12
memperoleh data primer maupun sekunder, yang ada korelasinya dengan pembahasan ini.
Dalam proses analisa data penulis menggunakan metode analisis eksploratif berupa metode deskriptif yang berdasarkan pendekan rasional dan logis secara
induktif terhadap susunan penelitian. Mengenai tekhnik penulisan, penulis menggunakan buku pedoman skripsi
fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta press 2007 cetakan ke1, dengan pengecualian sebagai berikut:
a. Al-Quran tidak diberi footnote, tetapi langsung disebut surat dan ayatnya
dengan diberi syakal serta diterjemah kan. b.
Ayat-ayat Al-Quran dan Al-hadits ditulis dengan satu spasi.
F. REVIEW STUDI TERDAHULU
Penulis melakukan review terdahulu sebelum menentukan judul proposal, dalam review studi terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan
adat melangkahi kakak kandung dalam pernikahan, diantaranya ialah: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI UANG PELANGKAH DALAM
PERKAWINAN ADAT BETAWI, Studi kasus di Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebun Jeruk Oleh: Muhamad Fahmi 0044219385.
Skripsi ini membahas tentang upacara perkawinan adat betawi yang berada didaerah Kebun Jeruk Kelurahan Duri kepa, cukup patut kompleks dan patut untuk
13
dilestarikan untuk menunjang khasanah kebudayaan nasional. Karena didalam nya terdapat berbagai acara diantaranya pemberian uang pelangkah, acara pemberian
dilaksanakan sebelum acara pernikahan dilangsungkan. Pemberian tersebut atau pemberian uang pelangkah itu dilaksanakan sebagai
suatu penghormatan terhadap kakak kandung dari mempelai wanita yang dilangkahi. PANDANGAN
HUKUM ISLAM
TENTANG PERNIKAHAN
MELANGKAHI KAKAK KANDUNG, Studi kasus Kelurahan Gunungendul Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi Oleh: Abdul Hayi 101044122127
Skripsi ini membahas tentang pandangan hukum Islam tentang orang tua yang melarang anaknya untuk menikah terutama adik yang mempunyai kakak, yang terjadi
di Desa Gunungendut itu tidak benar dan dianggap telah menyimpang dari hukum Islam. Karena perbuatan pelarangan tersebut tidak dilandasi dalil-dalil dan syarat.
Sedangkan dalam hukum Islam bagi siapa saja yang sudah mampu untuk menikah maka ia dibolehkan untuk menikah selama tidak ada hal-hal yang melarang
pernikahan tersebut menurut hukum Islam, tanpa memperhatikan urutan-urutan dalam keluarga. Dan di dalamnya membahas tentang uang pelangkah dalam masyarakat
Gunungendut adalah, wajib diberikan oleh seorang adik kepada kakaknya karena ia hendak melangkahinya.
14
Dalam hukum Islam uang pelangkah diperbolehkan dengan alasan untuk kemaslahatan dan selama tidak memberatkan serta seorang adik ikhlas
memberikannya karena ia hendak melangkahi kakaknya. PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RESEPSI PERKAWINAN
ADAT BETAWI, Studi kasus di Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondok Tangerang, Oleh: Ahmad Fadillah 2010 44100819.
Skripsi ini membahas tentang adat betawi dalam pernikahan yang dipandang dalam Islam, yang mana masyarakat Kelurahan Kenanga sangat memegang teguh
aturan-aturan hukum Islam. Walaupun ada salah satu kebiasaan yang tidak biasa dihilangkan dan bertentangan dengan ajaran agama Islam dan banyak kemudharatan
dari pada manfaatnya, contoh hiburan film, dangdut. Selain itu juga dalam pelaksanaan resepsi pernikahan yang terdapat Kelurahan
Kenanga tidak bertentangan dengan hukum Islam dan masih dalam norma-norma agama, baik dalam hiburan maupun hal yang lainnya, seperti diadakan pengajian atau
selamatan pada malam pertama rowahan. Dari review yang saya lakukan, jelas sekali perbedaannya dengan skripsi yang
saya tulis. Di dalam skripsi yang saya teliti adalah mengenai pandangan hukum Islam tentang melangkahi kakak kandung dalam pernikahan. Yang menarik dalam skripsi
saya adalah dapat diketahui pandangan masyarakat, para remaja yang sudah mempunyai pasangan untuk menikah, dan apabila mempunyai kakak maka hendaklah
15
membayar uang pelangkah, dan ada hasil wawancara dengan seorang yang dilangkah oleh adiknya dalam menikah. Jadi sangat beda dengan skripsi-skripsi yang sudah ada,
yang berkenaan dengan masalah uang pelangkah. G.
SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang luas mengenai materi pokok penulisan dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan peneliti skripsi
ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan latar belakang masalah, pembatasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review study terdahulu, dan sistematika penulisan. Dari bab ini dapat diketahui apa yang
sebenarnya yang melatar belakangi pembahasan penelitian ini. Selanjutnya dapat diketahui batasan dan rumusan masalah yang relevan untuk dikaji, serta tujuan dan
manfaat yang hendak dicapai. Disamping itu pula dicermati metode dan pendekatan apa yang digunakan, serta bagaimana sistematika penulisannya.
Bab kedua menjelaskan mengenai pengertian pernikahan menurut hukum islam, dasar hukum pernikahan, rukun dan syarat pernikahan, tujuan dan hikmah
pernikahan. Bab ketiga mengambarkan bagaimana kondisi geografis Kelurahan Pasir Putih
dan pada bab ini penulis membahas tentang hasil penelitian, bab ini merupakan bab
16
yang paling utama dalam penulisan skripsi, membahas dan melakukan analisa terhadap objek penelitian.
Bab keempat berisi tentang definisi pernikahan dengan melangkahi kakak kandung, tinjauan hukum Islam terhadap melangkahi kakak kandung, serta
kedudukan uang pelangkah menurut hukum Islam, dan analisis penulis. Bab kelima penutup, dalam bab ini berisi kan kesimpulan hasil penelitian dan
saran, juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran- lampiran.
17
BAB II PERNIKAHAN MENURUT FIQIH
DAN HUKUM POSITIF A.
PENGERTIAN PERNIKAHAN
Kata nikah atau zawaj yang berasal dari bahasa Arab dilihat secara makna etimologi berarti berkumpul dan menindih, atau dengan ungkapan lain bermakna
aqad dan setubuh, yang secara syara berarti aqad pernikahan. Secara terminologi nikah atau zawaj adalah:
1. Aqad yang mengandung kebolehan memperoleh kenikmatan biologis dari
seorang wanita dari jalan ciuman, pelukan dan bersetubuh. 2.
Aqad yang diciptakan Allah bagi seorang lelaki atas diri seorang perempuan atau sebaliknya untuk dapat menikmati secara biologis antara keduanya.
Aqad nikah yang telah dilakukan akan memberikan status kepemilikan bagi kedua belah pihak suami istri, dimana status kepemilikan akibat aqad tersebut bagi
si lelaki suamiberhak memper oleh kebutuhan biologis dan segala yang terkait dengan itu secara sendirian tanpa dicampuri atau diikuti oleh lainnya yang dalam
trem fiqih disebut Milkum al-Intifa, yaitu hak memiliki penginaan atau pemakaian terhadap suatu benda istri, yang digunakan untuk diri dirinya sendiri.
1
1
A. Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Jakarta; PT Heza Lestari, 2006cet 1, h. 7.