Definisi Pesan Konseptualisasi Framing

33 Dalam buku Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa moral adalah kesusilaan atau kebiasaan yang dapat mencakup: 1. Seluruh kaidah kebiasaan dan kesusilaan yang berlaku pada suatu kelompok tertentu. 2. Ajaran kesusilaan yang dipelajari secara sistematis di dalam etika, falsafah moral dan teknologi moral. Menurut Zakiah Darajat, Moral adalah kelakuan sesuai dengan ukuran nilai-nilai masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Ajaran moral membuat pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat diantara sekelompok manusia. Norma moral adalahy tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Adapaun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga macam: 1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan. 2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub; ambisi harga diri, takut dan lain-lain. 3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk hubungan dengan alam. Dibagi menjadi sub kategori; persahabatan, kesetiaan, penghianatan, permusuhan dan lain-lain. 69

E. Definisi Pesan

Pesan menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa pesan adalah : “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan 69 Zakiah Darajat, Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Haji Masagung, 1993, h. 63. 34 seseorang dengan menggunakan lambang, bahasalambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”. Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah “produk fiktif yang nyata yang di hasilkan oleh sumber – encoder” Siahaan, 1991. Kalau berbicara maka “pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. 70 Pesan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis ataupun lisan, gestur dll. 71 Pesan berarti amanat yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan. 72 Jadi, menurut peneliti pesan adalah kata-kata baik lisan maupun tulisan yang akan disampaikan pemberi pesan kepada penerima pesan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

F. Konseptualisasi Framing

Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh ooleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of behavior yang membimbing individu dalam membaca realitas. 70 Definisi Pesan http:all-about-theory.blogspot.com201010pengertian-pesan.html, diakses pada tanggal,16 Maret 2011 pada pukul 10.30. 71 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, cet. XII, h. 278. 72 Asmuni Sukir, Dasar-dasar strategi dakwah islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 60. 35 Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. 73 Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek- aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan package yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa- peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Menurut Erving Goffman, secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorgamisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman- pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu 73 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h. 161-162. 36 disebut frames, yang memungkinkan individu dapat merasakan, mengidentifikasi, dan member label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi. 74 Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan. Dalam persepektif didiplin ilmu lain, konsep framing terkesan tumpang tindih. Fungsi frame kerap dikatakan sebagai struktur internal dalam pikiran dan perangkat yang dibangun dalam wacana politik. Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap penting. Artinya peristiwa itu penting dan bernilai berita, media dan wartawanlah yang mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga peristiwa tersebut dinilai sebagai penting. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya. 75 Menurut G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. 76 74 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 163. 75 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 163. 76 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 165. 37 Dengan frame, jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Kalau saja ada realitas dalam arti objektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realitas objektif tertentu. Karena pada dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaiknya dikonstruksi. 77 Framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya, untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimngerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu peristiwa tersebut menjadi penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. 78 Ada beberapa model framing menurut 4 para ahli, diantaranya sebagai berikut: a. Pan dan Kosicki Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 1993 melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan 77 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media Yogyakarta: LkiS, 2005, cet. Ke-3, h. 139. 78 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 252-253. 38 empat dimensi struktural teks berita cerita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita cerita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita cerita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita cerita ―kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ―ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. 79 b. Gamson dan Modigliani Rumusan atau model Gamson dan Modigliani didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media ―berita dan artikel, terdiri atas package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukan substansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan stuktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan reasoning devices. 80 Gamson ―ilmuan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep framing ―mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur 79 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 175. 80 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 176. 39 cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu. 81 c. Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sebagai sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari sisi yang lain. 82 d. Murray Edelman Pendapat Murray hampir sama dengan Robert, dimana mereka menitik beratkan pada bagaimana peristiwa dipahami dan bagaimana pemulihan fakta yang dilakukan oleh media. 83 Model framing yang peneliti gunakan dalam merumuskan skripsi ini ialah jenis yang pertama yaitu model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dapat ditarik kesimpulan bahwa frame dapat berfungsi sebagai pusat susunan ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks cerita ―kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. 81 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 177. 82 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 253. 83 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media. h. 253 40

BAB III GAMBARAN UMUM FILM EMAK INGIN NAIK HAJI