Nama Jalan Indonesia Nama Jalan di Kota Medan

Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. Sumatera Timur dalam hubungan-hubungan mereka baik dengan penguasa- penguasa swantara Zelfbestuurders maupun dengan pemerintah Hindia Belanda. Persatuan ini juga mengurusi masalah-masalah agraria, peraturan- peraturan perburuhan dan pengimporan buruh. 35

3.2.2 Nama Jalan Indonesia

dan banyak lagi nama jalan lainnya yang menggunakan nama Belanda. Satu hal yang menarik berkaitan dengan penetapan nama jalan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, yaitu terdapatnya beberapa nama-nama jalan lokal. Nama-nama jalan lokal tersebut mungkin sudah ada sebelum atau setelah kedatangan kolonial Belanda atau diberi nama pada masa eksploitasi pemerintah kolonial tersebut. Hampir separuh dari nama jalan yang ada pada masa Belanda di Medan menggunakan nama lokal, selebihnya memakai nama Belanda dan nama asing lainnya. Nama yang berhubungan dengan hewan, buah-buahan, tumbuhan, dan pohon adalah kategori yang banyak di jumpai sebagai nama jalan di Medan. Sultan adalah nama kebangsawanan dalam yang digunakan sebagai nama jalan. Sultan adalah pemimpin tertinggi seperti raja dalam sebuah kerajaan di dalam pemerintahan Kesultanan Melayu. Pemberian nama Sultan menjadi sebuah nama jalan disebabkan jalan ini adalah alah satu jalan utama yang menghubungkan kawasan kesultanan dengan wilayah Medan. Hal ini menunjukkan bahwa daerah Sultan yang merupakan wilayah yang 35 Karl. J Pelzer, Op. Cit. hal. 59. Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. secara umum dikuasai dan diperintah oleh sultan dengan peraturan-peraturannya sendiri juga sangat bergantung terhadap fasilitas serta sarana dan prasarana kota Medan. Keadaan ini tidak terlepas dari perkembangan fisik kota Medan yang memiliki wilayah administratif yang luas, dalam artian wilayah sultan dan perkampungan-perkampungan yang ada di sekeliling Medan merupakan bagian dari pada wilayah admisnistratif kota Medan. Dengan ini kota Medan tergolong kedalam kota Over Bounded City dengan kebijakan tata ruang yang berada ditangan pemerintah kotapraja. 36 Adapun nama jalan yang menggunakan nama buah, yaitu : Djalan Doekoe, Doerian Laan, Djalan langsat, Djalan Ramboetan, Mangga Laan, Salak Straat, Djalan Semangka, Djalan Terong, Djalan Pala dan lain sebagainya. Nama hewan yang menjadi nama jalan adalah: Djalan Ajam, Djalan Angsa, Djalan Bawal, Djalan Gadjah, Djalan Harimau, Djalan Kakap, Djalan Koeda, Djalan Lemboe, Djalan Moesang, Djalan Singa, dan lain sebagainya. Nama bunga yang menjadi nama jalan yaitu: Djalan Anggrek, Djalan Dahlia, Djalan Kenanga, Djalan Melati, Djalan Meranti, dan lainnya, nama pohon yang menjadi nama jalan adalah : Djalan Bamboe, Djalan Roembia, Djati Laan, Gloegoer Weg, dan lainnya. Di sepanjang jalan ini terdapat beberapa bangunan penting milik pemerintah kolonial seperti bangunan pemerintahan keresidenan, sekolah-sekolah Belanda, pemukiman Belanda serta pemukiman masyarakat kesultanan Deli. 36 Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, Op. Cit. hal. 112-113. Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. Selain klasifikasi di atas, ada juga beberapa nama jalan yang menggunakan nama daerah yang terdapat di Nusantara seperti : Ambon Straat, Asahan Straat, Atjeh Straat, Baboera Weg, Djalan Bakaran Batoe, Balige Straat, Bali Straat, Bangka Straat, Bengkalis Straat, Bindjei Weg, Brastagi Weg, Deli Straat, Flores Straat, Java Straat, Kabandjahe Straat, Laboehan Weg, Langsa Straat, lombok Straat, Madoera Straat, Djalan Medan, padang Boelan Weg, Palembang Straat, Pertjoet Weg, Prapat Straat, Riouw Straat, Sabang Straat, Samosir Straat, Serdang Weg, Seriboe Dolok Straat, Siak Straat, Siantar Straat, Sibolga Straat, Simeloengoen Straat, Soekamoelia Straat, Tamiang Straat, Taroetoeng Straat, Toba Straat, dan lainnya. 