Tayangan Bang One Show dan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa (Studi korelasional tentang pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU).

(1)

TAYANGAN BANG ONE SHOW DAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Bang One Show di TVOne Dalam Meningkatkan Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Hukum USU)

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

VERIKASI HALOMOAN M.T.SINAGA 050904081

PROGRAM STUDI HUMAS

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Tayangan Bang One Show dan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa (Studi korelasional tentang pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel X (tayangan Bang One Show di TVOne) dan variabel Y (meningkatkan pengetahuan di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum USU). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 827 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane presisi 10% dan diperoleh sampel sebanyak 89 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan stratified proportional sampling dan purposive sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan. Dalam menganalisis data penelitian digunakan tabel tunggal dan tabel silang, sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan tes statistic Spearman melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 15.00.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis (Ha) diterima (0,507), yaitu terdapat hubungan yang cukup berarti dilihat dari nilai koefisien korelasi. Artinya bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara tayangan Bang One Show di TVOne terhadap tingkat pengetahuan di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum USU.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar kesarjanaan.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada kedua orangtuaku, Bapakku Mangapul Sinaga dan Mamakku Lhynda Silalahi yang selalu menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan materi. Sungguh tiada kata yang bisa tergambarkan betapa berharganya kedua orang tua bagi peneliti. Lalu peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih buat adik-adikku Novalina, Meilin dan Beatrix Sinaga yang selalu memberikan semangat dan dukungan bagi peneliti.

Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Bpk Drs. Amir Purba, MA 3. Ibu Dewi Kurniawati, M.si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan peneliti arahan, bimbingan dan ilmunya dengan sabar selama menyusun skripsi ini.

4. (Alm) Bapak Siswo Suroso, M.SP selaku dosen wali penulis. Terimakasih pak atas bimbingan dan arahan bapak selama ini. Jasa bapak tidak akan pernah saya lupakan, selamat jalan pak.

5. Terima kasih buat para dosen departemen ilmu komunikasi yang telah memberikan ilmu kepada peneliti. Terima kasih buat semangat, nasehat, motivasi dan arahannya selama proses belajar mengajar.


(4)

6. Bapak Muhammad Husni, SH, MH, selaku PD III Fakultas Hukum USU yang telah memberi izin untuk meneliti di Fakultas Hukum USU.

7. Kak Icut, Kak Maya, Kak Rotua dan Kak Ros yang telah membantu dalam proses administrasi.

8. Buat teman-teman peneliti angkatan 2005 Ilmu Komunikasi FISIP USU: Eva Gurning, Lilis Turnip, Novalina Sibur ian, Yesi, Irene, Nita, Nuri, Adithia Tarigan, Jimmy Silitonga, Yogi dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9. Buat Christina Anggreani dkk terima kasih atas segala masukan, canda tawa dan doanya yang telah menyemangati peneliti hingga selesai skripsi ini. 10. Buat responden, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab

kuesioner yang diberikan penulis.

11. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas kepeduliannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2009


(5)

DAFTAR ISI

hal

ABSTRAKSI………... i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR BAGAN... viii

DAFTAR TABEL……….. ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

I.1. Latar Belakang ………... 1

I.2. Perumusan Masalah ………... 6

I.3. Pembatasan Masalah………... 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….... 7

I.5. Kerangka Teori ………... 8

I.6. Kerangka Konsep ……….... 17

I.7.Model Teoritis ……….. 18

I.8. Variabel Operasional ………... 18

I.9.Defenisi Variabel Operasional………... 19

I.10. Hipotesis……….. 21

BAB II URAIAN TEORITIS ………..……… 22

II.1. Komunikasi dan Komunikasi Masssa………... 22

II.1.1. Komunikasi………. 22


(6)

II.1.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi………. 24

II.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi……… 26

II.1.1.4. Tatanan Komunikasi……… 27

II.1.2 Komunikasi Massa………... 27

II.1.2.1. Pengertian Komunikasi Massa………. 27

II.1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa………. 29

II.1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa………... 32

II.1.2.4. Efek Komunikasi Massa………... 34

II.2. Televisi……….... 36

II.2.1. Perkembangan Televisi di Indonesia……….. 38

II.2.2. Kekuatan Media Televisi………. 40

II.2.3. Karakteristik Televisi……….. 43

II.2.4. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan……… 44

II.2.5. Program Siaran Televisi……….. 46

II.3. Pengetahuan……….. 47

II.4. Teori Uses and gratification………...………... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….... 52

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 52

III.1.1. Sejarah Fakultas Hukum USU………. 52

III.1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 55

III.1.3. Visi dan Misi………. 55

III.1.3.1. Visi………. 55


(7)

III.1.4. Prasarana dan Sarana……… 56

III.1.4.1. Prasarana………... 56

III.1.4.2. Sarana ……… 56

III.2. Profil TVOne……… 57

III.2.1. Sejarah TVOne……… 57

III.2.2. Visi dan Misi TVOne……… 58

III.2.3. Logo TVOne………. 59

III.2.4.Tayangan Bang One Show... 59

III.3. Metode Penelitian……….. 60

III.4. Populasi dan Sampel………. 60

III.4.1. Populasi……… 60

III.4.2. Sampel……….. 61

III.5. Teknik Penarikan Sampel………. 63

III.6. Teknik Pengumpulan Data……… 65

III.7. Teknis Analisis Data………. 65

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ………. 68

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan……….. 68

IV.2. Teknik Pengolahan Data……….. 69

IV.3. Analisis Tabel Tunggal……….... 70

IV.3.1. Karakteristik Responden……….. 70

IV.3.2.Tayangan Bang One Show di TVOne……...……….... 72

IV.3.3 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Hukum USU ... 94


(8)

IV.4 Analisis Tabel Silang………. 98

IV.5 Pengujian Hipotesis………... 104

IV.6 Pembahasan……… 106

BAB V PENUTUP………... 108

V.1. Kesimpulan………... 108

V.2. Saran………... 109 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR BAGAN

hal


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel Operasional ... 18

Tabel 2 Jumlah Departemen Fakultas Hukum USU ... 53

Tabel 3 Populasi ... 61

Tabel 4 Sampel... 64

Tabel 5 Jenis Kelamin ... 70

Tabel 6 Usia ... 71

Tabel 7 Angkatan ... 71

Tabel 8 Tingkat keseringan menonton tayangan Bang One Show di TVOne ... 72

Tabel 9 Frekuensi Menonton tayangan Bang One Show di TVOne ... 73

Tabel 10 Kesesuaian frekuensi penayangan Bang One Show di TVOne .... 74

Tabel 11 Waktu penayangan Bang One Show di TVOne ... 75

Tabel 12 Durasi penayangan Bang One Show di TVOne ... 76

Tabel 13 Materi/topik yang dibahas dalam tayangan Bang One Show di TVOne ……… ... 77

