Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah pada BMT Umj

(1)

Oleh:

ABDURRAHMAN

(104046101602)

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1432 H/2011 M


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARI]HI

Rf,I\TDAHI{YA PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT I]MJ

SKRIPSI

Diajukan Kepada Falultas Syariah dan Hularm Untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

ABDI]RRAHMAN

Nllvl

104046101602

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag

MA

NrP. 197608072003 121001

KONSENTR'ASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STIIDI MUAMAT-{T (EKONOI\fi ISLAM)

FAIfl'L'TAS SYARIAH I}AN HT]IflTM

UIN SYARIFHIDAYATULLAE

JAKARTA

M32Hn011M

Drs. H. Zainul

Y

NIP. 19560712t


(3)

PBMBIAYAAN MUDIIARABAE PADA

BMT UMJ. Telah diujikan

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Juni 2011. Skripsi

ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 09 Juni 201 I

Mengesahkan, Dekan Faku

'1

Amin Suma, SH, MA, MM

PAI\ITIA UJIAN M{'NAQASAII

1l/_

(... 1. Ketua

2. Sekretaris

3, Pembimbing

I

4. Pembimbing II

5. Penguji

I

6. Penguji II

: Dr. Euis Amaliq M.Ag

NIP. 19710701 1998032002 lr{tr' min Rauf,. S..Ag;, MA NIP. 197m416199703 1004 Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd NIP. 19560?12198103 1003

Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag, MA. NIP. 197608072003121001

Dr. H. AnwarAbbasM.Ag. NIP. 19550215 198303 1002

Dr.

tt

A

Juaini Syu*riolcs.r MA. NrP. 19550706199203 100 1


(4)

(5)

v

Pembimbing: Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd., dan Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag, MA.

Selama ini mayoritas pembiayaan didominasi oleh pembiayaan murabahah. Walaupun pembiayaan murabahah secara syariah halal, namun pembiayaan mudharabah tidak lebih merupakan produk sekunder. Sedangkan produk primer dari lembaga keuangan syariah adalah Mudharabah dan Musyarakah, akan tetapi produk ini belum menjadi produk inti di lembaga keuangan syariah. Padahal pembiayaan bagi hasil inilah yang membedakannya dengan sistem bunga bank konvensional. Pembiayaan bagi hasil dapat memberikan dampak tumbuhnya investasi dan pembukaan lapangan kerja baru yang dapat menggerakkan sektor riil, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor penyebab rendahnya pembiayaan bagi hasil (Mudharabah) di BMT UMJ, serta menguraikan solusi pemecahan masalah tersebut untuk meningkatkan atau memaksimalkan produk pembiayaan mudharabah sebagai penggerak roda perekonomian negara. Dengan adanya penulisan ini diharapkan ada tindak lanjut dari pihak-pihak yang terkait untuk berperan penting demi kemajuan perkembangan Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya mensejahterakan kehidupan umat islam khususnya.


(6)

vi

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا ه مسب

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah Yang Maha Kuasa. Berkat kehendak dan kuasa-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam sepatutnya tiada henti kita panjatkan kepada uswah kita, Nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam setiap aktivitas kehidupan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan dan cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas

berkat do’a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu silih berganti memberi motivasi dan inspirasi.

Karena itupula, dari lubuk hati yang dalam penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Diantaranya adalah:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Prodi Muamalat, Dr. Euis Amalia, M. Ag., dan Sekretaris Prodi Muamalat, Bapak Mu’min Rauf, S.Ag, MA.

3. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Pembimbing I Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Pembimbing II Bapak Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag, M.A., yang telah menyediakan waktu luang untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.


(7)

vii

6. Kedua orang tua, Ayahanda Abu Bakar Usman serta Ibunda Siti Djuariah, dan adik-adikku yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam setiap aktivitas lewat dukungan moril maupun materi.

7. Segenap pihak BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), khususnya Mukhtiar, SE.I dan Ibu Romai Kurniawati, SE.I, serta teman-teman kerja di lingkungan BMT UMJ yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan di BMT Cita Sejahtera, Bapak Aries Koentjoro, Hilman, Firza, Ani, dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah Angkatan 2004, Fatah, Udin, Hidayat, Saiful, Irfan.

9. Serta Rifa’atul Mahmudah yang selalu setia menemani dan memberikan dorongan yang sangat berarti bagi penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sekali lagi yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan masukan-masukannya kepada penulis. Lebih dari ucapan terima kasih, kepada Yang Maha Bijaksana, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan sinar terang serta kekuatan kepada para pemikir dan aktivis yang senantiasa berjuang merubah dunia ke arah yang lebih baik dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, 09 Juni 2011


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Kerangka Teori ... 8

G. Metode Penelitian ... 13

H. Teknik Penulisan ... 15


(9)

ix

1. Pengertian BMT ... 17

2. Fungsi dan Tujuan BMT ... 19

3. Badan Hukum BMT ... 21

B. Pembiayaan Mudharabah ... 22

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah ... 22

2. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan Mudharabah ... 25

3. Keunggulan dan Kelemahan Mudharabah ... 25

C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah ... 27

BAB III : PROFIL BMT-UMJ ... 35

A. Sejarah Berdirinya BMT-UMJ ... 35

B. Visi & Misi BMT UMJ ... 37

C. Struktur Organisasi BMT UMJ ... 38

D. Produk Penghimpunan dan Penyaluran Dana pada BMT UMJ .. 40

1. Penghimpunan Dana (Funding) ... 40


(10)

x

BAB IV : ANALISIS TERHADAP RENDAHNYA PEMBIAYAAN

MUDHARABAH ... 49

A. Gambaran Tentang Pembiayaan Mudharabah pada BMT UMJ ... 49

B. Analisis Terhadap Faktor-faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ ... 57

C. Strategi BMT UMJ Dalam Meningkatkan Pembiayaan Mudharabah ... 61

BAB V : PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran–Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(11)

xi

2. Tabel 1.2 Tinjauan Pustaka ... 8

3. Tabel 3.1 Jumlah (Nominal) Mitra Simpanan BMT UMJ ... 44

4. Tabel 3.2 Jumlah (Orang) Mitra Simpanan BMT UMJ ... 45

5. Tabel 4.1 Total Dana yang Disalurkan BMT UMJ Tahun 2010 ... 54

6. Tabel 4.2 Penyaluran Pembiayaan Mudharabah pada BMT UMJ Per 2010 ... 55

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1 Struktur Organisasi BMT (teoritis) ... 12

2. Gambar 3.1 Struktur Organisasi KSU BMT-UMJ ... 42

3. Gambar 3.2 Skema Pembiayaan Mudharabah ... 46

4. Gambar 3.3 Skema Pembiayaan Murabahah ... 47

DAFTAR DIAGRAM 1. Diagram 1.1 Pangsa Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah ... 4

2. Diagram 3.1 Jumlah (Nominal) Mitra Simpanan BMT UMJ ... 44


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai sistem hidup (way of life) dan merupakan agama yang universal sebab memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Seiring dengan maju pesatnya kajian tentang ekonomi islam dengan menggunakan pendekatan filsafat dan sebagainya mendorong kepada terbentuknya suatu ilmu ekonomi berbasis keislaman yang terfokus untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam.

Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank pada prinsipnya sebagai lembaga intermediasi, menghimpun dana dari masyarakat yang mengalami surplus dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana.

Lembaga keuangan merupakan salah satu aspek yang di atur dalam syariah islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Pengaturan lembaga perbankan dalam syariah islam dilandaskan pada kaidah dalam ushul fikih yang menyatakan bahwa “maa laa yatimm al-wajib illa bihifa huwa wajib”, yakni sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang

wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib diadakan. Oleh karena pada zaman modern ini kegiatan


(13)

perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk diadakan.1

Namun krisis ekonomi yang terjadi pada saat ini telah menyebabkan kesulitan pada industri perbankan di Indonesia. Krisis yang terjadi menjadikan sebagian besar bank-bank konvensional kurang berhasil dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi yang seharusnya merupakan fungsi dari Bank sehingga berpengaruh terhadap kegiatan sektor riil yang sangat mengharapkan bantuan jasa-jasa dari lembaga intermediasi tersebut.2

Sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga intermediary, dana yang dikumpulkan dari masyarakat harus disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Kepercayaan dalam penyaluran dana ke tempat yang halal merupakan amanat yang harus dijaga oleh suatu lembaga keuangan syariah. Karena yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan non Syariah salah satu diantaranya adalah penyaluran dana ke tempat yang halal.3

Selain bank Syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan mikro swasta sejenis yang berprinsip syariah. Salah satu diantaranya adalah Baitul maal Wat Tamwiil

(BMT).

1 Adiwarman, A. Karim. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal 14-15.

2 Baihaqi Abd. Majid dan Saifuddin A. Rasyid, (ed), Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakakan BMT di Indonesia, (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 253.

