Kognitif . Humanistik Pengaruh Pembebasan Bersyarat Dan Cuti Mengunjungi Keluarga Terhadap Perilaku Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan

Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.Prinsip-prinsip teori behaviorisme yaitu : a. Obyek psikologi adalah tingkah laku b. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek c. Mementingkan pembentukan kebiasaan.

3. Kognitif

Tokoh-tokohnya: Lewin, Heider, Festinger, Piaget, Kohlberg. Manusia tidak lagi dipandang sebagai mahluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai mahluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya;mahluk yang berfikir Homo Sapiens. Lewin, teori medan field theory;menunjukkan totalitas gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat tertentu. Dimana seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi disebut life space ruang hayat, Rumus: B=f P,E artinya behavior adalah hasil interaksi antara person diri orang itu dengan environment lingkungan psikologisnya.Teori disonansi kognisi dari Festinger. Disonansi artinya ketidakcocokan antara dua kognisi pengetahuan ; dimana orang akan berusaha mengurangi disonansi itu dengan berbagai cara: 1 Mengubah perilaku, 2 Mengubah kognisi tentang lingkungan, 3 Memperkuat salah satu kognisi yang disonan, 4 Mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting. Universitas Sumatera Utara

2. . Humanistik

Tokoh-tokohnya: Rogers, Combs Snygg, Maslow, May, Satir, Peris. Menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya Homo Ludens. Maslow, “growth needs”, faktor orang lain menjadi penting; bagaimana reaksi mereka membentuk konsep diri kita dan juga pemuasan. Pandangan Rogers: 1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi menjadi pusat; 2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, mengaktualisasikan diri; 3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya; 4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri; 5. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Aristoteles berpendapat bahwa pada watu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut Jhon Locke, dalam Nanath 2008 salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi sensory experience. Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu. Universitas Sumatera Utara

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Rakhmat 2007, Secara garis besar ada dua factor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.

2.3.1. Faktor Biologis

Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap perilaku manusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh rasa lapar, Selama 6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah lapar. Selama eksperimen terjadi perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul, dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran, percakapan, dan mimpi. Laki-laki lebih senang menempelkan gambar coklat daripada gambar wanita cantik. Kekurangan – tidur juga telah dibuktikan meningkatkan sifat mudah tersinggung clan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan.akan rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan lainnya.

