9
3
Zulpadli, 2005. “Aplikasi pembiayaan
mudharabah pada BMT al-mansur I
Didesa cikahuripan Kec.kadudampit
Kab.sukabumi jawa barat”
Dalam skripsinya membahas tentang
bagaimana aplikasi pembiayaan mudharabah di
BMT Al-Mansur I Sedangkan dalam
penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang
memengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah.
F. Kerangka Teori
Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, kontrak akad dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu: Natural Certainty Contracts dan
Natural Uncertainty Contracts. Natural Certainty Contracts adalah kontrak akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah
maupun waktu. Yang termasuk dalam kategori ini adalah Murabahah, Ijarah, Salam Istisna. Sedangkan Natural Uncertainty Contracts adalah kontrakakad
dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah Mudharabah
Musyarakah.
6
6 Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisa Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004 Edisi Kedua, h. 43-4
10
1. Pengertian Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan dalam kontrak.
7
Istilah mudharabah oleh ulama fikih menyebutkan dengan Qiradh. Secara terminologi, para Ulama Fikih mendefinisikan Mudharabah
atau Qiradh dengan: “Pemilik modal investor menyerahkan modalnya kepada
pekerja pedagang untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan”
8
. Didalam mudharabah hubungan kontrak bukan antara pemberi modal,
melainkan antara penyedia dana shahibul maal dengan pengusaha
enterpreneur mudharib.
Mudharib menyumbangkan tenaga dan waktunya dan mengelola kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari
kontrak ini adalah bahwa keuntungan, jika ada, akan dibagi antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. jika ada
kerugian, akan ditanggung sendiri oleh Pemilik Modal. kecuali kerugian akibat kelalaian dan penyimpangan oleh nasabah.
Walaupun mudharabah dikatakan sebagai sesuatu yang ideal, dan mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem lainnya, namun
7 Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40 8Nasrun Haroen, Fikih
Mu’amalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, hal. 175-176.