3 Mauludi, Ali. Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006) hal. 262-263.


(14)

3

Kehadiran Baitul Maal wa Tamwiil yang disingkat BMT, dalam pedoman bahasa Indonesianya adalah Balai Usaha Mandiri Terpadu, merupakan lembaga keuangan informal yang tumbuh dan ada sejak zaman Rasulullah. BMT

didefinisikan sebagai “lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah”.4

BMT adalah salah satu unit usaha dari sebuah koperasi. Dimana BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi kecil ke bawah. BMT terdiri dari 2 kegiatan, yaitu, Baitul Maal dan Baitut Tamwiil. Kegiatan Baitut Tamwiil

mengutamakan perkembangan kegiatan-kegiatan investasi dan produktif dengan sasaran usaha ekonomi yang dalam pelaksanaannya saling mendukung untuk pembangunan usaha-usaha kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Baitul Maal

mengutamakan kegiatan kesejahteraan, bersifat nirlaba, diharapkan mampu menghimpun dana zakat, infaq, shadaqah yang pada gilirannya berfungsi mendukung kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dalam kegiatan ekonomi pengusaha kecil.5

BMT merupakan lembaga keuangan swasta yang modal sepenuhnya bersumber dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Untuk itulah peran bank-bank Islam seperti BMT maupun koperasi yang berdasar syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan pembiayaan, karena BMT (Baitul

4 M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Jakarta: LSAF, 1999), h. 430 5 Madjid dan Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000)hal.182


(15)

Maal Wa tamwiil) sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak menggunakan sistem bunga seperti yang dilakukan bank konvensional, BMT menerapkan sistem bagi hasil bagi para nasabahnya.

Sejauh ini mayoritas penyaluran pembiayaan baik di bank syariah maupun di lembaga keuangan mikro syariah (BMT) didominasi pembiayaan Murabahah. Total pembiayaan mudharabah dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan Murabahah yang menggunakan prinsip jual beli.

Diagram 1.1 Pangsa Pembiayaan (%)

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2010

Hal tersebut merupakan fenomena yang menarik karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan dapat lebih menggerakkan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Bila ditinjau dari konsep bagi hasil, maka harus ada return yang dibagi, hal tersebut hanya bisa terjadi bila uang digunakan untuk

0 5 10 15 20 25 30

Jan-05 Jan-06 Jan-07 Jan-08 Jan-09

Murabahah Mudharabah


(16)

5

usaha produktif.

Bank Indonesia sebagai regulator telah menyarankan agar perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah mengurangi pembiayaan yang menggunakan skema Murabahah (jual beli) dan memperbanyak pembiayaan yang menggunakan prinsip mudharabah (bagi hasil). Hal ini untuk mengembalikan karakteristik utama lembaga keuangan syariah yaitu pembiayaan yang berprinsip bagi hasil.

Bagi lembaga keuangan syariah, margin keuntungan Murabahah sendiri relative kecil, rata-rata hanya 14% - 15%, sedangkan mudharabah rata-rata diatas angka tersebut.

Tabel 1.1

Tingkat imbalan/Bagi Hasil/Fee/Bonus

AKAD 2005 2006 2007 2008 2009

Mudharabah 12.67% 13.73% 16.93% 19.39% 19.11%

Musyarakah 8.46% 10.52% 11.23% 11.37% 11.72%

Murabahah 13.05% 12.09% 14.66% 14.92% 16.07%

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2010

Berdasarkan studi awal pada BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), hanya 10-15 kali merealisasi pembiayaan mudharabah. Sedangkan realisasi yang menggunakan skema pembiayaan murabahah di BMT UMJ sebanyak ratusan kali.


(17)

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa Produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil seolah-olah tidak berdaya untuk menjadi pendamping operasional lembaga keuangan syariah. Sehingga pembiayaan dengan sistem jual beli menjadi pengganti sebagai produk inti dari beroperasinya lembaga keuangan syariah.

Berdasarkan latar belakang ini, sangat menarik untuk membahas permasalahan pembiayaan mudharabah di BMT dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ.”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah yang dikaji, yaitu mengenai minimnya pembiayaan

mudharabah pada BMT UMJ.

Adapun yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:

1. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pembiayaan

mudharabah secara teoritis?

2. Bagaimana gambaran tentang Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ? 3. Bagaimana strategi BMT UMJ dalam meningkatkan pembiayaan


(18)

7

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pembiayaan

mudharabah.

2. Untuk menganalisa rendahnya penyaluran pembiayaan mudharabah pada BMT UMJ.

3. Untuk menganalisa strategi BMT UMJ dalam meningkatkan pembiayaan

mudharabah.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi pelajar, mahasiswa serta kalangan akademik lainnya.

2. Kegunaan praktis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para praktisi lembaga keuangan syariah, dalam usahanya meningkatkan kualitas kinerjanya dalam mensosialisasikan BMT kepada masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu)

Agar tidak terjadi pengulangan penelitian terhadap objek yang sama, maka ada baiknya penulis melakukan tunjauan pustaka. Adapun tinjauan pustaka yang telah di kaji adalah sebagai berikut:


(19)

Tabel 1.2 Tinjauan Pustaka

No Identitas Substansi Perbedaan

1 Septiana ambarwati, Pasca Sarjana UI, 2008.

“Faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan Murabahah dan mudharabah pada bank umum syariah.”

Dalam tesis ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan Murabahah dan

mudharabah.

penelitian menggunakan suku bunga SWBI, NPF, Bunga Kredit, Tingkat Bagi Hasil dan Murabahah sebagai Variabelnya. Dan yang menjadi objek penelitian adalah Bank Umum Syariah.

Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah. Yang menjadi objek penelitian adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT). Dan metode yang digunakan bukan metode kuantitatif, melainkan metode kualitatif. 2 Irma Suryani, 2005.

“Konsep dan Aplikasi Mudharabah (studi kasus di BMT Fajar Shiddiq)”

Dalam skripsinya membahas tentang bagaimana konsep pembiayaan mudharabah dan aplikasi pembiayaan mudharabah di bmt fajar shiddiq.

Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah.


(20)

9

3 Zulpadli, 2005. “Aplikasi pembiayaan mudharabah pada BMT al-mansur I (Didesa cikahuripan Kec.kadudampit Kab.sukabumi jawa barat)”

Dalam skripsinya membahas tentang bagaimana aplikasi

pembiayaan mudharabah di BMT Al-Mansur I

Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah.

F. Kerangka Teori

Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, kontrak/ akad dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu: Natural Certainty Contracts dan

Natural Uncertainty Contracts. Natural Certainty Contracts adalah kontrak/ akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktu. Yang termasuk dalam kategori ini adalah Murabahah, Ijarah,

Salam & Istisna. Sedangkan Natural Uncertainty Contracts adalah kontrak/akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah Mudharabah &

Musyarakah.6

6 Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisa Fiqih dan Keuangan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004) Edisi Kedua, h. 43-4


(21)

1. Pengertian Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan dalam kontrak.7

Istilah mudharabah oleh ulama fikih menyebutkan dengan Qiradh.

Secara terminologi, para Ulama Fikih mendefinisikan Mudharabah

atau Qiradh dengan: “Pemilik modal (investor) menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu

menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan” 8.

Didalam mudharabah hubungan kontrak bukan antara pemberi modal, melainkan antara penyedia dana (shahibul maal) dengan pengusaha (enterpreneur / mudharib).

Mudharib menyumbangkan tenaga dan waktunya dan mengelola kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan, jika ada, akan dibagi antara investor dan

mudharib berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. jika ada kerugian, akan ditanggung sendiri oleh Pemilik Modal. kecuali kerugian akibat kelalaian dan penyimpangan oleh nasabah.

Walaupun mudharabah dikatakan sebagai sesuatu yang ideal, dan mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem lainnya, namun

7 Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40


(22)

11

ternyata mudharabah dalam kenyataannya belum menjadi skema pembiayaan yang utama pada lembaga keuangan syariah.

Beberapa permasalahan yang dihadapi sehingga mudharabah menjadi kurang berkembang, diidentifikasikan antara lain sebagai berikut :

a. informasi yang tidak transparant yang disampaikan oleh mudharib kepada shahibul maal, sehingga informasi menjadi tidak berimbang (Asymmertik Information). Yang menyebabkan pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha, sehingga pilihan yang ditetapkan hanya menguntungkan satu pihak saja dan merugikan pihak yang lain.

b. Karena faktor risiko bagi pihak lembaga keuangannya yang tinggi dan karena alasan kehati-hatian (Prudential).

c. Sebab lainnya adalah kinerja dari lembaga keuangan syariah sendiri. Ini menyangkut preferensi dari pihak shahibul maal.