Tabel 14 Gambaran materi acara Bang One Show di TVOne ... 78

Tabel 15 Pembahasan materi/topik dalam tayangan Bang One Show di TVOne... 79

Tabel 16 Cara berbicara Bang One dalam membawakan tayangan Bang One Show di TVOne………80

Tabel 17 Gesture/bahasa tubuh Bang One dalam membawakan tayangan Bang One Show di TVOne……….81

Tabel 18 Tata bahasa yang digunakan bang One dalam tayangan Bang One Show di TVOne………82

Tabel 19 Teknik/cara Bang One dalam membuka acara Bang One Show di TVOne ... 83

Tabel 20 Cara Bang One ketika melakukan wawancara dalam tayangan Bang One Show di TVOne... ... 84

Tabel 21 Teknik/cara Bang One dalam menutup acara Bang One Show di TVOne ... 85


(11)

Tabel 22 Penampilan Bang One dalam membawakan tayangan

Bang One Show di TVOne ... 86 Tabel 23 Kemampuan Bang One dalam penguasaan materi acara ... 87 Tabel 24 Gaya penyajian materi oleh pembawa acara dalam

tayangan Bang One Show di TVOne... ... 88 Tabel 25 Penampilan narasumber dalam tayangan

Bang One Show di TVOne... ... 89 Tabel 26 Cara penyampaian pesan/informasi oleh narasumber

dalam tayangan Bang One Show ... 90 Tabel 27 Pemahaman terhadap isi/materi tayangan

Bang One Show di TVOne... ... 91 Tabel 28 Kejelasan materi acara Bang One Show di TVOne... 92 Tabel 29 Kejelasan bahasa dalam penyampaian isi/materi tayangan

Bang One Show di TVOne ... 93 Tabel 30 Tingkat ketertarikan untuk menyaksikan tayangan

Bang One Show di TVOne... ... 94 Tabel 31 Penambahan pengetahuan responden tentang materi yang

dibahas dalam tayangan Bang One Show di TVOne ... 95 Tabel 32 Pengaruh tayangan Bang One Show terhadap

peningkatan pengetahuan responden.. ... 96 Tabel 33 Tayangan Bang One sebagai sarana pelarian dari rutinitas

dan masalah sosial ... 97 Tabel 34 Hubungan antara durasi tayangan Bang One Show

Dan penambahan pengetahuan responden tentang materi yang dibahas...98 Tabel 35 Hubungan materi/topik yang dibahas dengan

peningkatan pengetahuan responden... ... 100 Tabel 36 Hubungan gaya penyajian materi dengan peningkatan


(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Tayangan Bang One Show dan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa (Studi korelasional tentang pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel X (tayangan Bang One Show di TVOne) dan variabel Y (meningkatkan pengetahuan di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum USU). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 827 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane presisi 10% dan diperoleh sampel sebanyak 89 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan stratified proportional sampling dan purposive sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan. Dalam menganalisis data penelitian digunakan tabel tunggal dan tabel silang, sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan tes statistic Spearman melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 15.00.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis (Ha) diterima (0,507), yaitu terdapat hubungan yang cukup berarti dilihat dari nilai koefisien korelasi. Artinya bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara tayangan Bang One Show di TVOne terhadap tingkat pengetahuan di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum USU.


(13)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media pada kenyataannya memberikan nilai yang spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Media televisi mampu menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis.

Media televisi menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Pada akhirnya, media televisi menjadi alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan, bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama (Kuswandi, 1996 : 22-23).

Pengaruh media televisi saat ini cukup kuat bila dibandingkan dengan media massa yang lain seperti radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Terlepas dari pengaruh yang ditimbulkan baik yang positif maupun yang negatif, pada dasarnya media televisi telah menjadi cerminan budaya, tontonan bagi pemirsa dijaman berkembang pesatnya informasi dan komunikasi sehingga sampai saat ini televisi menjadi media massa yang paling banyak dikonsumsi. Oleh karena itu pada umumnya setiap rumah tangga pasti telah memiliki televisi untuk dapat memberikan hiburan berupa tontonan murah dan gratis (Darwanto, 2007:122).

Televisi menghadirkan berbagai bentuk program acara yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian penonton. Seperti info berita


(14)

terkini, talk show (perbincangan yang dikemas dengan menarik yang mengangkat tema tertentu) , reality show (acara televisi yang berdasarkan kisah nyata seseorang ), berita hiburan berupa gosip (infotaintment), sinetron, komedi dan berbagai program lainnya yang kesemuanya dapat menarik perhatian pemirsa sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia.

Di Indonesia ada 10 stasiun televisi swasta seperti Indosiar, RCTI, SCTV, TPI, Trans TV, MetroTV, Trans7, GlobalTV, Anteve dan TVOne. Terdapat juga stasiun televisi swasta yang dikhususkan hanya untuk daerah tertentu seperti Deli TV dan DAAI TV. Semua stasiun televisi swasta tersebut berlomba untuk menciptakan acara-acara yang berguna untuk menyampaikan informasi dan hiburan yang lebih menarik, lebih cepat, dan lebih aktual serta berusaha memberikan kepuasan bagi seluruh penonton dengan menayangkan acara yang menjadi unggulan mereka masing-masing.

Seluruh stasiun televisi swasta ini menunjukkan bagaimana tingkat kemajuan khalayak dalam memilih masing-masing stasiun televisi yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. Selain itu seluruh stasiun televisi swasta ini saling bersaing dalam menghadirkan program-program acara yang benar-benar dekat dengan realita hidup masyarakat. Kesemuanya ini dilakukan stasiun televisi untuk menarik minat masyarakat untuk memilih stasiun televisi mereka sebagai pilihan untuk ditonton.

TVOne sebagai salah satu televisi swasta memiliki program acara yang berbeda dengan stasiun televisi lainnya. TVOne (sebelumnya bernama Lativi), stasiun televisi ini didirikan pada tahun 2002 oleh pengusaha Abdul Latief. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan masalah yang


(15)

berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup Bakrie. Kemudian pada 14 Februari 2008, Lativi resmi berganti nama menjadi TVOne dan Abdul Latief tidak lagi memiliki saham di TVOne.

