Fase Improve Fase Control

31 9 Jika masalahnya sulit untuk dihindari very high Jika masalahnya benar- benar berpengaruh, sangat merugikan dan sangat kritis very high Jika masalahnya mungkin tidak dapat diatasi very low 10 Jika masalahnya tidak dapat diatasi none. Setelah dilakukan analisa FMEA, selanjutnya menentukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Terutama masalah-masalah yang memiliki nilai resiko RPN tertinggi. Untuk itu digunakan tabel action planning for failure mode Tabel 2.6. Dengan tabel ini ditentukan tindakan yang sesuai untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dengan memberikan solusi langsung ke akar penyebab permasalahannya. Apabila ditentukan, untuk setiap solusi tersebut dapat dibuat validasi yang akan berguna untuk memastikan bahwa solusi telah diimplementasikan dengan benar. Bentuk validasi tersebut dapat berupa laporan, form atau checksheet. Tabel 2.5 Bentuk tabel action for failure mode Failure mode Actionable cause Design actionpotensial solution Design validation

2.4.4 Fase Improve

32 Fase improve adalah fase meningkatkan proses dan menghilangkan sebab- sebab timbulnya cacat. Setelah sumber-sumber penyebab masalah kualitas dapat diidentifikasi, maka dapat dilakukan penetapan rencana tindakan action plan untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six Sigma. Salah satu metode statistik yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan melakukan perbaikan kualitas adalah Design of Experiment DoE. DoE dapat didefinisikan sebagai suatu uji atau rentetan uji dengan mengubah-ubah variabel input faktor suatu proses sehingga dapat diketahui penyebab perubahan output respon.

2.4.5 Fase Control

Pada fase control hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan. Hasil-hasil yang memuaskan dari proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus distandarisasikan, dan selanjutnya dilakukan peningkatan terus menerus pada jenis masalah yang lain mengikuti konsep DMAIC. Diagram kontrol merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengontrol variansi dalam suatu proses produksi. Diagram ini memuat tiga garis batas, yaitu: garis kontrol atas UCL, garis kontrol bawah LCL, dan rata-rata kualitas sampel. Menurut [7], sampel yang berada dalam rentang UCL-LCL dikatakan berada dalam pengawasan in control, sedangkan sampel yang berada di luar rentang UCL-LCL dikatakan berada di luar pengawasan. Fungsi dari diagram ini adalah menentukan batas terkontrol dari suatu proses, membantu mengurangi variabilitas, 33 memonitor kinerja agar tetap berada dalam batas pengawasan, dan memberikan informasi mengenai stabilitas serta kemampuan proses. Gambar 2.6 Bentuk Control Chart 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Survei ini dilakukan selama empat bulan, yaitu dari bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Mei 2009. Tempat pelaksanaan survei dilakukan dibeberapa kota di Indonesia, diantaranya: Aceh, Ternate, Ambon, Gorontalo, Bengkulu, Kendari, Samarinda, dan Banjarmasin yang terdiri dari 166 Perusahaan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari Kementrian Komunikasi dan Informatika, meliputi: a. Dokumen umum Kementerian Komunikasi dan Informatika. b. Data keluhan dari konsumen perusahaan. c. Data jumlah perusahaan di 8 kota yang memanfaatkan internet dan tidak memanfaatkan internet. Dalam menyelesaikan permasalahan pada penelitian ini, digunakan metode deskriptif, berupa: 1. Studi Pustaka Metode studi pustaka dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku- buku yang berhubungan dengan analisis Six Sigma.