Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Berpikir

dengan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan dengan lingkungan masyarakatnya. Menurut Dirjen Pemasyarakatan Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia, optimalisasi pemberian pembebasan bersyarat dan Cuti mengunjungi keluarga, dinilai mampu merubah perilaku narapidana kearah yang lebih baik walaupun belum dapat dibuktikan secara empiris. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Peraturan Pembebasan Bersyarat dan Cuti Mengunjungi keluarga, Penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruhnya terhadap perilaku narapidana khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana dikemukakan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : Sejauh mana pengaruh Pembebasan Bersyarat dan Cuti Mengunjungi Keluarga terhadap Perilaku Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan ? Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana pengaruh Pembebasan Bersyarat dan Cuti Mengunjungi Keluarga terhadap Perilaku Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan bagi manajemen lembaga pemasyarakatan 2. Sebagai menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen. 3. Sebagai tambahan pengetahuan dan menambah wawasan bagi peneliti dalam bidang ilmu manajemen, khususnya mengenai Pengaruh pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas terhadap perilaku narapidana di Lapas Kls I Medan. 4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama dimasa datang. Universitas Sumatera Utara

1.5. Kerangka Berpikir

Menurut Susilo 1978, Pembebasan bersyarat adalah pemberian pembebasan dengan beberapa syarat kepada narapidana yang telah menjalani pidana selama dua pertiga dari masa pidananya, di mana dua pertiga ini sekurang-kurangnya adalah selama sembilan bulan. Setelah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan selain dibebani oleh beberapa syarat, narapidana juga diberikan tambahan masa percobaan selama setahun dan langsung ditambahkan pada sisa pidananya Suhardi, 2005 Pembebasan bersyarat dikenal di hampir semua sistem peradilan pidana. Sistem hukum di Inggris dan Amerika Serikat mengenalnya dengan sebutan parole. Belanda menyebutnya vervroegde invrijheidstelling. Di Indonesia, istilah yang dipakai dalam perundang-undangan berbeda-beda, sebagian besar menggunakan istilah pembebasan bersyarat, kecuali Undang-Undang Kejaksaan yang menyebutnya dengan ‘lepas bersyarat’. Secara umum, pembebasan bersyarat memberi hak kepada seorang narapidana untuk menjalani masa hukuman di luar tembok penjara. Syaratnya: hukuman yang dikenakan lebih dari sembilan bulan, sudah menjalani 23 masa hukuman, plus berkelakuan baik selama dalam masa ‘pembinaan’. Pasal 1 angka 7 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan menyimpulkan: pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan Narapidana di luar Lapas setelah menjalani sekurang-kurang 23 masa pidana dari minimal 9 bulan. Intinya, yang berhak mendapat hak pembebasan bersyarat bukan Narapidana yang divonis hukuman kurungan. Universitas Sumatera Utara Untuk pelaksanaan upaya tersebut maka pada tahun 1995 ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 12 tentang Pemasyarakatan dimana program integrasi dalam mempersiapkan narapidana untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat diatur di dalam pasal 14, yaitu antara lain mendapatkan Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, maupun Pembebasan bersyarat Program pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana memiliki intensitas waktu yang relatif lebih lama untuk mensosialisasikan dirinya di tengah- tengah masyarakat dibandingkan dengan pemberian program integrasi lainnya, hal ini dapat memberikan kesempatan yang lebih luas bagi individu narapidana yang bersangkutan untuk membuktikan dirinya bahwa program pembinaan yang diperoleh selama menjalani pidana telah merubah sikap dan perilakunya untuk menyatu kembali menjadi anggota masyarakat pada umumnya. Kondisi ideal tersebut adalah merupakan amanat dari Undang-undang yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah untuk menegakkan keadilan dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam bukunya KUHP Serta Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal, R. Soesilo menyebut pembebasan bersyarat bernilai edukatif, yaitu memberi kesempatan kepada terpidana untuk memperbaiki dirinya. Menurut Suryobroto 2006 Cuti Mengunjungi Keluarga adalah pemberian cuti bagi narapidana anak didik pemasyarakatan yaitu kesempatan berkumpul dengan keluarga ditempat kediamannya dimana lama cuti tersebut diatur oleh undang- undang. Universitas Sumatera Utara Menurut Kimberline 1994 menyatakan bahwa perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat istiadat, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi dan genetika, perilaku seseorang dikelompokkan kedalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Perilaku dianggab sebagai suatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini, walaupun landasan hukum sebagai dasar pelaksanaan program Asimilasi dan integrasi sosial telah ada yaitu UU No 121995 tentang Pemasyarakatan, kedua program itu tidak maksimal dilaksanakan sehingga yang terjadi adalah inefisiensi anggaran negara. Oleh karena itu secara keseluruhan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian Pembebasan bersyarat, Cuti Mengunjungi Keluarga dapat dilihat pada gambar 1.1.di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1. Alur Pikir Pengaruh Pembebasan Bersyarat, Cuti Mengunjungi Keluarga Terhadap Perilaku Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan 1.5.1. Kerangka Berpikir Pembebasan Bersyarat Cuti Mengunjungi Keluarga Perilaku Narapidana Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan PEMBEBASAN BERSYARAT PENGARUH CUTI MENGUNJUNGI KELUARGA PERILAKU NARAPIDANA Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Universitas Sumatera Utara

1.6. Hipotesis