2.3.2. Faktor - faktor Sosiopsikologis

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh bcberapa karakteristik yang mcmpengarahi perilakunya: Kita dapat mengklasifikasinya ke dalam tiga kamponen komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen yang pertama yang merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan -dengan Universitas Sumatera Utara apa yang diketahui manusia. Kompoten konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. a. Motif Sosiogenesis Motif sosiogenis, sering juga disebut motif sekufider sebagai lawan motif primer motif biologis, sebetulnya bukan motif “anak bawang”. Peranannya dalam membentuk perilaku sosial bahkan sangat menentukan. Berbagai klasifikasi motif sosiogenis disajikan di bawah. Secara singkat, motif-motif sosiogenesis dapat disebutkan sebagai berikut, 1 Motif ingin tahu. Mengerti, menata dan menduga. Setiap orang berusaha mengerti memahami arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan frame of freference untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesui. 2 Motif kompetensi. Setiap orang ingin membuktikan bahwaia mampu mengatasi persoalan apapun. Perasaan mampu amat bergantung pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. 3 Motif cinta Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian. Orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebagai anggota sukarela dan bukan yang sukar rela Universitas Sumatera Utara 4 Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari indentitas. Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita bukan saja dianggap bilangan, tetapi juga diperhitungkan. Karena itu, bersamaan dengan kebutuhan akan harga diri, orang mencari identitas dirinya. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis penyakit: impulsif, gelisah, mudah terpengaruh, dan sebagainya. 5 Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan. Dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya. Termasuk ke dalam motif ini ialah motif-motif keagamaan. Bila manusia kehilangan nilai, tidak tahu apa tujuan hidup sebenarnya, ia tidak memiliki kepastian untuk bertindak. Dengan demikian, ia akan lekas putus asa dan kehilangan pegangan. 6 Kebutuhan akan pemenuhan diri. Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku tertentu pula Bimo Walgito, 2003. Menurutnya dalam konteks ini terdapat beberapa teori yang dirangkumnya dari berbagai pendapat para ahli, yaitu: a teori insting, yang merupakan perilaku innate, perilaku yang bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman; Universitas Sumatera Utara b teori dorongan drive theory, yang bertitik tolak dari pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku; c teori insentif incentive theory, yang bertitik tolak dari pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Insentif atau disebut juga reinforcement di mana ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah yang akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman yang akan dapat menghambat dalam organisme berperilaku; d teori atribusi, yang menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang apakah disebabkan oleh disposisi internal seperti motif, sikap, dan sebagainya ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal; dan e teori kognitif, yang menjelaskan apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan subjective expected utility. Di samping berbagai faktor seperti hakikat stimulus itu sendiri, latar belakang pengalaman individu, motivasi, status kepribadian, dan sebagainya, sikap individu ikut memegang peranan dalam menentukan bagaimanakah perilaku seseorang di lingkungannya. Pada gilirannya, lingkungan secara timbal balik akan mempengaruhi sikap dan perilaku. Interaksi antara situasi lingkungan dengan sikap, dengan berbagai faktor di dalam maupun di luar diri individu akan membentuk suatu proses kompleks yang akhirnya menentukan bentuk perilaku seseorang Azwar, 2003. Universitas Sumatera Utara Secara sederhana variabel-variabel perilaku dapat dibagi kedalam 3 bagian yaitu : 1. Faktor-faktor ekstern yang terdiri dari kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi, dan keluarga. 2. Faktor-faktor internindividu yang terdiri dari motivasi, persepsi, kepribadian dan konsep diri, belajar dan sikap individu. Proses pengambilan keputusan yang terdiri dari 5 tahap yaitu : menganalisa keinginan dan kebutuhan, pencarian informasi, penilaian dan pemilihan alternatif, keputusan untuk mengambiltindakan, dan perilaku sesudah mengambil tindakan.

