8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari semakin luas dan melebarnya pembatasan maka penelitian ini dibuat suatu batasan. Ruang lingkup dibatasi hanya pada analisis
tekstual dalam naskah film Final Draft Scenario Emak Ingin Naik Haji karya Aditya Gumay.
Sedangkan perumusan masalah yang diangkat adalah : 1. Bagaimanakah Realitas Simbolik yang disajikan dalam film Emak Ingin
Naik Haji? 2. Bagaimanakah Pengemasan pesan moral yang disampaikan Aditya Gumay
dalam film Emak Ingin Naik Haji?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Realitas Simbolik yang disajikan dalam film Emak
Ingin Naik Haji 2. Untuk mengetahui Pengemasan pesan yang disampaikan Aditya
Gumay dalam film Emak Ingin Naik Haji
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan kajian dakwah dan kajian komunikasi terutama media komunikasi massa, serta memberikan pandangan baru tentang analisis
Framing sebagai sebuah metode penelitian dalam analisis teks media.
9 2. Manfaat Praktis
Memberi kontribusi pada para praktisi media terutama praktisi film dalam menganalisis framing film bernuansa religi.
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Konstruktivisme
Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma kontruktivisme, realitas sosial yang
diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma kostruktivisme yang ditelusuri dari
pemikiran Weber, menilai perilaku alam, karena manusia pemberian makna ataupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri.
Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat
dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa setiap individu
akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya tetapi dengan beberapa catatan, dimana tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan
dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman interpretive understanding.
12
Kajian paradigma kostruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan
mengkontruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.
12
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, h. 72.
10 Menurut kamus komunikasi definisi Konstruksi adalah suatu konsep, yakni
abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus yang dapat diamati dan diukur. Implikasi dalam paradigma konstruktivisme menerangkan bahwa
pengetahuan itu tidak lepas dari subjek yang sedang mencoba belajar untuk mengerti. Menurut Ardianto, konstruktivisme merupakan salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi bentukan kita sendiri.
13
Sehingga komunikasi itu dapat dirumuskan, dimana ditentukan oleh diri di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini kita dapat mengemukakan teori
Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, -pada dirinya terdapat atribut sosial budaya
masyarakatnya, sedangkan Self adalah diri yang ditentukan oleh pemikiran khasnya di tengah sejumlah pengaruh sosial budaya masyarakatnya. Implikasi
paradigma konstuktivisme tiodak dapat dipisahkan dari tiga logika dasar desain pesan, yaitu ekpresif, konvensional, dan retoris.
14
Logika ekpresif dimana memperlakukan komunikasi sebagai suatu model ekpresif diri, memiliki sifat pesan yang terbuka, relatif secara alami, dan sedikit
memperhatikan yang menjadi keinginan orang lain. Logika konvensional dimana memandang komunikasi sebagai permainan yang dilakukan secara teratur,
komunikasi biasanya dilakukan berdasarkan norma, kesopanan, atau aturan yang diterima bersama, sehingga komunikasi berlangsung secara sopan dan tertib, serta
terkadang mengandung bentuk-bentuk jebakan kesopanan seperti: “tolong”, “silahkanplease”, dll. Logika retoris dimana memandang komunikasi sebagai
13
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, h. 72.
14
Elvinaro Ardianto, Filsafat Ilmu Komunikasi, h. 164.
11 suatu cara mengubah aturan melalui negosiasi, pesannya bisa dirancang fleksibel,
berwawasan, dan berpusat pada orang.
2. Metode Penelitian
Metodelogi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat menunjukan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat,
sejarah, tingkah laku, atau hubungan kekerabatan. Beberapa data dapat diukur melalui data sensus, tetapi analisisnya adalah analisis data kualitatif. Beberapa
peneliti memperoleh data dengan cara interview dan observasi. Teknik-tekniknya menghubungkan secara normal dengan metode kualitatif.
15
Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat.
Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan
untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.
16
Dan penelitian ini bersifat kualitatif karena dalam pelaksanaanya lebih dititik beratkan pada
pemaknaan teks, dari pada penjumlahan kategori. Analisis ini tidak digunakan untuk mencari data frekuensi, akan tetapi untuk menganalisis dari data yang
tampak, maka analisis ini digunakan untuk memahami fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut.