2. Pengertian BMT

Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.

BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwiil.

Baitul maal lebih mengarah pada usaha – usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitul


(23)

Tamwiil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha – usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.

3. Organisasi BMT

Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang mendekripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam BMT tersebut. Struktur organisasi BMT meliputi:

a. Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang kekuasaan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan – kebijakan makro BMT.

b. Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT. c. Pembinaan Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam

merealisasikan programnya.

d. Manajer betugas untuk menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.

e. Pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk – produk BMT.

f. Kasir bertugas melayani nasabah.

g. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omzet


(24)

13

Gambar 1.1 Struktur organisasi BMT

Ket:

………… Garis Koordinatif

_______ Garis Komando

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Field Research, yakni penelitian lapangan yang dilakukan melalui survey

langsung ke BMT UMJ, yang bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan cara Interview

atau wawancara kepada manajer umum atau manajer pembiayaan. Musyawarah Anggota Pemegang

Simpanan Pokok

Dewan Syari’ah Pembina Manajemen

Manajer

Tamwiil Maal

Pemasaran Kasir Pembukuan


(25)

b. Library Research, yakni Kajian kepustakaan dilakukan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep-konsep yang akan dikaji atau melakukan penelitian dengan cara mencari literatur-literatur yang berupa bahan-bahan pustaka dan dokumen-dokumen serta artikel yang berkaitan dengan BMT dan pembiayaan mudharabah.

2. Sumber Data

a. Primer, data pokok yang didapat dari responden melalui wawancara dengan direktur umum dan manajer pemasaran (marketing) di BMT UMJ. b. Sekunder, yang didapat dari buku-buku, dan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan pembiayaan mudharabah. 3. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta. Adapun penelitian ini berlokasi di Jln. K.H. Ahmad Dahlan Ciputat-Cirendeu.

4. Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisa secara kualitatif dan menafsirkannya secara kualitatif pula.

Sebagaimana dikutif oleh Moleong, Bogdan dan Taylor mendefinisikan

metodologi kualitatif sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data


(26)

15

dapat diamati”.9

Dalam penelitian ini, hanya akan menganalisa pada hal-hal yang berhubungan dengan pembiayaan mudharabah.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

kualitatif, sebuah analisis yang didasarkan pada pernyataan keadaan dan ukuran kualitas (bersifat non statistik), yaitu cara melaporkan data dengan

menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran dan

mengklasifikasikannya serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya.10

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

H. Teknik Penulisan

Metode penulisan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007.

9 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), cet ke -10, h. 3

10Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1980) h. 136.


(27)

I. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran secara global mengenai apa yang akan dibahas, skripsi ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I, merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan & perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II, berisi landasan teori. Bab ini membahas seputar BMT dan

Mudharabah. Mencakup tentang pembahasan tentang BMT, pengertian

Mudharabah, Macam-macam Mudharabah, serta permasalahan dalam Pembiayaan Mudharabah.

BAB III, gambaran umum (Profil) BMT UMJ. Bab ini membahas Sejarah Berdirinya BMT UMJ. Visi dan Misi BMT UMJ, Produk-produk BMT UMJ dan Struktur Organisasi BMT UMJ.

BAB IV, membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya penyaluran pembiayaan mudharabah, mengapa BMT UMJ hanya sedikit menyalurkan Pembiayaan mudharabah, dan bagaimana strategi BMT UMJ dalam meningkatkan pembiayaan mudharabah.


(28)

17

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG BMT DAN MUDHARABAH

A. Baitul Maal Wat Tamwiil

1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwiil

Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasional BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan lembaga keuangan mikro syariah, seperti BPRS dan BMT yang bertujuan untuk menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah.

Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi: Pertama, Baitul Maal

(Bait = Rumah, Maal = Harta)11 lebih mengarah kepada usaha-usaha

pengumpulan dan penyaluran dana non-profit, seperti Zakat, Infaq, dan Shadaqoh serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanah.12 Pembentukan Baitul Maal adalah karena mempunyai peranan yang cukup besar terutama dalam membantu rakyat, khususnya bagi mereka yang berada dalam garis kemiskinan agar tercapai kesejahteraan dan pemerataan

11 M. Amin Aziz, Buku saku tata cara pembentukan BMT, (Jakarta, Pusat kajian Ekonomi Syariah, 2006) hal. 1

12 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia FE UII, 2005), cet 3, hal 96


(29)

hak, dan juga menegakkan sistem yang berkenaan dengan pelaksanaan kewajiban kaum muslim.

Kedua, Baitul Tamwiil (Bait = Rumah, at Tamwiil = pengembangan harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.13

Definisi lain dari Baitul Tamwiil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat

profit motive, penghimpunan dana Baitul Tamwiil diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi, yang dijalankan berdasarkan prinsip syari'ah.14

Dengan demikian, jika dilihat secara sepintas Baitul maal Wat Tamwiil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan yang mirip dengan bank, dimana ia dapat mengumpulkan dana dari masyarakat dengan produk simpanan tabungannya, lalu menyalurkan dana tersebut melalui pembiayaan-pembiayaannya. Namun karena landasan filosofi dan ruang lingkup kerjanya berbeda jauh dari bank, maka BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki karakteristik tersendiri, BMT menggabungkan dua

13 M. Amin Aziz, Buku saku tata cara pembentukan BMT, Loc.Cit

14 Hertanto Widodo, et, al. Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wa Tamwiil (BMT), (Bandung: Mizan 1999) hal. 82


(30)

19

kegiatan yang berbeda sifatnya, yakni laba dan nirlaba dalam satu lembaga. Namun secara operasional BMT tetap merupakan entitas (badan) yang terpisah. Ada tiga jenis aktifitas yang dijalankan BMT, yaitu jasa keuangan, sosial atau pengelola zakat, infak, dan shadaqoh (ZIS) dan sektor riil.15

2. Fungsi dan Tujuan BMT

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa menyentuh semua lapisan masyarakat, sehingga masih terdapat kelompok masyarakat yang tidak terfasilitasi. Adapun fungsi dari didirikannya Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) adalah sebagai berikut:

a. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).

b. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.

c. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.


(31)

d. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

Sedangkan yang menjadi tujuan utama pendirian lembaga keuangan berdasarkan syariah ini adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari aspek kehidupan ekonominya berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.16 Adapun tujuan lain dari didirikannya BMT adalah sebagai berikut: a. Masyarakat yang secara legal dan administrative tidak memenuhi kriteria perbankan. Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh bank menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu terlayani. Mereka yang bermodal kecil dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya cukup signifikan dalam Negara-negara muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara agregat memegang dana yang cukup besar.

b. Masyarakat yang bermodal kecil namun memiliki keberanian dalam mengambil resiko usaha. Biasanya kelompok masyarakat ini akan memilih reksa dana atau mutual fund sebagai jalan investasinya.

c. Masyarakat yang memiliki modal besar dan keberanian dalam mengambil resiko usaha. Biasanya kelompok ini akan memilih pasar modal atau investasi langsung sebagai media investasinya.

Visi lembaga keuangan syariah pada umumnya ialah menjadi wadah terpercaya bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem

16 M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), h. 18


(32)

21

bagi hasil secara adil sesuai prinsip syariah. Sedangkan yang menjadi misi lembaga keuangan syariah ialah memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas.17

3. Badan Hukum BMT

Pada awal-awal pendirian, umumnya BMT memiliki legalitas hukum sebagai KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sebagai lembaga simpan pinjam, segi formalitas hukum BMT memiliki dua alternatif badan hukum yaitu:

a. Dalam lembaga perbankan, maka BMT akan tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.

b. Dalam bentuk koperasi simpan pinjam dengan pola syariah, BMT tunduk pada UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP No. 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam ala koperasi.18

Tidak seperti halnya koperasi sampai saat ini belum ada ketentuan hukum yang mengatur bahwa koperasi wajib berbadan hukum tertentu. Oleh karena itu, BMT dapat memilih bentuk badan hukum sebagai berikut:

a. KSU (Koperasi Serba Usaha) : salah satu bentuk koperasi yang dapat menyelenggarakan berbagai macam aktivitas usaha yang sesuai dengan syariah.

17 Karnaen Perwataatmadja, et.al.,Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), hal. 17.


(33)

b. KSP (Koperasi Simpan Pinjam) : koperasi yang usaha pokoknya simpan–pinjam dengan sistem konvensional (bunga).

c. KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) : koperasi yang usaha pokoknya simpan–pinjam dengan sistem syariah.

