Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan BErmasalah Dilihat Dari Persepektif Mitra Pembiayaan Pada BMT Prima Syariah

(1)

Dari Perspektif Mitra Pembiayaan Pada BMT Prima Syariah

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

MEIGA GEMALA NIM 1111046100118

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

iii

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari faktor administrasi (pesyaratan awal), pendapatan, I’tikad dan evaluasi terhadap pembiayaan bermasalah yang dilihat dari perspektif mitra pembiayaan pada BMT Prima Syariah.

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bermasalah, I’tikad memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bermasalah, sedangakan untuk faktor administrasi (persyaratan awal) dan evaluasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bermasalah.

Kata Kunci: Pembiayaan Bermasalah, Faktor Administrasi, Pendapatan, I’tikad, Evaluasi

Pembimbing : A.M.Hasan Ali, MA Daftar Pustaka : Tahun 1996 s.d 2015


(5)

(6)

iv

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan terang benderang.

Penulisan skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Dilihat Dari Perspektif Mitra Pembiayaan Pada BMT Prima Syariah”, ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis, sehingga dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang penulis sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang terhormat:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakaultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M.Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

v

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak A.M.Hasan Ali, MA, selaku dosen pembimbing yang tiada hentinya membimbing, meluangkan waktu demi terselesaikannya skripsi ini.

5. BMT Prima Syariah, Kalisari Jakarta Timur, yang telah bersedia membantu penulis melakukan penelitian secara langsung di lapangan dalam hal pengisian kuesioner yang penulis ajukan, terhadap seluruh responden dari mitra pembiayaan BMT Prima Syariah.

6. Papa Mama tercinta Suwis Charles dan Suparmi yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan agar terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih untuk kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis. Ria Liftyowati dan Atha Reifan, yang menjadi adik sekaligus teman penulis saat dirumah. Serta keluarga besar yang tak henti-hentinya mendokan dari mulai proposal skripsi sampai dengan Alhamdulillah penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat kesayangan, yang selalu bersama dari semester 1 sampai akhirnya menyelesaikan skripsi ini, terimakasi untuk Assy Shella, Hanni Khairani, Yella Novella Dara Amelia, Novita Zuhrowiya, Astri wulandari dan Siti Haura Ibtisamah atas kesetiaannya, waktunya, tawanya, candanya, kegilaannya, yang selalu mengisi hari-hari penulis selama masa kuliah. Semoga persahabatan kita terus berlanjut sampai tua nanti.


(8)

vi

mewujudkan impian masing-masing.

Ciputat, Juli 2015


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………... ii

ABSTRAK……….... iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……….... vii

BAB I PENDAHULUAN……….... 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah………... 3

C. Pembatasan Masalah………. 4

D. Perumusan Masalah………..……. 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..……... 5

F. Review Studi Terdahulu………..….. 6

G. Sistematika Penulisan ………... 10

BAB II LANDASAN TEORI………... 12

A. Teori Pembiayaan……….. 12

B. Teori Pembiayaan Murabahah……….. 17

C. Teori Pembiayaan Mudharabah……… 23

D. Teori Pembiayaan Ijarah……… 26

E. Teori Pembiayaan Musyarakah……… 28

F. Teori Pembiayaan Bermasalah……….. 31


(10)

viii

A. Ruang Lingkup Penelitian……….. 41

B. Pendekatan Penelitin……….. 41

C. Jenis Penelitian ………... 42

D. Sumber Data……….. 42

E. Teknik Pengumpulan Data………. 43

F. Variabel Penelitian……….. 44

G. Metode Analisis Data……….. 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………... 53

A. Gambaran Umum BMT Prima Syariah……….. 53

B. Gambaran Umum Responden ………... 59

1. Identifikasi Mitra Pembiayaan………. 59

2. Uji Kualitas Data……….. 66

a. Uji Validitas………... 66

b. Uji Reliabilitas ………... 70

3. Uji Asumsi Klasik ………... 71

a. Uji Normalitas ………... 71

b. Uji Autokorelasi………. 72

c. Uji Multikolinearitas……….. 73

d. Uji Heteroskedastisitas………... 74

4. Analisis Regresi Linier Berganda ………... 75

a. Uji Koefisien Determinasi……….. 75

b. Uji t………. 76

c. Uji F……… 79

BAB V PENUTUP……… 80

A. Kesimpulan……….. 80

B. Saran……… 82

DAFTAR PUSTAKA………... 83


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu resiko pada lembaga intermediasi atau lembaga keuangan adalah resiko pembiayaan (non performing financing). Non Performing Financing

merupakan risiko pembiayaan, didapat dari perbandingan total pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan oleh pihak dari lembaga keuangan. Risiko pembiayaan ini tidak hanya terjadi pada bank, namun terjadi pula pada Baitul Maal wat Tamwil (BMT).

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu balai usaha mandiri terpadu yang berintikan dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan mendorong kegiatan menabung untuk menunjang kegiatan ekonominya.1 BMT pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi dalam Islam terutama dalam bidang keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial) dan menghimpun, serta menyalurkan dana masyarakat yang juga bersifat profit motive.2 Peran BMT dalam menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil di lingkungannya merupakan suatu sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan nasional, mengingat lembaga perbankan yang belum mampu terlalu jauh dalam menyentuh masyarakat kecil atau pengusaha kecil.

1

PINBUK. Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu (Jakarta: PINBUK, t.t) h.1 2

Prof. H.A.Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, M.Ag, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) cet.1, edisi.1, h.183


(12)

Banyaknya BMT yang bermunculan di Indonesia, salah satu BMT yang juga ikut berperan dalam pemberdayaan masyarakat lapisan bawah yakni BMT Prima Syariah yang terletak di daerah Kalisari, Jakata Timur. Peranan BMT Prima Syariah dalam menyalurkan dana pada mitra pembiayaan, secara garis besar produk pembiayaan syariah bertujuan sebagai transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dengan prinsip jual beli, prinsip sewa, dan prinsip bagi hasil. Dan salah satu produk lending yang paling banyak diminati oleh masyarakat yaitu produk pembiayaan murabahah.

Pembiayaan murabahah yang ada di BMT Prima Syariah merupakan pembiayaan yang diperuntukan bagi nasabah yang membutuhkan barang untuk alat produksi, konsumtif, ataupun untuk keperluan perdagangan. Dengan disalurkannya dana dari pembiayaan murabahah khususnya sektor dagang, terdapat beberapa kendala-kendala yang dihadapi BMT Prima Syariah. Salah satu kendala yang dihadapi yaitu tidak baiknya i‟tikat mitra pembiayaan sehingga mitra pembiayaan tidak jujur dalam pengembalian utangnya secara tepat waktu setelah diberikan fasilitas pembiayaan oleh BMT Prima Syariah, yang seharusnya mitra pembiayaan tersebut wajib membayar angsuran setiap bulannya, namun masih terdapat mitra pembiayaan yang bermasalah.

