Keberadaan Yayasan Tunas Kartika Dalam Mengelola Sekolah Di Kota Medan (1970-1990).

(1)

KEBERADAAN YAYASAN TUNAS KARTIKA DALAM MENGELOLA

SEKOLAH DI KOTA MEDAN

(1970-1990)

SKRIPSI SARJANA

DISUSUN O

L E H

NAMA : RATIH KUMALA NIM : 030706033

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

KEBERADAAN YAYASAN TUNAS KARTIKA DALAM MENGELOLA SEKOLAH DI KOTA MEDAN (1970-1990)

Yang Diajukan Oleh : Nama : Ratih Kumala

NIM : 030706033

Telah Disetujui Untuk Diujikan Dalam Ujian Skripsi Oleh : Pembimbing,

Drs. Indera, M.Hum Tanggal,………

NIP : 131785644

Ketua Departemen Ilmu Sejarah,

Dra. Fitriaty Harahap, SU. Tanggal,………

NIP : 131284309

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

KEBERADAAN YAYASAN TUNAS KARTIKA DALAM MENGELOLA SEKOLAH DI KOTA MEDAN (1970-1990)

Skripsi Sarjana Dikerjakan O

L E H

Ratih Kumala NIM : 030706033 Pembimbing,

Drs. Indera, M. Hum NIP : 131785644

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua,

Dra. Fitriaty Harahap, SU. NIP : 131284309


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Sastra USU Dekan,

Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D. NIP : 132098531

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1 Dra. Fitriaty Harahap, SU (………..)

2 Dra. Nurhabsyah, M.Si (………..)


(6)

Abstrak

Skripsi ini berjudul Peranan Yayasan Tunas Kartika Dalam Pendidikan di Kota Medan. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui perkembangan Yayasan Tunas Kartika dan Peranan Yayasan Tunas Kartika dalam mengelola pendidikan. Manfaat skripsi adalah agar secara akademis penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk menambah khasanah penelitian sejarah khususnya yayasan pendidikan dan secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan atau sumbangan dalam bentuk data yang dapat digunakan untuk kajian-kajian atau penelitian yang berkaitan dengan sejarah pendidikan. Metode yang dijalani dalam penelitian ada empat, yamg pertama adalah pengumpulan data historis dengan cara studi pustaka yang dilakukan di perpustakaan maupun studi lapangan yang dilakukan di tempat objek penelitian yaitu Yayasan Tunas Kartika dan sekolah yang dikelolanya. Setelah data terkumpul dilakukan kritik terhadap data tersebut, yaitu kritik intern dan kritik ekstern, kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data primer dan data skunder. Lalu melakukan interpretasi terhadap data sehingga dapat memberikan gambaran tentang objek penelitian di masa lalu. Tahap yang terakhir adalah melakukan penulisan untuk menceritakan bagaimana situasi dan kondisi objek penelitian di masa lalu.

Yayasan Tunas Kartika mengelola sekolah yang telah didirikan oleh organisasi Persit, karena organisasi Persit merasa pendidikan harus lebih diutamakan sehingga memerlukan perhatian khusus dalam perkembangan dan pengelolaannya. Yayasan Tunas Kartika telah mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan sejak awal berdirinya. Hal ini dapat dilihat dari 15 sekolah yang dikelola di awal pendiriannya. Perkembangan Yayasan Tunas Kartika sebagai salah satu penyokong pendidikan di Kota Medan telah memberikan pengembangan pendidikan bagi masyarakat Medan. Sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika awalnya diperuntukkan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga dari tentara. Namun pada perkembangannya sekolah ini mulai menerima anak-anak dari kalangan umum.

Yayasan Tunas Kartika tidak hanya bergerak di bidang pendidikan saja tetapi juga bergerak di bidang koperasi dan kegiatan sosial lainnya. Keseluruhan kegiatannya lebih difokuskan pada kebutuhan dan kesejahteraan keluarga tentara, namun yayasannya ini juga tidak menutup kemungkinan untuk berperan serta pada kegiatan yang ditujukan untuk khalayak umum seperti pemberian beasiswa pendidikan. Yayasan mengelola dengan baik sekolah yang ada dengan cara selalu mendukung program yang dijalankan oleh setiap sekolah, selalu mendukung setiap kebijakan dan keputusan Kepala Sekolah dan Guru sebagai pemimpin dan pengajar di sekolah, karena merekalah yang paling tahu dan mengerti apa yang dibutuhkan oleh murid dan sekolah. Yayasan memberikan perhatian pada kesejahteraan para guru dan pegawainya dengan cara memberikan fasilitas yang baik kepada guru dan pegawainya. Dengan begitu mereka bisa secara maksimal mendidik dan mengejar murid-murid yang belajar di sekolah milik Yayasan Tunas Kartika ini.


(7)

Ucapan Terima Kasih

Rasa syukur yang teramat besar saya haturkan kepada Allah SWT yang telah memudahkan usaha saya untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam saya persembahkan kepada junjungan besar umat Islam, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibunda saya Aisyah Hanum, Sag, yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, dan kesabarannya untuk saya selama dalam masa pendidikan baik itu berupa dukungan moril maupun materiil.

2. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis DTM & H.SP (AK).

3. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menjalani ujian meja hijau agar mendapatkan gelar kesarjanaan.

4. Ketua Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap,SU, yang telah memberikan banyak bantuan, kemudahan serta pengalaman selama saya menjalani masa perkuliahan. Terima kasih juga kepada Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Nurhabsyah,M.Si yang terus memacu semangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Indera M. Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan banyak masukan ilmu hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tanpa kontribusi bapak, rasanya skripsi ini akan lebih jauh dari kesempurnaan.

6. Bapak Drs. Suprayitno M. Hum selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan nasehat terhadap saya selama menjalani masa perkuliahan.

7. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu Sejarah, terima kasih saya ucapkan atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama ini, semoga nantinya menjadi manfaat bagi penulis.


(8)

8. Bang Ampera Wira, orang yang banyak membantu saya selama menjalani masa perkuliahan.

9. Terima kasih banyak kepada teman-temanku, seperti Abdul Rahman, Fanny, Afan, Jonathan, Lucky, Alex, kak Ai, bang Nasrul, bang Odi yang telah banyak memberikan ide dan masukkan kepada skripsi saya.

10. Terakhir, buat sahabat karib saya T. Agus Hari Saputra, SE yang telah ikut membantu dan menemani saya dalam melakukan penelitian. Dan yang terkasih Fefrizal HS, SH yang selalu memberi waktu dan tenaganya untuk saya.


(9)

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi untuh meraih gelar kesarjanaan. Tidak lupa shalawat beriring salam saya limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan umat Islam yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Adapun skripsi ini berjudul Keberadaan Yayasan Tunas Kartika Dalam Mengelola Sekolah di Kota Medan (1970-1990). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sekaligus untuk meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Saya sangat menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi saya maupu n bagi kita semua.

