pengaruhnya terhadap perubahan perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Y sebesar 77,1. Sedangkan sisanya sebesar 22,9 merupakan
variabel yang tidak terungkap.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 selain Pembebasan bersyarat dan cuti mengunjungi keluarga ada juga kebijakan
mengenai cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat tetapi kedua variabel ini tidak dimasukkan dalam penelitian ini
4.6.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Untuk menguji pengaruh pembebasan bersyarat X
1
dan cuti mengunjungi keluarga X
2
secara parsial terhadap perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Y digunakan uji statistik t uji t. Apabila nilai t
hitung
dari nilai t
Tabel
, maka H ditolak dan H
a
diterima. Sebaliknya apabila nilai t
hitung
nilai t
Tabel
, maka H diterima dan Ha ditolak. Hasil pengujian hipotesis secara parsial
dapat dilihat pada Tabel 4..28 berikut ini.
Tabel 4.28 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Coefecientsª
Unstandardized Standardized
Coefficients Coeficients
Coloniearity Stasisitik
Universitas Sumatera Utara
Model B std.Error
Beta t
Sig Tolerance
VIF 1. Constant
5,968 2,203 2,709
,008 Pembebasan
,460 ,082 ,501
5,591 ,000
, 271 3,685
Bersyarat Cuti Mengunjungi ,431 ,094 ,411
4,592 ,000
,271 3,685
keluarga
a.Dependen Variabel Perilaku Narapidana Sumber ; Hasil Penelitian,2009 data Diolah
Berdasarkan Tabel 4.28 dapat dituliskan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 5,968 + 0,460 X
1
+ 0,431 X
2
Hasil persamaan regresi linier berganda menunjukkan bahwa jika terjadi perubahan pada pembebasan bersyarat X
1
dan cuti mengunjungi keluarga X
2
kearah perubahan yang lebih baik maka hal ini akan lebih meningkatkan perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Y, Kearah yang lebih baik.
Dari Tabel 4.28 di atas diperoleh nilai t
hitung
dari setiap variabel independen dalam penelitian ini. Nilai t
hitung
dari setiap variabel independen akan dibandingkan denga nilai t
Tabel
dengan menggunakan tingkat kepercayaan confidence interval 95 atau
α = 0,05 maka diperoleh nilai t
Tabel
1,659. Hasil pengujian hipotesis sicara parsial menunjukkan bahwa variabel
pembebasan bersyarat X
1
memiliki nilai t
hitung
5,591 dari nilai t
Tabel
1,659,
Universitas Sumatera Utara
maka keputusannya menerima H
a
dan H ditolak. Hal ini berarti variabel pembebasan
bersyarat X
1
berpengaruh signifikan terhadap perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Y.
Variabel cuti mengunjungi keluarga X
2
memiliki nilai t
hitung
4,592 dari nilai t
Tabel
1,659, maka keputusannya menerima H
a
dan H
o
ditolak. Hal ini berarti variabel cuti mengunjungi keluarga X
2
berpengaruh signifikan terhadap perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Y.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembebasan bersyarat dan cuti mengunjungi keluarga berhubungan positif dengan perubahan perilaku narapidana di
lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Dari hasil hipotesis menujukkan bahwa pembebasan bersyarat dan cuti
mengunjungi keluarga berpengaruh secara serempak terhadap perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, Secara parsial Variabel variabel
pembebasan bersyarat dan Cuti mengunjungi keluarga berpengaruh terhadap perilaku narapidana di lembaga pemasyarakatan Klas I Medan, Hasil penelitian ini konsisten
dengan pernyataan Erlangga 2007 bahwa pemunuhan hak narapidana seperti pembebasan bersyarat berpengaruh terhadap perilaku narapidana kearah yang lebih
baik. Erlangga 2007 menyatakan Bahwa narapidana berperilaku buruk di
lembaga pemasyarakatan akibat beberapa haknya telah hilang seperti sbb:
Universitas Sumatera Utara
1. Lost of liberty
hilangnya kebebasan, setiap narapidana akan merasa kehidupannya semakin terkekang sempit dan terbatas, dimana mereka tidak
hanya terkungkung pekatnya bui, tetapi juga terbatasnya ruang spiritualnya
2. Lost of outonomy hilangnya otonomi, setiap orang yang telah dikategorikan
sebagai narapidana secara tidak langsung akan kehilangan sebagian haknya, khususnya masalah pengaturan dirinya sendiri, dan mereka diharuskan untuk
tunduk kepada aturan–aturan yang berlaku dilingkungan bui, akibatnya mereka menghadapi depersonalisasi
3. Lost of Good and service, Ketidak bebasan memiliki barang-barang tertentu
secara pribadi dan pelayanan yang memadai dari petugas, akan memicu perilaku –perilaku baru, seperti mencurigai sesama narapidana dan negosiasi
atau menyuap sipir penjara demi suatu tujuan tertentu, masuknya barang- barang terlarang narkoba dan senjatamisalnya adalahkategori keinginan
tertentu
4. lost of hetero seksual relationship, hilangnya kesempatan untuk
menyalurkan nafsu seksual dengan lawan jenis sehingga mengakibatkan perilaku-perilaku seks yang menyimpanghomoseksual, perkosaan
homoseksual dan pelacuran homoseksual
5 lost of security, Suasana keterasingan sebagai akibat hilangnya komonikasi
dengan keluarga, teman sehingga menimbulkan persaingan anatara narapidana pada giliranya akan berubah menjadi bentuk-bentuk kekwatiran dan
kecemasan bagi individu-individu.
Universitas Sumatera Utara