B. Pembiayaan Mudharabah

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Credere yang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usha berlandaskan kepercayaan.19

Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 pasal 1 butir 12, pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya.20

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,

19 Moh Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I,h.1


(34)

23

sedangkan pihak lainnya (mudharib) menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.21

Mudharabah dapat dibagi menjadi dua jenis jika dilihat dari transaksi atau akad yang dilakukan, yaitu Mudharabah Muthlaqah, dan Mudharabah Muqayyadah. Yang dimaksud dengan mudharabahmuthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dengan muharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi usaha, waktu, dan daerah bisnis atau disebut juga Unrestricted Investment Account. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah kebalikannya, yaitu yang ditentukan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha atau Restricted Investment Account.22

Secara Umum, landasan dasar syariah Mudharabah lebih mencerminkan Anjuran untuk melaksanakan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadist berikut ini:

Al-Qur’an

ل ف م غ ي راا ىف بر ي رخا ه

...

”dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT (Al-Muzzammil: 20)

ه ل ف م ا غ با راا ىف ا رش اف ا لا تي ق اذاف ...

apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT…. (Al-Jumu’ah 10)

21 Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40

22 Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Toeri ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). hal 97.


(35)

Al-Hadist

َ يف اث ملس هيلع ه ىَلص ه ل سر لاق لاق هيبأ ع بي ص ب حلاص ع ِر لا اخأ ضراق لا لجأ ىلإي لا كر لا عي لل ا بي لل ريعَشلاب

Dari Shalih bin Suhaib RA bahwa Rasulullah Bersabda: tiga hal yang didalamnya terdapat kebaikan: jual-beli secara tangguh, Muqoradhah (Mudharabah), dan mencampur Gandum dengan Gandum untuk keperluan rumah bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).

Rukun dalam mudharabah berdasarkan jumhur ulama ada 3 rukun, yaitu:

a. Adanya dua atau lebih pelaku yaitu pemilik modal dan pengelola. b. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan. c. Pelafalan (shigat) perjanjian.

Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah lebih merinci menjadi 6 rukun, antara lain:

a. Pemilik modal (Shoibul maal) b. Pelaksana usaha (Mudharib)

c. Akad dari kedua belah pihak (Ijab & Qabul) d. Objek mudharabah (Pokok/Modal)

e. Usaha (Pekerjaan mengelola usaha) f. Nisbah keuntungan23


(36)

25

2. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan Mudharabah

Islam memerintahkan dan menganjurkan kepada umatnya untuk saling memberi keringanan kepada sesamanya. Dalam melakukan suatu usaha, terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan untuk mengelolanya atau sebaliknya. Oleh karena itu, fungsi dan tujuan dari pembiayaan mudharabah adalah supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya.

Pemilik modal (Shahibul maal) memanfaatkan keahlian Mudhorib

(pengelola) dan Mudhorib memanfaatkan harta dari Shahibul Maal dan dengan demikian terwujudlah kerja sama antara Shahibul maal dengan

Mudharib.

3. Keunggulan dan Kelemahan pembiayaan Mudharabah

Beberapa keunggulan dari pembiayaan yang menggunakan skema bagi hasil, antara lain :

a. Pembiayaan musyarakah dan mudharabah akan menggerakkan sektor rill karena pembiayaaan ini bersifat produktif yakni disalurkan untuk kebutuhan investasi dan modal kerja. Jika investasi di sektor riil meningkat tentunya akan menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengurangi pengangguran sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.


(37)

b. Nasabah akan memiliki dua pilihan, apakah akan mendepositokan dananya pada bank syariah atau bank konvensioanal. Nasabah akan membandingkan antara expected rate of return yang ditawarkan bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional. Dimana selama ini, kecenderungannya rate of return bank syariah lebih tinggi daripada suku bunga bank konvensional. Dengan demikian diharapkan akan menjadi pendorong peningkatan jumlah nasabah di bank syariah.

c. Peningkatan persentase pembiayaan bagi hasil akan mendorong tumbuhnya pengusaha atau investor yang berani mengambil keputusan bisnis yang berisiko. Pada akhirnya akan berkembang berbagai inovasi baru yang akan meningkatkan daya saing bank syariah. Pembagian keuntungan diantara dua pihak tentu saja harus berdasarkan proporsi dan tidak memberikan keuntungan sekaligus atau yang pasti kepada shahibul maal (investor). Investor tidak bertanggung jawab atas kerugian-kerugian di luar modal yang telah diberikannya.24

d. Pola pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah pola pembiayaan berbasis produktif yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan sektor riil sehingga kemungkinan terjadinya krisis keuangan akan dapat dikurangi.

24 Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Al-Qaoud, Perbankan Syari’ah: Prinsip,Praktik, Prospek.


(38)

27

Sedangkan yang menjadi kelemahan dari pembiayaan mudharabah

adalah karena pembiayaan mudharabah merupakan Natural Uncertainty Contracts, maka pihak mudharib tidak dapat memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya menyebabkan pihak investor menjadi ragu untuk menyalurkan pembiayaan mudharabah. Selain itu, adalah karena faktor resikonya yang tinggi. Terutama dalam penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi, yaitu :

a. Side streaming yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak.

b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.

c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabah tidak jujur.

C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah

Kegiatan-kegiatan investasi di lembaga keuangan syariah oleh para teoritisi Perbankan Islam membayangkan seharusnya didasarkan pada dua konsep hukum : Mudharabah dan Musyarakah, atau yang dikenal dengan istilah Profit and Loss Sharing (PLS).

Pembiayaan dengan skema bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah) merupakan karakteristik utama lembaga keuangan syariah, karena inilah yang menjadi pembeda dengan bank konvensional.

Sistem bagi hasil dirasakan lebih adil karena bagian (nisbah) untuk Lembaga keuangan tersebut dibayarkan sesuai dengan keuntungan yang


(39)

diterima pengusaha dan jumlahnya diketahui setelah pengusaha memperoleh untung.

Akan tetapi pada prakteknya, Selama ini pembiayaan baik di Bank Syariah, BPRS, maupun di BMT, didominasi oleh pembiayaan Murabahah

(Jual-Beli). Walaupun secara syariah halal, namun pembiayaan Murabahah

tidak lebih merupakan produk sekunder. Sedangkan produk primer dari lembaga keuangan syariah adalah Mudharabah dan Musyarakah, akan tetapi produk ini belum menjadi produk utama dalam lembaga keuangan syariah.

Jika ditelaah lebih lanjut, sesungguhnya permasalahan yang terjadi pada rendahnya pembiayaan mudharabah itu bisa dilihat dengan sebab sebagai berikut :

1. Sumber dana di lembaga keuangan syariah yang sebagian besar berjangka pendek tidak dapat digunakan untuk pembiayaan bagi hasil yang biasanya berjangka panjang.25

2. Adanya moral hazard dari pelaku usaha. Moral hazard adalah tidak diindahkannya masalah moral dan etika dalam berbisnis, baik dilakukan oleh pengusaha maupun mungkin juga dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah itu sendiri. Pengusaha sering membuat proposal yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, proyeknya akan memberikan keuntungan tinggi dan mendorong pengusaha untuk membuat proyeksi bisnis yang

25 Muhammad Edisi Revisi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP Y. 2005.


(40)

29

terlalu optimis. Sedangkan dari Lembaga Keuangan Syariah misalnya menuntut bagi hasil yang sangat tinggi tanpa mempertimbangkan sisi keadilan bagi pengusaha.

3. Adanya Asymetric Information atau ketidakseimbangan informasi yang dilakukan oleh salah satu pihak, yang menyebabkan pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha. banyak pengusaha yang mempunyai dua pembukuan, pembukuan yang diberikan kepada bank adalah yang tingkat keuntungannya kecil sehingga porsi keuntungan yang harus diberikan kepada bank juga kecil padahal pada pembukuan sebenarnya pengusaha membukukan keuntungan besar, Sehingga pilihan yang ditetapkan hanya menguntungkan satu pihak saja, dan dapat merugikan pihak yang lain.

4. Faktor risikonya yang tinggi dan alasan kehati-hatian (Prudential). Adanya ketidakpastian hasil yang diperoleh (karena natural uncertainty contract) tersebut membuat para praktisi lembaga keuangan syariah terlalu ekstra hati-hati (prudent) sehingga takut untuk menyalurkan pembiayaan bagi hasil.

5. Kontrak mudharabah membutuhkan jaminan agar dapat berfungsi secara efisien, sedangkan menurut Ulama madzhab Malik dan Syafi’i, jika

shahibul maal mempersyaratkan pemberian jaminan dari mudharib dan menyatakan hal ini dalam syarat kontrak, maka kontrak mudharabah


(41)

mereka tidak sah.26 Hubungan antara shahibul maal dengan mudharib

merupakan hubungan yang mengutamakan kepercayaan (trust). Karena disyaratkan mudharib adalah orang yang dipercaya, maka shahibul maal

tidak boleh meminta jaminan. Shahibul maal tidak dapat menuntut jaminan apapun dari mudharib untuk mengembalikan modal dengan keuntungan.

