semen dan tulangan baja, yang mungkin saja harus didatangkan dari daerah lain.
9. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
2.3 Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus mengenal dengan baik kelemahan-kelemahan beton bertulang disamping kelebihan-
kelebihannya. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain : 1.
Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan tulangan tarik.
2. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara mungkin diperlukan untuk menjaga agar bekisting
tetap berada pada tempatnya, misalnya pada atap, dinding, dan struktur- struktur sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat untuk
menahan beratnya sendiri. Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari total
biaya suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50. Sudah jelas bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur
beton bertulang, hal utama yang harus dilakukan adalah mengurangi biaya bekisting.
Universitas Sumatera Utara
3. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur- struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan
sangat mempengaruhi momen lentur. 4.
Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi- campuran dan pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan
beton tidak bisa ditangani seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur baja dan kayu.
2.4 Sifat-sifat Beton Bertulang
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat
beton bertulang antara lain :
2.4.1 Kuat Tekan
Kuat tekan beton f’c dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat
pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya ditempatkan dalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan 100. Meskipun
ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa hingga 70 -140 Mpa, kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa hingga 48 Mpa. Untuk
aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20 Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa
aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-lantai bawah suatu bangunan
Universitas Sumatera Utara
tingkat tinggi, beton dengan kekuatan sampai 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-perusahaan pembuat beton siap-campur ready-mix
concrete. Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya. Di banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus berisi 200 mm. untuk
beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap silinder-silinder 150 mm x 300 mm menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya sekitar 80 dari nilai yang diperoleh
dari pengujian beton uji kubus. Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan. Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti itu adalah
15 sampai 20. Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35 atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan perhatian penuh kepada
detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan. Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang relatife lebih besar.
Kurva tegangan-regangan pada gambar dibelakang menampilkan hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah silinder uji standar berumur 28 hari yang
kekuatannya beragam. •
Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira
1 3
-
2 3
kekuatan maksimum beton. •
Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva tegangan-regangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan beberapa masalah ketika kita melakukan analisis struktural terhadap konstruksi beton karena perilaku konstruksi tersebut
juga akan nonlinear pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi. •
Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapapun besarnya kekuatan beton, semua beton akan mencapai
kekuatatan puncaknya pada regangan sekitar 0,002. •
Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan tetap bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan point of rupture pada
regangan sekitar 0,003 sampai 0,004. •
Banyak pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan- regangan untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva
serupa untuk sisi balok yang mengalami tekan. •
Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail daripada beton berkekuatan lebih tinggi – artinya, beton-beton
yang lebih lemah akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum mengalami kegagalan.
Gambar.2.1 Kurva tegangan – regangan beton yang umum, dengan pembebanan jangka-pendek Daftar Pustaka no.1
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Modulus Elastisitas Statis
Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik dan
perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi mengenai modulus elastisitas :
a. Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik
asal dari kurva. b.
Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent garis singgung pada kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva,
misalnya pada 50 dari kekuatan maksimum beton. c.
Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik pada kurva tersebut di suatu tempat di antara 25 sampai 50 dari
kekuatan tekan maksimumnya disebut Modulus sekan. d.
Modulus yang lain, disebut modulus semu apparent modulus atau modulus jangka panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan
regangan yang diperoleh setelah beban diberikan selama beberapa waktu.
Peraturan ACI menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung modulus elastisitas beton yang memiliki berat beton w
c
berkisar dari 1500-2500 kgm
3
.
E
c
= w
c 1,5
0,043 2.1
Dimana : w
c
: berat beton kgm
3
fc’ : mutu beton Mpa
Universitas Sumatera Utara
E
c
: modulus elastisitas Mpa
Dan untuk beton dengan berat normal beton yang berkisar 2320 kgm
3
E
c
= 4700 2.2
Beton dengan kekuatan diatas 40 Mpa disebut sebagai beton mutu-tinggi. Pengujian telah menunjukkan bahwa bila persamaan ACI yang biasa
digunakan untuk menghitung E
c
dipakai untuk beton mutu tinggi , nilai yang didapat terlalu besar. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di
Cornell University, persamaan berikut ini direkomendasikan untuk digunakan pada beton dengan berat normal yang memiliki nilai fc’ antara
40 Mpa dan 80 Mpa, dan untuk beton ringan dengan fc’ 40 dan 60 Mpa.
E
c
= 3,32 + 6895
2.3
2.4.3 Modulus Elastisitas Dinamis
Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan- regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya
biasanya lebih besar 20-40 daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-kira sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya dipakai
pada analisa struktur dengan beban gempa atau tumbukan.
2.4.4 Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi pemuaian dalam arah lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut sebagai
Perbandingan PoissonPoisson’s ratio. Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16.
Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai perbandingan ini dengan nilai- nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran agregat, dan
sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh dari perbandingan
poisson ini tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari perbandingan harus diperhatikan ketika kita menganalisis dan mendesain bendungan busur, terowongan,
dan struktur-struktur statis tak tentu lainnya.
