrat karena semua reaksinya positif. Gambar hasil identifikasi nitrit dan nitrat dalam seledri dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4halaman 47-49.

4.2 Kurva Serapan Nitrit

Panjang gelombang maksimum dipeoleh dengan cara membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Penentuan kurva serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang 400 − 800 nm (Rohman, 2007)). Pengukuran serapan

nitrit dilakukan pada konsentrasi 0,8 μg/mL. Kurva serapan nitrit pada konsentrasi

0,8 μg/mL dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kurva Serapan nitrit pada konsentrasi 0,8 μg/mL

Berdasarkan Gambar 4.1, serapan nitrit adalah pada panjang gelombang 540 nm. Panjang gelombang tersebut sesuai dengan panjang gelombang nitrit


(78)

pada serapan maksimum, yaitu 540 nm (Hess,2000). Kurva serapan digunakanuntuk penentuan waktu kerja dan penentuan kadar nitrit maupun nitrat dalam sampel.

4.3 Waktu Kerja

Penentuan waktu kerja nitrit dilakukan untuk mengetahui waktu dimana senyawa tersebut memiliki nilai serapan paling stabil saat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak (Rohman, 2007). Penentuan waktu kerja nitrit dilakukan pada konsentrasi 0,8 µg/mL diukur setiap menit selama 60 menit dimulai pada menit ke-3. Tabel waktu kerja dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 57. Kurva waktu kerja nitrit dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Kurva waktu kerja nitrit

Berdasarkan Gambar 4.2, diperoleh waktu yang paling stabil adalah menit ke-11 sampai menit ke-14 dengan konsentrasi 0,8 μg/mL dimana pada menit tersebut absorbansi stabil. Waktu kerja yang digunakan yaitu pada menit ke-12. Penentuan waktu kerja selanjutnya digunakan untuk penentuan kadar nitrit dan nitrat dalam sampel.

0,4420 0,4430 0,4440 0,4450 0,4460 0,4470 0,4480 0,4490

5 15 25 35 45 55


(79)

4.4.1 Kurva Kalibrasi

Kurva Kalibrasi adalah suatu seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi (Gandjar dan Rohman, 2007). Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi ini

adalah 0,4 μg/mL; 0,6 μg/mL; 0,8 μg/mL; 1,0 μg/mL dan 1,2 μg/mL. Kurva kalibrasi nitrit dapat dilihat pada Gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi nitrit baku

Dari Gambar 4.3, diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan absorbansi. Persamaan garis regresi yang diperoleh yaitu Y = 0,5534X + 0,0089 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9999. Nilai r > 0,99 menunjukkan adanya korelasi linier antara X dan Y (Watson, 1999).

y = 0,553x + 0,008 R² = 0,999

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

A

b

so

rb

a

n

si


(80)

4.4.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman61. Batas deteksi nitrit dan nitrat adalah 0,0459 mg/kgsedangkan batas kuantitasinitrit dan nitrat adalah0,1530 mg/kg.

Batas deteksi merupakan parameter uji batas yang dilakukan untuk mendeteksi jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih memberikan respon signifikan dengan blanko sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

4.5Pengaruh Lama Perebusan dan Jenis Air yang digunakan Terhadap Kadar Nitrat dan Nitrit Dalam Seledri

Sampel yang digunakan adalah Seledri. Seledri direbus dengan air mineral dan air demineral selama 2-6 menit. Sampel yang telah disiapkan kemudian diukur pada panjang gelombang 540 nm. Contoh perhitungan kadar nitrit dan nitrat pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman62. Analisa data statistik untuk menghitung kadar nitrit dan nitrat pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman65. Pengaruh perebusan terhadap kadar nitrat dan nitrit dalam seledri yang direbus dengan air mineral dan demineral dapat dilihat dalam Tabel 4.2, Gambar 4.4, Gambar 4.5,Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 berikut:


(81)

No Sampel dan Cara Perebusan Lama Perebusan Kadar Nitrit (mg/kg) Kadar Nitrat (mg/kg) 1. Perebusan Dengan air Mineral

0 25,57 ± 0,2860 52,17 ± 2,0210 2 21,31 ± 0,3172 32,73 ± 2,8497 4 15,41 ± 0,1397 24,75 ± 1,3730 6 13,39± 0,6472 22,20 ± 0,5422

2.