Medan, April 2008


(10)

Daftar Isi

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi...ii

Abstrak...iii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan dan Manfaat ...6

1.4 Tinjauan Pustaka ...6

1.5 Metode Penelitian ...10

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Sumatera Utara...12

2.2 Letak Geografis...18

2.3 Keadaan Penduduk Kota Medan...21

BAB III. PERKEMBANGAN YAYASAN TUNAS KARTIKA 3.1 Awal Berdirinya Yayasan Tunas Kartika...26

3.2 Kepengurusan Yayasan Tunas Kartika...29


(11)

BAB IV. PERANAN YAYASAN TUNAS KARTIKA

4.1 Sekolah yang Dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika …………..…...42

4.2 Sistem Pendidikan Sekolah...47

4.2 Sarana Pendidikan Sekolah...51

4.3 Prestasi yang Diraih oleh Sekolah...55

4.4 Hubungan Guru, Murid serta Orang Tua Murid...56

BAB V. KESIMPULAN ...60 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN Lampiran


(12)

Abstrak

Skripsi ini berjudul Peranan Yayasan Tunas Kartika Dalam Pendidikan di Kota Medan. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui perkembangan Yayasan Tunas Kartika dan Peranan Yayasan Tunas Kartika dalam mengelola pendidikan. Manfaat skripsi adalah agar secara akademis penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk menambah khasanah penelitian sejarah khususnya yayasan pendidikan dan secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan atau sumbangan dalam bentuk data yang dapat digunakan untuk kajian-kajian atau penelitian yang berkaitan dengan sejarah pendidikan. Metode yang dijalani dalam penelitian ada empat, yamg pertama adalah pengumpulan data historis dengan cara studi pustaka yang dilakukan di perpustakaan maupun studi lapangan yang dilakukan di tempat objek penelitian yaitu Yayasan Tunas Kartika dan sekolah yang dikelolanya. Setelah data terkumpul dilakukan kritik terhadap data tersebut, yaitu kritik intern dan kritik ekstern, kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data primer dan data skunder. Lalu melakukan interpretasi terhadap data sehingga dapat memberikan gambaran tentang objek penelitian di masa lalu. Tahap yang terakhir adalah melakukan penulisan untuk menceritakan bagaimana situasi dan kondisi objek penelitian di masa lalu.

Yayasan Tunas Kartika mengelola sekolah yang telah didirikan oleh organisasi Persit, karena organisasi Persit merasa pendidikan harus lebih diutamakan sehingga memerlukan perhatian khusus dalam perkembangan dan pengelolaannya. Yayasan Tunas Kartika telah mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan sejak awal berdirinya. Hal ini dapat dilihat dari 15 sekolah yang dikelola di awal pendiriannya. Perkembangan Yayasan Tunas Kartika sebagai salah satu penyokong pendidikan di Kota Medan telah memberikan pengembangan pendidikan bagi masyarakat Medan. Sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika awalnya diperuntukkan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga dari tentara. Namun pada perkembangannya sekolah ini mulai menerima anak-anak dari kalangan umum.

Yayasan Tunas Kartika tidak hanya bergerak di bidang pendidikan saja tetapi juga bergerak di bidang koperasi dan kegiatan sosial lainnya. Keseluruhan kegiatannya lebih difokuskan pada kebutuhan dan kesejahteraan keluarga tentara, namun yayasannya ini juga tidak menutup kemungkinan untuk berperan serta pada kegiatan yang ditujukan untuk khalayak umum seperti pemberian beasiswa pendidikan. Yayasan mengelola dengan baik sekolah yang ada dengan cara selalu mendukung program yang dijalankan oleh setiap sekolah, selalu mendukung setiap kebijakan dan keputusan Kepala Sekolah dan Guru sebagai pemimpin dan pengajar di sekolah, karena merekalah yang paling tahu dan mengerti apa yang dibutuhkan oleh murid dan sekolah. Yayasan memberikan perhatian pada kesejahteraan para guru dan pegawainya dengan cara memberikan fasilitas yang baik kepada guru dan pegawainya. Dengan begitu mereka bisa secara maksimal mendidik dan mengejar murid-murid yang belajar di sekolah milik Yayasan Tunas Kartika ini.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang . Tanpa pendidikan maka akan menimbulkan banyak kerugian dan kegagalan, baik itu kegagalan individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk memperhatikannya. Tidak hanya sejarah militer dan politik saja yang dapat diteliti dan ditulis. Apabila melihat masa lampau, pada zaman kolonial pendidikan sangat buruk. Pendidikannya senantiasa dipengaruhi oleh politik, sosial, ekonomi, dan kultur. Pendidikan digunakan sebagai alat politik untuk mengatur bangsa.1

Seperti pada zaman kolonial, hanya golongan tertentu saja yang bisa mengecam pendidikan, sekarang pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat Indonesia. Tidak hanya negeri saja tetapi banyak pihak swasta yang ingin memajukan pendidikan di Indonesia. Pendidikan swasta sudah ada pada tahun 1907, pada waktu itu berada di bawah pemerintahan Gubernur Jendral Van Heutz. Lembaga yang berdasarkan asas Kristen dapat mendirikan sekolah-sekolah Kristen, walapun sebelumnya sudah ada sekolah swasta yang didirikan tetapi, sejak itu lembaga-lembaga pendidikan swasta mulai memperoleh kesempatan yang luas untuk berkembang. Namun tidak hanya lembaga yang berazaskan

Walaupun pada akhirnya pendidikan yang diberikan kepada bangsa Indonesia menjadi senjata kita untuk melenyapkan kolonialisme dari Indonesia. Hal ini menunjukan betapa pentingnya pendidikan, karena dari pendidikanlah dapat merubah nasib bangsa.

1


(14)

Kristen saja yang membangun sekolah-sekolah swasta, organisasi-organisasi yang berdasarkan Islam juga menyesuaikan diri dengan pendidikan modern dan membangun sekolah-sekolah swasta. Sekolah swasta yang paling tua dari organisasi Islam adalah Muhammadiyah.2

Tenaga terdidik ini diperlukan untuk dapat mencapai tujuan partai politik pada saat itu yaitu untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Karena adanya motivasi inilah mulai tahun 1930 banyak sekolah yang muncul yang berdasarkan pada kebangsaan banyak muncul di Medan. Selain Muhammadiyah, lembaga yang mendirikan sekolah swasta adalah Taman Siswa.

