2.3 Makanan Jajanan dan Pengalaman Karies Gigi
Makanan jajanan yang dikonsumsi diantara makan pagi, siang, dan malam bersifat kondusif terhadap terjadinya karies gigi. Hal itu disebabkan karena
kandungan karbohidratnya, khususnya sukrosa yang terkandung dalam jenis makanan.
15
Anak-anak cenderung lebih suka mengonsumsi makanan dan minuman manis.
7
Hasil penelitian Hadnyanawati menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jember lebih suka mengonsumsi jenis makanan manis seperti biskuit,
permen coklat, permen biasa, dan permen karet. Sebaliknya, mereka kurang menyukai buah-buahan atau sayuran. Beliau juga melaporkan bahwa kelompok siswa
yang lebih suka mengonsumsi jenis makanan manis memiliki skor DMFT yang lebih tinggi daripada siswa yang lebih suka mengonsumsi buah-buahan atau sayuran.
7
Hasil penelitian Akarslan dkk. menunjukkan bahwa skor DMFT bertambah dengan bertambahnya akumulasi plak, adanya kebiasaan jajan, dan penyikatan gigi
yang tidak teratur. Jumlah sampel yang memiliki kebiasaan jajan sangat besar yaitu 76,9 dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Mereka memiliki skor DMFT yang lebih tinggi dibanding sampel yang tidak memiliki kebiasaan jajan.
8
Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar ditemukan pada banyak daerah di dunia. Bukti adanya hubungan diet dengan karies terlihat dari keadaan karies
masyarakat sebelum dan sesudah peningkatan ketersediaan gula. Salah satu contoh adalah keadaan karies penduduk Tristan da Cunha, suatu pulau karang terpencil di
Atlantik Selatan. Pada tahun tiga puluhan, keadaan gigi masyarakatnya baik sekali,
Universitas Sumatera Utara
oleh karena diet mereka hanya terdiri atas daging, ikan, kentang, dan sayuran lain, namun sejak tahun 1940 terjadi peningkatan konsumsi makanan impor bergula yang
diikuti dengan peningkatan karies.
3
Diet sukrosa terbatas di beberapa negara selama perang dunia kedua diikuti dengan menurunnya prevalensi karies pada penduduknya.
3,9
Masyarakat yang hidup terpencil dengan diet tradisional rendah sukrosa memiliki level karies yang sangat
rendah meskipun diet tradisional kaya akan zat patistarch. Sebaliknya, populasi yang mengalami perubahan pola diet menjadi kaya sukrosa mengalami peningkatan
karies. Hal ini dilaporkan pada penduduk di Alaska, Etiopia, Ghana, Nigeria, Sudan, dan Tristan da Cunha.
9
Kekariogenikan sukrosa dipengaruhi oleh frekuensi, jumlah, bentuk, dan konsistensi sukrosa.
9,10
1. Frekuensi dan jumlah konsumsi sukrosa Frekuensi mengonsumsi gula dan jumlah gula yang dikonsumsi
mempengaruhi timbulnya karies pada gigi seseorang.
9,10
Penelitian Vipeholm tentang hubungan prevalensi karies gigi dengan frekuensi konsumsi gula, menunjukkan
perkembangan karies gigi rendah ketika konsumsi gula empat kali perhari pada jam makan. Demikian juga penelitian Holbrook dkk. pada anak-anak usia 5 tahun di
Iceland menemukan dampak frekuensi konsumsi gula terhadap perkembangan karies pada anak-anak. Anak yang mengonsumsi gula empat kali atau lebih per hari atau
anak yang jajan tiga kali atau lebih per hari menyebabkan skor karies meningkat. Anak-anak usia 5 tahun dengan asupan gula rata-rata 5,1 kali per hari memiliki tiga
atau lebih lesi karies, sedangkan anak-anak yang asupan gulanya 2,1 kali per hari
Universitas Sumatera Utara
memiliki lesi karies kurang dari tiga. Pada penelitian sebelumnya terhadap anak-anak usia 4 tahun di Iceland, Hollbrook menunjukkan peningkatan level karies saat gula
dikonsumsi lebih dari 30 kali seminggu kira-kira empat kali sehari.
9
Penelitian Holt pada anak-anak usia prasekolah di Inggris, menemukan deft lebih tinggi 1,69 pada anak-anak yang memakan snack dan minum minuman
bergula empat kali atau lebih dalam sehari dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi sekali sehari 1,01. Penelitian tersebut menunjukkan jika asupan gula
kurang dari empat kali sehari, level karies akan menurun.
9
Penelitian pada hewan percobaan telah dilakukan untuk membuktikan hubungan antara jumlah gula yang dikonsumsi dengan pertumbuhan karies. Mikx
dkk. menemukan hubungan konsentrasi gula pada makanan yang diberikan pada tikus dan insidens kariesnya. Hefti dan Schmid menyatakan karies semakin parah seiring
dengan peningkatan konsentrasi sukrosa pada diet sampai 40.