Perebusan Dengan air Demineral

0 25,57 ± 0,2860 52,17 ± 2,0210 2 15,46 ± 0,9242 31,00 ± 0,7869 4 12,76 ± 0,4067 25,40± 0,5116 6 11,86 ± 0,1326 16,35 ± 1,6386

Gambar 4.4Grafik pengaruh perebusan dengan air mineral terhadap kadar nitrat dan nitrit dalam seledri

0 10 20 30 40 50 60

0 2 4 6

Ka da r N itr it da n N itr at (m g/ kg ) waktu (menit)

Air Mineral

Nitrit Nitrat


(82)

Gambar 4.5 Grafik pengaruh perebusan dengan air demineral terhadap kadar nitrat dan nitrit dalam seledri

Gambar 4.6 Grafik Pengaruh perebusan seledri dengan air mineral dan demineralterhadap kandungan nitrit

0 10 20 30 40 50 60

0 2 4 6

Ka da r N itr it da n N Itr at (m g/ kg ) Waktu (menit)

Air Demineral

Nitrit Nitrat 0 5 10 15 20 25 30

0 2 4 6

Ka da r N Itr it (m g/ kg ) Waktu (menit) Air Mineral Air Demineral


(83)

Gambar 4.7 Grafik Pengaruh perebusan seledri dengan air mineral dan demineral terhadap kandungan nitrat

Dari Tabel 4.2, Gambar 4.4, Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan kadar nitrat dan nitrit dalam air perebusan yang berbeda dan pengaruh lamanya perebusan. Pada perebusan dengan air mineral, kadar nitrat akan menurun dengan bertambahnya waktu perebusan demikian juga pada nitrit. Namun, kadar nitrat penurunanya lebih besar sebanyak 24% dari menit ke-2 hingga menit yang ke-4 (dari 32,75 menjadi 24,75).

Sama halnya pada perebusan dengan air demineral, kadar nitrat dan nitrit akan menurun dengan bertambahnya waktu perebusan. Penurunan kadar nitrat dalam jumlah yang besar sebanyak 35% (25,40 menjadi 16,35) dari menit ke-4 hingga ke-6. Penurunan kadar nitrat dan nitrit dalam air demineral lebih besar dibandingkan dengan air mineral. Hal ini dikarenakan sifat air demineral yang agresif sehingga dapat menarik material lain yang berada disekitarnya (WHO,2005).

0 10 20 30 40 50

0 2 4 6

Ka

da

r N

itr

at

(m

g/

kg

)

Waktu (menit)

Air Mineral


(84)

Jika dibandingkan dengan kadar nitrat dan nitrit tanpa perebusan pada 0 menit adalah 52,17 mg/kg dan 25,87 mg/kg (Lampiran 15) maka dengan pengaruh perebusan dapat menurunkan kadar nitrat dan nitrit. Dari data diatas juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kadar nitrat dan nitrit yang direbus dengan air demineral dan air mineral. Dimana, kadar nitrat dan nitrit pada air mineral lebih tinggi dibandingkan pada air demineral. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh tidak adanya kandungan nitrat dan nitrit dalam air demineral, namun perbedaannya tidak begitu besar antara air mineral dan demineral .

