Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka konsep

merupakan acara yang menggugah, bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif untuk menambah peningkatan pengetahuan mereka. Didasari atas pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah yaitu sebagai berikut: “Sejauh manakah pengaruh Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau menjelaskan hubungan antara pengaruh tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia. b. Penelitian ini terbatas pada Mahasiswa FISIP USU angkatan 2006 – 2009 yang pernah menonton talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne minimal dua kali. c. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan selesai.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Universitas Sumatera Utara

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi-materi acara yang disampaikan dalam acara Talkshow “ Satu Jam Lebih Dekat “ di TvOne. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan Mahasiswa FISIP USU terhadap acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

I.4.2 Manfaat penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, serta memperluas peningkatan pengetahuan peneliti dan Mahasiswa FISIP USU. 2. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada Mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan masalah penelitian.

I.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti Nawawi, 1991: 40. Universitas Sumatera Utara Teori menurut F.M Kerlinger merupakan himpunan definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2002: 6. Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Massa, Fungsi Televisi Sebagai Media Massa, Teori Uses and Gratification, Program Talkshow, Peningkatan Pengetahuan, Public Figur dan Tokoh.

I.5.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana seperti dikemukakan oleh Brittner, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada jumlah orang besar. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner: komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri Ardianto, 2004: 3 Josep A. Devito dalam bukunya, Communicology; An Introduction to the Study of Communication Ardianto, 2004: 3 menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk, semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sulit didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar– pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film dan buku. Universitas Sumatera Utara Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah keterampilan, seni dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri–ciri khusus yang disebabkan oleh sifat–sifat komponennya. Ciri–cirinya adalah sebagai berikut: Effendy, 2004: 22-25 a. Komunikasi massa berlangsung satu arah Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah two way traffic communication, komunikasi massa berlangsung satu arah one way traffic communication. Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikannya secara langsung. b. Komunikator melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu komunikatornya melembaga. c. Pesan yang bersifat umum Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Ciri lain yang disalurkan media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan–pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. e. Komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sarana yang dituju komunikator yang bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar–pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing–masing berbeda dalam beberapa hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita–cita dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi. Universitas Sumatera Utara Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat sebagai media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

I.5.1.1 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa

Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dengar mempunyai tiga fungsi Kuswandi, 1996: 20-21 yaitu: a. Fungsi Informasi The Information Function Televisi dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi dengan gambar–gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. b. Fungsi Pendidikan The Educational Function Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak. Sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran mereka, televisi menyiarkan acara–acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika dan lain–lain. c. Fungsi Hiburan Di negara–negara yang kehidupan masyarakatnya bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat di televisi siaran lebih dominan. Sebagian besar dari alokasi siaran diisi oleh acara–acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan dan Universitas Sumatera Utara dapat dinikmati di rumah–rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan tuna aksara.

I.5.2 Teori Uses and Gratification

Teori uses and gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Teori Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus Effendy, 2004: 289-290. Katz, Blummer dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Teori Uses and Gratification yaitu Ardianto, 2004: 71: a. Khalayak yang dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. b. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. c. Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung pada khalayak yang bersangkutan. d. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu. e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertanggungkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak. Universitas Sumatera Utara Agar lebih jelas elemen-elemennya dapat dilihat dalam bagan model uses and gratification: Gambar. 1 Bagan Teori Uses and Gratification Dari model di atas dapat dilihat bahwa: 1. Khalayak aktif dan selektif dalam menggunakan media sebagai salah satu cara untuk memuaskan kebutuhan yang timbul dari lingkungan sosialnya mengikuti ciri-ciri demografis, afiliasi kelompok dan karakteristik personal atau ciri-ciri kepribadian . 2. Berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media tersebut meliputi: kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguh kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk Lingkungan sosial 1. karakteristik demografis 2. afiliasi kelompok 3. karakteristik personal Kebutuhan individu: 1. kebutuhan kognitif 2. kebutuhan afektif 3. kebutuhan integrasi personal 4. kebutuhan integrasi sosial 5. kebutuhan pelepasan ketegangan melarikan diri Sumber pemenuhan kepuasan non media: 1. keluarga, teman 2. komunikasi interpersona 3. hobbi 4. tidur 5. obat-obatan Penggunaan media unsur: 1. tipe media koran, radio 2. terpaan media 3. hubungan sosial dari terpaan media Gratifikasi media: 1. pengawasan 2. hiburan 3. pribadi 4. hubungan sosial Universitas Sumatera Utara berafiliasi. Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman. Kebutuhan ini dapat dipuaskan dengan memanfaatkan media yang digunakan khalayak tersebut yang mengarah kepada pemuasan atau fungsi-fungsi media yang meliputi: pengawasan lingkungan, diversi, identitas dan hubungan sosial Nurdin, 2005: 25.