9
Penelitian yang dilakukan oleh Jamal dkk. menunjukkan adanya hubungan jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman teh dan frekuensi konsumsi teh
manis dengan pengalaman karies gigi pada anak-anak dan dewasa muda di Iraq. Jumlah pergelas konsumsi teh dan penambahan jumlah gula ke dalam teh memiliki
hubungan yang positif dengan DMFT. Penelitian ini memberi pandangan bahwa frekuensi dan jumlah konsumsi gula penting dalam insidens karies gigi. Ismail dkk.
juga menemukan hubungan yang kuat antara frekuensi konsumsi minuman bergula di antara jam makan dan jumlah gula yang dikonsumsi pada anak-anak di Amerika
dengan risiko karies yang tinggi. Oleh karena itu, frekuensi dan jumlah konsumsi
Universitas Sumatera Utara
gula dan makanan yang mengandung gula memiliki hubungan dengan insidens karies gigi.
9
2. Bentuk dan konsistensi fisik sukrosa
Kekariogenikan suatu makanan bergula dihubungkan dengan retensinya pada permukaan gigi.
10
Bentuk makanan hasil fermentasi karbohidrat secara langsung mempengaruhi lamanya retensi dan kontak makanan pada gigi.
1
Lamanya sisa makanan berasam dalam mulut merupakan faktor penting dalam perkembangan
karies.
17
Semakin lama komponen kariogenik berada dalam rongga mulut, semakin lama waktu produksi asam dan demineralisasi.
10
Makanan yang melekat erat pada permukaan gigi sulit dibersihkan dari mulut dan akan menyebabkan penurunan pH
dalam waktu yang lama.
9
Beberapa penelitian melaporkan makanan yang dapat mencegah terjadinya karies gigi, yaitu:
1. Keju Keju dapat mencegah karies.
3,15-17
Penelitian pH plak menunjukkan bahwa keju yang ditambahkan dalam makanan bergula dapat mencegah penurunan pH
plak.
3,9
Keju menstimulasi sekresi saliva dan menambah konsentrasi kalsium dalam plak.
9,16,17
Konsentrasi kalsium dalam plak mempengaruhi keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi enamel. Dengan adanya keju, pH plak dapat
meningkat terjadi proses remineralisasi.
3,16
Penelitian epidemiologi melaporkan bahwa konsumsi keju lebih tinggi pada anak yang bebas karies selama lebih 2 tahun
dibandingkan anak yang mengalami karies. Gedalia dkk. pada test uji klinik kontrol mendemonstrasikan konsumsi 5g potongan keju keras tiap hari, termasuk makan
Universitas Sumatera Utara
pagi, selama 2 tahun menunjukkan adanya pengurangan perkembangan karies yang signifikan.
9
2. Susu Susu formula yang mengandung laktosa, kalsium, fosfor, dan kasein dapat
menghambat karies.
9,15,17
Komposisi susu formula tersebut dapat meningkatkan pH plak sehingga memudahkan terjadinya remineralisasi.
17
Beberapa bukti penelitian yang dilakukan percobaan pada hewan menunjukkan bahwa susu sapi yang
ditambahkan ke dalam diet kariogenik dapat menurunkan terjadinya karies. Rugg- Gun menemukan hubungan negatif antara konsumsi susu sapi dengan peningkatan
insidens karies pada penelitiannya yang dilakukan pada anak remaja di Inggris.
9
3. Makanan yang berserat, kacang-kacangan, dan permen karet Makanan yang berserat, kacang-kacangan, dan permen karet bersifat sebagai
pelindung gigi terhadap karies karena makanan ini menstimulasi sekresi saliva.
9,17
Sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair bersifat membersihkan karena harus dikunyah sehingga dapat merangsang sekresi saliva. Kacang-kacangan
mengandung fosfat sehingga dapat mengahambat karies.
9,15
Konsumsi permen karet dapat merangsang sekresi saliva dan meningkatkan kecepatan aliran saliva.
7
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi buah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan karies gigi. Penelitian epidemiologi lainnya tentang
kebiasaan makan buah melaporkan bahwa buah bersifat kariogenik rendah. Savara dan Suher dalam penelitiannya pada anak-anak di US menemukan tidak ada
hubungan antara pengalaman karies gigi dengan frekuensi mengonsumsi buah.
9
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah murid Sekolah Dasar Islam An-Nizam sejumlah
960 orang. WHO menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi pada kelompok usia 12 tahun karena merupakan kelompok usia yang kritis terhadap kesehatan gigi.
Oleh karena itu, pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive yaitu murid kelas VI yang diperkirakan berusia 11-13 tahun. Total sampel adalah 160 orang. Oleh
karena data 11 orang responden tidak lengkap, maka jumlah sampel menjadi 149 orang.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel bebas
Pola jajan yaitu jenis jajanan dan frekuensi jajan a. Jenis jajanan: makanan dan minuman yang dimakan di antara waktu makan.
Jenis jajanan dikelompokkan atas: 1
Jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies: a.
permen, coklat; b. kue, biskuit, buah kering;
Universitas Sumatera Utara