37 Dengan banyaknya nama-nama jalan yang menggunakan nama Indonesia menunjukkan, bahwa pemerintah kolonial pada waktu itu memberikan tempat dalam penamaan jalan yang berhubungan dengan Indonesia dan memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk memberikan nama jalan yang sesuai dengan lokasi dan hal-hal yang paling sering menonjol dari kawasan itu. 37 Daftar nama jalan Medan tahun 1947, M A Loderichs, et, al, Op Cit. hal. 100-101. Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. Nama Jalan Cina Selain nama jalan yang menggunakan nama Belanda dan nama lokal, ada pula nama jalan yang menggunakan nama Cina yang dapat dijumpai dalam Peta Kota Medan tahun 1942, 1947, dan tahun 1957. nama jalan Cina biasanya dapat kita jumpai di bagian Timur kota Medan yang merupakan daerah perniagaan, pertokoan, daerah pusat pasar dan daerah pemukiman orang- orang Cina, seperti di kawasan Kesawan. Hampir sebagian besar buruh-buruh Cina yang ada di Medan yang tidak bekerja lagi di daerah perkebunan beralih menjadi pedagang dengan membuka kedai-kedai dan toko-toko. Hal ini disebabkan oleh kemajuan perekonomian yang yang berkembang pesat sebagai dampak dari keberhasilan perkebunan. Nama-nama jalan Cina biasanya diambil dari nama tempat atau daerah yang terdapat di negeri Cina, seperti Annam Straat, Macau Straat, Nanking Straat, Peking Straat, Shanghai Straat, dan lainnya. Ada juga nama jalan yang dinamai dengan istilah Cina seperti Hakka Straat dimana di daerah ini banyak dihuni oleh etnis Hakka. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang memiliki kebudayaan mengecilkan kaki dengan cara mengikat atau membungkus sebagai lambang status yang tidak dimiliki oleh orang Cina lainnya. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pedagang rotan, tukang kaleng dan pengusaha toko. 38 38 Jufrida, Masuknya Bangsa Cina ke Pantai Timur Sumatera, Medan: Buletin Historisme, edisi Budaya No. 23 Tahun XI Januari 2007 .hal 27 Canton Straat, daerah ini banyak dihuni oleh kelompok Pantis yang Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. berasal dari Propinsi Kwantung yang sebagian besar dari mereka ahli sebagai tikang besi, perabot, tukang jahit, pelacur dan sedikit sebagai buruh perkebunan. 39 Jalan Amoy Straat, diman kebanyakan di kawasan ini dihuni oleh Amoy atau hokkian. Berasal dari propinsi Shiang Shou Fu. Mereka dikenal di Pulau Jawa dan Sumatera sebagai pedagang. 40 Nama-nama Jalan dikawasan pemukiman orang-orang Cina juga didasarkan kepada apa dan siapa yang mendirikan kawasan itu, seperti Tepekong Straat yang menunjukkan adanya toapekong yaitu rumah ibadah penganut Konghucu. Kapiten Weg dan Luitenant Weg yang menurut cerita disekitar jalan itu terdapat kediaman pemimpin warga Cina yang berpangkat kapiten atau letnan. 41 Begitu pula dengan nama jalan Cong Yong Hian Straat yang dari nama seorang mayor Cina, saudara Chong A Fie, yang juga berprofesi sebagai pedagang dan telah sukses di Sumatera Timur. Ia adalah salah satu pendiri organisasi kamar dagang para pedagang-pedagang Cina di Medan, yang diberi nama Chineesche Handelsvereeniging pada tahun 1919. 42 Nama jalan Tjong A Fie Weg, dari nama seorang pengusaha dan pedagang Cina yang sukses di Sumatera Timur. Ia lahir pada tahun 1860 di sebuah desa dibagian selatan propinsi Canton. Pergi ke Deli besama dengan 39 Ibid. 40 Ibid. hal. 28. 