Dari hasil pra survei, dikatakan pula bahwa di dalam BMT masih terjadi pembiayaan bermasalah. Penyebabnya yaitu memang benar mitra pembiayaan yang kurang atau bahkan tidak mentaati aturan awal antara kedua belah pihak yang dapat menimbulkan dampak yang tidak baik di kemudian harinya. Terjadinya pembiayaan bermasalah ini salah satunya juga dikarenakan pembiayaan ini ditujukan pada usaha mikro atau pada para pedagang kecil yang


(13)

kondisi ekonominya tidak menentu sesuai dengan tingkat pendapatan mereka. Selain itu yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah juga bisa dari karakter mitra pembiayaan BMT itu sendiri, ada yang baik dan mengembalikan uang tepat waktu tapi ada juga nasabah yang tidak jujur atau bahkan sengaja menunggak pembayarannya.

Dari penjelasan singkat di atas penulis berkeinginan untuk lebih mengetahui serta menganalisis perspektif mitra pembiayaan BMT itu sendiri secara langsung yang bermasalah dengan pembiayaannya pada BMT Prima Syariah. Dan selain itu penulis juga ingin mengetahui apakah penyebab mitra pembiayaan dengan pembiayaan bermasalah tersebut benar hanya berdasarkan kondisi ekonomi keuangan serta karakter mitra pembiayaannya itu sendiri saja yang menyebabkan mitra pembiayaan tersebut bermasalah atau ada faktor lain. Dari kondisi tersebut penulis menarik untuk meneliti dengan sebuah judul

“Faktor-Faktor Yang Memempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Dilihat

Dari Perspektif Mitra Pembiayaan Pada BMT Prima Syariah”

B. Identifikasi Masalah

Selama ini analisis mengenai pembiayaan bermasalah hanya dilihat dari perspektif Bank syariah atau Lembaga keuangan syariahnya saja, karena belum terdapatnya penelitian langsung tentang faktor-faktor apa saja yang benar-benar mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah tersebut yang dilihat secara langsung pula dari perspektif mitra pembiayaan yang bersangkutan, namun pada penelitian kali ini penulis akan mengkaji serta menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah dilihat dari perspektif atau sudut pandang mitra pembiayaan yang masih tercatat memiliki


(14)

pembiayan bermasalah itu sendiri. Dan dalam mengidentifikasi masalah, penulis juga membagi kedalam tiga bagian, yaitu;

1. Wilayah penelitian, dalam penelitian ini wilayah penelitian kajiannya hanya pada Manajemen pada BMT Prima Syariah saja.

2. Pendekatan penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan empiris yang mengkaji serta menganalisis data-data dari subjek penelitian di lapangan.

3. Jenis masalah, dalam penelitian ini jenis masalahnya yaitu mengenai perspektif mitra pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah pada BMT Prima Syariah.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini agar tidak terlalu luas pembahasan permasalahannya maka penulis hanya akan menganalisis pada perspektif yang merupakan sudut pandang mitra pembiayaan yang masih tercatat sebagai nasabah dengan pembiayaan bermasalah pada BMT Prima Syariah terhadap pembiayaan bemasalah yang terjadi. Dan dalam pembatasan masalah penulis membagi dalam tiga bagian, yaitu;

1. Waktu penelitian, dalam penelitian ini waktu penelitian yang digunakan pada data nasabah yang bermasalah yaitu antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

2. Variabel, dalam penelitian ini variabel yang digunakan antara lain yaitu administrasi (persyaratan awal), pendapatan, I‟tikad, dan evaluasi.

3. Lokasi, dalam penelitian ini lokasi yang digunakan penulis adalah BMT Prima Syariah yang terletak di Kalisari, Jakarta timur.


(15)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah? 2. Bagaimana perspektif mitra pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah

yang dialami?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah.

2. Untuk mengetahui bagaimana perspektif mitra pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah.

1. Manfaat bagi penulis

Mengetahui lebih dalam tentang bagaimana pembiayaan bermasalah (non

performing financing) dalam sebuah lembaga mikro seperti BMT, terutama

dalam persepsi para mitra pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah yang terjadi sehingga bisa di analisis agar mampu memberi keputusan yang baik bagi lembaga keuangan tersebut dalam menyelesaikan serta menanggapi permasalahan pembiayaan bermasalah tersebut secara baik dan benar.


(16)

2. Manfaat bagi lembaga keuangan

Sebagai salah satu masukan bagi lembaga keuangan atau pimpinan lembaga tersebut dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam penyelesaian

non performing financing dalam pembiayaan. 3. Manfaat bagi peneliti lain

Sebagai bahan untuk pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya sehingga dapat memudahkan penelitian serta memahami dan mengetahui lebih dalam mengenai pembiayaan bermasalah.

F. Review Studi Terdahulu

1. Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Produk Murabahah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Wadi‟ah Tasikmalaya, oleh Roby Abdillah. Jurnal tahun 2012. Menurut penulis di dalam penelitiannya tersebut menyebutkan bahwa dari hasil penelitiannya yang telah dilakukan, diketahui faktor internal yang mempengaruhi pembiayaan murabahah bermasalah ini. Adapun faktor internalnya meliputi tidak akuratnya account officer dalam menganalisis nasabah yang ingin melakukan pembiayaan murabahah. Sedangkan upaya yang dilakukan account officer untuk menangani pembiayaan bermasalah produk murabahah ini adalah dengan melakukan upaya pencegahan, seperti memberikan kebijakan rescheduling

(penjadwalan kembali), pendekatan secara kekeluargaan, surat peringatan sertamelakukan teguran secara lisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian kali ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat penanganan pembiayaan bermasalah dari sisi Bank atau lembaga keuangan


(17)

yang bersangkutannya saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin melihat dari sisi mitra pembiayaan yang bermasalah itu sendri. Dan penelitian sebelumnya ini menggunakan metode desktiptif kualitatif sedangkan penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

2. Peranan Account Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah di PT BPR Syariah Harta Insan Karimah , oleh Ifah Latifah Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2008. Menurut penulis di dalam skripsinya menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada PT BPR Syariah Harta Insan Karimah ada dua sebab, yaitu faktor intern dan ekstern. Adapun faktor intern yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah di BPR tersebut meliputi 1) Petugas; menyangkut karakter dan kemampuan Account Officer dalam menganalisa calon mitra atau nasabah kurang cermat. 2) Sistem; menyangkut system dan produser penyaluran pembiayaan yang adakalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat, serta monitoring yang kurang intensif dari Account Officer, sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi sejak dini. Dan faktor ekstern yang mempengaruhi meliputi, 1) Kondisi usaha nasabah pembiayaan yang sedang menurun; 2) Nasabah kurang mampu mengelola usahanya; 3) Kebijakan Pemerintah; 4) Nasabah berkarakter kurang baik; 5) Bencana Alam. Adapun upaya yang dilakukan oleh Account Officer dalam pencegahan pembiayaan bermasalah adalah dengan cara berhati-hati dalam pemberian pembiayaan, melakukan pendekatan kepada nasabah serta mengadakan pengawasan pembiayaan terus-menerus. Selain itu upaya


(18)

penanganan pembiayaan bermasalah di BPR tersebut adalah dengan cara

restructuring, rescheduling, penyitaan jaminan dan write off. Perbedaannya dengan penelitian kali ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat penanganan pembiayaan bermasalah dari sisi Bank atau lembaga keuangan yang bersangkutannya saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin melihat dari sisi mitra pembiayaan yang bermasalah itu sendri.