2.4. Perilaku Narapidana

Untuk mengetahui perilaku narpiana, ada beberapa hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan Narapidana, karena hak dan kewajiban ini menjadi faktor yang mempengaruhi pemberian Pembebasan Bersyarat PB, Cuti Mengunjungi Keluarga CMK dan bentuk remisi lainnya. Disamping berbagai upaya yang telah dilakukan oleh dinas terkait dalam mengantisipasi tingkat pelarian Narapidana, juga perlu diperhatikan mengenai hak dan kewajiban para Narapidana sebagai salah satu bentuk perwujudan pengakuanperlindungan harkat martabat manusia yang dijatuhi pidana, yaitu adanya ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menentukan bahwa seorang Narapidana berhak: Universitas Sumatera Utara a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya; b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; e. Menyampaikan keluhan; f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g. Mendapatkan upah atau premi atas pekekrjaan yang dilakukan; h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya; i. Mendapatkan pengurangan masa pidana remisi; j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; k. Mendapatkan pembebasan bersyarat; l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan uraikan di atas, maka prinsip-prinsip dasar pada Sistem Pemasyarakatan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Prinsip-prinsip tersebut sinkron dengan prinsip yang dianut dalam Hukum Pidana Indonesia yang Berprikemanusiaan. Atas dasar itulah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan beserta berbagai peraturan pelaksanaannya yang merupakan dasar hukum pembinaan narapidana melalui sistem pemasyarakatan telah mengatur secara tegas tentang pengakuan dan perlindungan hak-hak narapidana salama Universitas Sumatera Utara menjalani masa pidananya di Lembaga Pemasyarakatan.. Adapun ketentuan mengenai hak-hak narapidana di dalam RUU Sistem Pemasyarakatan 2005, ditentukan di dalam Pasal 28, di mana hak yang diberikan pada dasarnya sama dengan ketentuan pada Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 1995, hanya saja pada RUU Sistem Pemasyarakatan 2005 pada huruf h diberikan catatan mengenai penjelasan berkaitan dengan berapa kali seorang narapidana dapat dikunjungi dalam sebulan, hal apa saja yang harus dipenuhidipatuhi oleh tamu atau pengunjung berkaitan dengan besukan dan pembinaan. Selanjutnya di dalam RUU juga ditentukan secara spesifik kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap narapidana yang ditentukan dalam Pasal 29 RUU: Narapidana mempunyai kewajiban : a. Mengikuti program pembinaan yang meliputi kegiatan perawatan jasmani dan rohani serta kegiatan tertentu lainnya dengan tertib. b. Mengikuti bimbingan dan pendidikan agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya. c. Mengikuti kegiatan latihan kerja yang dilaksanakan selama 7 tujuh jam sehari. d. Mematuhi peraturan tata tertib lapas selama mengikuti program kegiatan. e. Memelihara sopan santun, bersikap hormat dan berlaku jujur dalam segala perilakunya, baik terhadap sesama f. Penghuni dan lebih khusus terhadap seluruh petugas. g. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam hubungan interaksi sesama penghuni. Universitas Sumatera Utara h. Melaporkan kepada petugas segala permasalahan yang timbul dalam penyelenggaraan pembinaan narapidana, lebih i. Khusus terhadap masalah yang dapat memicu terjadinya gangguan kamtib. j. Menghindari segala bentuk permusuhan, pertikaian, perkelahian, pencurian dan pembentukan kelompok-kelompok solidaritas diantara penghuni didalam lapas. k. Menjaga dan memelihara segala barang inventaris yang diterima dan seluruh sarana dan prasarana dalam l. Penyelenggaraan pembinaan narapidana m. Menjaga kebersihan badan dan lingkungan dalam lapas.

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Narapidana

Menurut Erlangga 2007 faktor yang mempengaruhi perilaku narapidana yaitu :

2.5.1. Lost of liberty hilangnya kebebasan, setiap narapidana akan merasa

kehidupannya semakin terkekang sempit dan terbatas, dimana mereka tidak hanya terkungkung pekatnya Bui, tetapi juga terbatasnya ruang spiritualnya

2.5.2. Lost of outonomy hilangnya otonomi, setiap orang yang telah dikategorikan

sebagai narapidana secara tidak langsung akan kehilangan sebagian haknya, khususnya masalah pengaturan dirinya sendiri, dan mereka diharuskan untuk tunduk kepada aturan–aturan yang berlaku dilingkungan bui, akibatnya mereka menghadapi depersonalisasi Universitas Sumatera Utara

2.5.3. Lost of Good and service, Ketidak bebasan memiliki barang-barang tertentu

secara pribadi dan pelayanan yang memadai dari petugas, akan memicu perilaku – perilaku baru, seperti mencurigai sesama narapidana dan negosiasi atau menyuap sipir penjara demi suatu tujuan tertentu, masuknya barang- barang terlarang narkoba dan senjatamisalnya adalahkategori keinginan tertentu itu.