Kadar nitrat dan nitrit pada air mineral sebelum perebusan telah analisisyaitu 10,88 mg/L dan 2,71 mg/L. Setelah perebusan kadar nitrat dan nitrit juga diukur yaitu 41,45 mg/L dan 14,16 mg/L. Pada air demineral tidak mengandung nitrat dan nitrit. Setelah perebusan kadar nitrat dan nitrit air demineral adalah 37,11 mg/L dan 11,48 mg/L. dari data ini dapat dilihat bahwa kadar nitrat dan nitrit dalam air perebusan kedua air tersebut meningkat disebabkan oleh larutnya nitrat dan nitrit didalam air rebusan tersebut.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar nitrat lebih besar dibandingkan dengan penurunan kadar nitrit. Menurut Barandozi dan Borujeni (2013) pada bawang perai dan bayam yang direbus menunjukkan penurunan kadar nitrat dan nitrit pada bayam dan bawang perai. Ditemukan bahwa antara 23% dan 61% dari nitrat yang terkandung dalam sayuran segar hilang ketika sayuran tersebut direbus. Perebusan mengurangi kadar nitrat karena nitrat larut dan memiliki kecenderungan untuk mudah terbawa kedalam air rebusan (Huarte, et al., 1997).


(85)

nitrat lebih tinggi daripada kadar nitrit. Hal ini disebabkan karena lebih dari 90% nitrogen diserap tanaman dalam bentuk nitrat.Menurut Hill (1996) kadar nitrat pada seledri adalah 50-5300 mg/kg.

Proses perebusan memang cenderung menurunkan kadar nitrat karena nitrat larut dan mudah tercuci ke dalam air, tetapi perlu diperhatikan pada air rebusan sayuran karena kadar nitrat pada air rebusan akan meningkat. Hal ini penting untuk tidak menggunakan sayur air rebusan untuk digunakan dalam membuat makanan bayi, dan perlu diperhatikan untuk makanan seperti sup, mie kuah (Nejatzadeh-Barandozi dan Golami-Borujeni,2013).

Penggunaan nitrit perlu dibatasi karena nitrit dapat bereaksi dengan amin-amin primer dan sekunder membentuk nitrosamin-amine. Nitrit bereaksi dengan senyawa amin, khususnya amin sekunder membentuk senyawa nitroso yang bersifat karsinogenik. Nitrosamin terbentuk melalui reaksi kimia antara agen nitrosasi dan senyawa amin yang mudah dinitrosasi. Pada umumnya bahan baku pembentuk nitrosamin adalah amin sekunder dan tersier. Senyawa pembentuk nitrosamine adalah N2O3 yang mudah terbentuk dari nitrit dalam suasana asam (Silalahi,2005). Namun demikian, studi terbaru menunjukkan bahwa diet yang mengandung nitrat dan nitrit yang kaya sayuran bermanfaat bagi kesehatan karena konversi mereka untuk oksidasi nitrat mencegah penyakit jantung dan infeksi mikroba, mengurangi hipertensi, memberikan perlindungan lambung dan berfungsi sebagai bantuan gizi untuk menjaga jantung yang optimal kesehatan (Raczuk, et al., 2014).


(86)

Perebusan sayuran akan menurunkan kadar nitrat dan nitrit, akan tetapi vitamin yang terdapat dalam sayuran akan rusak oleh karena lamanya perebusan. Vitamin C yang terdapat didalam sayuran dapat menghambat sintesis nitrosamin dan menurunkan resiko methaemoglobinaemia (Raczuk, et al.,2014).

4.6 Uji Validasi

Parameter validasi yang diuji adalah akurasi (kecermatan), presisi (keseksamaan), batas deteksi dan batas kuantitasi. Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali (% recovery) yang ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku (standard addition method). Uji presisi dilakukan dengan menggunakan parameter Relative Standard Deviation (RSD) (Harmita, 2004).

4.6.1 Uji Akurasi

Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan menggunakan sampel seledri pada perebusan dengan air demineral pada menit ke-6. Metode penambahan baku dilakukan dengan menambahkan sejumLah tertentu larutan baku ke dalam sampel. Kemudian larutan diukur serapannya pada panjang gelombang 540 nm.Persen perolehan kembali nitrit dan nitrat dengan metode penambahan baku standar pada seledri dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(87)