3. Analisis Efektivitas Pengawasan Pembiayaan Murabahah Untuk Meminimalkan Terjadinya NPF Berdasarkan Prinsip-prinsip Penyaluran Pembiayaan, oleh Ismy Estrifiyasa Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 2012. Menurut penulis prinsip-prinsip penyaluran pembiayaan 6 C merupakan salah satu cara untuk melakukan pengawasan pembiayaan murabahah dengan menggunakan metode Analisis Hirarki Proses untuk mengetahui dari 6 kriteria yaitu

character, capital, collateral, condition, dan constraint. Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria capital yang menjadi prioritas utama dalam pengawasan pembiayaan murabahah. Perbedaannya dengan penelitian kali ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat penanganan pembiayaan bermasalah dari sisi bank atau lembaga keuangan yang bersangkutannya saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin melihat dari sisi mitra pembiayaan yang bermasalah itu sendri.

4. Pelaksanaan Monioring Pembiayaan Murabahah Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Ciledug, oleh Suharyati Ina Muharani Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 2013. Menurut penulis monitoring dilakukan dengan dua tahapan, tahapan pertama yaitu


(19)

dengan pengawasan administrasi yang meliputi mengisi formulir, melakukan seleksi administrasi, melakukan analisa pembiayaan oleh Kelompok Pemutus Pembiayaan (KPP), dan selanjutnya persetujuan pembiayaan. Tahapan kedua yaitu pemantauan. Proses pemantauan dilakukan oleh analisis pembiayaan mengenai objek pemantauan seperti angsuran pembiayaan, keperluan pembiayaan dan jaminan pembiayaan. Perbedaannya dengan penelitian kali ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat penanganan pembiayaan bermasalah dari sisi Bank atau lembaga keuangan yang bersangkutannya saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin melihat dari sisi mitra pembiayaan yang bermasalah itu sendri.


(20)

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, dan sisitematika penulisan.  BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini akan dijelaskankan tentang teori-teori, yaitu dasar hukum, pengertian umum, fungsi dan tujuan lembaga keuangan, pengertian mengenai pembiayaan, pengertian pembiayaan murabahah, pengertian pembiayaan mudharabah, pengertian pembiayaan musyarakah, pengertian pembiayaan ijarah, pengertian mengenai pembiayaan bermasalah yang dapat membantu penulis dalam memahami dan menafsirkan data.

BAB III Metodologi Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian dengan penjelasan dalam ruang lingkup penelitian, pendekatan penelitian, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, dan metode analisis data dengan menggunakan uji-uji yang sesuai untuk penelitian yang sedang dibahas ini.


(21)

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum dari objek penelitian serta hasil analisis data penelitian dengan uji-uji yang digunakan terhadap permasalahan yang sedang dibahas guna mendapatkan jawaban.

BAB V Penutup

Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari hasil penelitian secara menyeluruh dengan menyertakan saran.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung usaha yang telah direncanakan,baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.3

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.4 Kemudian dijelaskan pula dalam UU no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 1 poin ke 25 menjelaskan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa;

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna.

3

Muhammad, Managemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), cet.1, h.260

4


(23)

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh.

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transansaksi multi jasa.

f. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak yang mewajibkan pihak yang dibiayai.

g. Fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.

Dengan penjelasan di atas, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan Islam atau istilah teknisnya disebut sebagai aktiva produktif.5

b. Tujuan Pembiayaan

Tujuannya adalah selain untuk menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.

2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank atau lembaga konvensional, karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank atau lembaga konvensional.

5

Veithzal Rivai dan Arfian Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori,Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara,2010), edisi.1, cet.1, h.681


(24)

3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.

Selain dari tujuan di atas, dalam praktiknya tujuan pemberian suatu pembiayaan sebagai berikut:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk mendapatkan hasil dari pemberian pembiayaan. 2. Membantu usaha nasabah atau mitra pembiayaan

Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu pemerintah

Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah adalah dalam penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat serta meningkatkan devisa Negara.

c. Prinsip-prinsip Pembiayaan

Ketika bank atau lembaga keuangan memberikan pinjaman uang kepada nasabah atau mitra pembiayaannya, tentu saja pihak bank mengharapkan uangnya untuk kembali. Karena itu, untuk memperkecil resiko (uang pinjaman tidak kembali), dalam memberikan pembiayaan atau kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan I‟tikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah atau mitra pembiayaan tersebut untuk melunasi kembali pinjaman. Hal-hal tersebut terdiri dari character


(25)

condition of economy (keadaan perekonomian) atau yang biasa sering disebut sebagai 5C. Dengan penjelasan sebagai berikut:6

a) Character adalah bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada bank

bahwa sifat atau karakter dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan atau kredit dari bank benar-benar dapat dipercaya.

b) Capacity adalah melihat kemapuan calon nasabah dalam membayar

pembiayaan atau kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya dalam mengelola bisnis usaha serta kemampuannya dalam mencari laba.

c) Capital adalah modal yang diberikan oleh bank, dan biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu pembiayaan untuk usaha secara 100%, yang artinya nasabah atau mitra pembiayaan yang mengajukan permohonan pembiayaan harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri.

d) Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah atau mitra pembiayaan baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

e) Condition of economy. Dalam menilai suatu pembiayaan atau kredit hendaknya juga dilihat dari kondisi ekonomi pada saat sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing.

Dan dalam Islam pun terdapat pula prinsip-prinsip pembiayaan, yaitu:7 a) Tidak adanya transaksi keuangan berbasis riba

b) Pengenalan pajak religius dan pemberian sedekah dan zakat

6

Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011) h.119 7


(26)

c) Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum Islam

d) Penghindaran aktifitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan gharar

(transaksi yang tidak jelas)

e) Penyediaan takaful (asuransi syariah)

d. Jenis-jenis Pembiayaan

Menurut sifat pembiayaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pembiayaan Produktif

Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan Konsumtif

Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang umumnya perorangan.

Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

1) Pembiayaan konsumen akad murabahah 2) Pembiayaan konsumen akad IMBT 3) Pembiayaan konsumen akad ijarah 4) Pembiayaan konsumen akad istishna 5) Pembiayaan konsumen akad qard + ijarah


(27)

B. Teori Pembiayaan Murabahah a. Pengertian Murabahah

Secara bahasa, murabahah adalah bentuk mutual (bermakna: saling) dari kata

ribh yang artinya keuntungan.8 Menurut para fuqahah, murabahah didefinisikan sebagai penjualan biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut.9 Margin keuntungan merupakan selisih harga jual dikurangi harga asal yang merupakan pendapatan atau keuntungan bagi penjual. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).10

Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan merupakan implementasi muamalat tijariah (interasi bisnis).11 Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya secara cicilan atau berangsur. Secara istiah, sebenarnya transaksi yang dilakukan dengan pembayaran tangguh disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil disebut bai ut-taksid.12

8

Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam (Jakarta: Darul Haq, 2004) 9

Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, vol.1, 2005) h.13 10

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuntungan, Ed.3 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h.113

11

Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, cet.1, 2005) h.118 12


(28)

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah, pada bagian pertama tentang ketentuan umum murabahah dalam bank syariah:

1. Melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.

3. Membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atas nama bank sendiri, dan pembeli ini harus sah dan bebas dengan riba.

