46
risiko nominal seluruhnya ditanggung oleh BMT UMJ. Dengan pengertian ini, berarti seluruh kebutuhan investasi dan modal kerja
disediakan oleh BMT UMJ. Dengan skema ini, apabila proyek yang dibiayai mengalami
kerugian, maka BMT UMJ akan menanggung rugi nominal sedangkan mudharib tidak memperoleh apapun. Skema pembiayaan mudharabah
adalah sebagai berikut: Perjanjian Bagi Hasil
Keahlian Modal 100
Keuntungan – y
Nisbah: y Keuntungan
Pengembalian Modal Gambar 3.2
Skema Pembiayaan Mudharabah
b. Pembiayaan Musyarakah
Yaitu pembiayaan yang dilakukan BMT UMJ dengan menyertakan sebagian dari porsi modal yang diperlukan. Pembiayaan
ini diberikan bagi para pengusaha kecil yang usahanya telah berjalan. Tetapi
memerlukan modal
tambahan untuk
memperbesar
Mudharib BMT UMJ
Proyek Usaha
Modal keuntungan
47
usahanya.Dalam musyarakah ini pihak BMT UMJ boleh terlibat dalam menajemen usaha. Porsi keuntungan atau nisbah bagi hasil ditentukan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak secara proporsional. Jika terjadi kerugian maka ditanggung bersama.
c. Pembiayaan Murabahah
Yaitu pembiayaan yang dilakukan oleh BMT UMJ pada barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang layak, kemudian
disepakati harga jualnya dan kemudian dibayar oleh peminjam kepada BMT UMJ pada saat jatuh tempo, pada tanggal dan bulan yang
disepakati dalam perjanjian. Adapun skema pembiayaan Murabahah sebagai berikut:
Negosiasi dan Persyaratan
Akad Jual Beli Bayar
Terima Barang Dan Dokumen
Beli Barang Kirim Barang
Gambar 3.3
Skema Pembiayaan Murabahah
d. Qordhul Hasan
Qardul Hasan adalah pemberian pinjaman kebajikan tanpa mengharapkan pengembalian dari pihak peminjam. Pembiayaan ini
BMT UMJ PEMINJAM
SUPPLIER PENJUAL
48
diambil dari dana ZIS dan hanya dialokasikan kepada kelompok dhua’fa
yang berkeinginan untuk membuka usaha.
Terhadap para nasabah yang telah mendapatkan pembiayaan dari BMT UMJ akan dilakukan pembinaan baik yang bersifat pendalaman nilai-nilai ke
Islaman maupun tentang bisnis, manajemen dan akuntansi sederhana. Melalui pembinaan ini diharapkan mereka dapat meningkatkan usahanya dan
mengembangkan dirinya untuk menjadi pengusaha profesional dengan akhlak dan etika bisnis Islam.
Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan, KSU-BMT UMJ mengembangkan budaya kerja dengan komitmen kepada :
1. Menciptakan rasa Loyalitas yang tinggi, sehingga tercipta rasa saling
memiliki. 2.
Menciptakan rasa Empatipeduli yang tinggi kepada Lembaga, Anggota dan Pengelola.
3. Pengelolaan Lembaga yang Bersih dan Amanah.
4. Menciptakan suasana kerja yang Harmonis, Nyaman dan kondusif guna
meningkatkan kinerja sumber daya manusia. 5.
Memberikan pelayanan kepada Anggota untuk dapat Mandiri, dengan rasa Aman, Disiplin dan menjadikan yang Utama.
49
BAB IV ANALISIS TERHADAP RENDAHNYA
PEMBIAYAAN MUDHARABAH
PADA BMT UMJ
A.
Gambaran Tentang Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ.