Muhammadiyah adalah yang sekolah swasta yang tidak berada di bawah pemerintahan Belanda. Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Belanda hanyalah untuk kebutuhan pemerintah Belanda saja, untuk dijadikan pegawai dan karyawan di perusahaan mereka. Bagi orang Indonesia kebutuhan tenaga terdidik pada waktu itu adalah untuk menjadi pimpinan dalam organisasi poltik yang sudah ada pada waktu itu. organisasi politik di Sumatera Utara yang sudah ada pada saat itu adalah PNI, Parindra, dan Gerindo.

3

Salah satu yayasan yang memperhatikan pendidikan di Medan adalah Yayasan Kartika Jaya Cabang I Daerah Bukit Barisan yang telah mendirikan beberapa sekolah di

Banyak organisasi masyarakat, yayasan-yayasan sosial yang ikut juga membangun pendidikan di Indonesia, dengan membangun banyak sarana pendidikan seperti sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga tingkat universitas. Lembaga pendidikan swasta yang ada biasanya berbentuk yayasan, dikelola oleh yayasan.

2

Sumarsono Mestoko, Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman, Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979, hlm 174

3

Masjkuri Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara, Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981, hlm 54


(15)

Medan. Dulu yayasan ini bernama Yayasan Tunas Kartika4 di Medan. Yayasan ini didirikan pada tahun 1970 yang berdiri hingga sekarang.5 Yayasan ini diprakarsai oleh para istri prajurit, kemudian yayasan ini hadir dalam lingkup organisasi yaitu “ Persatuan Istri prajurit Kartika Chandra Kirana”.6 Yang pada saat itu Nyonya Siti Hartinah Suharto menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persit Kartika Chandra Kirana periode 1966-1968 meresmikan organisasi ini pada tanggal 7 Juli 1967.7

Membantu Kepala Staf TNI Angkatan Darat dalam membentuk dan meningkatkan ketahanan mental dan fisik, kesejahteraan material dan spiritual prajurit serta keluarganya dalam melaksanakan tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik. Yayasan Tunas Kartika tidak hanya membantu pemerintah tapi juga membantu tugas TNI Angkatan Darat agar prajurit dapat meningkatkan

Ada sebuah komitmen dalam lingkup organisasi kemasyarakatan ‘ Persatuan Istri Prajurit Kartika Chandra Kirana, apabila kemudian sebuah yayasan dapat dibentuk maka komitmen yang ada dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga adalah yaitu, ikut serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur material maupun spiritual berazaskan Pancasila. Yayasan Tunas Kartika ikut serta membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui bidang pendidikan, apabila masyarakat dapat membekali dirinya dengan pendidikan maka masyarakat Indonesia dapat hidup sejahtera dan makmur dengan sendirinya masyarakat Indonesia akan dapat lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

4

kata Tunas artinya tumbuhan yang mulai tumbuh, kata kartika yang artinya bintang. sehingga dapat diartikan sebagai yayasan yang baru tumbuh dan akan menjadi bintang.

5

Nyonya Sedaryanto, Perjalanan Bhakti, Medan: tanpa penerbit, 1997, hlm. 4 6

Ibid., hlm. 15 7


(16)

ketahanan mental dan fisik dan keluarganya mendapatkan kesejahteraan. Dengan adanya Yayasan Tunas Kartika maka prajurit dan keluarganya mendapatkan kemudahan-kemudahan, salah satunya dalam pendidikan bagi keluarga prajurit.

Dalam rangka untuk mewujudkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini maka Yayasan Tunas Kartika lebih fokus pada bidang pendidikan, karena pendidikanlah yang bisa mengubah mutu sebuah pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa. Persit-Kartika Chandra Kirana banyak mendirikan sekolah, bukan hanya untuk kalangan sendiri tapi juga untuk kalangan luas karena masyarakat membutuhkan sekolah.8

Pada tahun 1983 didirikan kembali sebuah sekolah oleh Yayasan Tunas Kartika yaitu SMA Tunas Kartika 2, yang berada di Jalan Gaperta Helvetia Medan. Kontribusi yang

Semakin banyak sekolah yang telah didirikan oleh kepengurusan Persit Kartika Chandra Kirana maka dibutuhkan pengelola, untuk mengelola sekolah tersebut maka dibuatlah yayasan.

Pada awal pendiriannya Yayasan Tunas Kartika sudah mengelola 15 sekolah yang ada di Medan. Yayasan ini cukup besar dalam memberikan kontribusinya di dalam dunia pendidikan. Yayasan pendidikan ini merupakan bukti atas kepedulian para istri prajurit pada pendidikan dan ikut partisipasi dalam bidang pendidikan, demi suksesnya pembangunan di bidang pendidikan. Ada 2 SMA yang sampai saat ini masih dikelola dengan baik oleh Yayasan Tunas Kartika yaitu SMA Tunas Kartika 1 dan SMA Kartika 2. SMA yang pertama kali didirikan oleh Yayasan Tunas Kartika adalah SMA Tunas Kartika I-1. SMA ini terletak di Jalan S. Parman 240, dan sudah menerima murid dan melakukan proses belajar mengajar sejak tahun 1969, lalu pada tahun 1970 SMA Tunas Kartika 1 dapat melakukan ujian negara, bergabung dengan SMA Negeri III Medan.

8


(17)

diberikan oleh yayasan sangat membantu berkembangnya kedua SMA tersebut dengan baik. Banyak prestasi yang telah diraih oleh kedua SMA yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika. Salah satu prestasi yang diraih SMA Tunas Kartika 1 adalah drumband yang pernah memenangkan kejuaraan drumband se-Kodya Medan tiga kali berturut-turut tahun 1977, 1978 dan 1979. Kemudian salah satu siswi yang bernama Nuraini mewakili Sumatera Utara untuk bidang olahraga atletik ke kompetisi tingkat nasional, di bidang pramuka salah satu siswa SMA dari Gudep 253-254 menjadi salah satu peserta Raimuna Nasional tahun 1987 di Cibubur.

1.2 Rumusan Masalah

Alasan menulis tentang Perkembangan Yayasan Tunas Kartika, karena untuk mengenang dan mengingat bahwa penulis dari tingkat SD telah menuntut ilmu di sekolah milik Yayasan Tunas Kartika ini. Dengan harapan generasi yang akan datang mengetahui bahwa telah tercatat bahwa sekolah yang didirikan Yayasan Tunas Kartika pernah ada dan sudah menghasilkan anak didik yang banyak dan memegang peranan penting di Indonesia.

Alasan menetapkan periodesasi dari tahun 1970-1990, karena pada tahun 1970 lahirnya Yayasan Tunas Kartika dan langsung mengelola beberapa sekolah, salah satu sekolah yang dikelola adalah SMA Tunas Kartika I dan pada tahun 1990 unit pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika sedang mengalami kemajuan yang sangat baik dan banyak meraih prestasi. Rumusan masalah yang akan dibahas di dalam penelitian, adalah:


(18)

2. Bagaimana peran Yayasan Tunas Kartika dalam pengelolaan pendidikan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan untuk mengetahui: 1. Perkembangan Yayasan Tunas Kartika Medan.