17
3. Jenis Penelitian
Berdasarkan dari tujuannya ini menggunakan jenis penelitian eksplantif kaitannya dengan penelitian analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald
15
Syamsir Salam, MS, Metodologi Penelitian Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta UIN Jakarta Press, 2006, h. 30.
16
Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 303.
17
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, Cet, 1, h, 33-34.
12 M, Kosicki dalam struktur sintaksis adalah untuk mengetahui cara penulis
menyusun cerita, struktur skrip untuk mengetahui cara penulis mengisahkan cerita, struktur tematik untuk mengetahui cara penulis menulis cerita, dan struktur
retoris untuk mengetahui cara penulis menekankan cerita.
18
Peneliti mencoba mencari tahu sebab dan alasan mengapa peristiwa bisa terjadi, diantaranya
menjelaskan secara akurat mengenai satu topik masalah, menghubungkan topik- topik yang berbeda namun memiliki keterkaitan.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Wawancara adalah percakapan antara peneliti yaitu seseorang yang
berharap mendapat informasi dan informan yaitu seorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya.
19
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada Bpk. Aves, selaku Produser film “Emak Ingin
Naik Haji.” b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi yaitu dengan
mendatangi langsung lokasi kantor Mizan Productions House dan wawancara langsung dengan Produser Film Emak Ingin Naik Haji, kegiatan ini yang
sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.
18
Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayattullah Jakarta Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.
19
Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Pranada Group, 2007, cet. Ke-2, h. 116.
13 Dokumentasi bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat,
20
melalui potongan film, buku-buku, dan media massa yang berhubungan dengan judul
yang penulis angkat.
5. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Framing. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan
informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada tersebut. Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi
dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang
terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan.
21
Kata penonjolan salience didefinisikan sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan. Suatu peningkatan dalam
penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam
ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan dengan simbol-simbol budaya yang sudah
dikenal.
22
Framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja
dibingkai oleh media.
23
20
Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, h. 116.
21
Alex Sobur, Analisis Teks Media Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h. 163.
22
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 164.
23
Eriyanto, Analisis Framing Yogyakarta: LKiS, 2002.
14 Analisis bingkai merupakan dasar stuktur kognitif yang memandu persepsi
dan representasi realitas ―membongkar ideologi dibalik penulisan informasi, Menjelaskan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman terhadap
sebuah peristiwa.
24
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang merupakan salah satu dari analisis framing terpopuler yang digunakan untuk memperoleh gambaran isi pesan
yang disampaikan. Model analisis ini dibagi dalam empat struktur besar, yakni meliputi struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Struktur berhubungan
dengan bagaimana penulis menyusun gagasan dalam sebuah cerita. Bagian- bagain yang diamati adalah judul, latar dan lainnya. Bagian ini disusun dalam
bentuk tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana cerita hendak disusun.
25
Dalam sebuah plot peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang berdasarkan sebab akibat, hal yang sangat esensial untuk diperhatikan
adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar
kemenarikan sebuah cerita fiksi.
26
1. Struktur Sintaksis Struktur berhubungan dengan bagaimana penulis menyusun gagasan
dalam sebuah cerita. Bagian-bagain yang diamati adalah judul, latar dan lainnya. Bagian ini disusun dalam bentuk tetap dan teratur sehingga membentuk skema
yang menjadi pedoman bagaimana cerita hendak disusun.
24
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, h. 92.
25
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Yokyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, h. 113.
26
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 113.
15 Dalam sebuah plot peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita
yang berdasarkan sebab akibat, hal yang sangat esensial untuk diperhatikan adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan
oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikan sebuah cerita fiksi.
27
Peristiwa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu peristiwa fungsional, kaitan dan acuan. Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang
menentukan dan atau mempengaruhi perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa peristiwa fungsional merupakan inti sebuah karya fiksi yang bersangkutan.
Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa- peristiwa penting baca : peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita
atau : secara plot.
28
Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur
lain, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh. Dalam hal ini bukannya alur dan peristiwa-
peristiwa penting yang diceritakan melainkan bagaimana suasana alam dan batin dilukiskan. Selain peristiwa dalam sebuah plot cerita dikenal juga adanya konflik.
Konflik menyarankan pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh -tokoh cerita yang jika tokoh -tokoh itu mempunyai
kebebasan untuk memilih, ia mereka tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Bentuk konflik sebagai bentuk kejadian, dapat dibedakan dalam dua
kategori; konflik fisik dan konflik batin, konflik eksternal dan konflik internal.