5. Bank harus menyampaikan semuanya yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai dengan harga beli ditambah keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukannya secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.13

b. Landasan Hukum Syariah Murabahah

“…padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al-Baqarah 1:275)

“… Nabi bersabda ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jerawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual…” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)

13

Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No. 04/DSN-MUI/IV/2000, bagian pertama angka 1 s/d 6.


(29)

c. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun Murabahah:

1. Penjual (bai‟) 2. Pembeli (musytari‟) 3. Barang/objek (mabi‟) 4. Harga (tsaman) 5. Ijab qabul (sighat)14

Syarat Murabahah: 1) Syarat yang berakad

1. Cakap Hukum

2. Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/di bawah tekanan

2) Objek yang diperjualbelikan

1. Tidak termasuk barang yang diharamkan 2. Bermanfaat

3. Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan 4. Merupakan hak milik penuh yang berakad

5. Sesuai dengan spesifikasi antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli.

14


(30)

3) Akad sighat

1. Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa berakad 2. Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi

barang maupun harga yang disepakati

3. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang

4. Tidak membatasi jangka waktu

d. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah

Pada pelaksanaan pembiayaan murabahah pada bank atau lembaga keuangan syariah, terdapat dua jenis pembiayaan murabahah yaitu:

1. Pembiayaan murabahah produktif

Pembiayaan murabahah pada jenis ini bertujuan dalam rangka memperlancar kegiatan produksi ini mencakup antara lain pembiayaan untuk pembelian bahan baku dan pembelian alat-alat produksi.

2. Pembiayaan murabahah konsumtif

Pembiayaan murabahah konsumtif merupakan pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitor dalam rangka membeli barang atau kebutuhan konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembelian rumah, kendaraan atau kebutuhan rumah tangga.15 Dan pada dasarnya pembiayaan murabahah konsumtif ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok nasabahnya atau memenuhi kebutuhan sehari-hari.

15

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) h.109-110


(31)

e. Manfaat dan Resiko Murabahah

Ba‟i al Murabahah memberi banyak manfaat bagi lembaga keuangan syariah, salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisish harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu ba‟i al murabahah juga sangat sederhana, sehingga memudahkan penanganan administrasinya di lembaga syariah tersebut.16 Selain memberikan manfaat, ba‟i al murabahah ini juga memiliki berbagai resiko yang harus diantisipasi, diantaranya:17

1. Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

2. Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank atau lembaga keuangan tersebut membeli untuk nasabah, dan bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

3. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena beberapa sebab, seperti: barang rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya, atau spesifikasi dari barang tersebut berbeda dengan yang dipesan. Dalam hal ini bank atau lembaga keuangan tersebut telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, maka barang tersebut menjadi milik bank atau lembaga keuangan. dengan demikian bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain. 4. Dijual, karena ba‟i al murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka

ketika kontrak ditandatangani barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya, termasuk untuk menjualnya.

16Muhammad Syafi‟I Antonio,

Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h.151

17Muhammad Syafi‟I Antonio,

Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h.151-152


(32)

f. Aplikasi dan Skema Murabahah

Secara umum aplikasi ba‟i al murabahah dapat digambarkan dalam sekema berikut ini :

Gambar 2.118

Skema Pembiayaan Murabahah

1. Negosiasi dan Persyaratan

3a. Akad Murabahah

3b. Serah terima abarang

4. Bayar Kewajiban

2. Beli Barang Tunai 3c. Kirim Barang

Keterangan:

1) Nasabah atau Mitra pembiayaan dan Bank atau Lembaga Keuangan Syariah

melakukan negosiasi harga dan spesifikasi barang.

2) Bank atau Lembaga Keuangan Syariah membeli barang yang dibutuhkan nasabah atau

mitra pembiayaan secara tunai kepada supplier atau penjual.

3) a) Pihak bank atau lembaga keuangan syariah dan nasabah atau mitra pembiayaan

melakukan perjanjian transaksi jual beli dengan akad murabahah.

b) Terjadinya serah terima barang antara bank atau lembaga keuangan syariah dengan nasabah atau mitra pembiayaan.

18

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press,2011) edisi.1, cet.3, h.83 Bank Syariah /

Lembaga Keuangan Syariah

Nasabah / Mitra Pembiayaan


(33)

c) Supplier atau penjual mengirim barang kepada nasabah atau mitra pembiayaan.

4) Nasabah atau mitra pembiayaan membayar kewajibannya kepada bank atau lembaga keuangan syariah sesuai dengan kesepakatan.

C. Teori Pembiayaan Mudharabah a. Pengertian mudharabah

Merupakan suatu akad transaksi yang dilakukan antara dua belah pihak, dimana salah satu pihak menyerahkan harta (modal) kepada pihak yang lain agar diperdagangkan, dengan pembagian keuntungan diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan.19

Ada pun dalam Peraturan Bank Indonesia, mudharabah didefinisikan dengan penanaman dana dan pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.20

b. Landasan Hukum Syariah Mudharabah

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki hasil perniagaan) dati Tuhan-mu”(QS. Al-Baqarah : 198)

c. Rukun dan Syarat Mudharabah

Rukun Mudharabah: 1. Pemilik modal 2. Pelaksana usaha

19

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.117

20

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.118


(34)

3. Objek transaksi/Modal 4. Nisbah keuntungan 5. Ijab qabul (sighat)21

Syarat Mudharabah: 1) Syarat yang berakad

1. Cakap hukum 2. Dewasa 3. Berakal 2) Objek transaksi

1. Modal harus berupa satuan mata uang

2. Modal harus diketahui dengan jelas ukurannya

3. Modal harus jelas adanya bukan berbentuk tangguhan

4. Modal bersifat dapat diserahterimakan kepada pihak pengelola modal 5. Bentuk usaha yang dijalankan ada kaitannya dengan perniagaan 6. Keuntungan harus diketahui secara jelas ukurannya

7. Keuntungan dibagi dengan persentase yang bersifat seimbang dan merata

3) Akad sighat

Pemilik modal melafazhkan ijab, seperti “aku serahkan modal ini kepadamu untuk usaha, jika terdapat keuntungan akan dibagi dua”. Dan ucapan qabul dari pengelola modal.

21


(35)

d. Jenis –jenis Mudharabah

1. Mudharabah mutlaqah (mudharabah tanpa syarat)

Yakni pihak pemilik modal memberikan modal kepada pihak pengelola modal untuk mengelola modal tersebut secara bebas tanpa adanya persyaratan tertentu.

