merupakan acara yang menggugah, bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif untuk menambah peningkatan pengetahuan mereka. Didasari atas pemikiran tersebut, maka
penulis tertarik untuk meneliti pengaruh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di
Indonesia.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah yaitu sebagai berikut: “Sejauh manakah pengaruh
Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia?”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: a.
Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau menjelaskan hubungan antara pengaruh tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap
peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di
Indonesia.
b. Penelitian ini terbatas pada Mahasiswa FISIP USU angkatan 2006 – 2009 yang
pernah menonton talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne minimal dua kali.
c. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan selesai.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi-materi acara yang disampaikan dalam acara Talkshow “ Satu Jam Lebih Dekat “ di TvOne.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan Mahasiswa FISIP USU
terhadap acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne. 3.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU
terhadap public figure di Indonesia.
I.4.2 Manfaat penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, serta
memperluas peningkatan pengetahuan peneliti dan Mahasiswa FISIP USU. 2.
Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada Mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak – pihak
yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan masalah penelitian.
I.5 Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut
mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti Nawawi, 1991: 40.
Universitas Sumatera Utara
Teori menurut F.M Kerlinger merupakan himpunan definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara
variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2002: 6. Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan
tujuan arah penelitiannya. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Massa,
Fungsi Televisi Sebagai Media Massa, Teori Uses and Gratification, Program Talkshow, Peningkatan Pengetahuan, Public Figur dan Tokoh.
I.5.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana seperti dikemukakan oleh Brittner, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada jumlah orang besar. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner: komunikasi massa adalah produksi
dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri Ardianto, 2004: 3
Josep A. Devito dalam bukunya, Communicology; An Introduction to the Study of Communication Ardianto, 2004: 3 menampilkan definisinya mengenai komunikasi
massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,
kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk, semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton
televisi, ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sulit didefinisikan.
Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar– pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan
lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film dan buku.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah keterampilan, seni dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi
massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri–ciri khusus yang
disebabkan oleh sifat–sifat komponennya. Ciri–cirinya adalah sebagai berikut: Effendy, 2004: 22-25
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah two way traffic communication, komunikasi massa berlangsung satu arah one way
traffic communication. Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui
tanggapan komunikannya secara langsung.
b. Komunikator melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu komunikatornya melembaga.
c. Pesan yang bersifat umum
Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada
perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Ciri lain yang disalurkan media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan–pesan
yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.
e. Komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sarana yang dituju komunikator
yang bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar–pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi,
masing–masing berbeda dalam beberapa hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman kebudayaan, pandangan hidup,
keinginan, cita–cita dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui
media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi.
Universitas Sumatera Utara
Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat sebagai media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat
dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses
banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa
tertentu.
I.5.1.1 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa
Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dengar mempunyai tiga fungsi Kuswandi, 1996: 20-21 yaitu:
a. Fungsi Informasi The Information Function
Televisi dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata atau berita yang dibacakan penyiar,
dilengkapi dengan gambar–gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai
media massa yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan.
b. Fungsi Pendidikan The Educational Function
Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak.
Sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran mereka, televisi menyiarkan acara–acara tertentu secara teratur,
misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika dan lain–lain.
c. Fungsi Hiburan
Di negara–negara yang kehidupan masyarakatnya bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat di televisi siaran lebih dominan. Sebagian besar dari
alokasi siaran diisi oleh acara–acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan dan
Universitas Sumatera Utara
dapat dinikmati di rumah–rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan tuna aksara.
I.5.2 Teori Uses and Gratification
Teori uses and gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Teori Uses and
Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media
memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus Effendy,
2004: 289-290. Katz, Blummer dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori
Teori Uses and Gratification yaitu Ardianto, 2004: 71: a.
Khalayak yang dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
b. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan
kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. c.
Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung pada
khalayak yang bersangkutan.
d. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota
khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu.
e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertanggungkan
sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak.
Universitas Sumatera Utara
Agar lebih jelas elemen-elemennya dapat dilihat dalam bagan model uses and
gratification: Gambar. 1
Bagan Teori Uses and Gratification
Dari model di atas dapat dilihat bahwa: 1.