TVOne mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport One, Info One, Talkshow One dan Reality One. Televisi ini memiliki komposisi 70 persen berita dan 30 persen gabungan dari program olahraga dan hiburan. Sajian yang ditampilkan TVOne berbeda dengan stasiun televisi berita murni. Karena masih tersisa 30 persen porsi gabungan berbagai program olahraga dan hiburan. Melalui program News dan Sports yang dimilikinya, TVOne membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program yang sesuai dengan format dan positioningnya.

TVOne menghadirkan sebuah program tayangan Bang One Show. Merupakan sebuah gebrakan yang dilakukan TVOne dalam industri media. Bang One Show merupakan editorial policy dalam Redaksi News TVOne yang menggunakan animasi kartun. Bang One Show yang bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat tentang masalah-masalah sosial serta isu nasional yang berkembang saat ini kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Acara ini dipandu oleh sebuah kartun animasi yang sudah menjadi ikon TVOne yaitu Bang One. Acara Bang One Show ini menggunakan pengisi suara, yang dimana pengisi suaranya adalah Karni Ilyas. Dalam acara tersebut, Bang One tidak ditampilkan biasa dan menggunakan balon kata-kata, tetapi dia hadir untuk berkomentar dan menanyai narasumber. Dalam program ini, Bang One


(16)

adalah sosok yang lengkap. Dia menjadi seorang video jurnalis yang turun langsung ke lapangan memotret fenomena aktual. Dia juga menjadi seorang presenter berita handal tanpa melupakan komentarnya yang tajam. Bang One tak canggung mewawancara narasumbernya langsung (www.bangone.co.id).

Karakter Bang One dibuat seolah-olah hidup. Durasinya tidak hanya satu dua menit saja, tetapi 30 menit. Selain berada di studio melakukan wawancara, Bang One juga hadir di lapangan untuk membahas tema yang diangkat. Tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut bukan menjadi perkara yang mudah. Bang One adalah tokoh rekaan dan hanya berupa gambar bergerak dua dimensi. (www.tvone.co.id)

Bulan April yang lalu adalah masa Pemilu untuk anggota legislatif. Bang One Show membahas iklan Pemilu. Dalam episode kali ini Bang One langsung turun ke jalan dan menyoroti iklan-iklan para calon legislatif dan memberikan kritikan terhadap beberapa iklan yang diletakkan secara sembarangan di dekat pembuangan sampah. Untuk mengetahui pendapat masyarakat, Bang One langsung mewawancarai orang yang merupakan warga sekitar dan bertanya mengenai iklan tersebut. Apakah warga setuju dengan peletakan iklan dan apakah warga kenal dengan orang-orang yang ada dalam iklan tersebut? Bang One juga mengkritik jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk iklan tersebut. Selain mewawancarai warga, Bang One juga melakukan wawancara langsung terhadap calon legislatif yang memasang iklan. Bang One bertanya apakah iklan tersebut efektif untuk memperoleh pemilihan suara atau tidak? Setelah wawancara selesai Bang One akan menarik satu kesimpulan dan memberikan kritik.


(17)

Saat ini isu yang berkembang dan sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat adalah tentang Pemilu Presiden Indonesia tahun 2009. Bang One Show kali ini membahas tentang koalisi partai untuk membuat calon presiden dan calon wakil presiden. Bang One Show kali ini membuat tema “Penampilan itu Penting”. Dalam beberapa espisode sebelumnya Bang One telah mendapat kesempatan untuk mewawancarai Jusuf Kalla secara eksklusif di studio. Bang One juga mewawancarai Dede Yusuf sebagai salah satu narasumber yang ditanyai oleh Bang One mengenai koalisi partai politik.(www.tvone.co.id).

Metode penyajian yang menarik, pembahasan materi yang jelas, serta host yang atraktif menjadikan tayangan ini tidak membosankan. Bang One Show memberikan banyak informasi kepada masyarakat dan didukung dengan realita yang ditampilkan. Salah satunya mahasiswa yang menyaksikan tayangan ini akan mendapat banyak pengetahuan. Pengetahuan yang dapat dipahami dan diketahui berkenaan dengan sesuatu hal. Pengetahuan yang mampu memberi sesuatu yang berbeda pada diri seseorang.

Berdasarkan wacana tersebut, dapat dikatakan bahwa media massa, dalam hal ini televisi mempunyai pengaruh yang besar untuk meningkatkan pengetahuan pemirsanya. Melalui program acara yang disajikan, stasiun televisi memiliki sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam hal lokasi penelitian, peneliti mengambil lokasi penelitian di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan alasan Bang One Show ini menyajikan masalah-masalah sosial yang sedang hangat saat ini serta memberikan kritikan yang bersifat membangun. Masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat terjadi akibat ketidaktahuan tentang hukum dan berakibat pada


(18)

pelanggaran hukum. Bila pengetahuan hukum cukup, maka dapat menekan masalah pelanggaran hukum. Mahasiswa Fakultas Hukum USU tentu memiliki pengetahuan tentang hukum lebih mendalam dan menurut peneliti tayangan Bang One Show memiliki materi yang dapat mendukung dan menambah pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian serta mengevaluasi pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahannya sebagai berikut :

“Sejauhmanakah pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam Meningkatkan Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara?”

I. 3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup yang terlalu luas, sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalahnya sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau menguji hipotesis


(19)

2. Penelitian ini terbatas pada tayangan Bang One Show yang ditayangkan setiap hari selasa, Pukul 19.00 Wib di TVOne.

3. Objek penelitian adalah Mahasiswa Fakultas Hukum USU angkatan 2007 dan 2008 yang pernah menonton tayangan Bang One Show di TVOne. 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009.

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I. 4. 1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa Fakultas Hukum USU terhadap tayangan Bang One Show di TVOne.

2. Untuk mengetahui hubungan antara tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.

I. 4. 2. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian berguna untuk memperkaya khasanah penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa Fakultas Hukum USU mengenai tingkat pengetahuan terhadap tayangan Bang One Show.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada FISIP khususnya Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dari sumber bacaan.


(20)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan masalah penelitian.

I. 5. Kerangka Teori

Fungsi teori dalam penelitian/riset adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2008:43)

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa Televisi, Teori Uses and Gratification, dan Pengetahuan.

5. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa 5. 1. 1 Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia berupa pikiran atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang atau kelompok lain dengan menggunakan bahasa atau lambang-lambang yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak (Effendy, 2003:28).


(21)

Menurut Carl I Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat, sikap, sedang komunikasi itu sendiri adalah proses mengubah perilaku orang lain (Communication is the process to modify the behavior of other individuals).Defenisi tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang sangat penting (Effendy, 2005: 10).