Dalam penyaluran produk pembiayaan bagi hasil bank syariah terdapat dua jenis akad, yaitu musyarakah dan mudharabah. Perbedaan yang mendasar
antara musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi dana atau modal yang disertakan. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari
satu pihak yaitu pihak bank sebagai sahibul mal dengan penyertaan modal 100 persen, sedangkan dalam musyarakah penyertaan modal berasal dari dua pihak
atau lebih yang besarnya ditentukan diawal kesepakatan secara bersama. Pembiayaan
mudharabah merupakan
salah satu
instrumen perekonomian dalam Islam berdasarkan bagi hasil. Pada posisi ini
mudharabah secara tepat dipahami sebagai salah satu pengganti dari sistem bunga serta dapat diterapkan lembaga keuangan syari’ah baik bank syariah,
BPRS, maupun BMT. Pembiayaan mudharabah sangat relevan dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas sektor riil. Dengan memberikan pembiayaan
mudharabah, dapat meningkatkan potensi dunia usaha terutama UKM maupun UMKM dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produksinya. Mudharabah
50
sangat cocok diterapkan pada sektor riil dan pengembangan usaha rakyat, karena sebenarnya sudah sangat seusai dengan pola yang diharapkan mampu
memback-up industri besar yang kini mengalami tingkat persaingan yang sangat kompetitif.
Namun pada kenyataannya mudharabah masih kecil diminati dengan berbagai alasan yang sebenarnya mencerminkan sikap risk aversion tidak
menyukai risiko. Perilaku ini menyebabkan suatu pihak bersikap menghindari terhadap risiko usaha, sehingga semakin tinggi risiko suatu usaha, maka
dibutuhkan tambahan pendapatan yang lebih tinggi lagi sebagai kompensasi dari pilihan yang diambil terhadap risiko usaha yang tinggi.
Menurut para ahli lembaga keuangan syariah, permasalahan rendahnya pembiayaan bagi hasil disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
37
1. Internal
a. Kualitas Sumbar Daya Insani SDI belum memadai untuk menangani
proyek bagi hasil. b.
Lembaga Keuangan Syariah belum mampu menanggung risiko besar. c.
Lembaga Keuangan Syariah terlalu mengutamakan orientasi bisnis dan keuntungan seperti institusi usaha pada umumnya.
d. Adverse Selection, karena Asymetric Information antara kedua belah
pihak.
37 Diana Yumanita, Ascarya. Mencari Solusi Rendahya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia, 2005 Hal. 80
51
e. Tidak adanya Personal Guarantee Seseorang yang dijadikan jaminan
untuk pembiayaan. Jaminan dapat berupa nama besar, tokoh agama dan lain-lain dan Collateral jaminan pada nasabah.
f. Biaya informasi yang meningkat, terutama untuk pembiayaan
mudharabah. g.
Keterbatasan peran bank sebagai investor, terutama untuk pembiayaan mudharabah.
2. Ekternal Nasabah
a. Sebagian nasabah sudah terbiasa dengan sistem bunga bank.
b. Moral hazard, karena pengusaha tidak mau menyampaikan laporan
keuangankeuntungan sebenarnya untuk menghindari pajak atau bagi hasil.
c. Permintaan pembiayaan bagi hasil yang masih kecil dari nasabah.
3. Regulasi
a. Kurangnya dukungan dari regulator, karena tidak melakukan inisiatif-
inisiatif untuk mengadakan perubahan peraturan dan institusional yang diperlukan untuk mendukung bekerjanya sistem perbankan syariah
dengan baik b.
Tidak adanya prosedur operasional yang seragam antara lembaga keuangan syariah.
52
4. Pemerintah
a. Tidak ada kesepahaman dalam aturan-aturan syariah dan proyek-
proyek pendukung yang mendorong penggunaan bagi hasil untuk proyek-proyek pemerintah.
b. Pemberlakuan pajak yang tidak adil pada keuntungan sebagai objek
pajak, sedangkan bunga bebas dari pajak. c.
Pasar sekunder instrumen keuangan syariah belum ada, sehingga bank kesulitan dalam menyalurkan atau mendapatkan akses likuiditas
sesuai syariah. d.
Hak kepemilikan belum jelas, karena pembiayaan Profit Loss Sharing mudharabah memerlukan hak kepemilikan yang jelas dan berlaku
efisien.
Secara garis besar, proses pemberian pembiayaan baik mudharabah maupun murabahah pada BMT UMJ ada 5 tahapan, yaitu:
38
1. Pengajuan Pembiayaan
Nasabah mengajukan permohonanproposal secara tertulis kepada BMT. Persyaratan formal yang menyangkut legalitas calon peminjam harus
dipenuhi seperti : data diri, fotocopy kartu keluarga, fotocopy KTP suamiistri dan Foto.
38 Hasil wawancara dengan Mukhtiar, SE.I sebagai manajer marketing KSU BMT UMJ pada tanggal 10 Maret 2011 di BMT UMJ.