Khalayak aktif dan selektif dalam menggunakan media sebagai salah satu cara untuk memuaskan kebutuhan yang timbul dari lingkungan sosialnya mengikuti ciri-ciri
demografis, afiliasi kelompok dan karakteristik personal atau ciri-ciri kepribadian .
2. Berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media tersebut meliputi: kebutuhan
kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada
hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan
yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan
sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguh kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk
Lingkungan sosial 1.
karakteristik demografis
2. afiliasi
kelompok 3.
karakteristik personal
Kebutuhan individu:
1. kebutuhan
kognitif 2.
kebutuhan afektif
3. kebutuhan
integrasi personal
4. kebutuhan
integrasi sosial 5.
kebutuhan pelepasan
ketegangan melarikan diri
Sumber pemenuhan kepuasan non media:
1. keluarga, teman
2. komunikasi
interpersona 3.
hobbi 4.
tidur 5.
obat-obatan
Penggunaan media unsur:
1. tipe media
koran, radio 2.
terpaan media
3. hubungan
sosial dari terpaan
media
Gratifikasi media:
1. pengawasan
2. hiburan
3. pribadi
4. hubungan
sosial
Universitas Sumatera Utara
berafiliasi. Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan
dan hasrat akan keanekaragaman. Kebutuhan ini dapat dipuaskan dengan memanfaatkan media yang
digunakan khalayak tersebut yang mengarah kepada pemuasan atau fungsi-fungsi media yang meliputi: pengawasan lingkungan, diversi, identitas dan hubungan sosial
Nurdin, 2005: 25.
I.5.3 Program Acara Talkshow
Talkshow merupakan acara yang digemari saat ini, dapat dilihat dari hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki program acara talkshow, mungkin karena
narasumber yang fenomenal, topik yang dibahas biasanya merupakan prasangka– prasangka yang sedang berkembang di masyarakat, misalnya gosip tentang masalah
perceraian selebritis, dimana semua akan diungkap mulai dari penyebab perceraian itu atau alasan–alasan lain yang menjadi faktor penyebabnya, materi yang dibahas juga
dapat memberikan banyak peluang usaha dapat kita lihat dari kegigihan seorang narasumber dalam mencapai karir atau usahanya yang mulai dari nol sampai
berkembang pesat, juga dapat dijadikan hiburan karena presenternya menyampaikan materi dengan cara yang kocak dan menarik.
Talkshow, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya sehingga banyak program–program televisi yang notabenenya merupakan acara talkshow. Talkshow
sendiri mempunyai gaya sendiri dalam penyampaian informasinya, sehingga acara talkshow banyak digemari khalayak. Karena acara talkshow banyak digemari, banyak
media televisi menyajikan talkshow yang mempunyai kekhasan sendiri sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa talkshow merupakan program yang dapat menyebarkan dan
menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa dan penggemarnya. Di dalam talkshow terdapat komponen-komponen pendukungnya seperti: host
atau pembawa acara, materi acara yang dibawakan, bintang tamu yang akan dihadirkan
Universitas Sumatera Utara
dalam acara tersebut, studio atau tempat acara itu dilaksanakan, frekuensi penayangan acara tersebut dan waktu penayangannya.
Bermacam-macam jenis talkshow muncul di layar televisi. Dengan pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipandu berdua. Menurut Timberg
2002, berdasarkan waktu penayangannya talkshow bisa dibedakan menjadi 3 bagian utama, yakni:
1. The Late-Night Entertainment Talkshow Jenis ini biasanya paling dekat pada benak khalayak, jika mengingat talkshow,
yakni acara yang menghadirkan selebritis, juga biasa bersama orang lain dan mereka duduk berdekatan
2. The Daytime Audience-Participation Show Berbeda dari host yang lain yang bediri di panggung sepanjang acara, host
berkeliling di antara penonton studio, sehingga menimbulkan kesan akrab. 3. The Early-Morning News Talk Magazine Show
Talkshow ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari mulai pagi atau sebelum tengah hari.