2. Peranan Yayasan Tunas Kartika dalam mengelola pendidikan.

B. Manfaat Penelitian

Berharap agar tulisan ini dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Secara akademis penelitian dapat memberikan kontribusinya untuk menambah khasanah penelitian sejarah khususnya dalam kajian sejarah yayasan pendidikan. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan

dalam bentuk data yang dapat digunakan untuk kajian-kajian atau penelitian yang berkaitan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini sangat dibutuhkan buku untuk studi pustaka. Sumber yang dipakai adalah hasil penelitian atau skripsi dari Chairiyati Nasution yang berjudul “Peran Organisasi Persit Kartika Chandra Kirana PD II/Bukit Barisan dalam Kesejahteraaan


(19)

Keluarga” (1983) yang didalamnya membahas tentang lahirnya Organisasi Persit Kartika Chandra Kirana. Ia membahas tentang awal organisasi ini didirikan dan perkembangannya, dan menjelaskan tentang peranan-peranan organisasi ini di segala bidang baik sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan kesejahteraan keluarganya, dalam kehidupan bermasyarakat. Organisasi Persit Kartika Chandra Kirana berperan dalam berbagai bidang, yang kegiatannya ditujukan untuk membantu kelangsungan organisasi Persit.

Untuk memantapkan dan meningkatkan pembinaan agar Organisasi Persit Kartika menjadi terarah, teratur dan terus berlanjut maka organisasi Persit mengadakan banyak kegiatan di berbagai bidang. Beberapa peran Organisasi Persit antara lain, dalam bidang ekonomi, Organisasi Persit membuka koperasi, tetapi belum berbadan hukum sehingga koperasi hanya bisa diperuntukkan bagi kalangan sendiri, yaitu keluarga prajurit. Dalam bidang kesenian, Organisasi Persit membagi menjadi beberapa bagian yaitu a. Urusan Budaya yang meliputi bidang kesenian dan olahraga, b. Urusan Pembinaan Mental, Organisasi Persit berusaha untuk meningkatkan pengetahuan di bidang keagamaan dan kerohanian sebagai dasar pembentukan sikap pribadi dan mental seseorang, khususnya di kalangan keluarga tentara, c. Urusan Pendidikan/Persekolahan, Organisasi Persit berpartisipasi dalam bidang pendidikan demi mensukseskan pembangunan di bidang pendidikan. Organisasi Persit juga berperan dalam bidang sosial yaitu dengan memberikan bantuan kepada yayasan sosial, korban bencana alam, pelayanan kesehatan, beasiswa dan lain sebagainya.

Dalam buku Perjalanan Bhakti (1997) yang disusun oleh Nyonya Sedaryanto bersama tim penyusun menjelaskan peran organisasi Persit khususnya dalam bidang pendidikan. Memaparkan secara kronologis bagaimana yayasan Tunas Kartika merintis


(20)

untuk memajukan pendidikan bagi kalangan prajurit. Yayasan ini berusaha untuk membangun sekolah, dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, sampai Sekolah Menengah Atas. Dan menceritakan tentang perjalanan yayasan dari waktu ke waktu, pergantian kepengurusan yayasan dan berbagai kegiatan yayasan dalam mengelola sekolah.

Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M.A yang berjudul Sejarah Pendidikan Indonesia (2001) dapat memberikan gambaran bagaimana sulitnya bangsa Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan layak. Dapat membandingkan pendidikan yang ada di masa sekarang dengan pendidikan yang ada di masa lalu, pada masa lalu tidak semua orang Indonesia bisa mendapat pendidikan, hanya orang golongan ataslah yang bisa mendapat pendidikan, bedanya dengan sekarang, semua orang Indonesia dari berbagai golongan dapat mengecap pendidikan. Perbandingan dilakukan agar dapat melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya. Khususnya menjelaskan tentang pendidikan dan sekolah-sekolah yang ada pada zaman Belanda, pelaksanaan kurikulum pelajaran, fasilitas, guru dll.

Menurut Sumarsono Mestoko dalam buku berjudul Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman (1979). Berisi tentang bagaimana situasi pendidikan Indonesia dari mulai sebelum Belanda datang sampai Indonesia pada tahun 1977. Buku ini menjelaskan keanekaragaman pendidikan di Indonesia. Perkembangan sekolah yang ada di Indonesia, lembaga pendidikan Madrasah muncul saat agama Islam masuk ke Indonesia, lembaga pendidikan Madrasah murni hanya mengajarkan ilmu agama (ilmu Ketuhanan) dan ilmu keduniawian seperti ilmu astronomi dan ilmu obat-obatan. Lembaga pendidikan sekolah ada di Indonesia setelah datangnya Bangsa Portugis, selain pelajaran agama diajarkan membaca, menulis dan berhitung, Pemerintah Belanda menciptakan sistem pendidikan, khusunya persekolahan berdasarkan golongan penduduk menurut lapisan kelas sosialnya. Pemerintah


(21)

Jepang hanya sedikit memperhatikan masalah pendidikan, tujuannya hanya untuk mendapat tenaga cuma-cuma (Romusha) dan prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang. Pada saat Indonesia merdeka pendidikan bertujuan untuk mendidik warga negara yang sejati yang bersedia menumbangkan fikiran dan tenaga untuk negara dan masyarakat. Kemudian menjelaskan tujuan pendidikan yang ada di Indonesia dari sejak zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, pada waktu Indonesia merdeka sampai tahun 1950.

Menurut Masjkuri Sutrisno Kutoyo dalam buku berjudul Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara (1981), menjelaskan bagaimana latar belakang dan budaya masyarakat Sumatera Utara, pendidikan bermula dan berkembang di Sumatera, disetiap daerah di Sumatera mempunyai cerita yang berbeda tentang masuk dan berkembangnya pendidikan. Pendidikan tradisional daerah Sumatera Utara pada masa Agama Hindu Budha, terbukti dengan adanya peninggalan candi Hindu Budha yang terletak di Tapanuli Selatan dekat kota Gunung Tua. Dan datangnya Belanda menyebabkan adanya sistem pendidikan yang baru, yaitu sistem pendidikan yang berdasarkan golongan penduduk. Menjelaskan tentang sekolah yang dibangun oleh Pemerintah Belanda di Sumatera Utara. Diketahui awal mula Belanda melaksanakan pendidikan ala Barat adalah daerah Tapanuli Selatan atau Mandailing. Pendidikan swasta yang tidak berada di bawah pemeritah Belanda, pendidikan ini dilakukan untuk mencapai tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Beberapa perguruan swasta yang dibangun untuk masyarakat agar mendapat pendidikan. Setelah itu menjabarkan beberapa tokoh dan pemikirannya tentang pendidikan yang ada di Sumatera Utara seperti Willem Iskandar, Syekh Hasan Maksum dan seterusnya. Pendidikan pada Zaman Jepang dan Indonesia Merdeka di Sumatera Utara, pada saat Jepang masuk ke Sumatera Utara banyak sekolah-sekolah swasta yang ditutup, dan apabila masih


(22)

ada, sekolah tersebut harus menggunakan bahasa Jepang, setelah Belanda kalah, maka sekolah-sekolah tersebut diambil alih oleh pemerintah Indonesia yang diberi nama Sekolah Rakyat.