Kadar Nitrit Seledri pada perebusan dengan Air

Demineral selama 6 menit(µg/g) (%) Perole-han Kemba-li

Kadar Nitrat Seledri pada perebusan dengan Air Demineral selama 6 menit

(µg/g) (%) Perole-han Kemba-li Sebelum Penam- bahan Baku (µg/g) Penam- bahan Baku (µg/g) Setelah Penam- bahan Baku (µg/g) Sebelum Penam- bahan Baku (µg/g) Penam- bahan Baku (µg/g) Setelah Penam- bahan Baku (µg/g)

11,74 9,88 22,00 103,93 17,83 19,95 35,26 87,58 11,80 9,77 21,83 102,62 17,05 19,79 34,93 90,31 11,84 9,79 21,92 102,85 16,60 19,75 34,95 92,87 11,89 9,65 21,67 101,29 15,94 19,58 34,59 95,25 11,91 9,78 22,00 103,03 15,34 19,48 34,42 97,96 11,96 9,60 21,67 101,12 15,34 19,52 34,64 98,86

X

�= 102,47 X�= 93,81

Berdasarkan tabel di atas diperoleh rata-rata persen perolehan kembali untuk nitrit dan nitrat adalah102,47% dan 93,81% secara berturut-turut. Contoh perhitungan dan hasil uji perolehan kembali kadar nitrit dan nitrat pada sampel seledri pada perebusan dengan air demineral selama 6 menit dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27. Persen perolehan kembali tersebut menunjukkan kecermatan atau akurasi yang baik pada saat pemeriksaan nitrit dan nitrat dalam sampel dengan metode perhitungan secara persamaan regresi. Hasil uji perolehan kembalitersebut memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, yaitu berada pada rentang 80% – 120% (Ermer dan McB Miller,2005).


(88)

4.6.2 Uji Presisi

Uji presisi dilakukan dengan perhitungan simpangan baku relatif. Perhitungan simpangan baku relatif dapat dilihat pada Lampiran 28 dan 29. Berdasarkan data perhitungan terhadap kadar nitrit dan nitrat, diperoleh simpangan baku relatif untuk nitrit yaitu 0,88% dan untuk nitrat 4,68%. Hasil simpangan baku relatif untuk nitrit dan nitrat memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 5% (Harmita, 2004).


(89)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

a. Terdapat pengaruh lamanya perebusan dan jenis air yang digunakan terhadap kandungan nitrat dan nitrit pada seledri, dimana kandungan nitrat dan nitrit semakin menurun dari menit ke-2 hingga menit ke-6 pada air mineral maupun air demineral .

b. Penurunan kadar nitrat dan nitrit dengan perebusan dengan air demineral lebih tinggi dibandingkan pada air mineral. Pada menit ke-6 kandungan nitrat dan nitrit yang terdapat pada seledri yang direbus dengan air demineral adalah 16,3490 mg/kg dan 11,8591 mg/kg sedangkan pada air mineral kandungan nitrat dan nitritnya adalah 22,2026 mg/kg dan 13,3912 mg/kg.

5.2 Saran

Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk meneliti kadar nitrat dan nitrit pada sayuran lainnya dengan metode yang berbeda.


(90)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Nitrogen

Nitrogen merupakan komponen penting dari protein, materi genetik, klorofil, dan molekul organik penting lainnya. Semua organisme membutuhkan nitrogen untuk hidup. Meskipun nitrogen sangat berlimpah di atmosfer sebagai gas dinitrogen (N2), sebagian besar tidak dapat diakses oleh sebagian besar organisme. Hanya ketika nitrogen dikonversi dari gas dinitrogen menjadi amonia (NH3) menjadi tersedia untuk produsen utama, seperti tanaman (Bernhard, 2010). Siklus nitrogen dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber : Anggreini (2016) Gambar 2.1 Siklus Nitrogen


(91)

Proses mengubah N2 menjadi NH3disebut fiksasi nitrogen. gas N2 adalah senyawa yang sangat stabil karena kekuatan ikatan rangkap tiga antara atom nitrogen, dan membutuhkan sejumlah besar energi untuk memecah ikatan ini. Seluruh proses membutuhkan delapan elektron dan setidaknya enam belas molekul ATP. Sebagian besar fiksasi nitrogen dilakukan oleh kelompok prokariota (Bernhard, 2010).