I.5.3 Program Acara Talkshow

Talkshow merupakan acara yang digemari saat ini, dapat dilihat dari hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki program acara talkshow, mungkin karena narasumber yang fenomenal, topik yang dibahas biasanya merupakan prasangka– prasangka yang sedang berkembang di masyarakat, misalnya gosip tentang masalah perceraian selebritis, dimana semua akan diungkap mulai dari penyebab perceraian itu atau alasan–alasan lain yang menjadi faktor penyebabnya, materi yang dibahas juga dapat memberikan banyak peluang usaha dapat kita lihat dari kegigihan seorang narasumber dalam mencapai karir atau usahanya yang mulai dari nol sampai berkembang pesat, juga dapat dijadikan hiburan karena presenternya menyampaikan materi dengan cara yang kocak dan menarik. Talkshow, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya sehingga banyak program–program televisi yang notabenenya merupakan acara talkshow. Talkshow sendiri mempunyai gaya sendiri dalam penyampaian informasinya, sehingga acara talkshow banyak digemari khalayak. Karena acara talkshow banyak digemari, banyak media televisi menyajikan talkshow yang mempunyai kekhasan sendiri sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa talkshow merupakan program yang dapat menyebarkan dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa dan penggemarnya. Di dalam talkshow terdapat komponen-komponen pendukungnya seperti: host atau pembawa acara, materi acara yang dibawakan, bintang tamu yang akan dihadirkan Universitas Sumatera Utara dalam acara tersebut, studio atau tempat acara itu dilaksanakan, frekuensi penayangan acara tersebut dan waktu penayangannya. Bermacam-macam jenis talkshow muncul di layar televisi. Dengan pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipandu berdua. Menurut Timberg 2002, berdasarkan waktu penayangannya talkshow bisa dibedakan menjadi 3 bagian utama, yakni: 1. The Late-Night Entertainment Talkshow Jenis ini biasanya paling dekat pada benak khalayak, jika mengingat talkshow, yakni acara yang menghadirkan selebritis, juga biasa bersama orang lain dan mereka duduk berdekatan 2. The Daytime Audience-Participation Show Berbeda dari host yang lain yang bediri di panggung sepanjang acara, host berkeliling di antara penonton studio, sehingga menimbulkan kesan akrab. 3. The Early-Morning News Talk Magazine Show Talkshow ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari mulai pagi atau sebelum tengah hari.