1.5 Metode Penelitian

Metode sejarah adalah suatu proses yang benar berupa aturan-aturan yang dirancang untuk membantu dengan efektif dalam mendapatkan kebenaran suatu sejarah.9

Dan studi lapangan dilakukan dengan datang langsung ke tempat yang diteliti yaitu Yayasan Tunas Kartika yang berada di jl. Binjai KM 7,5 Medan, SMA Kartika I-1 yang bertempat di jl. S. Parman Medan, dan SMA Kartika I-2 yang berada di Jl. Gaperta Helvetia

Untuk dapat menulis sejarah maka memerlukan metode agar tulisan menjadi baik dan benar. Ada beberapa tahap dalam metode sejarah yang harus dijalani dalam penelitian sejarah, terdiri dari 4 tahap, antara lain:

a). Pengumpulan data-data historis (heuristik) yaitu kegiatan yang dilakukan dalam usaha untuk menemukan dan mengumpulakan informasi yang berhubungan langsung dengan masalah yang akan di teliti. Pengumpulan data biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka biasanya dilakukan di perpustakaan, baik perpustakaan yang ada di kampus maupun perpustakaan yang ada di tempat lain. Mengumpulkan seluruh informasi, terutama buku-buku yang mendukung dalam penelitian ini.

9

Louis Gotschalk, Understanding History, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm.143.


(23)

Medan. Dalam penelitian dilakukan wawancara tidak berstruktur dengan informan yang terlibat langsung dengan kegiatan di Yayasan Tunas Kartika dan pendidikan di SMA Tunas Kartika I-1 dan I-2, seperti kepala sekolah, guru atau pegawai.

b). Melakukan kritik terhadap sumber yang telah didapat, melakukan kritik ekstern, yaitu mengkritik terhadap keaslian sumber yang telah didapat tersebut. Dan kritik intern, yaitu kritik terhadap isi data yang telah didapat. Setelah itu kemudian data tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu data primer (pokok), data sekunder (pendukung).

c). Melakukan interpretasi, yaitu tahap dimana akan melakukan penafsiran terhadap fakta dari sumber yang telah didapat, sehingga dapat memberikan gambaran tentang objek penelitian di masa lalu.

d). Melakukan penulisan atau historiografi, dimana dapat menuliskan dan menceritakan bagaimana kondisi dan situasi objek yang diteliti pada masa lalu. Penulisan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan dan ejaan yang telah disempurnakan.


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan

Pada awal abad ke 20 ada keinginan dari golongan orang Belanda untuk mengubah cara penjajahannya di Indonesia, golongan ini menyebut dirinya sebagai kelompok etika, pelopornya adalah Van Deventer.10 Politik Etika11

Keadaan seperti ini memaksa pemerintah Belanda untuk mengubah sikapnya terhadap rakyat, dengan mengadakan pendekatan terhadap rakyat. Belanda menggunakan Politik Etika untuk dapat mendekati rakyat, sekolah-sekolah mulai didirikan pada tahun 1862 yang merupakan sekolah bagi para guru dan bagi daerah yang belum menganut agama dikirim zending, hal ini dilakukan bertujuan untuk proses kristenisasi yang merupakan skenario ini terdengar pengaruhnya terasa juga terasa sampai ke daerah jajahan Belanda di Sumatera Utara. Penghidupan para karyawan yang sangat sengsara menyebabkan seringnya terjadi kerusuhan di perkebunan-perkebunan Belanda, bukan hanya para karyawan yang tidak senang terhadap pemerintah Belanda tetapi juga penduduk setempat. Akibat seringnya terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh penduduk di perkebunan maka, hal ini menimbulkan kerugian pada pihak Belanda sebagai pengusaha perkebunan. Kerusuhan ini harus dihentikan oleh Belanda untuk menjamin keberlangsungan para penanam modal asing yang menanamkan modalnya di perkebunan di Sumatera Timur.

10

Masjkuri Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara, Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981, hlm 47

11

Politik Etika adalah politik balas budi yang terdiri dari 3 kebijakan yaitu Edukasi, Transmigrasi dan Irigasi


(25)

besar Belanda.12

Tujuan dilakukannya hal ini adalah untuk dapat memecah hubungan antara suku Karo dengan penduduk Melayu di pesisir agar Belanda dapat mudah meluaskan pengaruh serta usaha perkebunannya di Sumatera Timur.

Hal ini dilakukan karena keadaan masyarakat di Sumatera Timur yang terdiri dari masyarakat Melayu dan Karo. Hubungan kedua etnis ini cukup erat mengingat ada kesamaan rumpun budaya. Belanda mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat Melayu dari segi agama, karena budaya masyarakat Melayu dekat dengan budaya Islam. Masyarakat Karo masih menganut kepercayaan animisme,sehingga Belanda lebih memilih untuk mendekati masyarakat Karo karena menurut Belanda lebih mudah memasukkan pengaruh agamanya kepada masyarakat Karo yang masih animisme.

13

Tahun 1907 Belanda mulai mengembangkan pendidikan atas prakarsa Jenderal Van Heutz,14

Setelah Sumatera Timur diduduki oleh tentara Jepang pada permulaan tahun 1942, maka berakhirlah pemerintahan Belanda di Sumatera Timur. Sekolah yang menggunakan bahasa Belanda seperti voolkschool, vervogschool, H.I.S, E.L.S., Standart School sebagai bahasa pengantarnya dihapuskan dan diganti dengan sekolah system pendidikan Jepang. yang merupakan salah seorang pendukung golongan liberal yang mendukung diterapkannya Politik Etika di Indonesia. Sekolah-sekolah dibuka juga bukan hanya karena banyak orang yang berhaluan etika tetapi karena kebutuhan akan pegawai rendahan yang mendesak untuk dipekerjakan di perkebunan. Kurikulum yang digunakan hanyalah membaca, menulis dan berhitung saja, hanya berupa pengetahuan yang paling dasar dan sederhana.

12

Bagi Belanda proses kristenisasi adalah proses pembelajaran, karena pendidikan yang disebarluaskan oleh pemerintah Belanda dimasukkan unsure-unsur Kristen, oleh karena itu pada awal perluasan pendidikan Belanda di Indonesia selalu dilakukan oleh para pendeta.