N2 + 8 H

+

+ 8e

-

2 NH3 + H2

b. Amonifikasi

Ketika suatu organisme mengeluarkan limbah atau mati, nitrogen dalam jaringan adalah berupa nitrogen organik (asam amino misalnya, DNA). Berbagai jamur dan prokariota kemudian menguraikan jaringan dan melepaskan nitrogen anorganik kembali ke ekosistem sebagai amonia proses ini dikenal sebagai amonifikasi. Amonia tersebut kemudian digunakan untuk penyerapan oleh tanaman dan mikroorganisme lainnya untuk pertumbuhan (Bernhard, 2010).

c. Nitrifikasi

Nitrifikasi adalah proses yang mengubah amonia menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat dan merupakan langkah penting dalam siklus nitrogen secara global.Ada dua langkah yang berbeda dari nitrifikasi yang dilakukan oleh jenis mikroorganisme yang berbeda. Langkah pertama adalah oksidasi amonia menjadi nitrit, yang dilakukan oleh mikroba yang dikenal sebagai amonia-oksidasi. oksidasi amonia aerobik mengkonversi amonia menjadi nitrit. Langkah kedua dalam nitrifikasi adalah oksidasi nitrit (NO2-) menjadi nitrat (NO3-).


(92)

Beberapa jenis yang terlibat dalam oksidasi nitrit termasuk Nitrospira, Nitrobacter, Nitrococcus, dan Nitrospina (Bernhard, 2010; Hill, 1996).

d. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses pemanfaatan nitrat dalam proses fotosintesis. Asimilasi terjadi melalui penyerapan nitrogen dalam bentuk ion nitrat dan amonium dari dalam tanah oleh tanaman. Melalui suatu proses, senyawa ion nitrogen tersebut kemudian direaksikan hingga terbentuk berbagai unsur organik seperti asam amino, asam nukleat dan bahkan ada senyawa ion nitrogen yang di sisipkan ke dalam klorofil(Bernhard, 2010; Anggreini, 2016).

e. Denitrifikasi

Denitrifikasi adalah proses yang mengubah nitrat menjadi gas nitrogen kembali ke atmosfer. Gas dinitrogen (N2) adalah produk akhir utama dari denitrifikasi. Beberapa bakteri denitrifikasi termasuk spesies dari genus Bacillus, Paracoccus, dan Pseudomonas(Bernhard, 2010).

2.2Sumber nitrit dan nitrat dalam pangan

Sumber utamanya secara umum adalah makanan terutama sayuran dan air minum(Silalahi, 2005).Sayuran merupakan sumber utama nitrat, umumnya terdapat300 sampai 940mg/g dari asupan makanan sehari-hari. Nitrit ditemukan dalam tanaman, biasanya 1-2 mg/kg berat sayuran segar. Jumlah yang lebih tinggi dari nitrit ditemukan dalam makanan yang terkontaminasi atau dalam jaringan sayur yang rusak dalam makanan disimpan selama beberapa hari pada suhu kamar (Chowdhury dan Das, 2015).


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Rentang kadar nitrat dan nitrit dari berbagai sayuran ... 8 4.1 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam seledri... 27 4.2 Pengaruh Lama Perebusan terhadap kadar nitrat dan nitrit dalam

seledri yang direbus dengan Air Mineral dan Demineral... 32 4.3 Persen perolehan kembali nitrit dan nitrat dengan metode

penambahan baku pada seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit ... 38


(2)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Siklus Nitrogen ... 5

2.2 Reaksi kolorimetri antara nitrit, asam sulfat dan NED ... 16

4.1 Kurva Serapan nitrit pada konsentrasi 0,8μg/mL ... 28

4.2 Kurva waktu kerja nitrit ... 29

4.3 Kurva kalibrasi nitrit baku ... 30

4.4 Grafik pengaruh perebusan dengan air mineral terhadap kadar nitrat dan nitrit dalam seledri ... 32

4.5 Grafik pengaruh perebusan dengan air demineral terhadap kadar nitrat dan nitrit dalam seledri ... 33

4.6 Grafik pengaruh perebusan seledri dengan air mineral dan demineral terhadap kandungan nitrit ... 33

4.7 Grafik pengaruh perebusan seledri dengan air mineral dan demineral terhadap kandungan nitrat ... 34 Gambar


(3)