2.5.4. lost of hetero seksual relationship, hilangnya kesempatan untuk menyalurkan

nafsu seksual d engan lawan jenis sehingga mengakibatkan perilaku-perilaku seks yang menyimpang homoseksual, perkosaan homoseksual dan pelacuran homoseksual

2.5.5. lost of security, Suasana keterasingan sebagai akibat hilangnya komonikasi

Dengan keluarga, teman sehingga menimbulkan persaingan anatara narapidana pada giliranya akan berubah menjadi bentuk-bentuk kekwatiran dan kecemasan bagi individu-individu. Muladi 2007 Menyatakan bahwa perilaku narapidana adalah cerminan budaya sebelum narapidana tersebut masuk penjara Importansi Nilai dalam pembinaan terhadap perilaku narapidana dilaksanakan berbagai upaya melalui ; bimbingan mental, bimbingan vocational dan bina spritual, disamping hal tersebut dalam rangka pembinaan yang lebih dalam besukan keluarga diberikan kepada narapidana agar dapat berinteraksi dengan baik dengan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pemasyarakatan Menurut Coyle 2002 dalam A Human Rights Approach to Prison Management, King’s College London, sejumlah Kondisi Ideal Internal Manajamen Penjara adalah :

2.6.1. Prinsip

Terkait dalam manajemen penjara, dalam masyarakat demokratis penjara merupakan sebuah pelayanan publik, dimana proses yang dilakukan di dalamnya harus ditujukan untuk kebaikan publik. 2.6.2. Peran Staf Penjara a. Memperlakukan Narapidana sesuai aturan serta manusiawi b. Memastika semua narapidana dalam keadaan aman c. Memastikan narapidana berbahaya tidak melarikan diri d. Memastikan terciptanya kontrol serta ketertiban yang baik di penjara e. Menciptakan kesempatan yang baik bagi narapidana dalam menggunakan waktunya secara positif, sehingga mereka nantinya mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat ketika sudah bebas

2.6.3. Pendidikan Publik tentang Penjara

Pemerintah dan administrator senior bidang pemasyarakatan penjara harus menyusun program pembelajaran publik tentang peran pemasyarakatan serta bagaimana peran masyarakat dalam prosesnya, dengan memancing ketertarikan media massa. Universitas Sumatera Utara

2.6.4. Kualitas Personal Staf SDM

a. Memerlukan kombinasi yang unik antara kualitas personal dan keahlian teknis b. Diperlukan kualitas personal yang mampu berurusan dengan narapidana, termasuk dalam situasi sulit dan berbahaya, dan secara manusiawi c. Diperlukan seleksi yang ketat Sementara faktor-faktor yang menghambat proses adalah :

2.6.5. Faktor Internal

a. Over populasi daya tampung bangunan Penjara atau Over Capasitas b. Kualitas pelayanan di Penjara c. Keterbatasan Dana d. Kesemuanya dijelaskan secara konseptual oleh; problem of autonomy, problem of control, problem of technology e. Deripasi Narapidana : Kondisi penjara dan pengalaman mengakibatkan derita tertentu f. Importansi nilai : Perilaku narapidana merupakan cerminan nilai kultursub kulturnya sebelum masuk ke penjara.

2.6.6. Faktor Eksternal

a. Peran Masyarakat : 1 Masyarakat belum terlibat dalam proses kemasyarakatan 2 Cenderung membentuk stigma 3 Penolakan terhadap eks narapidana yang ingin kembali kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2.7. Pembebasan Bersyarat 2.7.1. Pengertian Pembebasan bersyarat adalah pemberian pembebasan dengan beberapa syarat kepada narapidana yang telah menjalani pidana selama dua pertiga dari masa pidananya, di mana dua pertiga ini sekurang-kurangnya adalah selama sembilan bulan. Setelah bebas dari lapas selain dibebani oleh beberapa syarat, narapidana juga diberikan tambahan masa percobaan selama setahun dan langsung ditambahkan pada sisa pidananya Suhardi, 2005. Pembebasan bersyarat adalah pemberian pembebasan dengan beberapa syarat kepada narapidana yang telah menjalani pidana selama dua pertiga dari masa pidananya, di mana dua pertiga ini sekurang-kurangnya adalah selama sembilan bulan Prayuda dkk, 2007

2.7.2. Syarat-Syarat Pembebasan Bersyarat

Syarat – syarat pembebasan bersyarat yaitu :

1. Syarat Substantif :