Lasswell menerangkan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa mengatakan apa melalui apa kepada siapa dengan efek apa) (Effendy, 2005: 10).

Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell itu merupakan unsur- unsur proses komunikasi, yaitu komunikator (Communicator), pesan (Message), media (Media), komunikan atau penerima (Receiver) dan efek (Effect ).

Fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut: a. Pengamatan lingkungan

b. Korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan.


(22)

5. 1. 2 Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (berpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek.

Sedangkan menurut ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa yakni pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi. Agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar–pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film dan buku (Ardianto, 2004: 6).

Menyimak berbagai defenisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi nampaknya tidak ada perbedaaan yang mendasar atau prinsip bahkan defenisi-defenisi itu satu sama lain yang saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai komunikasi massa. Bahkan secara tidak langsung, dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula karakteristiknya (Ardianto,2004 :7-12) yaitu :

1. Komunikator terlembagakan 2. Pesan yang bersifat umum


(23)

3. Komunikannya anonim dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi massa bersifat satu arah

7. Stimulasi alat indra “terbatas” 8. Umpan balik tertunda (Delayed)

Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu serta pesan cenderung terbuka.

Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya

memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Dalam Ardianto (2004 : 16-18), Dominick menyatakan bahwa fungsi komunikasi

massa bagi masyarakat meliputi : 1. Survillance (Pengawasan)

Apabila media massa menginformasikan suatu untuk membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Interpretation (Penafsiran)

Bertujuan untuk mengajak khalayak atau pemirsa untuk memperluas pengetahuan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi interpersonal atau kelompok.


(24)

3. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan khalayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian berdasarkan minat dan kepentingan yang sama. 4. Transission of Value (Penyebaran nilai-nilai)

Proses mengadopsi perilaku dan nilai yang disampaikan media massa pada individu yang mewakili gambaran atau suatu realita yang memperlihatkan bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan sehingga tertarik untuk mengikutinya.

5. Entertaintment (Hiburan)

Yaitu dengan memberikan beragam tayangan atau acara pada pemirsa atau khalayak. Selain itu peran penting komunikasi massa yang tidak kalah penting adalah untuk meyakinkan atau mempersuasif khalaknya, persuasif bisa dalam bentuk :

- Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan dan nilai. - Mengubah sikap atau kepercayaan seseorang.

- Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.

- Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu. 5. 2. Televisi

Hadirnya media televisi mau tidak mau harus dapat diterima karena sudah merupakan suatu kebutuhan informasi bagi masyarakat agar kita tidak tertinggal oleh kemajuan peradaban teknologi sekaligus mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di belahan dunia lain. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto, 2004 :125).


(25)

Fungsi televisi hampir sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni sebagai alat informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Media televisi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan media dengan media massa lainnya, yaitu :

1. Audiovisual

2. Berpikir dalam gambar

3. Pengoperasian lebih kompleks

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dalam acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu:

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan di televisi yang mempengaruhi pemirsa untuk menirunya.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka macam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996 :99).


(26)

5. 3. Pengetahuan

Pada dasarnya tayangan acara ditujukan untuk mencuri perhatian khalayak, pengetahuan merupakan elemen penting dalam melihat sesuatu acara guna menambah referensi atau pengalaman penikmat tayangan untuk dapat memahami acara yang disajikan sehingga menimbulkan keinginan dalam diri manusia untuk memilih suatu tayangan yang ingin dinikmatinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 992) kata “ Tahu” berarti mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajar). Arti pokok pemahaman adalah hal mengetahui sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian. Dalam hal ini, dikatakan efektif bila penerima pesan dapat memperoleh pengetahuan yang didapat dari pesan yang disampaikan oleh sumber pengetahuan dan berkenaan dengan sesuatu hal (mata pelajaran).

Dalam komunikasi massa, penyebaran informasi juga sering menjadi tujuan utama. Mereka yang berkecimpung dalam media massa harus mampu mengembangkan keahlian komunikasi mereka sehingga mereka dapat mengatur, menyajikan dan menafsirkan informasi dengan cara meningkatkan pemahaman. Namun, karena terbatasnya umpan balik, sulit untuk menilai pemahaman para pemirsanya.


(27)

5.4. Uses and Gratification

Uses and Gratification theory menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan yang utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi intinya adalah khalayak yang aktif dan sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

Model teori ini memandang individu sebagai pribadi yang secara sosiologis dan psikologis bertindak aktif dalam memilih media yang sesuai dengan kebutuhannya. Mereka sangat rasional dan selektif. Sehingga khalayak yang diterpa media massa tersadar dan selektif dalam memperoleh terpaan media dan memilih ataupun tidak memilih untuk tidak terlibat dengan pesan media massa sesuai dengan kebutuhan yang telah dimotivasi.

Menurut pendirinya yaitu Jay Blumler, Elihu Katz dan Michael Gurevith, uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat yang lain, barang kali termasuk juga dengan apa yang tidak mereka inginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori (Ardianto,2004 : 71), yaitu :

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan memiliki tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan media terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung perilaku khalayak yang bersangkutan.


(28)

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak.

Menurut Blumler (dalam Severin ,2008:356) ada 3 orientasi khalayak dalam memenuhi kebutuhannya dalam memilih media diantaranya :

1. Kebutuhan Kognitif

Kebutuhan ini berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian-pengertian tentang lingkungan yang dihuni. Kebutuhan ini juga timbul akan adanya dorongan-dorongan, seperti : rasa ingin tahu dan pembelajaran pada diri sendiri

2. Diversi

Kebutuhan ini melingkupi pelepasan dari tekanan dari kebutuhan akan hiburan.

3. Kebutuhan Identitas Personal

Dengan demikian, Uses and Gratification telah mengubah fokus penelitian dari kegunaan komunikasi dan perspektif media, kepada kegunaan komunikasi dari perspektif khalayak. Lebih lanjut, model ini merupakan bentuk jawaban dari para ahli.

Dengan menggunakan model ini peneliti berusaha menemukan hubungan antara variabel-variabel yang diukur. Alasan untuk menyaksikan tayangan Bang One Show dapat dioperasionalkan dengan berbagi cara. Pada dasarnya tayangan ditujukan untuk mencuri perhatian khalayak dan pengetahuan yang merupakan elemen penting dalam melihat suatu acara guna menambah referensi atau pengalaman penikmat tayangan untuk dapat memahami acara yang disajikan


(29)

sehingga menimbulkan keinginan dalam diri manusia untuk memilih suatu tayangan yang ingin dinikmatinya.

