Fase Pengukuran Fase DMAIC .1 Fase Pendefinisian

16 Simbol-simbol yang digunakan pada pembuatan process mapping, antara lain: : digunakan untuk menggambarkan awal dan akhir proses : digunakan untuk menggambarkan tahap-tahap dalam proses : digunakan untuk menggambarkan proses pengambilan keputusan : digunakan untuk menghubungkan tahap-tahap dalam proses

2.4.2 Fase Pengukuran

Fase measure merupakan fase pengukuran tingkat kecacatan atau tingkat kinerja proses pada saat sekarang agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Pengukuran yang dimaksud, antara lain: 1. Pengukuran baseline kerja Pada tahap ini dilakukan pengukuran tingkat kinerja atau baseline kinerja, ukuran hasil kinerja yang digunakan pada Six Sigma yaitu tingkat Defect Per million Opportunity DPMO. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui keadaan proses saat ini yang akan menjadi gambaran atas langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan. Berikut perhitungannya: 17 a. Menghitung nilai DPMO DPMO merupakan suatu ukuran kegagalan yang menunjukkan kerusakan suatu produkjasa dalam satu juta barang yang diproduksi. Kerusakan yang dimaksud dapat diartikan dengan tidak bersih, tidak tepat, ataupun tidak memenuhi standar. DPMO dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: 000 . 000 . 1 produksi semua jumlah usakan ker jumlah DPMO   2.1 b. Mengkonversi nilai DPMO ke nilai sigma dengan menggunakan Tabel Konversi Sigma Lampiran 2 Nilai DPMO dan level sigma yang telah diketahui akan sangat membantu untuk mengetahui besarnya baseline kinerja perusahaan saat ini. 2. Pengukuran Tingkat Kapabilitas Proses Suatu proses dikatakan baik memiliki kapabilitas apabila berjalan pada suatu rentang yang telah ditetapkan. Rentang tersebut memiliki batas, yakni batas atas USL-Upper Specification Limit dan batas bawah LSL-Lower Specification Limit. Proses yang terjadi di luar rentang tersebut maka dianggap cacat. Visualisasi mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini: 18 Gambar 2.1 Bagan Kendali Proses yang Memiliki Kapabilitas Besarnya batas spesifikasi perusahaan ditentukan oleh bagian Quality Control pada perusahaan, sedangkan besarnya batas terkontrol dapat diketahui melalui bagan kendali Shewhart. Analisa proses kapabilitas adalah analisa yang dilakukan berdasarkan ukuran kemampuan suatu proses. Dan ukuran yang menyatakan kemampuan proses tersebut dinamakan capability index. Analisa proses kapabilitas dapat digunakan jika proses tersebut berada dalam Statistical Process Control, yaitu metode yang digunakan untuk mengukur dan menganalisa suatu proses. Jika tidak, maka nilai kapabilitasnya tidak dapat dipercaya. Menurut [2], proses kapabilitas dapat digolongkan menjadi tiga kondisi, yaitu: 1. Proses yang memiliki nilai kapabilitas tinggi. Proses tersebut terjadi jika rentang proses berada di dalam rentang spesifikasi Gambar 2.2. 6 σ USL-LSL 2.2 19 Gambar 2.2 Bagan Kendali Proses Kapabilitas Tinggi 2. Proses yang memiliki nilai kapabilitas hampir tidak cukup. Proses tersebut terjadi jika rentang proses sama dengan rentang spesifikasi Gambar 2.3. 6 σ = USL-LSL 2.3 Gambar 2.3 Bagan Kendali Proses Kapabilitas Hampir Tidak Cukup 3. Proses yang tidak memiliki kapabilitas. Proses tersebut terjadi jika rentang proses lebih besar dibandingkan rentang spesifikasi Gambar 2.4. 20 6 σ USL-LSL 2.4 Gambar 2.4 Bagan Kendali Proses Tidak Memiliki Kapabilitas Adapun beberapa indeks kapabilitas proses yang digunakan dalam skripsi ini, antara lain: a. Indeks kapabilitas proses Cp Menurut [2], Indeks kapabilitas proses Cp merupakan indeks kapabilitas yang paling sederhana, digunakan untuk menunjukkan kemampuan suatu proses dalam memenuhi spesifikasi limit. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan Cp , yaitu distribusi dari proses harus berdistribusi normal dan nilai rata-rata proses harus tepat sama dengan nilai target T, yang berarti nilai dari proses harus tepat berada di tengah dari interval nilai USL dan LSL. Menurut [2], jika asumsi ini tidak terpenuhi, 21 maka nilai Cp akan memberikan hasil yang kurang dapat dipercaya. Dan dapat dikatakan pula Cp merupakan perbandingan antara rentang spesifikasi dengan rentang proses, sehingga seharusnya bernilai lebih dari 1. Cp dapat dituliskan sebagai berikut: p USL LSL C UCL LCL    2.5       3 3      X X LCL UCL    6 3 3       X X LCL UCL Sehingga: 6 p USL LSL USL LSL C UCL LCL       2.6 Jika nilai Cp =1, maka rentang