2. Mudharabah muqayyadah (mudharabah bersyarat)

Yakni seseorang memberikan modal kepada pihak lain untuk dikelola dengan mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan dalam perjanjian yang telah dibuat oleh pemilik modal.

e. Aplikasi dan Skema Mudharabah

Gambar 2.222

Skema Pembiayaan Mudharabah Perjanjian Bagi hasil

Keahlian Modal

Nisbah y% Nisbah x%

Pengambilan modal pokok

22

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.131

Nasabah (Mudharib)

Bank (Shahibul Maal)

Usaha/Proyek

Pembagian Keuntungan


(36)

D. Teori Pembiayaan Ijarah a. Pengertian Ijarah

Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah merupakan suatu akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian yang biasa disebut dengan akad sewa menyewa.23 Sedangkan dalam Peraturan Bank Indonesia, Ijarah didefinisikan dengan transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.24

b. Landasan Hukum Syariah Ijarah

“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya mengering” (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

c. Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun Ijarah:

1. Orang yang berakad (aqid) 2. Upah (ujrah)

3. Manfaat barang (ma‟qud „alaih) 4. Ijab qabul (sighat)25

Syarat Ijarah:

1) Syarat yang berakad 1. Berakal

2. Dewasa 3. Cakap hukum

23

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.155

24

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.156

25

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.159


(37)

2) Objek/Barang/Ma‟qud „alaih

1. Barang harus dimiliki oleh aqid atau ia memiliki kekuasaan penuh untuk akad

2. Adanya penjelasan mengenai manfaat benda yang akan disewakan 3. Adanya penjelasan mengenai ketentuan waktu sewa

4. Barang sewaan harus dapat memenuhi persyaratan secara syara‟ 5. Kemanfaatan diperbolehkan secara syara‟

6. Barang sewaan terhindar dari cacat

d. Jenis-jenis Ijarah

Dalam hukum Islam terdapat dua jenis ijarah, yaitu:26

1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa.

2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari asset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.

26


(38)

e. Aplikasi dan Skema Ijarah

Gambar 2.327 Skema Ijarah

C.Milik

(2) Beli objek sewa A.Milik (3) Sewa beli

(1) Pesan objek sewa

E. Teori Pembiayaan Musyarakah a. Pengertian Musyarakah

Merupakan suatu akad percampuran, yakni mencampurkan satu harta dengan harta yang lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini adalah kerjasama antara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama-sama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan kerugiannya ditanggung sesuai dengan kontribusi dalam pemberian modal masing-masing pihak.28

27

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.165

28

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.105

Penjual Objek Sewa Nasabah


(39)

b. Landasan Hukum Syariah Musyarakah

“…dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbust zalimkepada sebagian yang lainnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh dan amat sedikitlah mereka…” (QS. Shad: 24)

c. Rukun dan Syarat Musyarakah

Rukun Musyarakah: 1. Pemilik modal 2. Proyek/usaha 3. Modal

4. Nisbah bagi hasil 5. Ijab qabul29 Syarat Musyarakah: 1) Syarat yang berakad

1. Cakap hukum 2. Dewasa 3. Berakal 2) Objek transaksi

1. Modal harus berupa satuan mata uang

2. Modal harus diketahui dengan jelas ukurannya

3. Modal harus jelas adanya bukan berbentuk tangguhan

4. Modal bersifat dapat diserahterimakan kepada pihak pengelola modal 5. Bentuk usaha yang dijalankan ada kaitannya dengan perniagaan

29

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.108


(40)

6. Keuntungan harus diketahui secara jelas ukurannya

7. Keuntungan dibagi dengan persentase yang bersifat seimbang dan merata sesuai dnga kontribusi dalam pemberian modal masing-masing pihak

d. Jenis-jenis Musyarakah

1. Musyarakah al-inan 2. Musyarakah mufawadhah 3. Musyarakah a‟maal 4. Musyarakah wujuh

e. Aplikasi dan Skema Musyarakah

Gambar 2.430

Skema Pembiayaan Musyarakah

30

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.115

Nasabah Parsial Aset Value

Bank Syariah Parsial Pembiayaan

Proyek /Usaha

Keuntungan

Bagi Hasil Keuntungan sesuai dengan kontribusi modal (nisbah)


(41)

F. Teori Pembiayaan Bermasalah a. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Menurut Veithzal Rivai ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu:31

1. Pembiayaan yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank.

2. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari bagi bank dalam arti luas.

3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta biaya-biaya bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

4. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan, diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali pembiayaan, sehingga belum memenuhi target yang diinginkan oleh bank.

5. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari bagi bank dalam arti luas.

6. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

31

Veithzal Rivai, dan Andria Permanda Veithzal, Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) h.475


(42)

Menurut Ismail, pembiayaan bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah.32

Dari berbagai definisi dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang mengindikasikan ketidakmampuan atau kesulitan yang dialami nasabah dalam pembayaran kembali angsuran atau kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.

b. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Islamic Financial Management, adanya anggapan yang salah bahwa pembiayaan bermasalah selalu disebabkan oleh kesalahan debitur. Pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari debitur, dari kondisi eksternal, bahkan dari bank yang memberikan pembiayaannya tersebut.

Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah berawal dari tahap perencanaan, tahap analisis, dan tahap pengawasan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah tersebut perlu disadari oleh bank agar bank dapat mencegah atau menangani dengan baik. Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:33

1. Karena Kesalahan Bank atau Lembaga Keuangan Syariah 1) Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah.

32

Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010) h.123 33


(43)

2) Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan pembiayaan dan sumber pembayaran kembali.

3) Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya dari calon nasabah dan apa manfaat pembiayaan yang diberikan.

4) Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah. 5) Kurang lengkap dalam mencantumkan syarat-syarat.

6) Terlalu agresif atau terburu-buru. 7) Pemberian kelonggalan terlalu banyak.

8) Kurangnya pengalaman pejabat pembiayaan atau account officer dalam melaksanakan tugas.

9) Mudah untuk dipengaruhi,diintimidasi, atau dipaksa oleh calon nasabah.

10) Keyakinan yang berlebihan.

11) Kurang mengadakan review, minta laporan, dan menganalisis laporan keuangan serta informasi-informasi kredit lainnya.

12) Kurang mengadakan kunjungan ke lokasi nasabah. 13) Kurang mengadakan kontak dengan nasabah. 14) Pengikatan agunan kurang sempurna.

15) Adanya kepentingan pribadi pejabat bank.

16) Tidak punya kebijakan dalam pembiayaan yang sehat.

17) Sikap terlalu memudahkan, dari pejabat bank atau account officer. 2. Karena Kesalahan Nasabah atau Mitra Pembiayaan

1) Nasabah tidak kompeten dalam menjalankan usahanya. 2) Nasabah tidak atau kurang pengalaman.


(44)

3) Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya. 4) Nasabah tidak jujur.

5) Nasabah serakah. 3. Karena Faktor Eksternal

1) Kondisi perekonomian

2) Perubahan-perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah. 3) Bencana alam.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah, antara lain: Pertama, faktor yang disebabkan oleh pihak bank itu sendiri, seperti pihak bank kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan pembiayaan oleh nasabah dan sumber pembayaran kewajibannya kembali. Kedua, faktor yang disebabkan oleh nasabah seperti nasabah tidak jujur kepada pihak bank dalam penggunaan dananya. Ketiga, faktor eksternal seperti perubahan peraturan atau kebijakan tentang ekonomi nasional oleh pemerintah dan terjadinya bencana alam yang menimpa nasabah.

c. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Penanganan pembiayaan bermasalah adalah bagian yang tidak dapat dihindari dalam proses pembiayaan, di dalam suatu institusi perbankan, maka penanganan pembiayaan yang bermasalah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Oleh sebab itu, jika diketahui adanya gejala suatu pembiayaan yang berpotensi bermasalah, bank harus segera mengambil langkah penanganan sebelum masalah tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak bank.34

34


(45)

Dalam peroses penanganan pembiayaan bermasalah, penanganannya dilakukan sesuai dengan kolektabilitas pembiayaan, yaitu sebagai berikut:35 a) Pembiayaan lancar, dilakukan dengan cara:

1) Pemantauan usaha nasabah

2) Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan

b) Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara: 1) Pembinaan anggota

2) Pemberian dengan surat teguran

3) Kunjungan lapangan oleh sebagian pembiayaan kepada nasabah

4) Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil keuntungan atau bagi hasil.

c) Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara: 1) Membuat surat teguran atau peringatan

2) Kunjungan lapangan oleh sebagian pembiayaan kepada nasabah secara lebih bersungguh-sungguh.

3) Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.

d) Pembiayaan diragukan dan macet, dilakukan dengan cara:

1) Dilakukan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran

35


(46)

2) Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin atau bagi hasil usaha

3) Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan al Qardhul hasan.

Secara umum proses penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam lembaga keuangan syariah atau bank dapat dilakukan dengan cara:

1. Rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran

pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran pembiayaan.

2. Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat pembiayaan meliputi perubahan jadwal pembayaran angsuran, jangka waktu, dan margin.

3. Restructuring, yaitu tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana atau usaha yang dibiayai masih layak.36 4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang

digunakan diatas. Misalnya kombinasi antara restructuring dengan

reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.

5. Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi dalam membayar utang-utangnya.37

36

Kasmir,SE,MM., Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada,2003), edisi.1, cet.2, h.131

37

Kasmir,SE,MM., Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada,2003), edisi.1, cet.2, h.104


(47)

d. Manajemen Risiko Pembiayaan Bermasalah

Menurut Herman Darmawi, manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efesiensi yang lebih tinggi.38 Zainul Arifin, mengartikan manajemen risiko sebagai pengambilan keputusan yang rasional dalam keseluruhan proses penanganan risiko termasuk

risk assessment sebagaimana tindakan-tindakan untuk membangun dan

menerapkan pilihan-pilihan kontrol risiko.39 Sedangkan menurut Syafri Ayat, manajemen risiko merupakan suatu cara, metode, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari risiko.40

Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa manajemen risiko yaitu tentang bagaimana mengelola risiko agar tidak melampaui tingkat yang tidak dapat di tolerir yang dapat merugikan atau bahkan membahayakan kelangsungan usaha dalam meraih keuntungan. Dengan demikian manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank atau suatu lembaga keuangan.

38

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Penerbit Buku Aksara,2004) h.17 39

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2002), cet.1, h.252 40


(48)

G. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) a. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan non bank yang beroperasi berdasarkan syariat dengan prinsip bagi hasil, didirikan oleh dan untuk masyarakat di suatu tempat atau daerah.

BMT memiliki dua bidang kerja yaitu sebagai lembaga Maal (Baitul Maal) dan sebagai Tamwil (Baitul Tamwil). Baitul Maal dimaksudkan untuk menghimpun zakat, infaq, maupun shadaqah, dan menyalurkan kepada pihak-pihak yang berhak dalam bentuk pemberian tunai maupun pinjaman modal tanpa bagi hasil. Baitul Tamwil dimaksudkan untuk menghimpun dana masyarakat yang mampu dalam bentuk investasi, saham, simpanan ataupun deposito, dan menyalurkannya sebagai modal usaha dengan bagi hasil.41

b. Ciri-ciri Baitul Maal Wat Tamwil

Ciri-ciri BMT terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya yaitu;

1. Baitul Maal Wat Tamwil umum

Baitul Maal Wat Tamwil umum merupakan lembaga ekonomi bukan bank yang dapat dijangkau dan mampu menjangkau nasabah atau mitra kecil ke bawah (mikro) yang beroperasi secara syariah dengan potensi jaminan dari dalam atau sekitar lingkungannya sendiri, BMT merupakan gabungan dari kegiatan baitul maal dengan baitul tamwil, Baitul Maal yaitu menerima zakat, infaq, shodaqoh dan menyalurkannya kepada asnafnya menurut ketentuan syariah dengan perkiraan pemanfaatan yang paling produktif dan paling bermanfaat.

41

Azyumardi Azra, Berderma Untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam (Jakarta: Teraju, 2003), h.236


(49)

2. Operasional Baitul Maal

Operasional Baitul Maal penjelasan yang dilihat dari segi visi dan misi sosialnya (non komersil), dalam operasionalnya Baitul Maal memiliki fungsi sebagai mediator antara pembayar zakat (muzzaki) dan penerima zakat (mustahiq), Baitul Maal tidak boleh mengambil profit ataupun dari operasinya, dan pembiayaan dapat diambil dari bagian amil.

3. Operasional Baitul Tamwil

Operasional Baitul Tamwil yaitu merupakan pengupayaan untuk mengumpulkan dana anggota/mitra dan menyalurkannya kepada anggota/mitra untuk modal usaha produktif serta menguntungkan. Dan operasional Baitul Tamwil dapat dilihat dari segi visi dan misi ekonominya (komersil), Baitul Tamwil dijalankan dengan prinsip ekonomi Islam, Baitul Tamwil memiliki fungsi sebagai mediator antara anggota/mitra yang memiliki kelebihan dana dengan anggota yang kekurangan dana, dan pembiayaan operasionalnya didapat berasal dari asset sendiri atau dana keuntungan (bagi hasil) dari pembiayaan usaha produktivitas anggota/mitra tersebut.42

c. Prinsip-prinsip Baitul Maal Wat Tamwil

1. Prinsip bagi hasil, merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha (nisbah) antara penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib).

2. Prinsip jual beli, merupakan suatu cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT sebagai agen yang diberikan kuasa untuk melakukan pembelian

42 Tunge, “Ciri-ciri Baitul Maal dan Baitul Tamwil”, artikel diakses pada 24 April 2015 dari http://tunge.wordpress.com


(50)

barang atas nama BMT, lalu kemudian BMT bertindak sebagai penjual dengan menjual barang yang telah dibelinnya tersebut dengan ditambahkannya mark-up sebagai harga jual.

3. Prinsip sosial, atau biasa disebut dengan dana kebajikan, yaitu pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersil. Nasabah atau mitra pembiayaan cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh secara simultan dan secara parsial mengenai faktor administrasi, pendapatan, i‟tikad, dan evaluasi terhadap pembiayaan bermasalah yang dilihat dari prespektif mitra pembiayaan BMT Prima Syariah. Dimana subjek dalam penelitian ini adalah BMT Prima Syariah, Kalisari - Jakarta Timur. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah mitra pembiayaan di BMT Prima Syariah.

B.Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. Asumsi dari penelitian kuantitatif adalah bahwa fakta-fakta dari objek penenlitian memiliki realitas, dan variabel-variabel dapat diidentifikasi dan dapat diukur.43 Sedangkan alasan untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan generalisasi hasil dan memprediksi faktor apa saja yang menyebabkan mitra pembiayaan BMT Prima Syariah bermasalah.

43

Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet.1, h.36


(52)

C.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan suatu fakta yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan sebuah kesimpulan dari data yang telah diolah. Kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya.44

D.Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi langsung melalui objeknya. Data primer biasa dilakukan dengan wawancara serta mengajukan kuesioner.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, literatur, buku-buka dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik atau pembahasan data yang akan diteliti.