6. Rendahnya pemahaman sumber daya insani (SDI) terhadap pembiayaan bagi hasil akan menyebabkan lembaga keuangan syariah kurang memberi informasi tentang pembiayaan bagi hasil. Paradigma konvensional yang masih melekat pada para praktisi lembaga keuangan syariah bisa membuat penyaluran pembiayaan bagi hasil tidak maksimal.

7. Sebab lainnya adalah kinerja dari lembaga keuangan syariah sendiri. Kurang seriusnya lembaga keuangan syariah dalam menggarap

mudharabah, sehingga pembiayaan mudharabah menjadi kurang berkembang. 27

Karena dalam setiap pembiayaan tidak terlepas dari berbagai macam risiko yang berujung kepada pembiayaan bermasalah, oleh karenanya pihak lembaga keuangan syariah pun harus berusaha untuk meminimalisir risiko

26 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999) Hal. 33 27 Diana Yumanita, Ascarya. Mencari Solusi Rendahya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. (Jakarta: Bank Indonesia, 2005) Hal. 80


(42)

31

tersebut. Dalam melakukan pembiayaan, pihak BMT harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam (mudharib), prinsip ini dikenal dengan 5 C + S, yaitu :

1. Character, penilaian terhadap karakter watak dari calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian kredit.28

2. Capacity, penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran, dan kemampuan tersebut diukur dengan catatan prestasi peminjam dimasa lalu dan juga didukung dengan pengamatan lapangan atas sarana usahanya.

3. Capital, penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan posisi usaha secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio keuangan dan penekanan pada komposisi modalnya.

4. Coleteral, jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya.

5. Conditions, pihak BMT harus jeli dalam melihat ekonomi yang terjadi dimasyarakat secara spesifik, melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam, hal tersebut dilakukan karena

28 Muhammad Syarif Surbakti, ”Analisis Faktor-faktor Penyebab Non Performing Financing”, EKSIS, Jurnal Ekonomi keuangan dan Bisnis Islami, Vol. 1 No 1 (Januari: 2005): hal. 7.


(43)

kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.29

6. Syariah, yang mana dalam analisis ini, pihak BMT melakukan analisis terhadap usaha yang akan dijalankan oleh mitra terkait dengan kehalalan usaha atau proyek yang sesuai dengan syari'ah islam dan tidak menyimpang dari aturan Islam.30

Selain menggunakan prisip 5C + S yang telah dijelaskan di atas, Prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 7 P dan studi kelayakan 7 A. Penilaian kredit dengan 7 P adalah sebagai berikut: 31

1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiaanya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party yaitu golongan mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3. Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit yang diinginkan nasabah.

29Mengenal Baitul Mal wat Tamwiil (BMT), Pikiran Rakyat, (09 Oktober 2005),h.1-2

30 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 246


(44)

33

4. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika status fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment merupakan usuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.

6. Profitabilty untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitabilty diukur dari periode ke peride apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat.

7. Protection adalah bagaimana menjaga kredit yang disalurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.

Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan 7 A meliputi:32

1. Aspek Hukum

Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris atau sertifikat tanah dan dokumen lainnya.


(45)

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha untuk menilai Prospek usaha nasabah sekarang dan di masa yuang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya. Dan dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan dan di perolehnya.

4. Aspek Operasi/Teknis

Merupakan aspek untuk menilai letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.

5. Aspek Manajemen

Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas.

6. Aspek Ekonomi/Sosial

Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak cost atau sebaliknya.

7. Aspek AMDAL

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan akan adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahanya


(46)

35

terhadap dampak tersebut.

Analisa pembiayaan merupakan salah satu tahapan dalam pemberian pembiayaan. Adapun tahapannya sebagai berikut:33

1. Persiapan Pembiayaan (Financing Preparation) adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud saling mengetahui informasi antara calon debitur dengan bank, yang dilakukan melalui wawancara. Seperti syarat pengajuan pembiayaan serta keadaan usaha nasabah.

2. Analisa Pembiayaan (Financing Analysis) merupakan langkah penting untuk realisasi pembiayaan yang bertujuan menilai kelayakan calon debitur, menekan risiko tidak terbayarnya pembiayaan dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Dapat dilakukan melakukan seperti: pendekatan jaminan, karakter, kemampuan pelunasan nasabah, studi kelayakan dan fungsi bank.

3. Keputusan Pembiayaan (Financing Decision), merupakan langkah dari pejabat bank untuk menerima atau menolak pembiayaan yang diajukan. Pemutus pembiayaan adalah seorang pejabat atau komite yang khusus diberi wewenang untuk memutuskan pembiayaan.

4. Pelaksanaan dan Administrasi Pembiayaan (Financing Realization and Administration). Tahap pelaksanaan pembiayaan merupakan langkah yang ditempuh setelah dilakukan keputusan pembiayaan. Hal ini dilakukan

33 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, (Bandung: Alfabeta,2004), h. 91


(47)

setelah calon debitur mempelajari dan menyetujui isi keputusan pembiayaan. Kemudian kedua belah pihak menanda tangani perjanjian pembiayaan beserta lampirannya. Sedangkan administrasi dilakukan dengan penerimaan keputusan dan penyampaian kepada debitur.34

5. Supervisi pembiayaan dan pembinaan debitur (Financing Supervision and follow up) adalah upaya penanganan pembiayaan yang telah diberikan bank dengan memantau usaha yang dijalankan debitur dan memberikan saran agar pengembaliannya berjalan dengan baik.

Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari analisis pembiayaan adalah: pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Sedangkan tujuan khusus dari analisis pembiayaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam.

2. Untuk menekankan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan. 3. Untuk menghitung kebutuhan pembiayan yang layak.

Apabila analisa pembiayaan itu dilakukan dengan baik, maka akan meminimalisir risiko yang mungkin akan terjadi.

34 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Ekonosia, Kampus Fakultas Ekonomi UI, 2004), Edisi I, h. 214


(48)

37

Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank

berdasarkan prinsip syari’ah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan.

Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan diperolah melalui bunga, sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian kredit beserta persyaratannya.35

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan dapat lebih menggerakkan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Bila ditinjau dari konsep bagi hasil, maka harus ada return yang dibagi, hal tersebut hanya bisa terjadi bila uang digunakan untuk usaha produktif.

Dan satu hal yang perlu diperhatikan pengelola BMT, dalam hal ini

Account Officer, harus mengamati secara langsung calon peminjam dengan mendatangi tempat usahanya. Fungsi prinsip 5C+S, analisis 7P dan studi kelayakan 7A ini untuk menghindari terjadinya risiko-risiko yang tidak diinginkan dan dapat meminimalisir risiko kredit macet, kebangkrutan dan sebagainya terhadap pembiayaan-pembiayaan yang telah disepakati.


(49)

38

A. Sejarah Berdirinya BMT-UMJ

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat munculah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Salah satunya adalah BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).

Pendirian BMT-UMJ yang beralamat di Jl. KH Ahmad Dahlan Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta-Ciputat, diawali dengan rapat pembentukan oleh 36 (tiga puluh enam) orang (dosen civitas akademika UMJ) sekitar awal bulan April 2008. Selanjutnya, Akta Pendirian KSU BMT-UMJ dengan nomor 69 diterbitkan tgl. 14 April 2008 oleh Notaris yang ditunjuk Kementerian Koperasi dan UKM, H. Rizul Sudarmadi, SH. Setelah itu, Kementerian Koperasi dan UKM, tgl. 6 Juni 2008 mengesahkan Akta Pendirian dan sekaligus memberikan nomor badan hukum : 770/BH/Meneg/I/VI/2008.

Dalam rangka mempersiapkan operasionalisasi BMT-UMJ, maka pada bulan Mei 2008 selama sebulan penuh tiga orang calon karyawan terseleksi


(50)

39

telah melaksanakan proses magang di BMT Mujahidin dan BMT Al Munawarah. Kemudian mulai awal bulan Juni 2008, semua persiapan

launching kegiatan BMT-UMJ sudah dimulai.

Saat ini BMT-UMJ menempati ruangan seluas kurang lebih 12 m2 di

lantai dasar samping gedung Rektorat UMJ. Perangkat kerja relatif sudah cukup tersedia, mulai dari blanko/formulir untuk berbagai jenis transaksi sesuai produk yang akan ditawarkan, sampai dengan brankas dan tiga buah komputer beserta dua buah printer.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Modal KSU BMT-UMJ terdiri atas Modal Sendiri dan Modal Luar. Modal Sendiri terbagi atas Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Cadangan, Donasi, dan Hibah. Modal Luar atau Modal Pinjaman berasal dari Anggota, Anggota Luar Biasa, Calon Anggota, koperasi lain, lembaga keuangan (bank dan non bank) dan sumber-sumber lain yang sah.