I. 6. Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan (Kriyantono,2008:17).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X)

Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu variabel lainnya (Kriyantono, 2008:21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Bang One Show di TVOne.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan dengan adanya variabel bebas bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan pada mahasiswa Fakultas Hukum USU setelah menonton Tayangan Bang One Show.

3. Variabel Antara (Z)

Sejumlah gejala yang tak dapat terkontrol akan tetapi dapat di perhitungkan dalam pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1995 : 58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah Karakteristik Responden.


(30)

I. 7 . Model Teoritis

I. 8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang ada di atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Tayangan Bang One Show di TVOne

1. Frekuensi Penayangan 2. Waktu Penayangan 3. Durasi Penayangan 4. Materi Acara 5. Gaya / Penampilan 6. Pemahaman Isi Pesan 2. Variabel Terikat (Y)

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

1. Kognitif

2. Integratif Personal

3. Diversi / Pelepasan

Ketegangan Variabel Bebas (X)

Tayangan Bang One Show

Variabel Terikat (Y) Tingkat Pengetahuan

Mahasiswa

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden


(31)

Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Angkatan

I. 9. Defenisi Variabel Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46), defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu varabel.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefenisikan sebagai berikut : 1. Variabel Bebas : Tayangan Bang One Show di TVOne

• Frekuensi Penayangan adalah seberapa sering acara tersebut ditayangkan. Dalam penelitian ini frekuensi penayangan Bang One Show di TVOne.

• Waktu Penayangan adalah jadwal penayangan acara tersebut. Waktu penayangan Bang One Show setiap hari Selasa pukul 19.00 WIB.

• Durasi Penayangan adalah waktu yang dipergunakan untuk menayangkan acara tersebut. Dalam peneltian ini durasi tayangan Bang One Show yaitu 30 menit.

• Materi Acara adalah topik-topik apa yang diangkat dalam tayangan Bang One Show tersebut. Seperti melakukan wawancara, memberi kritik dan memberi masukan terhadap masalah sosial yang terjadi saat ini.


(32)

• Gaya/ Penampilan adalah bagaimana cara berpakaian / penampilan pembawa acara. Dalam tayangan ini meskipun pembawa acaranya kartun, tetapi pakaian yang dipakai sesuai dengan konsep acara yang akan dibawakan.

• Pemahaman isi pesan adalah apakah komunikan dalam arti pemirsa mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan dalam tayangan Bang One Show tersebut.

2. Variabel terikat (Tingkat Pengetahuan Mahasiswa), terdiri dari : 1. Kognitif

Kebutuhan untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman yang disesuaikan dengan pendidikan yang dimiliki oleh responden serta adanya dorongan rasa ingin tahu dengan menontonnya.

2. Integratif Personal

Kebutuhan untuk memperkuat kredibilitas seseorang, rasa percaya diri, stabilitas dan status. Bagaimana suatu tayangan dapat berpengaruh kepada setiap individu.

3. Diversi / Pelepasan Ketegangan

Kebutuhan akan pelarian dan pengalihan dari rutinitas dan masalah serta pelepasan emosi.

3. Variabel Antara : Karakteristik Responden

1. Usia : Usia responden

2. Jenis kelamin : Jenis kelamin responden pria/wanita

3. Angkatan : Tahun dimana mahasiswa terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum USU.


(33)

I. 10. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin, 2001 : 75).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.

Ha : Terdapat hubungan antara tayangan Bang one Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.


(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1. Komunikasi

II.1.1.1. Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Semakin besar suatu masyarakat maka semakin banyak manusia yang dicakup dan cenderung akan semakin banyak masalah yang timbul.

Dalam pergaulan hidup manusia di mana masing-masing individu satu sama lain beraneka ragam itu terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan. Dimana hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia, yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2003:27-28).

Secara etimologi (bahasa), kata ‘komunikasi’ berasal dari Bahasa Inggris “communication” yang mempunyai akar kata dari bahasa Latin “comunicare”. Kata “comunicare” sendiri memiliki 3 (tiga) kemungkinan arti:

1. “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum. 2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah. 3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama.


(35)

Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi). Di antara ratusan defenisi tersebut, salah satu defenisi komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (receiver), melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini, komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan (Mufid, 2005: 1-2).

Menurut Harold lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur yakni Who (siapa), Says What (berkata apa), in Which Channel (melalui saluran apa), to Whom (kepada siapa) dan With What Effect (dengan efek apa) (Effendy, 2003: 253).

a. Who (siapa) : Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunkiasi bisa dalam bentuk perorangan ataupun lembaga atau instansi.

b. Says What (apa yang dikatakan) : pernyataan umum adalah dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap yang sangat erat kaitannya dengan pesan yang disampaikan.

c. In Which Channel (melalui saluran apa) : media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.

d. To Whom (kepada siapa) : komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi adalah kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkautan dengan si penerima pesan/khalayak.


(36)

e. With What Effect (dengan efek apa) : hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran/khalayak yang dituju.

Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang yang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2006: 18).

II.1.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan di atas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut (Widjaja, 2002: 11-20):

a) Sumber (Source)

Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini yang perlu kita perhatikan kredibilitas terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain sebagainya. Apabila kita salah mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.

b) Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang


(37)

komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya komunikan menjadi komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator adalah memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap/penambahan pengetahuan bagi/pada diri komunikan.

c) Pesan

Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasinya.

d) Saluran (Channel)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau yang bersifat resmi yang mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi dan saluran informal atau yang bersifat tidak resmi berupa desas-desus, kabar angin dan kabar burung.

e) Komunikan

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu persona (komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok (komunikasi yang ditujukan kepada kelompok yang tertentu), massa (komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media. Massa


(38)

di sini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu). Komunikasi akan berhasil baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman komunikan.

f) Effect (Hasil)

Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil, demikian pula sebaliknya.

II.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Tujuan komunikasi (Effendy, 2003: 55) yaitu: a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change the behavior)

d. Mengubah masyarakat (to change the society)

Sedangkan fungsi komunikasi (Effendy, 2003: 55) yaitu: a. Menginformasikan (to inform)

b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)


(39)

II.1.1.4. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut (Effendy, 2003: 57) :

a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi seperti anjang sana, tukar pikiran dan lain sebagainya.

b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi panel, seminar dan lain-lain) dan komunikasi kelompok besar.

c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi media massa cetak/pers seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi media massa elektronik seperti radio, televisi, film dan lain-lainnya.

