33
33 a.
Wali nasab Wali nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan
wanita yang akan melangsungkan pernikahan. Tentang urutan wali nasab terdapat perbedaan pendapat diantara ulama fiqih.
20
b. Wali hakim
Wali hakim adalah seorang yang ditunjuk untuk menjadi wali dengan persetujuan dari kedua belah pihak, bisa dari Kantor Urusan Agama
KUA, atau wali yang diangkat oleh calon suami dan atau istri, selama itu sudah disetujui oleh kedua belah pihak.
21
c. Wali Mujbir
Wali mujbir adalah. Ayah, kakak dan seterusnya menurut patrilineal dari perempuan yang dinikahkan itu. Adapun wali mujbur adalah yang
dapat memaksa anaknya menikah.
22
D. TUJUAN DAN HIKMAH PERNIKAHAN
1. Tujuan Pernikahan
Tujuan lain dari perkawinan dalam Islam Ialah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan yaitu berhubungannya antara laki-laki dan wanita dalam rangka
20
Ibid, h. 91
21
Abd Rahman Gazali , Fiqih Munakahat, Bogor: Kencana, 2003, h. 50
22
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 1998, h. 71
34
34 mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan rasa cinta kasih sayang untuk
memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan syara‟.
23
Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI, tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah.
Sedangkan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 bahwa tujuan pekawinan adalah untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketentuan Yang Maha Esa. Sedikitnya ada empat macam yang menjadi tujuan pernikahan. Keempat macam
tujuan perkawinan itu hendaknya benar-benar dapat dipahami oleh calon suami atau istri, supaya terhidar dari keretakan dalam rumah tangga yang biasanya berakhir
dengan perceraian yang sangat dibenci oleh Allah. Ada beberapa tujuan dari di syaratkan nya perkawinan atas umat Islam.
Diantaranya adalah: a.
Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah bagi melanjutkan generasi yang akan datang.
24
Sebagai mana Allah SWT berfirman dalam surat An- nisa Ayat 1.
23
Moh. Idris Romulya, Hukum Perkawinan Islam: suatu analisis dari Undang-Undang no. I tahun 19974 dan KHI, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet ke 1, h. 27
24
Amir syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di IndonesiaJakarta Putra Grafika, 2006, cet 1. h. 46
35
35
ءاسّلا
∕ ׃
ا
Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
”. Q.S An- Nisa : 1
b. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta
kewajiban, juga bersunguh-sunguh untuk memper oleh harta kekayaan yang halal.
25
Sulaiman Al-Mufaraj, dalam bukunya bekal pernikahan, menjelaskan bahwa ada 15 tujuan pernikahan, yaitu:
1 Sebagai ibadah dan mendekatdiri kepada Allah SWT. Nikah juga dalam
rangka taat kepada Allah SWT dan Rosul-Nya. 2
Untuk iffah menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang; ihsan membentang diri dan
mubadho’ah bisa melakukan hubungan intim. 3
Memperbanyak umat Muhammad SAW. 4
Menyempurnakan agama. 5
Menikah termasuk sunnahnya para utusan Allah.
25
Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, Jakarta: Depag RI, 1989, Jilid 3, h. 64
36
36 6
Melahirkan anak yang dapat memintakan pertolongan Allah untuk ayah dan ibu mareka saat masuk surga.
7 Menjaga masyarakat dari keburukan, runtuhnya moral, perzinahan, dan lain
sebagainya 8
Legalitas untuk melakukan hubungan intim, menciptakan tanggung jawab bagi suami dalam memimpin rumah tangga, memberikan nafkah dan
membantu istri dirumah. 9
Mempertemukan tali keluarga yang berbeda sehingga memperkokoh lingkaran keluarga.
10 Saling mengenal dan menyayangi.
11 Menjadikan ketenangan kecintaan dalam jiwa suami dan istri.
12 Sebagai pilar untuk membangun rumah tangga Islam yang sesuai dengan
ajaran-Nya terkadang bagi orang yang tidak menghiraukan kalimat Allah SWT. Maka tujuan nikahnya akan menyimpang.
13 Suatu tanda kebesaran Allah SWT, kita melihat orang yang sudah menikah,
awalnya mereka tidak saling mengenal satu sama lainnya, tetapi, dengan melangsungkan tali pernikahan hubungan keduanya bisa saling mengenal dan
sekaligus mengasihi. 14
Memperbanyak banyak keturunan umat Islam dan menyemarakkan bumi melalui proses pernikahan.
37
37 15
Untuk mengikuti panggilan iffah dan menjaga pandangan kepada hal-hal yang diharamkan.
26
2.
Hikmah pernikahan
Menyelamatkan masyarakat dari kerusakan ahlak dengan perkawinan, masyarakat dapat di selamatkan dari kerusakan ahlak dan mengamankan setiap
individu dari kerusakan pergaulan. Dengan perkawinan ini, umat dapat di selamatkan,baik secara individual maupun secara sosial,dengan budi pekerti yang
baik dan ahlak yang mulia. Inilah sala satu dari fungsi dari risalah yang di bawa Rasullah S.A.W.
27
Ada beberapa hikmah yang bisa didapat dari sebuah pernikahan, diantaranya adalah:
1. Menikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi mulia,
memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh islam sangat diperhatikan.
28
2. Untuk menimbulkan ketenangan jiwa, bertemu dan bercumbuh rayu antara suami
istri bisa menenangkan jiwa, dan menumbuhkan suasana bahagia. Apabila suasana aman dan tentram telah tumbuh, ibadah yang akan di lakukanya menjadi
26
Sulaiman Al-Mufarraj, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah, Syair, Wasiat, Kata Mutiara, Jakarta: Qisthi Press, 2003, h. 5
27
Al-gazali, Ihya Ulumudin II Terjemah. Jakarta: faizan. 1984, h.374.
28
Sayyid Sabiq, fiqh sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1992, cet 2, h. 10
38
38 khusus dan bergairah. Jiwa yang senantiasa sibuk dan capai,membawa orang
menjadi kesal dan cepat mara, gelisa dan tdak berfikir tenang. Dengan berkumpul bersama-sama keluarga,istri,anak-anak, bergurau dan bercumbuh rayu, lahirlah
suasana tenang dan tentram serta bahagia. 3.
Bertanggung jawab atas pengasuhan anak, perkawinan adalah untuk mengetahui hakekat pertanggung jawaban dalam memelihara dan mendidik anak-anak, agar
mereka menjadi anak yang cerdas, rajin, dan sehat, serta sholeh. Dengan mengetahui hakekat tanggung jawab ini, terdorong suami istri untuk bekerja dan
iklas dan sungguh-sungguh sehingga mampu pemikul beban yang di pikulkan di atas pundaknya masing-masing.
29
4. Menyadari tanggung jawab beristri dan menaggung anak-anak menimbulkan
sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang. Ia akan cekatan bekerja dan mencari penghasilan yang dapat
memperbesar jumlah kekayaan dan memperbanyak produksi. Juga dapat mendorong usaha mengeksploitasi kekayaan alam yang dikaruniakan Allah bagi
kepentingan hidup manusia.
30
29
Abdul Qadir jailani, kelurga sakina, Surabaya: Bina ilmu, 1995, cet. 1, h.45
30
Ibid, h. 21
39
BAB III PROFIL DESA