spesifikai sama dengan rentang proses. Dapat dikatakan proses hampir memiliki kapabilitas. Jika nilai Cp 1, maka rentang spesifikasi lebih besar dari rentang proses. Dapat dikatakan proses memiliki kapabilitas yang tinggi. Dan jika nilai Cp 1, maka rentang spesifikasi lebih kecil dari rentang proses. Dapat dikatakan proses tidak memiliki kapabilitas. Secara umum dapat dikatakan semakin besar nilai Cp , maka semakin baik proses tersebut. Six sigma merupakan pengembangan dari konsep Cp . Proses 6 σ memiliki Cp =2. Menurut [5], hubungan antara nilai Cp dan kapabilitas proses dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini: 22 Tabel 2.2 Hubungan Cp dan Kapabilitas Proses Cp Kapabilitas Proses 0, 33 1, 0 σ 0, 50 1, 5 σ 0, 67 2, 0 σ 0, 83 2, 5 σ 1, 00 3, 0 σ 1, 17 3, 5 σ 1, 33 4, 0 σ 1, 50 4, 5 σ 1, 67 5, 0 σ 1, 83 5, 5 σ 2, 00 6, 0 σ 2, 17 6, 5 σ 2, 33 7, 0 σ b. Indeks Kapabilitas Proses Cpk Indeks kapabilitas proses merupakan indeks yang menunjukkan seberapa baik suatu proses dapat memenuhi spesifikasi limit, dengan mengukur jarak terdekat antara kinerja proses dan batas spesifikasi. Semakin kecil nilai Cpk semakin dekat jarak antara kinerja proses dan batas spesifikasi, hal ini berarti proses tersebut semakin capable. Menurut [2], formula Cpk dituliskan sebagai berikut:   C C p pk k   1 2.7 dengan 2 2 LSL USL X LSL USL k     23 jika X LSL USL   2 maka LSL USL X LSL USL LSL USL LSL USL X LSL USL k                      2 2 2 jika X LSL USL   2 maka     LSL USL LSL USL LSL USL X LSL USL LSL USL X k          2 2 2                                      6 2 1 1 , 6 LSL USL LSL USL X LSL USL LSL USL Cp k LSL USL Cp                        6 2 LSL USL LSL USL X LSL USL LSL USL LSL USL LSL USL                 6 2 6 6 X LSL USL LSL USL   3 6 2 2 LSL X LSL X        6 6 2 6 LSL USL X LSL USL                                           6 2 1 1 , 6 LSL USL LSL USL LSL USL LSL USL X Cp k LSL USL Cp 24 Jadi, 2.8 dengan: USL = batas spesifikasi atas Upper Spesification Limit LSL = batas spesifikasi bawah Lower Spesification Limit X = rata-rata proses σ = simpanganstandar deviasi Dapat dikatakan bahwa Cpk lebih baik dari pada Cp , namun Cpk juga mempunyai kekurangan. Cpk hanya melihat penyebaran dari rata-rata proses dan spesifikasi limit, sehingga tidak dapat memberikan informasi bagaimana penyebaran dari proses control secara keseluruhan hanya bagaimana penyebaran proses terhadap spesifikasi limit. Terdapat hubungan antara Cpk dan kapabilitas proses pada berbagai tingkat sigma. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. c. Indeks Kapabilitas Proses Cpm Indeks kapabilitas proses Cpm disebut juga Taguchi Capability Index digunakan untuk mengukur pada tingkat mana output suatu proses berada pada nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan oleh pelanggan.              3 , 3 min LSL X X USL c pk     3 6 2 X USL X USL     25 Semakin tinggi nilai Cpm menunjukkan bahwa output proses itu semakin mendekati nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan pelanggan. Formula Cpm dituliskan: 2.9 dengan τ adalah variansi dan selisih antara rata-rata proses X dan target T. Menurut [13], beberapa keuntungan dari penggunaan indeks Cpm adalah: a. Indeks Cpm dapat diterapkan pada suatu interval spesifikasi yang tidak simetris, dengan nilai spesifikasi target kualitas T tidak berada tepat di tengah nilai USL dan LSL. b. Indeks Cpm dapat dihitung untuk tipe distribusi apa saja, tidak mensyaratkan data harus berdistribusi normal. Hal ini berarti perhitungan Cpm adalah bebas dari persyaratan distribusi data, serta tidak memerlukan lagi uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan dari proses itu berdistribusi normal. Dan akan menghindari pertanyaan-pertanyaan tentang distribusi apa yang digunakan. 6 2 2 : X T ST ST dengan LSL USL Cpm         26 Dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, biasanya dipergunakan kriteria sebagai berikut: a. Cpm ≥ 2,00 Proses dianggap mampu dan kompetitif. b. 1,00 ≤ Cpm ≤ 1,99 Proses dianggap cukup mampu, namun perlu upaya-upaya giat untuk peningkatan kualitas menuju target perusahaan berkelas dunia yang memiliki tingkat kegagalan sangat kecil menuju nol. Perusahaan yang memiliki nilai Cpm yang berada di kisaran ini memiliki kesempatan terbaik dalam melakukan program peningkatan kualitas Six Sigma. c. Cpm 1,00 Proses dianggap tidak mampu dan tidak kompetitif untuk bersaing di pasar global.

2.4.3 Fase Analisa