44


(53)

E.Teknik Pengumpulan Data

a) Survei

Yaitu merupakan suatu metode survei yang digunakan dalam penelitian serta pengamatan langsung di lapangan secara komperhensif kepada suatu objek tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan data yang valid.45

b) Wawancara

Yaitu merupakan suatu metode wawancara dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung.46 Dengan pihak BMT Prima Syariah mengenai faktor-faktor apa saja yang biasanya menjadi penyebab mitra pembiayaan dengan pembiayaan bermasalah.

c) Kuesioner

Yaitu merupakan suatu metode kuesioner dengan cara untuk mengetahui permasalahan yang muncul dari pewawancara dalam penyampaikan pertanyaan-pertanyaan berupa kuesioner/angket kepada responden.47

d) Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data berdasarkan data-data yang diperoleh, serta laporan-laporan yang terkait dengan masalah penelitian.48

45

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008) cet.9, h.17

46

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008) cet.9, h.224

47

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008) cet.9, h.181

48


(54)

F. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel Independen

Yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:

= Administrasi (Persyaratan awal) = Pendapatan mitra pembiayaan = I‟tikad mitra pembiayaan

= Evaluasi 2) Variabel Dependen

Yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pembiayaan bermasalah yang dilihat dari perspektif mitra pembiayaan BMT Prima Syariah.

3) Hipotesis

Adapun hipotesis atau dugaan sementara dari permasalahan ini yang dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut:

 Secara Bersama-sama (Simultan)

 Ho = Tidak ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal), Pendapatan, I‟tikad, dan Evaluasi dengan Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

 Ha = Ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal), Pendapatan, I‟tikad, dan Evaluasi dengan Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.


(55)

 Secara Parsial

 Ho = Tidak ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal)

dengan Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

 Ha = Ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal) dengan

Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

 Ho = Tidak ada hubungan antara Pendapatan dengan Pembiayaan

Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

 Ha = Ada hubungan antara Pendapatan dengan Pembiayaan

Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

 Ho = Tidak ada hubungan antara I‟tikad dengan Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

 Ha = Ada hubungan antara I‟tikad dengan Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

 Ho = Tidak ada hubungan antara Evaluasi dengan Pembiayaan

Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.


(56)

 Ha = Ada hubungan antara Evaluasi dengan Pembiayaan Bermasalah

yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.

G.Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka pengujian menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik49. Cara mengetahui bahwa data yang diambil terdistribusi normal salah satunya dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogorov-Smirnov. Kurva Z ≤ Z tabel atau nilai asymp. Sig. (2-tailed) > α pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi diperlukan untuk mengetahui ada tau tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan regresi linier. Autokorelasi mungkin tejadi pada data

time series (data runtut waktu), sedangkan pada data crossection (silang waktu) masalah autokorelasi jarang terjadi. Model regresi yang baik selayaknya bebas dari autokorelasi. Prasyarat yang harus terpenuhi

49

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h.110


(57)

adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah pengujian uji Durbin Watson. Nilai statistik Durbin Watson berkisar antara 0 dan 4. Sebagai pedoman umum, bila nilai uji statistik Durbin Watson <1 atau >3, maka residual

atau error dari model regresi berganda terjadi autokorelasi.50 3) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen sama dengan nol.51 Uji multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai

tolerance tidak kurang dari 0,1. Semakin tinggi VIF maka tolerance

semakin rendah. Sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikoliniearitas.

50

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h.109

51

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h.110


(58)

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk melihat adanya masalah heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya.

2. Instrumen dan Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah berupa kuesioner dengan didesain berdasarkan skala likert yang berisikan sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Metode survei atau penelitian sampel adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan utama.52 Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun butiran-butiran instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.53 Data ini dapat diukur dengan menggunakan skala likert dengan 5 kategori penelitian dan masing-masing kategori tersebut diberi bobot sebagai berikut:

52

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008), h.37

53


(59)

Tabel 3.1

Pilihan Sangat Tidak

Setuju (SS)

Tidak Setuju (S)

Ragu-Ragu (R)

Setuju (TS)

Sangat Setuju (SS)

Fav 1 2 3 4 5

Un Fav 5 4 3 2 1

1) Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Apabila penelitian menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner tersebut teruji validitasnya. “Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.54

Dalam prakteknya belum tentu data yang terkumpul adalah data yang valid. Validitas data yang akan ditentukan oleh keadaan responden merasa bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid dan reliable. Tetapi apabila si responden merasa malu, takut dan mencemaskan jawabannya, maka besar kemungkinan dia akan memberikan jawaban yang tidak benar.

54

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Bandung: Rineka Cipta, 1996), h.158


(60)

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya nilai Cronbach‟s

Alpha. Nilai Cronbach‟s Alpha semakin mendekati 1 berarti semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. Nilai Cronbach‟s Alpha lebih kecil dari 0,60 dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Adapun reliabillitas suatu konstruk variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach‟s Alpha > 0,60.55

3. Uji Analisis Regresi Linier Berganda

1) Persamaan Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berguna untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, karena menggunakan lebih dari satu variabel bebas (independen). Selain itu penggunaan model regresi linear berganda dimaksudkan agar banyaknya variabel independen yang diduga akan mempengaruhi variabel dependen dapat terakomodir serta dapat secara jelas pola hubungan yang terbentuk antara variabelnya. Model persamaan regresi linear berganda yang digunakan untuk meramalkan Y. Apabila semua nilai variabel independen diketahui, maka kita dapat menggunakan persamaan regresi linear berganda. Model regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut:

55

Menurut Nunnaly dalam Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate engan Program SPSS, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h.51


(61)

Y = α + + + + + ε

Dimana :

Y = Pembiayaan bermasalah yang dilihat dari prespektif mitra pembiayaan BMT Prima Syariah

α = Konstanta

sd n = Koefisien regresi variabel independen = Administrasi (Persyaratan awal) = Pendapatan mitra pembiayaan = I‟tikad mitra pembiayaan = Evaluasi

ε = Error

2) Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel dependen digunakan taraf kepercayaan atau tingkat signifikansi 0,05.56 Jika

probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi signifikan).57

56

Ety Rochaety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Apalikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h.106

57


(62)

3) Analisis Pengaruh secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan utuk mengetahui variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk mempredeksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

4) Uji Koefisien Determinasi ( )

Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien determinasi (R square). Jika adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai berkisar hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. Karena adanya kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi , maka digunakan nilai adjusted dalam penelitian ini dan nilai adjusted dapat naik dan turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke model.