2.4.5 Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8 sampai 15 dari kuat tekannya. Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh
retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga memungkinkan
terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok menerima beban tarik.
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar retak
yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu akan mengurangi jumlah lendutan. Karena kuat tarik beton tidak besar, hanya sedikit
usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton. Namun,
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai modulus elastisitas tarik beton sama dengan modulus elatisitas tekannya.
Selanjutnya, anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan menahan tegangan tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang
menahannya. Alasannya adalah bahwa beton akan mengalami retak pada regangan tarik yang begitu kecil sehingga tegangan-tegangan rendah yang terdapat pada baja
hingga saat itu akan membuat penggunaannya menjadi tidak ekonomis. Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimitnya fc’.
Meskipun demikian, kuat tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap akar kuadrat dari fc’. Kuat tarik ini cukup sulit untuk diukur dengan beban-beban tarik
aksial langsung akibat sulitnya memegang spesimen uji untuk menghindari konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan beban-beban tersebut.
Sebagai akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak tidak langsung untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus
keruntuhan dan uji pembelahan silinder. Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat penting ketika kita
sedang meninjau retak dan lendutan pada balok. Untuk tujuan ini, kita selama ini menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus-keruntuhan. Modulus
keruntuhan biasanya dihitung dengan cara membebani sebuah balok beton persegi dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m dari as ke as tanpa-tulangan berukuran
15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh dengan beban terpusat yang besarnya sama pada 13 dari titik-titik pada balok tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam
ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan sampai keruntuhan terjadi akibat retak
Universitas Sumatera Utara
pada bagian balok yang mengalami tarik. Modulus keruntuhannya f
r
ditentukan kemudian dari rumus lentur. Pada rumus-rumus berikut ini :
f
r
=
2
6 bh
M
2.4
dimana : f
r
= modulus keruntuhan
M = momen maksimum b = lebar balok
h = tinggi balok Tegangan yang ditentukan dengan cara ini tidak terlalu akurat karena dalam
menggunakan rumus lentur kita mengasumsikan beton berada dalam keadaan elastis sempurna dengan tegangan yang berbanding lurus terhadap jarak dari sumbu netral.
Asumsi-asumsi ini tidak begitu baik. Berdasarkan beratus-ratus hasil pengujian, peraturan ACI menyebutkan nilai
modulus keruntuhan f
r
sama dengan 7,5 dimana fc’dalam satuan psi.
Kuat tarik beton juga dapat diukur dengan melakukan uji pembelahan- silinder. Sebuah silinder ditempatkan di posisinya pada mesin penguji dan kemudian
suatu beban tekan diterapkan secara merata di seluruh bagian panjang dari silinder di dasarnya. Silinder akan terbelah menjadi dua dari ujung ke ujung ketika kuat tariknya
tercapai. Kuat tarik pada saat terjadi pembelahan disebut sebagai kuat pembelahan- silinder split-cylinder strength dan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
f
r
= LD
P π
2
2.5
Universitas Sumatera Utara
dimana : P = gaya tekan maksimum L = panjang
D = diameter silinder Meskipun digunakan bantalan di bawah beban-beban tersebut, beberapa
konsentarsi tegangan lokal tetap terjadi selama pengujian dilakukan. Selain itu, terbentuk pula sejumlah tegangan yang membentuk sudut siku-siku terhadap
tegangan-tegangan tarik. Akibatnya, nilai-nilai kuat-tarik yang diperoleh tidak terlalu akurat.
Gambar.2.2 Uji pembelahan silinder Daftar Pustaka no.1
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul murni tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit. Akibatnya,
pengujian kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai leleh yang terletak di antara 13 sampai 45 dari kuat tekan maksimumnya.
2.4.7 Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur
beton. Gambar dibawah memperlihatkan kurva tegangan-regangan tipikal yang diperoleh dari percobaan dengan menggunakan benda uji silinder beton dan dibebani
tekan uniaksial selama beberapa menit. Bagian pertama kurva ini sampai sekitar 40 dari fc’ pada umumnya untuk tujuan praktis dapat dianggap linier. Sesudah
mendekati 70 tegangan hancur, materialnya banyak kehilangan kekakuannya sehingga menambah ketidaklinieran diagram. Pada beban batas, retak yang searah
dengan arah beban menjadi sangat terlihat dan hampir semua silinder beton kecuali yang kekuatannya sangat rendah akan segera hancur.
Gambar.2.3 Kurva tegangan-regangan beton Daftar Pustaka no.1
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.4 Kurva tegangan-regangan untuk berbagai kekuatan beton Daftar Pustaka no.1
2.5 Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka frame struktur yang memikul
beban dari balok induk maupun balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui`pondasi.
Universitas Sumatera Utara
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya collapse lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total total collapse
seluruh struktur. Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap, balok dan berat
sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertikal yang besar, selain itu harus mampu menahan beban-beban horizontal bahkan momen
atau puntirtorsi akibat pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan
dan eksentrisitas pembebanan yang terjadi.
2.6 Balok