27
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 113.
28
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 118.
16 Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi dengan sesuatu yang diluar dirinya –
dengan ingkungan alam – dengan lingkungan manusia. Sedangkan konflik internal atau: konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang
tokohatau: tokoh-tokohcerita.
29
Ada satu lagi yang menetukan arah perkembangan plot adalah klimaks. Menurut Stanton dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyanto
menyatakan, klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat hal itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
kejadiannya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa dan saat itu memang harus terjadi tidak boleh tidak.
30
2. Struktur Skrip Struktur skrip melihat bagaimana strategi penulis cerita mengisahkan atau
menceritakan peristiwa sesuai dengan plotnya, dan berdasarkan nilai konstruksi dramatik sebuah cerita dalam skenario. Dalam berita, wartawan menggunakan
beberapa peringkat dalam struktur skrip ini yaitu What apa, When kapan, Who siapa, Where dimana, Why mengapa, dan How bagaimana. Begitu juga
dengan penulis cerita tetap menggunakan unsur-unsur tersebut dalam mengisahkan cerita, namun sudah dikemas dalam unsur-unsur skenario film.
Cerita adalah perjuangan protagonis dalam mengatasi problema tema dan untuk mencapai goal. Lintasan perjuangan tersebut berupa rangkaian adegan, yakni
adegan yang merupakan pokok-pokok cerita, adegan-adegan yang indah dan
29
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian , h. 122-124.
30
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian , h. 127.
17 memiliki nilai dramatik, yakni yang mengandung konflik, ketakutan, dan
sebagainya.
31
3. Struktur Tematik Struktur tematik berhubungan cara penulis berita mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Perangkat framing yang
digunakan adalah detail, koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Melalui perangkat-perangkat ini membantu melihat bagaimana pemahaman itu
diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.
32
Detail merupakan strategi komunikator mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Komunikator detail dalam mengemas pesan, mana yang
dikembangkan dan mana yang diceritakan dengan detail yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media. Koherensi
adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi, atau kalimat. Sehingga cerita yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya.
33
Koherensi memiliki beberapa macam kategori: pertama, koherensi sebab- akibat, yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari
proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas, yakni proposisi atau satu kalimat sebagai penjelas proposisi atau kata lain. Ketiga, koherensi pembeda, yakni
31
Misbach Yusa Biran, Teknik Menulis Skenario Film Cerita Yokyakarta: Pustaka Jaya, 2006, h. 128.
32
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media Yokyakarta: LkiS, 2006, cet. ke-6, hal. 238.
33
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 238
18 proposisi atau kalimat satu dipandang menjadi kebalikan atau lawan dari proposisi
atau kalimat lain.
34
Adapun kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Gagasan yang tunggal
dinyatakan dalam kalimat tunggal, dan gagasan yang bersegi dinyatakan dalam kalimat majemuk.
35
Perangkat lain adalah proposisi, menurut Poespoprodjo proposisi adalah suatu penuturan yang utuh, atau ungkapan keputusan dalam kata-kata.
36
Kata ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh
komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana.
37
4. Struktur Retoris Retoris berhubungan dengan bagaimana penulis cerita menekankan arti
tertentu ke dalam cerita. Struktur ini akan melihat bagaimana penulis memakai pilihan kata, idiom, bentuk cerita yang ditampilkan sebagai penekanan arti
tertentu kepada pembaca atau penonton. Leksikon adalah pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk
menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap dan ideologi tertentu.
38
Sedangkan metafora, dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu cerita. Pemakaian metafora ini bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti
34
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 2. 263.
35
E. Zaenal Arifin, dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Jakarta: Akademik Pressindo, 1995, Cet. Ke-1, h. 78.
36
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu Bandung: Pustaka Grafika, 1999, h. 170.
37
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, h. 253.
38
Eriyanto, Analisis Framing, h. 257.
19 makna suatu teks. Penulis cerita menggunakan kepercayaan masyarakat,
ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci untuk memperkuat pesan
utama. Penggunaan metafora ini sebagai landasan berfikir atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.
39
Tabel Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Sumber : Alex Sobur, Analisis Teks Media
E. Penelitian Terdahulu