(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum BMT Prima Syariah 1. Sejarah BMT Prima Syariah

BMT Prima Syariah yang merupakan unit usaha dari Koperasi Karyawan Prima Utama PT. Primaper Tradea Utama resmi berdiri pada tanggal 03 Oktober 2003 dengan No. Badan Hukum Koperasi : 332/BH/MENEG.I/IV/2004 Tanggal : 06 April 2004 dan dengan surat legalitas No. 13, tanggal 05 Juli 2011, Notaris H.Rizul Sudarmadi,SH. Dengan penyertaan dari Badan Hukum No. 276/XII.5/-1.829.31/XII/2011 pada tanggal 19 Desember 2011. Namun demikian, pihak BMT Prima Syariah telah melakukan aktifitas operasional pada tanggal 01 Mei 2003.58 Kegiatan usaha BMT Prima Syariah pada awal pendirian lebih berorientasi pada bengkel-bengkel per yang merupakan pelanggan dari PT. Primaper Tradea Utama dalam upaya mensinegrikan usaha-usaha yang terkait agar dapat terus berjalan dan berkembang dengan sehat. Namun demikian BMT Prima Syariah mulai terbuka untuk umum dengan diadakannya launching BMT Prima Syariah pada tahun 2004.59

58

Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun Buku 2014, h. 5

59

Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun Buku 2014, h. 6


(64)

2. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Prima Syariah Visi BMT Prima Syariah

Menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik, sehat dan tangguh.60

Misi BMT Prima Syariah

 Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan dan nasabah atau

mitra pembiayaan lainnya, sehingga menjadi pelanggan dan nasabah atau mitra pembiayaan yang sehat dan tangguh.

 Membangun jaringan sumber daya ekonomi berbasis syariah untuk

kesejahteraan umat.

 Memperkuat dan memperluas jalinan kerjasama dengan lembaga keuangan

syariah yang professional.61

Tujuan BMT Prima Syariah

 Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin (sesuai syariah, tidak

mengandung unsur-unsur mudharat bagi pihak-pihak terkait, dan memberikan manfaat dunia dan akhirat).

 Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga (menambah kesejahteraan

anggota, karyawan dan masyarakat).

 Membangun kemandirian umat (tidak mengandalkan orang lain).  Melindungi asset dan mengembangkannya.

 Membantu mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi agar dapat dimanfaatkan

secara optimal.

60

Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun Buku 2014, h. 8

61

Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun Buku 2014, h. 8


(65)

 Taqarrub kepada Allah Ta‟ala (QS Hud : 61).62 3. Struktur Organisasi BMT Prima Syariah Susunan Pengawas

 Drs. H. Aos Hasan Rosyid (Dir,Ut PT. Primaper)  M. Rizal Fathurrohman

Dewan Pengawas Syariah

 Ust. Iwan Setiawan, LC

Susunan Pengurus

 Ketua : Iwan Ridwan Rahmatullah, S.Ag

 Sekertaris : Hasanul Iman

 Bendahara : Agus Roswandi

Susunan Pengelola

 Manager : Andonala,SE.,CBRD

 Account Officer : Kusnadi Abdul Gani

 Account Officer : Nurbaiti

 Funding Officer : Nurul Hikmah Alfaidah

 Pengawasan Pembiayaan : Dita Amalia, SH

 Administrasi Pembiayaan : Indah Lestari

 Remedial Officer : Rizal

 Ka Bag Keuangan dan Pembukuan : Esya Purwanty

 Teller : Evan Eriyanti

 Biro Rumah Tangga : Parman Iskandar

62

Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun Buku 2014, h. 8


(66)

4. Produk-Produk BMT Prima Syariah 1. Produk Simpanan

Produk simpanan yang ada di BMT Prima Syariah meliputi simpanan barokah, simpanan pendidikan, simpanan idul fitri, simpanan qurban, simpanan haji, simpanan walimah dan simpanan berjangka. Berikut uraian dari setiap jenis produk tabungan:

a. Simpanan Barokah

Tabungan yang dapat diambil sewaktu-waktu oleh penabung sesuai dengan kebutuhan.

b. Simpanan Pendidikan

Tabungan pendidikan (Wadi‟ah Yad Amanah) diperuntukkan bagi siswa SD, SMP, SMA dan Mahasiswa. Tabungan jenis ini bebas dari biaya administrasi bulanan.

c. Simpanan Idul Fitri

Tabungan individu khusus untuk persiapan menghadapi hari raya Idul Fitri. Tabungan jenis ini bebas dari biaya administrasi bulanan.

d. Simpanan Qurban

Tabungan individu khusus untuk keperluan ibadah kurban. Membantu nasabah atau mitra dalam merencanakan keuangan untuk pembelian hewan kurban. Tabungan jenis ini bebas dari biaya administrasi bulanan. e. Simpanan Haji

Tabungan khusus untuk membantu nasabah atau mitra dalam mewujudkan niat suci untuk bisa beribadah ke tanah suci. Bertujuan untuk meringankan langkah menuju baitullah.


(1)

Hasil Uji Reliabilitas Administrasi (Persyaratan awal)

Reability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.614 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Administrasi1 4.14 .546 70

Administrasi2 4.06 .720 70

Administrasi3 2.37 1.230 70

Administrasi4 3.93 .729 70

Administrasi5 3.99 .434 70

Administrasi6 4.04 .464 70

Hasil Uji Reliabilitas Pendapatan

Reability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.875 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Pendapatan1 4.23 .641 70

Pendapatan2 4.23 .516 70

Pendapatan3 4.16 .651 70

Pendapatan4 3.96 .711 70


(2)

Hasil Uji Reliabilitas

I’tikad

Reability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.770 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

I'tikad1 4.00 .450 70

I'tikad2 3.79 .657 70

I'tikad3 3.40 .875 70

I'tikad4 3.86 .572 70

I'tikad5 4.01 .525 70

I'tikad6 4.26 .440 70

Hasil Uji Reliabilitas Evaluasi

Reability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.644 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Evaluasi1 4.01 .860 70

Evaluasi2 4.14 .460 70

Evaluasi3 4.17 .380 70

Evaluasi4 4.09 .531 70


(3)

Hasil Uji Reliabilitas Pembiayaan Bermasalah

Reability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.817 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PembiayaanBermasalah1 3.67 .717 70

PembiayaanBermasalah2 3.63 .745 70

PembiayaanBermasalah3 3.66 .814 70

PembiayaanBermasalah4 3.69 .790 70

PembiayaanBermasalah5 3.60 .730 70

PembiayaanBermasalah6 3.66 .883 70


(4)

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .648a .419 .384 2.663 2.485

a. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3), Pendapatan(X2)

b. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficient s

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part

Tolera

nce VIF

1 (Constant) -5.190 5.365 -.967 .337

Administrasi

(X1) .148 .157 .099 .941 .350 .319 .116 .089 .799 1.252 Pendapatan

(X2) .571 .172 .429 3.321 .001 .579 .381 .314 .535 1.867 Itikad(X3) .612 .207 .321 2.956 .004 .494 .344 .279 .756 1.322 Evaluasi(X4

) -.107 .234 -.055 -.457 .649 .357 -.057 -.043 .623 1.605 a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)


(5)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Mod el R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .648a .419 .384 2.663 .419 11.741 4 65 .000 2.485

a. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3), Pendapatan(X2) b. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)


(6)

Hasil Uji t

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 333.177 4 83.294 11.741 .000b

Residual 461.123 65 7.094

Total 794.300 69

a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)

b. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3), Pendapatan(X2) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardi zed Coefficient

s

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part

Toleran ce VIF 1 (Constant) -5.190 5.365 -.967 .337

Administrasi

(X1) .148 .157 .099 .941 .350 .319 .116 .089 .799 1.252 Pendapatan

(X2) .571 .172 .429 3.321 .001 .579 .381 .314 .535 1.867 Itikad(X3) .612 .207 .321 2.956 .004 .494 .344 .279 .756 1.322 Evaluasi(X4

) -.107 .234 -.055 -.457 .649 .357 -.057 -.043 .623 1.605 a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)