Per tanggal 18 Juni 2008, permodalan KSU BMT-UMJ yang tersedia adalah sebesar Rp. 117 juta. Permodalan dimaksud terdiri atas Modal Sendiri yang berasal dari Simpanan Pokok 10 orang anggota/pendiri sebesar Rp. 42 juta dan Modal Pinjaman dalam bentuk Modal Penyertaan sebesar Rp. 75 juta yang berasal dari kontribusi empat orang anggota/pendiri.


(51)

B. Visi & Misi BMT UMJ

BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sebagai salah satu

Lembaga Keuangan Syari’ah yang beroperasi berdasarkan nilai-nilai dan

prinsip syari’ah mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

1. Visi

Visi dari KSU BMT UMJ adalah untuk membangun Koperasi Serba Usaha terkemuka, modern, dan Islami dalam mengembangkan ekonomi rakyat yang sesuai dengan syariah.

2. Misi

Sedangkan yang menjadi misi dari KSU BMT UMJ adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas sumber daya insani yang bermartabat dan

mandiri.

b. Memperjuangkan peningkatan harkat sosial ekonomi anggota dan karyawan koperasi serta masyarakat.

c. Mengelola portofolio bisnis anggota dengan semangat kekeluargaan dan berdaya saing.

d. Menjadi media efektif dalam membangun silaturrahmi sesama anggota KSU BMT UMJ dan para pihak yang terkait.


(52)

41

C. Struktur Organisasi BMT UMJ

DEWAN SYARIAH

• Ketua : Drs. Muchtar Lutfi, SH.

• Anggota : Dr. Masyitoh, M. Ag.

Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono PENGURUS

• Ketua Umum : Dr. Burhanuddin R., MA.

• Ketua I : Drs. M. Amin Tohari, MSc.

• Ketua II : H. Abdul Majid Y., SE., MM.

• Sekretaris Umum : Dasep Suryanto, ST., MM.

• Wakil Sekretaris : Nur Azis Hakim, SH., MM.

• Bendahara Umum : Nur Hidayah, SE., MM.

• Wakil Bendahara : dr. Vivi Vernanda, MM. PENGAWAS

• Ketua : Iskandar Zulkarnain, SE., MM.

• Anggota : Ir. Soebroto HS., MSi.

Prof. Dr. Suhendar S., MSi PENGELOLA

 Direktur Utama BMT : Dina Febriani, SE., MM.

 Manajer Sektor Riil : Romai Kurniawati, SE.I

 Manajer Marketing : Mukhtiar, SE.I


(53)

Gambar 3.1

DIREKTUR BMT

Dina Febriani, SE., MM.

BAITUL MAAL BAITUL TAMWIIL

DEWAN SYARIAH Ketua : Drs. Muchtar Lutfi, SH. Anggota : Dr. Masyitoh, M. Ag.

Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono

PENGURUS

Ketua Umum : Dr. Burhanuddin R., MA. Ketua I : Drs. M. Amin Tohari, MSc. Ketua II : H. Abdul Majid Y., SE., MM. Sekretaris Umum : Dasep Suryanto, ST., MM. Wakil Sekretaris : Nur Azis Hakim, SH., MM. Bendahara Umum : Nur Hidayah, SE., MM. Wakil Bendahara : dr. Vivi Vernanda, MM. PENGAWAS

Ketua : Iskandar Zulkarnain, SE., MM. Anggota : Ir. Soebroto HS., MSi.

Prof. Dr. Suhendar S., MSi

A N G G O T A

Manajer Akuntansi

Juliana Veronica G., SE.

Manajer Sektor Riel

Romai Kurniawati, SE.I

Manajer Pemasaran


(54)

43

D. Produk Penghimpunan dan Penyaluran Dana 1. Penghimpunan Dana (Funding)

Macam-macam produk tabungan dan simpanan yang terdapat di BMT UMJ antara lain:

a. SIMAPAN (Simpanan Masa Depan) adalah simpanan yang dapat diambil kapanpun selama jam kerja. Setoran awal min. Rp 15.000,- setoran selanjutnya min. Rp 10.000,-

b. SAHARA (Simpanan Hari Raya) adalah simpanan yang dapat diambil untuk lebaran. Setoran awal min. Rp 30.000,- setoran selanjutnya min. Rp 25.000,-

c. SAPITRI (Simpanan Pendidikan Putra-Putri) adalah simpanan yang hanya dapat diambil setiap semester sekolah. Setoran awal min. Rp 30.000,- setoran selanjutnya min. Rp 25.000,-

d. TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban) adalah simpanan yang dapat diambil setiap Hari Raya Qurban (dapat berupa uang atau hewan Qurban). Setoran awal min. Rp 100.000,- setoran selanjutnya min. Rp 75.000,-

e. SIMPANAN WALIMAH adalah simpanan yang hanya dapat diambil untuk pernikahan. Setoran awal min. Rp 205.000,- setoran selanjutnya min. Rp 200.000,-

f. Deposito Madani (Mashlahat dalam berinvestasi) adalah bentuk deposito dengan bagi hasil setiap bulan, jatuh tempo berdasarkan


(55)

jangka waktu (3, 6, dan 12 bulan) nisbah bagi hasil disepakati di awal perjanjian.

Manfaat dari menyimpan uang di BMT UMJ adalah:

 Membantu perencanaan keuangan anggota.

 Bagi hasil & bonus yang kompetitif.

 Setoran fleksibel sesuai perencanaan dan target.

 Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

Dibawah ini adalah tabel dan diagram jumlah mitra simpanan (Sukarela dan Deposito) di BMT-UMJ Per 31 Desember 2008 – 31 Desember 2010.36

Tabel 3.1

No. Jenis Tabungan 2008 2009 2010

1 SIMAPAN Rp 50.605.600 Rp 120.844.553 Rp 203.008.815 2 SAPITRI Rp 55.000 Rp 232.607 Rp 2.151.411 3 TAFAQUR Rp 75.000 Rp 607.703 Rp 1.336.776 4 SAHARA Rp 1.288.002 Rp 1.919.716 5 WALIMAH Rp 1.483.649 Deposito Rp 25.000.000 Rp 207.000.000 Rp 125.000.000 TOTAL Rp 75.735.600 Rp 329.972.866 Rp 334.900.366

Diagram 3.1

36 Laporan tahunan 2009 KSU BMT UMJ

Rp-Rp200.000.000 Rp400.000.000

Rp75.735.600


(56)

45

Tabel 3.2

No. Jenis Tabungan 31-Des-08 31-Des-09 31-Des-10

1 SIMAPAN 78 Orang 130 Orang 245 Orang 2 SAPITRI 1 Orang 3 Orang 10 Orang 3 TAFAQUR 1 Orang 5 Orang 10 Orang 4 SAHARA 1 Orang 7 Orang 5 WALIMAH 2 Orang

Deposito

TOTAL 80 Orang 139 Orang 274 Orang

Diagram 3.2

2. Penyaluran Dana (Lending)

Transaksi penyaluran dana (Lending) pada BMT UMJ, ada 3 macam yaitu: Pertama pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah dengan sistem profit sharing (bagi hasil), kedua Murabahah dengan sistem margin dan ketiga Qordhul Hasan.

a. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan dari BMT UMJ (100%) terhadap seluruh kebutuhan biaya yang secara riil dibutuhkan oleh peminjam dalam menjalankan usahanya. BMT UMJ dalam hal ini disebut sebagai

shahibul maal” sedangkan peminjam disebut sebagai ”mudharib”. Peran dari peminjam hanya sebatas tenaga dan keahlian saja, sehingga

0 50 100 150 200 250 300


(57)

risiko nominal seluruhnya ditanggung oleh BMT UMJ. Dengan pengertian ini, berarti seluruh kebutuhan investasi dan modal kerja disediakan oleh BMT UMJ.