13

Ibid., hlm. 48 14


(26)

Sistem pendidikan pada masa pemerintahan Jepang hampir sama dengan sistem pendidikan sekarang.

Sekolah Dasar pada masa Pemerintahan Jepang disebut Sekolah Rakyat (Kokumin Gakko) sedangkan masa Belanda sekolah dasar adalah volkschool. Sekolah ini terbuka bagi semua gologan penduduk. Lama pendidikannya 6 (enam) tahun.

Setelah Sekolah Dasar dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu Gakko). Setelah itu dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Tinggi (Koto Chu Gakko). Lama pendidikannya 3 tahun untuk SMP dan tiga tahun untuk SMT. Sekolah Kejuruan Menengah yang ada adalah Sekolah Pertukangan (Kogyo Gakko) dan Sekolah Teknik Menengah (Kogyo Semmon Gakko).15

Awalnya sekolah menengah Jepang tersebut diteruskan. Sekolah Menengah Umum Jepang berkedudukan di Medan dan Tarutung, tetapi Belanda kembali berusaha untuk

Kalau digambarkan dalam suatu bagan, sistem persekolahan pada zaman Jepang tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan sesudah kemerdekaan. Pelajaran yang diajarkan semuanya dalam bahasa Indonesia dan ditambah dengan bahasa Jepang, ditambah latihan jasmani dan latihan baris-berbaris.

Pendidikan Sekolah Menengah Jepang sangat singkat sekali karena setelah Jepang bertekuk lutut pada sekutu maka Sekolah Menengah diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan namanya berubah menjadi Sekolah Rakyat. Sekolah Rakyat ini berlangsung dalam suasana perang kemerdekaan. Sekolah terkadang ditutup karena adanya serangan dari Belanda, guru-guru sering meninggalkan tugas karena ikut serta dalam kegiatan militer demi untuk mempertahankan Republik Indonesia.

15

Sumarsono Mestoko, Pendidikan Indonesia dari Jaman ke Jaman, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979, hlm. 89


(27)

menduduki kota Medan maka Sekolah Menengah Umum tersebut dipindahkan ke Pematang Siantar. Selain di Medan dan Tarutung Sekolah Menengah Umum tersebut juga didirikan di Padang Sidempuan. Setelah terbentuknya Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1948 maka banyak dibangun Sekolah Menengah Umum, karena tamatan Sekolah Menengah telah banyak maka didirikanlah Sekolah Menengah Tinggi di Pematang Siantar. Agresi Militer Belanda I melanda sebahagian besar daerah di Sumatera Utara maka Sekolah Menengah Tinggi kemudian dipindahkan ke Medan dan merupakan sekolah republik yang berada di bawah pendudukan Belanda, Sekolah Menengah Tinggi ini disebut dengan SMA Darurat.16

Dengan adanya Agresi Belanda I, sebahagian besar wilayah Sumatera Timur dikuasai oleh Belanda. Daerah yang dikuasai oleh Belanda didirikan sekolah menengah, MULO dan HBS kembali dibuka. Selain itu ada pula sekolah Middelbare School yang sudah menggunakan bahasa pengantar Indonesia dan bahasa pengantar bahasa Belanda, sekolah Middelbare School tidak hanya didirikan di Kota Medan tetapi di daerah lain seperti Pematang Siantar, Tanjung Balai, Tebing Tinggi dan Binjai yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia, di Medan sekolah Middelbare School menggunakan bahasa pengantar Belanda. Setelah para siswa tamat dari Middelbare School, mereka masuk sekolah VHO (Voorbeciding tot Hoger Onderwijs) sekolah ini merupakan sekolah persiapan untuk perguruan yang lebih tinggi. VHO dijadikan SMA Istimewa dan melaksanakan ujian sendiri tetapi setelah tahun 1951 SMA Istimewa ini disamakan dengan SMA biasa, dan sampai tahun 1953 di Sumatera Utara hanya memiliki 1 SMA Negeri.

17

16

Op., Cit. hlm. 51 17

Ibid., hlm 83

SMA Istimewa diubah menjadi SMA Umum berhubung adanya proses Nasionalisasi di Indonesia. Siswa-siswa dapat berasal


(28)

dari kalangan manapun, hanya saja sekolah ini menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Setelah kemerdekaan sistem pendidikan tidak didasarkan oleh sistem golongan yang berdasarkan bangsa maupun status sosial, berikut adalah tingkatan sekolah setelah kemerdekaan:

Pendidikan terendah di Indonesia adalah sekolah dasar. Pada tahun 1945 disebut juga Sekolah Rakyat (SR). lama pendidikan selama 6 tahun. Pendidikan Menengah terbagi atas 2 tingkatan, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Masing-masing tingkatan lamanya 3 (tiga) tahun. Tingkat pendidikan menengah ini terbagi atas dua jenis, yaitu : sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan.18

Apabila dibandingkan dengan jumlah pertambahan penduduk, maka sarana pendidikan tidak dapat menampung jumlah anak-anak usia sekolah, baik di tingkat SD apalagi di tingkat SMP dan SMA. Hal ini menyebabkan jumlah angkatan kerja menjadi Dalam pelaksanaan pembangunan nasional setelah kemerdekaan di segala bidang, memmerlukan fondasi berupa kecerdasan. Untuk melaksanakan ini pemerintah telah membangun gedung-gedung sekolah dan menambah tenaga pengajar dalam bentuk Inpres, dan atas kebijakan pemerintah daerah setempat, Karena gedung dan tenaga pengajar merupakan sumber pokok dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Kota Medan sebagai pusat pendidikan di Sumatera Utara dalam memajukan pendidikan telah berusaha memperbanyak gedung-gedung sekolah dan tenaga pengajar sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Walaupun kebutuhan ini masih jauh dari yang diharapkan, namun manfaatnya mulai terasa bagi masyarakat kota dan sekitarnya.

18

Sumarsono Mestoko, Pendidikan Indonesia dari Jaman ke Jaman, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979, hlm.98


(29)

bertambah, karena tidak dapat melanjutkan sekolah.19

Perkembangan yang cukup baik terjadi di tahun 1980an. Di masa ini terjadi peningkatan jumlah sekolah yang cukup pesat seperti di tahun 1981, jumlah keseluruhan SD, SMP, SMA baik negeri maupun swasta berjumlah 975 sekolah. Angka ini menunjukkan perkembangan yang baik dari sekolah-sekolah yang ada di Medan. Di tahun 1982 jumlah sekolah di Kota Medan telah berjumlah 1080 sekolah. Di tahun 1983 jumlah sekolah-sekolah di Kota Medan kembali meningkat hingga mampu mencapai 1185 sekolah. Di tahun 1984 sekolah kembali meningkat hingga berjumlah 1207 sekolah. Di tahun 1985 sekolah-sekolah kembali meningkat hingga 1288 sekolah, tahun 1986 berjumlah 1348 sekolah, di tahun 1987 kembali meningkat hingga 1393 sekolah, di tahun 1988 berjumlah 1419 sekolah, tahun 1989 Meningkatnya angkatan kerja tahun 1970an dikarenakan jumlah SMP dan SMA swasta masih sangat terbatas. SMP dan SMA negeri jumlah siswanya telah dibatasi berdasarkan kuota yang disediakan. Hal ini menyebabkan anak-anak usia sekolah yang tidak mendapatkan kesempatan masuk ke sekolah negeri tidak mendapat kesempatan belajar dikarenakan sejumlah sekolah swasta yang ada tidak mampu menampung jumlah usia sekolah yang ada pada saat itu, sebab mereka memiliki kuota siswa yang akan diterima.

