Faktor Risiko Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa

pembentukan plak tersebut, S. mutans memiliki peran utama karena bakteri ini memiliki sifat-sifat tertentu 4 , yaitu: a. S. mutans memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga menurunkan pH. b. S. mutans membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler levan dari berbagai jenis karbohirat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut jika karbohidrat eksogen kurang sehingga menghasilkan asam terus-menerus. c. S. mutans mempunyai kemampuan membentuk polisakarida ekstraseluler dekstran sehingga menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi. d. S. mutans mempunyai kemampuan untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi. 4. Faktor waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 1

2.1.2 Faktor Risiko Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa

faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan Universitas Sumatera Utara fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, serta faktor risiko demografi atau faktor modifikasi karies, seperti umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi. 1,3,5 1. Pengalaman karies Penelitian epidemiologis telah membukt ikan adanya hubungan pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanennya. 1,5 2. Penggunaan fluor Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi. 1,5 Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. 1 3. Oral higiene Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. 1,5 Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. Plak yang berada di daerah interdental dan sulit dibersihkan melalui penyikatan gigi dapat Universitas Sumatera Utara disingkirkan dengan menggunakan pembersih interdental. Penyingkiran plak dapat juga dilakukan secara kimia menggunakan obat kumur oral rinse. 1 4. Jumlah bakteri Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasillus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak. 1,5 5. Saliva Saliva dapat mempengaruhi proses karies dengan berbagai cara, yaitu: 3 a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut. b. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH - dan F - ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi. c. Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. d. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozyme, lactoperoxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya dapat berkurang. Universitas Sumatera Utara e. Molekul immunoglobulin A IgA disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies. 6. Pola makan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies. 1 7. Umur Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar. 1 Universitas Sumatera Utara 8. Jenis kelamin Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M missing yang lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F filling yang lebih banyak dalam indeks DMF. 1,5 9. Sosial ekonomi Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. 1,5 Menurut Tirthankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. 1 2.1.3 Pemeriksaan Pengalaman Karies Gigi Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongankelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti indeks DMFT Klein dan indeks WHO. 1 Indeks DMFT Klein diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D gigi yang karies, M gigi yang hilang, dan F gigi yang ditumpat dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi jumlah orang yang diperiksa. 1

2.2 Makanan Jajanan

Dokumen yang terkait

Hubungan Body Mass Index (Bmi) Dengan Pengalaman Karies Gigi Pada Murid Kelas Iii Dan Iv Sd St.Thomas 2 Medan

9 108 58

Kegemukan Dan Pengalaman Karies Gigi Pada Siswa Kelas V Dan Vi Sd Pahlawan Nasional Kecamatan Medan Tembung

0 48 42

Efektifitas Metode Bermain Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Kelas VI SD Islam An-Nizam

4 57 47

Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010

1 46 99

Crossbite Pada Masa Gigi Bercampur Pada Murid-Murid SD Immanuel Medan

0 24 60

Efek Penyuluhan Pelatihan Penyikatan Gigi Pada Anak-Anak Cacat Mental Usia 12-13 Tahun Di YPAC Medan Dan Murid-Murid Kelas VI SD Budi Murni 2 Medan

0 32 49

Penelitian Kebutuhan Fisur Silen Dan Pengalaman Karies Gigi Posterior Pada Murid Di Dua SD Negeri Medan

0 28 47

Hubungan Pola Makan Karbohidrat Dengan Pengalaman Karies Gigi PadaSiswa Kelas VI SD Di Sekolah Dasar negeri Wilayah Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.Tahun Ajaran 2002-2003.

0 11 62

HUBUNGAN POLA JAJAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA Hubungan Pola Jajan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 8-10 Tah

0 5 15

HUBUNGAN POLA JAJAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA Hubungan Pola Jajan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 8-10 Tah

0 2 15