Dengan skema ini, apabila proyek yang dibiayai mengalami kerugian, maka BMT UMJ akan menanggung rugi nominal sedangkan

mudharib tidak memperoleh apapun. Skema pembiayaan mudharabah

adalah sebagai berikut:

Perjanjian Bagi Hasil

Keahlian Modal 100%

(Keuntungan – y)% Nisbah: y%

Keuntungan

Pengembalian Modal Gambar 3.2

Skema Pembiayaan Mudharabah

b. Pembiayaan Musyarakah

Yaitu pembiayaan yang dilakukan BMT UMJ dengan menyertakan sebagian dari porsi modal yang diperlukan. Pembiayaan ini diberikan bagi para pengusaha kecil yang usahanya telah berjalan. Tetapi memerlukan modal tambahan untuk memperbesar

Mudharib BMT UMJ

Proyek (Usaha)

Modal keuntungan


(58)

47

usahanya.Dalam musyarakah ini pihak BMT UMJ boleh terlibat dalam menajemen usaha. Porsi keuntungan atau nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak secara proporsional. Jika terjadi kerugian maka ditanggung bersama.

c. Pembiayaan Murabahah

Yaitu pembiayaan yang dilakukan oleh BMT UMJ pada barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang layak, kemudian disepakati harga jualnya dan kemudian dibayar oleh peminjam kepada BMT UMJ pada saat jatuh tempo, pada tanggal dan bulan yang disepakati dalam perjanjian. Adapun skema pembiayaan Murabahah

sebagai berikut:

Negosiasi dan Persyaratan

Akad Jual Beli

Bayar

Terima Barang

Dan Dokumen

Beli Barang Kirim Barang

Gambar 3.3

Skema Pembiayaan Murabahah d. Qordhul Hasan

Qardul Hasan adalah pemberian pinjaman kebajikan tanpa mengharapkan pengembalian dari pihak peminjam. Pembiayaan ini

BMT UMJ PEMINJAM


(59)

diambil dari dana ZIS dan hanya dialokasikan kepada kelompok dhua’fa yang berkeinginan untuk membuka usaha.

Terhadap para nasabah yang telah mendapatkan pembiayaan dari BMT UMJ akan dilakukan pembinaan baik yang bersifat pendalaman nilai-nilai ke Islaman maupun tentang bisnis, manajemen dan akuntansi sederhana. Melalui pembinaan ini diharapkan mereka dapat meningkatkan usahanya dan mengembangkan dirinya untuk menjadi pengusaha profesional dengan akhlak dan etika bisnis Islam.

Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan, KSU-BMT UMJ mengembangkan budaya kerja dengan komitmen kepada :

1. Menciptakan rasa Loyalitas yang tinggi, sehingga tercipta rasa saling memiliki.

2. Menciptakan rasa Empati/peduli yang tinggi kepada Lembaga, Anggota dan Pengelola.

3. Pengelolaan Lembaga yang Bersih dan Amanah.

4. Menciptakan suasana kerja yang Harmonis, Nyaman dan kondusif guna meningkatkan kinerja sumber daya manusia.

5. Memberikan pelayanan kepada Anggota untuk dapat Mandiri, dengan rasa Aman, Disiplin dan menjadikan yang Utama.


(60)

49

BAB IV

ANALISIS TERHADAP RENDAHNYA PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PADA BMT UMJ

A.

Gambaran Tentang Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ.

Dalam penyaluran produk pembiayaan bagi hasil bank syariah terdapat dua jenis akad, yaitu musyarakah dan mudharabah. Perbedaan yang mendasar antara musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi dana atau modal yang disertakan. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak yaitu pihak bank sebagai sahibul mal dengan penyertaan modal 100 persen, sedangkan dalam musyarakah penyertaan modal berasal dari dua pihak atau lebih yang besarnya ditentukan diawal kesepakatan secara bersama.

Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu instrumen perekonomian dalam Islam berdasarkan bagi hasil. Pada posisi ini

mudharabah secara tepat dipahami sebagai salah satu pengganti dari sistem

bunga serta dapat diterapkan lembaga keuangan syari’ah baik bank syariah, BPRS, maupun BMT. Pembiayaan mudharabah sangat relevan dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas sektor riil. Dengan memberikan pembiayaan

mudharabah, dapat meningkatkan potensi dunia usaha terutama UKM maupun UMKM dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produksinya. Mudharabah


(61)

sangat cocok diterapkan pada sektor riil dan pengembangan usaha rakyat, karena sebenarnya sudah sangat seusai dengan pola yang diharapkan mampu

memback-up industri besar yang kini mengalami tingkat persaingan yang sangat kompetitif.

Namun pada kenyataannya mudharabah masih kecil diminati dengan berbagai alasan yang sebenarnya mencerminkan sikap risk aversion (tidak menyukai risiko). Perilaku ini menyebabkan suatu pihak bersikap menghindari terhadap risiko usaha, sehingga semakin tinggi risiko suatu usaha, maka dibutuhkan tambahan pendapatan yang lebih tinggi lagi sebagai kompensasi dari pilihan yang diambil terhadap risiko usaha yang tinggi.

Menurut para ahli lembaga keuangan syariah, permasalahan rendahnya pembiayaan bagi hasil disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:37

1. Internal

a. Kualitas Sumbar Daya Insani (SDI) belum memadai untuk menangani proyek bagi hasil.

b. Lembaga Keuangan Syariah belum mampu menanggung risiko besar. c. Lembaga Keuangan Syariah terlalu mengutamakan orientasi bisnis dan

keuntungan seperti institusi usaha pada umumnya.

d. Adverse Selection, karena Asymetric Information antara kedua belah pihak.

37 Diana Yumanita, Ascarya. Mencari Solusi Rendahya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. (Jakarta: Bank Indonesia, 2005) Hal. 80


(62)

51

e. Tidak adanya Personal Guarantee (Seseorang yang dijadikan jaminan untuk pembiayaan. Jaminan dapat berupa nama besar, tokoh agama dan lain-lain)dan Collateral (jaminan) pada nasabah.

f. Biaya informasi yang meningkat, terutama untuk pembiayaan

mudharabah.

g. Keterbatasan peran bank sebagai investor, terutama untuk pembiayaan

mudharabah. 2. Ekternal (Nasabah)

a. Sebagian nasabah sudah terbiasa dengan sistem bunga bank.

b. Moral hazard, karena pengusaha tidak mau menyampaikan laporan keuangan/keuntungan sebenarnya untuk menghindari pajak atau bagi hasil.

c. Permintaan pembiayaan bagi hasil yang masih kecil dari nasabah. 3. Regulasi

a. Kurangnya dukungan dari regulator, karena tidak melakukan inisiatif-inisiatif untuk mengadakan perubahan peraturan dan institusional yang diperlukan untuk mendukung bekerjanya sistem perbankan syariah dengan baik

b. Tidak adanya prosedur operasional yang seragam antara lembaga keuangan syariah.


(63)

4. Pemerintah

a. Tidak ada kesepahaman dalam aturan-aturan syariah dan proyek-proyek pendukung yang mendorong penggunaan bagi hasil untuk proyek-proyek pemerintah.

b. Pemberlakuan pajak yang tidak adil pada keuntungan sebagai objek pajak, sedangkan bunga bebas dari pajak.

c. Pasar sekunder instrumen keuangan syariah belum ada, sehingga bank kesulitan dalam menyalurkan atau mendapatkan akses likuiditas sesuai syariah.

d. Hak kepemilikan belum jelas, karena pembiayaan Profit Loss Sharing

(mudharabah) memerlukan hak kepemilikan yang jelas dan berlaku efisien.

Secara garis besar, proses pemberian pembiayaan baik mudharabah

maupun murabahah pada BMT UMJ ada 5 tahapan, yaitu: 38

1. Pengajuan Pembiayaan

Nasabah mengajukan permohonan/proposal secara tertulis kepada BMT. Persyaratan formal yang menyangkut legalitas calon peminjam harus dipenuhi seperti : data diri, fotocopy kartu keluarga, fotocopy KTP suami/istri dan Foto.

38 Hasil wawancara dengan Mukhtiar, SE.I sebagai manajer marketing KSU BMT UMJ pada tanggal 10 Maret 2011 di BMT UMJ.


(64)

53

2. Investigasi Pengajuan Pembiayaan

Setelah itu, pengajuan pembiayaan diproses oleh Manager Sektor Riil, seperti penilaian jaminan, permohonan informasi calon peminjam melalui Bagian Pembiayaan/bank checking dan analisa yuridis kebagian administrasi pembiayaan. Investigasi informasi yang berkaitan dengan calon peminjam dilakukan dengan wawancara informal dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha/calon peminjam seperti tetangga, supplier bahan baku, rekanan usaha, karyawan, dsb. Hal ini dilakukan untuk memastikan capacity (kemampuan) calon peminjam untuk mengembalikan pinjamannya dan nilai pinjaman yang harus diberikan oleh BMT. Proses ini merupakan proses yang paling penting bagi pihak pemberi dana (BMT), untuk memastikan keamanan dana yang diberikan serta meminimalisir risiko yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang.

3. Persetujuan Komite

Bila seluruh proses telah selesai dilakukan, maka dokumen yang berisi pengajuan pembiayaan tersebut diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan untuk diperiksa kelengkapannya, untuk selanjutnya dimintakan persetujuan dari komite. Persetujuan dilakukan secara berjenjang tergantung nilai pengajuan pembiayaan yang diajukan oleh calon peminjam. Jika pengajuan pembiayaan kurang dari Rp 10.000.000,- persetujuan hanya dari rapat para pengelola, akan tetapi jika pengajuan


(1)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas Para Pihak bermaksud untuk melaksanakan Akad Perjanjian Pembiayaan Al Mudharabah (selanjutnya disebut Akad), dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum pada pasal-pasal sebagai berikut :

Pasal 1

LANDASAN PERJANJIAN

Perjanjian pembiayaan ini dilandasi oleh ketakwaan kepada Allah SWT, saling percaya, ukhuwah Islamiyah dan rasa tanggung jawab.