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

Halaman

1 Seledri yang akan dianalisis ... 45

2 Air Demineral yang digunakan ... 46

3 Air Mineral yang digunakan ... 46

4 Alat Spektrofotometri Sinar Tampak ... 47

5 Uji Kualitatif Nitrit dengan Larutan Sampel + Asam Sulfanilat + NED ... 48

6 Uji kualitatif nitrit dengan Larutan Sampel + H2SO4 (p) + KMnO4 ... 48

7 Uji Kualitatif Nitrat dengan Larutan sampel + Zn + NaOH .... 50

8 Uji Kualitatif Nitrat dengan Larutan sampel + Difenilamin + H2SO4 (p) ... 51

9 Kurva Serapan Konsentrasi 0,8 µg/mL ... 57

10 Kurva Serapan Maksimum Nitrit Baku pada Panjang Gelombang 540 nm ... 57

11 Hasil Pembacaan Spektrofotometer Waktu Kerja ... 100

12 Hasil Pembacaan Spektrofotometer Absorbansi dan Konsentrasi Nitrit dan Nitrat ... 101

13 Daftar Nilai Distribusi t ... 104

14 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 105 Gambar


(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Gambar Sampel ... 45

2 Gambar Alat Spektrofotometri Sinar Tampak ... 47

3 Uji Kualitatif Nitrit ... 48

4 Uji Kualitatif Nitrat ... 50

5 Uji Kualitatif Nitrit dan Nitrat ... 51

6 Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku Nitrit, Penentuan Panjang Gelombang Maksimum, Waktu Kerja, dan Kurva Kalibrasi Nitrit Baku ... 52

7 Bagan Alir Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat dalam Seledri ... 53

8 Bagan Alir Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat Air ... 56

9 Kurva Serapan Nitrit Baku ... 57

10 Penentuan Waktu Kerja ... 58

11 Data Kalibrasi Nitrit Baku dan Nitrat Baku, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi ... 60

12 Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection,LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation,LOQ) Nitrit dan Nitrat... 62

13 Contoh Perhitungan Kadar Nitrit dalam dalam Seledri pada 0 menit ... 63

14 Contoh Perhitungan Kadar Nitrit dalam Seledri pada 0 menit ... 64

15 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit dalam Seledri pada 0 menit (Daun Segar) ... 66

16 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat dalam Seledri pada 0 menit ... 68

17 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 2 menit ... 70 Lampiran


(5)

18 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 4 menit ... 72 19 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 6 menit ... 74 20 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 2 menit . 76 21 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 4 menit . 77 22 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Seledri yang direbus denganAir Demineral selama 6 menit .. 80 23 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada

Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 2 menit ... 82 24 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada

Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 4 menit ... 84 25 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada

Seledri yang direbus dengan Air Mineral selama 6 menit ... 86 26 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada

Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 2 menit . 88 27 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada

Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 4 menit . 90 28 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat pada

Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit . 92 29 Hasil Uji Perolehan Kembali Nitrit dan Nitrat Setelah

Penambahan Masing-Masing Larutan Standar Pada Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit ... 94 30 Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Nitrit dan Nitrat

dengan Menggunakan Seledri yang direbus dengan Air Demineral selama 6 menit ... 95 31 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standard

Deviation RSD) Persen Perolehan Kembali Nitrit ... 98 32 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standard


(6)

33 Hasil Pembacaan Spektrofotometer Waktu Kerja ... 100 34 Hasil Pembacaan Spektrofotometer Absorbansi dan

Konsentrasi Nitrit dan Nitrat ... 101 35 Daftar Nilai Distribusi t ... 104 36 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 105