II.1.2. Komunikasi Massa

II.1.2.1. Pengertian Komunikasi Massa

Menurut Rakhmat (2004;189), komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Seseorang yang menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi perlu mengetahui bahwa terdapat empat karakteristik komunikasi massa (Effendy, 2003:81-83) yaitu : a. Komunikasi massa bersifat umum


(40)

c. Media massa menimbulkan keserempakan

d. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non pribadi

Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”. Pool (1973) mendefenisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000: 1-3).

Defenisi lain tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi tentang komunikasi massa, pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab pada awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media komunikasi yang termasuk komunikasi massa adalah radio siaran dan televisi sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah sebagai media cetak. Salah satu defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 3-4).


(41)

Menurut Little John, komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik. Melalui proses ini diharapkan sejumlah pesan yang dikirimkan akan digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Nurudin, 2004: 11).

Defenisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright nampaknya merupakan defenisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu diarahkan pada khalayak relatif besar, heterogen dan anonim, pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Ardianto, 2004: 5).

II.1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Kita sudah mengetahui bahwa defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2004: 7-12), antara lain sebagai berikut:

a) Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah


(42)

televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain.

b) Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, ataupun penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan.

c) Komunikannya Anonim dan Heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim, komunikasi massa adalah heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d) Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan


(43)

sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

e) Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

f) Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

g) Stimulasi Alat Indra Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indra yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.


(44)

h) Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback).

II.1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide. Karena itu (Effendy, 2005: 27-28) menyebutkan komunikasi massa dapat berfungsi untuk:

1) Informasi

Yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, penyebaran data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, orang lain dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2) Sosialisasi

Yakni penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.


(45)

3) Motivasi

Yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4) Perdebatan dan diskusi

Yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional dan lokal.

5) Pendidikan

Yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6) Memajukan kebudayaan

Yakni penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya.

7) Hiburan

Yakni penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesustraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.


(46)

8) Integrasi

Yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

II.1.2.4. Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial. Analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta kompleks (Ardianto, 2004:48).

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi massa (Effendy, 2003: 318-319) dapat diklasifikasikan sebagai:


(47)

a) Efek Kognitif (Cognitive effect)

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti dan bingung menjadi jelas. Contoh pesan komunikasi yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan lainnya.

Efek kognitif timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini akan membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.

b) Efek Afektif (Affective effect)

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Dimana efek ini berkaitan dengan perasaan. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu khalayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

c) Efek Konatif (Behavioral effect)

Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan atau kebiasaan berperilaku. Karena berbentuk perilaku maka sebagaimana disinggung di atas maka efek konatif sering disebut juga sebagai efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif.


(48)

II.2. Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre- bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh di sini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/televisi set (Wahyudi, 1986:49)

Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai Negara (Wahyudi, 1986:49). Dengan demikian kata televisi di sini diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang eletromagnetik dan selanjutnya ditansmisikan melalui pemancar. Gelombang eletromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi.

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi sekitar tahun 1883-1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka dia diakui sebagai “bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996: 6).


(49)

Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreativitas perorangan. Tanpa kreativitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan penontonnya (Wahyudi, 1986: 49-51).

Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan negara dalam hal informasi (Kuswandi, 1996:7).

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Messages-A Reader in Human Communication” Random House, New York 1980, mengungkapkan 3 fungsi media yaitu:

a. The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan.

b. The correlation of the part of society in responding to the environment yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.


(50)

c. The transmission of the social heritage from one generation to the next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga fungsi di atas pada dasarnya memberikan memberikan satu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Itulah media televisi dengan berbagai kelebihan serta kekurangannya. Melihat posisi dan peranannya, bukan tidak mungkin pada suatu saat, media televisi akan memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi (Kuswandi, 1996: 24-25).

II.2.1. Perkembangan Televisi di Indonesia

Ketika peresmian satelit komunikasi Palapa dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1976, mulailah dunia komunikasi massa di Indonesia berkembang dengan sendirinya. Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder, bisa meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon bolak-balik atau 800 saluran telepon satu arah. Satelit ini dihubungkan dengan 40 buah stasiun bumi, 27 di antaranya terletak di ibukota provinsi.

Di Indonesia, dunia pertelevisian berkembang pesat, terbukti dengan bermunculannya televisi swasta dibarengi dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990. Ada berbagai alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini yaitu TVRI, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, MetroTV, GlobalTV, TransTV, Trans7, Indosiar dan TVOne.


(51)

Dengan demikian, semakin maraklah persaingan media televisi di Indonesia, baik dengan televisi lokal maupun televisi internasional. Hal ini akan membawa pengaruh pada pemasangan iklan di media televisi. Seandainya setiap media televisi lokal di Indonesia tidak mampu mengelola manajemennya dan personifikasi orang di balik media tersebut secara profesional, bukan tidak mungkin pada suatu saat, televisi lokal akan ‘bangkrut’ tergilas oleh kehebatan televisi asing dalam berbagai sajian program maupun iklan.

Tahun 1965, TVRI memiliki 2 stasiun penyiaran dengan 4 stasiun pemancar dan 5 stasiun penghubung. Antara tahun 1973-1978, TVRI menambah 5 buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dan 11 stasiun penghubung. Tahun 1980 terdapat 9 buah stasiun penyiaran dengan dilengkapi 124 pemancar dan stasiun penghubung. Menurut Deppen, tahun 1991 jaringa n nasional TVRI meliputi sarana yang diklasifikasikan sebagai berikut: 10 stasiun siaran, 7 stasiun keliling dan 225 stasiun transmisi.

Badan televisi swasta pertama di Indonesia adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang beroperasi sejak bulan April 1989. Kemudian ditetapkan secara resmi tayang nasional tanggal 24 Agustus 1989 sekaligus pencabutan decoder RCTI. Misi dari RCTI yakni ikut serta dalam proses pencerdasan bangsa melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik. Kemudian pada bulan Agustus 1989 mengudara Surya Citra Televisi (SCTV), dalam perkembangannya SCTV merencanakan membangun 20 stasiun relay, dimana setiap stasiun relay berkekuatan rata-rata 1 kilowatt.

Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) pimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, diresmikan


(52)

penyiarannya oleh Presiden Soeharto tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio 12 TVRI Senayan Jakarta. Meskipun TPI berstatus swasta, tetapi penyiarannya bekerjasama dengan TVRI. TPI terikat kepada UU No. 2/1989 tentang pendidikan nasional. Hal ini menyebabkan TPI harus bekerjasama dengan Deppen dan Depdikbud (Kuswandi, 1996: 34-40).

Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu tayangnya. Kemudian pada tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta lainnya seperti Indosiar, TRANSTV, TRANS 7, GLOBAL TV, METRO TV, ANTV dan TVOne. Sehingga sampai saat ini, terdapat 10 stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional di Indonesia.

II.2.2. Kekuatan Media Televisi

Kehadiran media massa pada masyarakat negara berkembang mempunyai arti yang sangat penting. Terlebih lagi bagi negara kepulauan Indonesia. Jarak psikologis dan jarak geografis semakin kecil dan sempit. Media massa terbagi atas dua bagian yaitu: (1) media massa elektronik (televisi dan radio), (2) media massa cetak (koran, majalah dan sejenisnya). Setiap media massa mempunyai kekuatan masing-masing. Tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar well informed (tahu informasi).

Ada beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu: a. Adanya sumber informasi


(53)

c. Saluran informasi (media) d. Khalayak sasaran (masyarakat) e. Umpan balik khalayak sasaran.

Dari 5 komponen di atas maka terciptalah proses komunikasi antara pemilik isi sumber pesan (sumber informasi) dengan penerima pesan melalui saluran informasi (media). Proses komunikasi ini dimaksudkan untuk mencapai kebersamaan terhadap isi pesan yang disampaikan. Dalam menjalankan fungsinya, media massa menghadapi berbagai macam khalayak sasaran yang berbeda status sosial ekonominya.

Media massa televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Jadi efektif tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan hal itulah maka timbul pendapat pro dan kontra terhadap dampak acara televisi (effect) yaitu:

1 . Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. 2 . Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.


(54)

3 . Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat.

Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal yang wajar. Karena media televisi dalam operasionalnya berhubungan institusi sosial lainnya yang ada dalam masyarakat, serta adanya perbedaan sudut pandang dari khalayak sasaran.

Ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu: a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis di televisi.

b. Dampak peniruan yaitu pemirsa diharapkan pada trend aktual yang ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: sinetron Dokter Sartika yang menginternalisasikan kesehatan bagi masyarakat.

Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan di atas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak paket-paket acara televisi yang diperuntukkan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak. Kunci penyelesaiannya ialah para pengelola dan perencana acara televisi tetap harus konsisten dan konsekuen membuat paket acara dengan tujuan yang jelas dan pasti diiringi tanggung jawab moral dalam melihat kondisi dan situasi pemirsanya (Kuswandi, 1996: 98-100).


(55)

II.2.3. Karakteristik Televisi

Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan. Adapun karakteristik televisi (Ardianto, 2004: 128-130) adalah sebagai berikut:

1 . Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Karena sifatnya yang audiovisual maka siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Pemirsa pada umumnya merasa terpenuhi keingintahuannya bila setiap berita televisi dilengkapi dengan film berita. Terlebih lagi bila kualitas rekamannya baik, serta momen pengambilannya tepat, seolah-olah pemirsa melihat langsung peristiwa tersebut.

2 . Berpikir dalam Gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Tahap kedua dari proses ‘berpikir dalam gambar’ adalah penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.


(56)

3 . Pengoperasian lebih Kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.

II.2.4. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan

Setelah membahas mengenai karakteristik suatu peristiwa (fakta dan opini) yang laik menjadi berita yakni bahwa fakta dan opini tersebut harus mengandung unsur penting dan menarik. Begitu pula pesan lainnya yang bertujuan menghibur. Tetapi pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan (Ardianto, 2004: 131-132) itu antara lain:

a) Pemirsa

Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikatornya akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang-orang. Karena itu setiap acara


(57)

yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang dijejalkan begitu saja.

b) Waktu

Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju.

c) Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting bahwa dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama.

d) Metode Penyajian

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak, komunikator dan komunikan. Masalahnya adalah sekarang bagaimana caranya agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa. Caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengandung unsur hiburan. Acara nonhiburan dapat dikemas dalam bentuk hiburan. Begitu pula dengan pesan


(58)

informatif, selain melalui acara siaran berita, dapat dikemas dalam bentuk wawancara, panel diskusi, reportase, obrolan dan sejenisnya, bahkan dalam bentuk sandiwara sekalipun.

II.2.5. Program Siaran Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Akan tetapi, sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak.

Menurut Prof. Dr. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis penonton sehingga penonton dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Effendy, 2003: 192).

Menurut Frank Jefkins (2003: 105-108), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu:

a. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

b. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama

c. Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang nampak haruslah dibuat semenarik mungkin.


(59)

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari:

a. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau buletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

c. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam maupun di luar negeri.

d. Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, seperti acara memasak, berkebun dan acara kuis.

e. Acara drama terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain sebagainya.

f. Acara musik seperti konser musik pop, musik rock, musik dangdut, musik klasik dan lain sebagainya.

g. Acara bagi anak-anak seperti penayangan film kartun.

h. Acara-acara keagamaan seperti siraman rohani, acara ramadhan, acara natal dan lain sebagainya.

i. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan.

j. Acara bincang-bincang atau sering disebut dengan acara talkshow.

II.3. Pengetahuan

Pada dasarnya tayangan acara ditujukan untuk mencuri perhatian khalayak, pengetahuan merupakan elemen penting dalam melihat sesuatu acara guna menambah referensi atau pengalaman penikmat tayangan untuk dapat


(60)

memahami acara yang disajikan sehingga menimbulkan keinginan dalam diri manusia untuk memilih suatu tayangan yang ingin dinikmatinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 992) kata “ Tahu” berarti mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajar). Arti pokok pemahaman adalah hal mengetahui sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian. Dalam hal ini, dikatakan efektif bila penerima pesan dapat memperoleh pengetahuan yang didapat dari pesan yang disampaikan oleh sumber pengetahuan dan berkenaan dengan sesuatu hal (mata pelajaran).

Dalam komunikasi massa, penyebaran informasi juga sering menjadi tujuan utama. Mereka yang berkecimpung dalam media massa harus mampu mengembangkan keahlian komunikasi mereka sehingga mereka dapat mengatur, menyajikan dan menafsirkan informasi dengan cara meningkatkan pemahaman. Namun, karena terbatasnya umpan balik, sulit untuk menilai pemahaman para pemirsanya.

Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan merupakan determinan utama dalam pemahaman. Kategori stimulus sangat bergantung pada pengetahuan. Pengetahuan juga meningkatkan kemampuan khalayak dalam memahami suatu pesan. Efek yang menguntungkan pemahaman ini akan disertai berkurangnya kesalahpahaman. Pengetahuan juga dapat membantu konsumen mengenali logika yang salah dan kesimpulan yang keliru dan menghindari penafsiran yang tidak benar. Orang yang berpengetahuan juga lebih mungkin mengelaborasi klaim suatu pesan. Sedangkan khalayak yang tidak berpengetahuan mungkin memfokuskan diri pada isyarat nonklaim misalnya musik atau latar belakang dalam pesannya (Durianto, 2003: 70).


(61)

II.4. Uses and Gratification Theory (Teori penggunaan dan Kepuasaan) Pendekatan Uses and Gratification dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel yang ditulis Elihu Katz (1959). Katz berpendapat bahwa penelitian komunikasi pada masa itu kebanyakan bertujuan hanya untuk mencari jawaban atas pertanyaan “Apa yang dilakukan media pada orang banyak?(Effendy, 2003:289).

Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi, ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audiens. Sebagian mengatakan soal gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai. Peneliti lain menyebutkan sebagai informatif-mendidik dan khayali-pelarian-hiburan. Mc Quail, Blumler, Brown (1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut :

1. Pengalihan-pelarian dari rutinitas dan masalah ; pelepasan emosi

2. Hubungan personal-manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan

3. Identitas pribadi atau psikologi individu-penguatan diri atau penambah keyakinan;pemahaman diri;eksplorasi realita;dan sebagainya

4. Pengawasan- Informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seorang melakukan atau menuntaskan sesuatu

Inti dari teori Uses and gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang aktif (Kriyantono, 2008:206)


(1)

menolak Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.

Nilai koefisien korelasi dapat digunakan untuk mengukur kekuatan derajat hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini. Dari hasil penghitungan, nilai rho adalah 0,507. Maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara kedua variabel dalam penelitian ini yaitu tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU.

Tahap selanjutnya adalah mencari besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel X dan variabel Y, yaitu dengan menggunakan rumus:

Kp = (rs)2 Kp = (0,507)

x 100%

2

Kp = 0,2570 x 100% x 100%

Kp = 25,70% = 26%

Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 26%. Sedangkan 74% bersumber dari faktor lain seperti pengaruh lingkungan sekitar.

Hasil dan pengujian hipotesis merupakan tahap akhir dari keseluruhan analisis data. Setelah seluruh nilai diperoleh, maka akan dilanjutkan dengan memberikan kesimpulan dan saran atas penelitian ini, yaitu dalam bagian penutup pada BAB V.


(2)

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut :

1. Tanggapan responden terhadap tayangan Bang One Show di TVOne bersifat aktual, menarik, konsep tayangan yang berbeda dengan yang lain, tidak monoton, dapat memberikan gambaran keadaan yang sebenarnya, narasumber yang sesuai dengan masalah yang dibahas dan berani tampil beda.

2. Terdapat hubungan/korelasi antara pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU. Berdasarkan analisis korelasi dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU. Hal ini berarti bahwa tayangan Bang One Show sebagai salah satu bentuk pesan dalam kegiatan komunikasi memiliki hubungan yang cukup berarti dalam memberikan pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan


(3)

V.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal, antara lain:

1. Disarankan kepada TVOne sebagai salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan tayangan Bang One Show disarankan agar semakin selektif dalam memilih materi/topik acara yang akan ditayangkan dan diharapkan juga dalam menghadirkan tokoh yang akan dijadikan narasumber haruslah dapat menguasai materi acaranya, sehingga para pemirsa yang menyaksikannya dapat memahami pesan yang disampaikan.

2. Disarankan kepada Bang One selaku pembawa acara Bang One Show di TVOne harus lebih baik lagi dalam meningkatkan penampilannya dalam menguasai dan menyajikan materi acara yang akan disampaikan, sehingga pemirsa paham ketika menyaksikan acara tersebut.

3. Diharapkan bagi pihak TVOne agar tayangan Bang One Show dapat ditingkatkan lagi durasi penayangannya agar dapat memberikan informasi yang terdepan kepada masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Bulaeng, Andi (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Burhan, Bungin (2001). Metode Penelitian Sosial. Airlangga Universitas Press, Surabaya.

Cangara, Hafied (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Darwanto (2007). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Depdiknas (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Balai Pustaka, Jakata.

Durianto, Darmadi (2003). Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. PT Gramedia, Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana (2005). Ilmu, Teori dan Praktek Komunikasi. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

__________________ (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Jefkins, Frank (2003). Public Relation. Rineka Cipta, Jakarta.

Kriyantono, Rachmat (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana, Jakarta.

Kuswandi, Wawan (1996). Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi. Rhineka Cipta, Jakarta.


(5)

Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Severin, Tankard. 2008. Teori Komunikasi. Prenada Media, Jakarta.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Pustaka LP3ES, Jakarta. Tubbs, L.Stewart dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication:

Prinsip-Prinsip Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Widjaja, A.W. 2002. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Wahyudi, JB. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Penerbit Alumni, Bandung.

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. PT Grasindo, Jakarta.

Sumber lain:

Tim Penyusun Panduan Perkuliahan Fakultas Hukum USU (2008). USU Press, Medan.


(6)

BIODATA PENELITI

Nama : Verikasi Halomoan M.T.Sinaga

N I M : 050904081

Departemen : Ilmu Komunikasi FISIP USU Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 11 Februari 1986 Alamat : Jl. Sei Simare No. 9, Medan Email : verkas.7naga@gmail.com

Pendidikan :

1. SD Sw. St. Anthonius Medan 2. SLTP Sw. Putri Cahaya Medan 3. SMA Sw. St. Thomas I Medan

4. Departemen Ilmu Komunikasi Reguler (S-1) FISIP USU angkatan 2005

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Nama Orang tua :

1. Ayah : Mangapul Sinaga 2. Ibu : Lhynda Silalahi Nama saudara kandung :


Dokumen yang terkait

Pembawa Acara Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pembawa Acara Radio Show Tv One Terhadap Minat Menonton Mahasiswa FISIP USU)

5 82 84

Opini Mahasiswa Dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

4 46 95

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

5 93 144

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

“Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Public Figure di Indonesia.

1 80 96

Tayangan Rossy Di Global TV Dan Peningkatan Pengetahuan (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengatahuan Mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di Indonesia)

0 48 132

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN RADIO SHOW DI TV ONE ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Audio Visual Angkatan 2009 Universitas Muhammadiyah Malang )

0 19 57

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Tayangan Talk Show Lobby (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Talk Show “Lobby” Di Arek Televisi).

0 0 75

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Tayangan Talk Show Lobby (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Talk Show “Lobby” Di Arek Televisi)

0 0 14