I.5.4 Pengertian Pengetahuan

Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana memiliki tujuan yakni, untuk mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek itu merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Salah satu efek yang diharapkan dari sebuah proses komunikasi adalah menambahnya pengetahuan komunikan atau penerima informasi. Menambah pengetahuan komunikan biasanya merupakan target antara dari sebuah komunikasi oleh komunikator karena pada dasarnya mereka mengharapkan suatu tindakan yang dilakukan oleh komunikan setelah memperoleh informasi tersebut. Universitas Sumatera Utara Pengetahuan ialah semua yang diketahui Sobur, 2003: 36. Sedangkan Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan dalam buku mereka, Pengantar Logika Tradisional mengemukakan, “Pengetahuan adalah suatu sistem gagasan yang bersesuaian dengan sistem benda-benda lain dan dihubungkan dengan keyakinan”. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segala sesuatu yang diketahui individu mengenai suatu bidang tertentu. Dengan pengetahuan manusia diharapkan dapat menjawab kesulitan ataupun persoalan yang ada dalam hidupnya. Bahkan dapat mengadakan penemuan-penemuan baru di segala bidang kehidupan. Secara umum pengetahuan manusia itu bersifat diagonal, dimana manusia menerima pengaruh dari lingkungannya. Kemudian manusia berusaha untuk memahami dan mengungkapkannya, lalu manusia memberikan makna kepada pengaruh itu. Sesuai dengan hakekatnya pengetahuan manusia dibedakan menjadi: 1. Pengetahuan Inderawi, yaitu pengetahuan yang dimiliki manusia melalui kemampuan inderanya. Pengetahuan ini disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Karena itu indera ini bersifat parsial. Pengetahuan ini sangat penting karena bertindak sebagai pintu gerbang untuk menuju pengetahuan yang lebih utuh. 2. Pengetahuan Naluri, merupakan pengetahuan yang berdaya khas yang dimiliki manusia. Seperti terlihat dalam persepsi yang disertai emosi spontan misalnya rasa takut, kegembiraan, kesedihan dan sebagainya. 3. Pengetahuan Rasional, yakni pengetahuan yang bersifat lebih tinggi dan khas yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan ini dicirikan oleh kesadaran Universitas Sumatera Utara akan suatu hal dalam keputusan dan tidak terbatas pada kepekaan indera tertentu. Pengetahuan ini memiliki dua tingkatan yaitu: - Pengetahuan Biasa, yaitu pengetahuan yang diperoleh tanpa usaha khusus. Pengetahuan ini diperoleh dari pergaulan normal dengan lingkungan. - Pengetahuan Ilmiah, yaitu pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode berusaha untuk mencari hubungan-hubungan tetap di antara gejala-gejala Burhannuddin, 1995: 7-8.

I.5.5 Tokoh

Menurut Aminudin 2002: 79 tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita Nurgiantoro, 2002: 165. Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Abrams dalam Nurgiantoro 2002: 165 tokoh cerita merupakan orang atau yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan–kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dengan tindakan. Menurut Sudjiman 1988: 16 tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

I.6 Kerangka konsep

Seorang peneliti harus menetapkan variabel–variabel penelitian dalam penelitiannya sebelum pengumpulan datanya. Kerangka konsep merupakan pemikiran Universitas Sumatera Utara rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang dicapai Nawawi, 1991: 56. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yaitu: a. Variabel Bebas X Yaitu suatu gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain Nawawi, 1991: 40 variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne. b. Variabel Terikat Y Yaitu sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan adanya variabel lain. Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Rakhmat, 1997: 12. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU. c. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda dengan individu lain. Universitas Sumatera Utara Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang sudah menyaksikan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne, yang meliputi usia, jenis kelamin dan departemen.

I.7 Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Tayangan Bang One Show dan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa (Studi korelasional tentang pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU).

1 31 124

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Tayangan Rossy Di Global TV Dan Peningkatan Pengetahuan (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengatahuan Mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di Indonesia)

0 48 132

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Tabloid Bola dan Peningkatan Pengetahuan Sepak Bola (Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Tabloid BOLA dan Peningkatan Pengetahuan Sepak Bola di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

0 43 121

Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Talk Show Satu Jam Lebih Dekat di TV One.

1 1 30

Peran Reporter dalam Program Satu Jam Lebih Dekat di Pt. Lativi Media Karya (Tvone) COVER

0 1 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TALK SHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI TV ONE

0 0 14

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM PERCAKAPAN PADA ACARA TALKSHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI STASIUN TELEVISI TVONE EPISODE MARET 2015 - repository perpustakaan

0 0 14

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM PERCAKAPAN PADA ACARA TALKSHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI STASIUN TELEVISI TVONE EPISODE MARET 2015 - repository perpustakaan

0 0 14