41 Narul Hamdani, Loc. Cit. hal. 16. 42 Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan, Loc. Cit. Hal. 101 Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. saudaranya Cong Yong Hian pada tahun 1975 43 dan menetap di Labuhan Deli. Disana ia pertamakali membuka kedai yang diberi nama Ban Yun Tjong. Dengan kejeliannya dari melihat kebutuhan-kebutuhan kuli-kuli Cina dan penduduk yang berada dalam komplek perkebunan pada waktu itu, maka dalam waktu sekejap ia sudah menjadi kaya raya. 44 Beberapa perkembangan yang ia lakukan di Sumatera Timur adalah Mendirikan Hospital Cina yang pertama di Hospital Weg yang bernama Tjie On Jie Jan, pendiri Deli Bank di Medan, mendirikan maskapai perkebunan si Bulan dan menjadi presiden pertama kamar dagang Tionghoa di Sumatera Selain itu ia juga mendirikan Tepekong pertama di Klingen Straat, mendirikan pekuburan Cina di Brayan, mendirikan bangunan untuk Persatuan Sekolah Cong A Fie sangat pintar dalam membangun hubungan dengan penguasa setempat, hal ini dibuktikan dari kedekatan dan hubungan yang baik ia jalankan dengan penguasa pribumi yaitu sultan dan dengan pembesar-pembesar atau tuan-tuan kebon Belanda di daerah tempatnya tinggal, sehingga dalam waktu yang sekejap ia menjadi salah satu orang Cina yang berpengaruh di Sumatera Timur. Hal ini terlihat dari posisinya sebagai Letnan orang-orang Cina pertama dan sebagai perantara jika ada sengketa antara kepala-kepala Tjandil Mandor Cina dengan tuan-tuan kebon. 43 M A Loderichs, et, al, Op Cit. hal. 26. 44 Tengku Luckman Sinar, Op. Cit. hal. 84. Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. Industri yang pertama di Medan tahun 1911, gedung Leger des Heils di Medan dan Frobelschool 45 Karena sifatnya yang suka membantu, seperti memberikan bantuan bagi masyarakat Cina di Sumatera Timur maupun orang-orang cina di negerinya maka ia sering mendapatkan penghargaan dan posisi yang bagus dari pemerintah kolonial serta dari pemerintah kerajaan Cina. Penghargaan yang ia dapat dari pemerintah kolonial adalah pangkat Letnan yang kemudian diangkat menjadi Kapten orang Cina, Menjadi anggota Afdelingsraad, Gemente, anggota Cultuur Raad Sumatera Timur, dan menjadi Mayor bangsa Cina yaitu jabatan tertinggi untuk bangsa Cina di Medan. 46 Sedangkan penghargaan yang ia dapat dari kerajaan dan pemerintah Republik Tiongkok adalah diangkatnya Cong A Fie menjadi bangsawan negeri Cina, mendapat bintang Kia We Chang Kelas 3 pada tahun 1916, dan kemudian diangkat menjadi penasihat republik Tiongkok. 47 Hal yang sama juga berlaku bagi kawasan yang menjadi lokasi pemukiman pendatang dari India, yang sebagian besar penamaan jalannya menggunakan nama-nama yang menjadi ciri khas India. Seperti nama jalan Calcuta Straat, Negapatam Straat, Colombo Straat, Hindoe Straat, Bombay hal ini menjadikan Cong A Fie diperlakukan sebagai seorang raja oleh sebagian besar masyarakat Cina yang ada di Sumatera timur dan yang di negeri Tiongkok. 45 Ibid. 46 Ibid. lihat juga M A Loderichs, et, al, Op Cit. hal. 27. 47 Ibid. hal. 85. Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010. Straat, dan Madras Straat. 48 Pada masa pendudukan Jepang, Singapura, Sumatera dan Malaya disatukan dalam wilayah yang disebut dengan Devisi II Imperial Guards dari Bala Tentara ke- 25 yang berpusat di Singapura. Sumatera Timur termasuk kedalam Devisi ke -2 dari Imperial Guards bersama dengan Aceh dengan markas besar di Medan. Yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat dari India.

3.3 Penetapan Nama Jalan pada Masa Jepang