I.5.4 Pengertian Pengetahuan
Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana memiliki tujuan yakni, untuk mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek itu merupakan
perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Salah satu efek yang diharapkan dari sebuah proses komunikasi adalah menambahnya pengetahuan komunikan atau penerima informasi. Menambah
pengetahuan komunikan biasanya merupakan target antara dari sebuah komunikasi oleh komunikator karena pada dasarnya mereka mengharapkan suatu tindakan yang
dilakukan oleh komunikan setelah memperoleh informasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan ialah semua yang diketahui Sobur, 2003: 36. Sedangkan Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan dalam buku mereka, Pengantar Logika Tradisional
mengemukakan, “Pengetahuan adalah suatu sistem gagasan yang bersesuaian dengan sistem benda-benda lain dan dihubungkan dengan keyakinan”. Pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segala sesuatu yang diketahui individu mengenai suatu bidang tertentu.
Dengan pengetahuan manusia diharapkan dapat menjawab kesulitan ataupun persoalan yang ada dalam hidupnya. Bahkan dapat mengadakan penemuan-penemuan
baru di segala bidang kehidupan. Secara umum pengetahuan manusia itu bersifat diagonal, dimana manusia menerima pengaruh dari lingkungannya.
Kemudian manusia berusaha untuk memahami dan mengungkapkannya, lalu manusia memberikan makna kepada pengaruh itu.
Sesuai dengan hakekatnya pengetahuan manusia dibedakan menjadi: 1. Pengetahuan Inderawi, yaitu pengetahuan yang dimiliki manusia melalui
kemampuan inderanya. Pengetahuan ini disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Karena itu indera ini
bersifat parsial. Pengetahuan ini sangat penting karena bertindak sebagai pintu gerbang untuk menuju pengetahuan yang lebih utuh.
2. Pengetahuan Naluri, merupakan pengetahuan yang berdaya khas yang dimiliki manusia. Seperti terlihat dalam persepsi yang disertai emosi
spontan misalnya rasa takut, kegembiraan, kesedihan dan sebagainya. 3. Pengetahuan Rasional, yakni pengetahuan yang bersifat lebih tinggi dan
khas yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan ini dicirikan oleh kesadaran
Universitas Sumatera Utara
akan suatu hal dalam keputusan dan tidak terbatas pada kepekaan indera tertentu. Pengetahuan ini memiliki dua tingkatan yaitu:
- Pengetahuan Biasa, yaitu pengetahuan yang diperoleh tanpa usaha khusus. Pengetahuan ini diperoleh dari pergaulan normal dengan
lingkungan. - Pengetahuan Ilmiah, yaitu pengetahuan yang terorganisasi dengan
sistem dan metode berusaha untuk mencari hubungan-hubungan tetap di antara gejala-gejala Burhannuddin, 1995: 7-8.
I.5.5 Tokoh
Menurut Aminudin 2002: 79 tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh
mengacu pada orangnya, pelaku cerita Nurgiantoro, 2002: 165. Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita
rekaan. Menurut Abrams dalam Nurgiantoro 2002: 165 tokoh cerita merupakan orang atau yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas
moral dan kecenderungan–kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dengan tindakan. Menurut Sudjiman 1988: 16 tokoh adalah
individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang
atau benda yang diinsankan.
I.6 Kerangka konsep
Seorang peneliti harus menetapkan variabel–variabel penelitian dalam penelitiannya sebelum pengumpulan datanya. Kerangka konsep merupakan pemikiran
Universitas Sumatera Utara
rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang dicapai Nawawi, 1991: 56.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yaitu: a.
Variabel Bebas X Yaitu suatu gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain Nawawi, 1991: 40 variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Talkshow “Satu Jam Lebih
Dekat” di TvOne. b.
Variabel Terikat Y Yaitu sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun
muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan adanya variabel lain.
Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Rakhmat, 1997: 12.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU.
c. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap
individu yang berbeda dengan individu lain.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang sudah menyaksikan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di
TvOne, yang meliputi usia, jenis kelamin dan departemen.
I.7 Model Teoritis