Di tahun 1970 jumlah sekolah yang ada baik SD, SMP, SMA negeri maupun swasta masih dalam jumlah yang terbatas, terutama di pihak sekolah-sekolah swasta. Sekolah ini masih terbatas sekali, sementara angka usia sekolah meningkat. Sekolah negeri pun tidak banyak seperti sekarang, jadi dapat dikatakan sekolah belum mampu menampung anak usia sekolah pada tahun 1970an.

19

Bayo Suti, Medan Menuju Kota Metropolitan, Medan: Yayasan Potensi Pembangunan Daerah, 1979, hlm 102


(30)

jumlahnya kembali meningkat hingga 1470 sekolah, tahun 1990 jumlahnya hanya bertambah 5 sekolah saja menjadi 1475 sekolah.20

20

Cabang Perwakilan BPS Kantor Statistik Kotamadya Mdan, Kotamdya Medan Angka Tahun 1991, Medan: Kantor Statistik Kotamadya Medan, 1992, hlm. 54

Dari sini dapat dilihat bahwa perkembangan sekolah tidak begitu teratur tiap tahunnya, angka pertumbuhan terjadi secara acak. Walaupun demikian dapat dilihat bahwa perkembangan sekolah-sekolah di Medan cukup baik dan dijadikan sebagai alasan bahwa Medan sangat memperhatikan dunia pendidikan dan mampu memenuhi kebutuhannya akan tuntutan dunia pendidikan.

Pengelolaan SLTP dan SLTA, IKIP Medan akan menyediakan 9000 guru bagi SLTP dan SLTA untuk Sumatera Utara, ini menunjukkan kebutuhan guru sangat diperlukan bagi sekolah-sekolah.

Dilihat dari keterangan diatas bahwa perkembangan sekolah di Sumatera Utara sangat cepat, ini bisa terjadi karena makin tingginya minat masyarakat untuk mendapat pendidikan, selain itu pemerintah memajukan pendidikan dengan menambah jumlah sekolah-sekolah negeri, pihak swasta juga tak kalah banyak membuka sekolah-sekolah dan dengan jumlah yang tidak sedikit, hal ini terjadi karena pemerintah selalu memberi dukungan kepada pihak swasta yang ingin membuka sekolah untuk memajukan pendidikan di kota Medan.


(31)

2.2 Letak Geografis

Ibukota Sumatera Utara adalah Medan yang terletak di antara 30 301–300 481 Lintang Utara dan 980 391–980 471 Bujur Timur, berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara yang dikelilingi Kabupaten Deli Serdang. Terhitung mulai 21 September 1951 melalui keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No.66/III/PSU, Kota Medan diperluas tiga kali lipat dan disusul Maklumat Walikota Medan No. 21 tanggal 29 September 1951 dan menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan: Medan Baru, Medan Barat, Medan Timur, Medan Selatan.21

Kota Medan sangat cepat berkembang karena letak Kota Medan yang strategis, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 areal Kotamadya Medan ditambah 21. 380 hektar yang diambil dari daerah Tk. II Kabupaten Deli Serdang, sehingga luasnya bertambah menjadi 26.510 hektar.22 Kecamatan bertambah dari 4 kecamatan menjadi 11 kecamatan yaitu, Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Deli, Medan Sunggal, Medan Denai, Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Baru, Medan Barat, Medan Kota dan Medan Timur.23

21

Bayo Suti, Op.cit., hlm 24. 22

Ibid., hlm 19 23

Statistik Kotamadya Medan, Op, cit., hlm 11

Daerah perluasan keseluruhannya berasal dari Daerah Deli Serdang, tanahnya sebahagian besar berstatus tanah Negara/garapan dan sebagian lagi berstatus tanah Adat/Swapraja yang merupakan tanah pertanian (ladang dan sawah), masih ada juga yang berbentuk rawa-rawa yang dikuasai dan digarap oleh perseorangan yang relatif luas.


(32)

Kota Medan merupakan kota yang dinamis, kota terbesar di Sumatera dan ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Ada 2 faktor yang menyebabkan Kampung Medan Puteri mengalami perkembangan yang pesat yaitu karena,

1. Terletak di antara pertemuan 2 sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura, yang terletak tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga Kampung Medan Putri merupakan cikal bakal Kota Medan sangat cepat berkembang dan menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Kampung Medan Putri yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura (Sebelah Kantor Walikota sekarang) didirikan oleh Guru Patimpus. Perkembangan Kampung Medan yang sangat cepat tidak terlepas dari adanya perkebunan tembakau yang terkenal dengan Tembakau Delinya.

2. Karena Tembakau Deli dikenal merupakan tembakau terbaik untuk membungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Jacobs Nienhuys, Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht24

24

Erfpacht adalah sewa jangka panjang yang diberikan sultan Deli kepada pemerintah kolonial selama 99 tahun.

20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau Deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu. Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan De Deli Maatscapij di Labuhan, dan melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari


(33)

Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan.25

Perpindahan kantor dari Labuhan ke Medan menyebabakan kegaitan menjadi banyak terpusat di Kota Medan, sehingga pada tahun 1870 Belanda membentuk Keresidenan Sumatera Timur dan menetapkan Kota Medan sebagai ibukotanya pada tahun 1884. Pada tahun 1918 pemerintah kolonial menetapkan Kota Medan menjadi Kotapraja