Pasal 2

JUMLAH PEMBIAYAAN

Pihak Kedua dengan ini mengakui dengan sebenarnya telah menerima fasilitas pembiayaan sebesar Rp ………. ( ……….) dari Pihak Pertama.

Pasal 3 PENGGUNAAN

Bahwa fasilitas pembiayaan tersebut dalam Pasal 2 oleh Pihak Kedua akan dipergunakan sebenar-benarnya untuk Modal ……… .

Pasal 4 JANGKA WAKTU

Pembiayaan Al Mudharabah ini diberikan untuk jangka waktu………..bulan, terhitung sejak tanggal ……… sampai dengan tanggal ………..

Pasal 5

NISBAH BAGI HASIL DAN PEMBAYARAN POKOK

Pihak kedua pada setiap bulan selambat-lambatnya tanggal …… (………..), bulan

yang bersangkutan terhitung mulai tanggal ………. (…….-…….

-………) akan memberikan bagi hasil pendapatan dari usahanya berdasarkan nisbah porsi bagi hasil (Pihak Pertama, …….. : Pihak Kedua, …….) dengan proyeksi bagi hasil untuk pihak

pertama sebesar Rp ………. (………. ) tetapi dalam pelaksanaanya

disesuaikan dengan kenyataan dari pendapatan usaha pada saat bulan yang bersangkutan,

ditambah dengan pembayaran pokok sebesar Rp ……….. ( ………

)/Bulan

Pasal 6

TEKNIS PEMBAYARAN

Pembayaran tersebut pada Pasal 5, disetorkan secara langsung di kantor KSU BMT UMJ dan atau kepada petugas lapangan KSU BMT UMJ yang ditunjuk.


(2)

Pasal 7 JAMINAN

Untuk menjaga amanah apabila Pihak Kedua tidak melaksanakan kewajibanya kepada Pihak Pertama sesuai dengan Perjanjian di atas maka Pihak Kedua memberi kuasa kepada Pihak Pertama untuk memindahkan hak dalam bentuk apapun, baik di muka umum maupun di

bawah tangan atas surat berharga yang dijaminkan berupa:……… No: ……… Tahun: ………….. Atas nama : ………..

Pasal 8

PENYELESAIAN MASALAH

Dalam Pelaksanaan pembiayaan ini tidak diharapkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dikarenakan dasar transaksi ini adalah semata-mata karena Allah SWT. Namun apabila karena kehendak-Nya pula terjadi permasalahan Para Pihak setuju menyelesaikannya dengan cara musyawarah untuk mufakat dan menurut peraturan atau prosedur yang berlaku di KSU BMT UMJ . Putusan KSU BMT UMJ merupakan keputusan akhir yang mengikat.

Demikian Akad Pembiayaan Al Mudharabah ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenarnya, tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Semoga Allah SWT memudahkan segala ikhtiar kita, amin.

PIHAK PERTAMA

__________________ ………

PIHAK KEDUA

________________

Menyetujui,

____________________ Saksi-saksi:

1. __________________ 3. __________________


(3)

81

Telp. 021-32425400, fax.021-7441431,

email:

koperasi_bmt_umj@hotmail.com

Laporan Realisasi Pembiayaan MUDHARABAH

Periode (01-01-2010 s/d 31-12-2010)

Produk : 104030 --- PEMBIAYAAN MUDHARABAH (MITRA)

Halaman : 1/1

No

Nama

Tanggal

Realisasi

Jatuh Tempo

Plafond

A/O

Penggunaan

1

DRS. AHMAD ANWAR

1/8/2010

1/8/2010

Rp 5,000,000

1

Modal Kerja

Percetakan

2

DRS. AHMAD ANWAR

3/22/2010

4/22/2010

Rp 5,000,000

1

Modal Kerja

Percetakan

3

M. GOFUR, ST.,MM.

3/23/2010

5/23/2010

Rp 50,000,000

1

Biaya

Operasional

EO

4

ADE JUNAEDI

4/7/2010

4/14/2010

Rp 2,000,000

1

Modal Usaha

Catering

5

M. GOFUR, ST.,MM.

4/26/2010

5/26/2010

Rp 100,000,000

1

Biaya

Operasional

EO

6

DRS. AHMAD ANWAR

9/3/2010

10/4/2010

Rp 5,000,000

2

Modal Kerja

Percetakan

7

DRS. AHMAD ANWAR

10/20/2010 11/20/2010 Rp 5,000,000

1

Modal Kerja

Percetakan

8

ANDI DERMAWAN

11/11/2010 12/17/2010 Rp 30,500,000

1

Proyek

Konstruksi

Bangunan

Tanggal Pencetakan 10-Maret-2011


(4)

Jln. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat-Tanggerang, Banten.

Telp. 021-32425400, fax.021-7441431,

email:

koperasi_bmt_umj@hotmail.com

Laporan Realisasi Pembiayaan MUDHARABAH

Periode (01-01-2010 s/d 31-12-2010)

Produk : 103030 --- PEMBIAYAAN MUDHARABAH (ANGGOTA)

Halaman 1/1

No

Nama

Tanggal

Realisasi

Jatuh

Tempo

Plafond

A/O

Penggunaan

1

EDI SUHAEDI, SH., MH

1/8/2010

4/8/2010

Rp 30,000,000

1

Modal Usaha

Percetakan

2

EDI SUHAEDI, SH., MH

4/16/2010 7/16/2010

Rp 30,000,000

1

Modal Usaha

Percetakan

3

EDI SUHAEDI, SH., MH

8/5/2010

11/5/2010

Rp 30,000,000

2

Modal Usaha

Percetakan

4

EDI SUHAEDI, SH., MH

12/1/2010

3/1/2010

Rp 30,000,000

2

Modal Usaha

Percetakan

Tanggal Pencetakan 10-Maret-2011

Dicetak Oleh : izza


(5)

Laporan Simpanan Di BMT UMJ

Periode (01-01-2010 s/d 31-12-2010)

No.

Jenis

Tabungan

31-Dec-08

31-Dec-09

31-Dec-10

1

SIMAPAN

Rp 50,605,600

Rp 120,844,553

Rp 203,008,815

2

SAPITRI

Rp 55,000

Rp 232,607

Rp 2,151,411

3

TAFAQUR

Rp 75,000

Rp 607,703

Rp 1,336,776

4

SAHARA

Rp 1,288,002

Rp 1,919,716

5

WALIMAH

Rp 1,483,649

6

Deposito

Rp 25,000,000

Rp 207,000,000

Rp 125,000,000

TOTAL

Rp 75,735,600

Rp 329,972,866

Rp 334,900,366

No.

Jenis

Tabungan

31-Dec-08

31-Dec-09

31-Dec-10

1

SIMAPAN

78 Orang

130 Orang

245 Orang

2

SAPITRI

1 Orang

3 Orang

10 Orang

3

TAFAQUR

1 Orang

5 Orang

10 Orang

4

SAHARA

1 Orang

7 Orang

5

WALIMAH

2 Orang

Deposito

TOTAL

80 Orang

139 Orang

274 Orang

TOTAL 0

500000000

75735600

329972865,6 334900366,5

0 100

200 300


(6)

Koperasi Serba

Usaha

BMT

-

UMJ

Nomor Badan Hukum :

771|BH|MENEG.1All

12008, 6 Juni 2008

SURAT

KETERANGAN

Nomor:

/KSU BMT-UMJ

NIl20l1

i Direktur Utama KSU BMT-UMJ menerangkan bahwa:

Abdurrahrnan

Jakarta. 19

April

1986

UIN

Jakana/ Syariah dan Hukum/ Muarnalat-Perbankan Syariah t0404610 I 602

observasi dan wawancara

di

KSU

BMT-UMJ

dalam menulisan

Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Pada KSU

BMT-UMJ"

dengan sebenar-benantya

dan

dapat digunakan sebagaimana

Yang bertanda tangan dibawah in Nama

Tempat, tanggal lahir Univ/ Fakultas/ Jurusan

Nomor Induk Mahasiswa

Adalah benar telah melakukan kegiatan

skiripsi

denganjudul

"Faktor-Faktor Yang Mernpengaruhi

Dernikian

Surat keterangan

ini

dibuat

mestinya.

\

Juni 201 I

Direktur

Utama

KSU BMT-UMJ

Jl. KH. Ahmad Dahlan Ciputat, Cirendeu - Ciputat, Tangerang

Telp. 021 -32425400 ; Fax.021 -744 143'l

e-mail : koperasi_bmt_umj@hotmail.com