26

, setelah membeli tanah seluas 15,83 km2 dari Sultan Deli untuk kepentingan kota. Untuk dapat mendukung fungsi Kota Medan, maka pada tahun 1908 pemerintah Belanda membangun gedung Gemente27 yang dikenal sebagai Balai Kota, pada tahun 1911 dibangun pula gedung Kantor Pos yang sampai sekarang masih digunakan dengan fungsi yang sama, terdapat juga pusat pertokoan Kesawan, mulai berdiri dari tahun 1876 yang letaknya tidak jauh dari Kantor Pos dan Balai Kota. Selama beberapa dasawarsa daerah pertokoan ini menjadi pusat perbelanjaan masyarakat Eropah dan mengalami kejayaan sampai tahun 60-an. Yayasan Tunas Kartika yang berada di jl. Binjai KM 7,5 Medan, SMA Kartika I-1 yang bertempat di jl. S. Parman Medan, dan SMA Kartika I-2 yang berada di jl. Gaperta Helvetia Medan. Dalam penelitian dilakukan wawancara tidak berstruktur dengan informan yang terlibat langsung dengan kegiatan di Yayasan Tunas Kartika dan pendidikan di SMA Tunas Kartika I-1 dan I-2

25

Statistik Kotamadya Medan, Op. cit., hlm iii 26

Kotapraja Medan pada waktu itu terdiri dari 4 kampung yaitu: Kesawan, Kampung Sungai Regas, Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir. Setelah itu tumbuh lagi Kampung Aur dan Kampung Keling. Said Efendi, Strategi Pembangunan Mewujudkan Kota Medan Bestari, Medan: Yayasan Pola Pengembangan Daerah Medan-Indonesia, 1997, hlm 39

27


(34)

2.3 Keadaan Penduduk di Kota Medan

Medan dalam bahasa Melayu berarti “tempat berkumpul”, karena sejak zaman dahulu Medan adalah tempat berkumpulnya orang dari Hamparan Perak, Sukapiring dan lainnya untuk berdagang, bertaruh dan lain-lain.28 Suku asli wilayah Sumatera Timur adalah etnis Melayu, Batak Karo, dan Batak Simalungun, umumnya mereka bekerja sebagai petani.29 John Anderson, seorang pegawai Kerajaan Inggris dari Penang, dalam kunjungannya ke Medan pada tahun 1823 menemukan bahwa Medan saat itu masih merupakan sebuah kampong kecil berpenduduk sekitar 200 orang.30

Bangsa asing datang untuk membuka perkebunan di Sumatera Timur, hal ini memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan penduduk Kota Medan, karena kedatangan bangsa Belanda ke Sumatera Timur untuk menanam investasi dengan membuka perkebunan telah memberikan keuntungan kepada masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk dengan demikian banyak masyarakat Sumatera Timur yang bekerja di perusahaan milik Belanda.

Namun karena letak geografis Kota Medan yang sangat mendukung, yaitu karena terdapat pertemuan 2 sungai, yaitu Sungai Babura dan Deli yang pada saat itu dijadikan tempat lalu lintas perdagangan yang ramai maka banyak orang yang datang dari berbagai daerah berkumpul untuk melakukan aktivitas perdagangan. Kemudian Belanda datang dan menguasai Tanah Deli sejak tahun 1858, setelah Sultan Ismail, penguasa Kerajaan Siak Sri Indrapura, memberikan beberapa bekas tanah kekuasaannya, Deli, Langkat dan Serdang.

28

T.Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Perwira, 1991. hlm.,53 29

Anthony Reid, Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera,(terj. Tim Pustaka Sinar Harapan) Jakarta : PustakaSinar Harapan, 1978. hlm., 87

30


(35)

Pada saat pemerintah Belanda menetapkan medan sebagai kotapraja pada tahun 1918 penduduk Kota Medan telah berjumlah 43.826 jiwa, yang terdiri dari 409 bangsa Eropa, 25.000 orang Indonesia, 8.269 bangsa Cina dan 130 orang adalah bangsa Asia lainnya, artinya Kota Medan telah dihuni oleh beragam bangsa dari sejak dahulu.31

Pemerintahan Kota Medan pada saat Medan menjadi Kotapraja, Medan terbelah menjadi 2 bagian yaitu, wilayah pemerintahan pihak Belanda (Gemeente) dan wilayah pemerintahan di bawah kekuasaan Kerajaan Deli yang disebut Landschap. Garis pemisah antara kedua daerah ini adalah Jl Anatara (sekarang Jl. Sutrisno). Kampung Sungai Rengas Kondisi Sumatera Timur pada awal berkembangnya perkebunan ditandai dengan melimpahnya kekayaan para Sultan pada pertengahan abad ke 19. Namun kondisi tersebut telah membantu bagi berkembangnya kota di awal abad ke 20 dengan banyak didirikannya berbagai macam infrastruktur kota.

Akibat banyak pendatang yang bekerja untuk perkebunan-perkebunan Belanda maka penduduk Kota Medan berkembang dan semakin bertambah. Ada beberapa etnis yang didatangkan ke daerah Sumatera Timur untuk bekerja di perkebunan milik Belanda, mereka adalah etnis Cina, India, dan Jawa, mereka datang untuk bekerja sebagai kuli. Pengaruh asing yang datang tidak hanya di sektor perkebunan tetapi juga di sektor ekonomi. Sektor ekonomi banyak dipengaruhi oleh orang Cina, walaupun pada mulanya etnis ini datang perkebunan untuk menjadi kuli, di perkebunan. Orang Cina sebagai golongan masyarakat kelas dua setelah bangsa Eropa diberikan kemudahan oleh Pemerintah Belanda untuk membuka kebun, beternak babi dan membuka kedai di sekitar perkebunan, agar dapat mensuplai kuli di perkebunan dan tuan asisten di perkebunan.

31


(36)

Petisah, Kampung Keling dan lainnya masuk daerah Kotapraja, Kampung Sungai Mati, Kampung Baru, Sungai Kera dan Kota Matsum dan lainya masuk ke daerah Kerajaan Deli. Pembagian dua wilayah ini menyebabkan tidak samanya hak yang dimiliki oleh warga kota.

Di Kota Medan Orang Cina terpusat di daerah Kesawan (sampai sekarang masih disebut Kesawan) lalu orang India atau keling terpusat di Kampung Keling (sampai sekarang masih disebut Kampung Keling). Perkampungan tersebut merupakan komunitas tersendiri dari masyarakat tersebut. Berbagai fasilitas dan sarana yang dibangun oleh pemerintah Belanda di Kota Medan telah membantu perkembangan kota di awal abad ke 20. Kehidupan yang ada di Kota Medan sangat beragam karena terdiri dari berbagai macam etnis di Kota Medan yang memberikan warna bagi terbentuknya kota.

Dengan kemajuan Kota Medan serta tersedianya sarana yang semakin baik sehingga mendorong pertumbuhan penduduk, tahun 1905 jumlah penduduk Kota Medan berjumlah 14.250 jiwa, ditahun 1920 bertambah menjadi 45.248 jiwa dan terus naik jumlahnya di tahun 1930 menjad 74.976jiwa.32

Penduduk Kotamadya Medan sampai periode Desember 1973 berjumlah 626.242 jiwa terdiri dari 309.390 jiwa laki-laki dan 316.842 perempuan, dengan kepadatan penduduk 1220 jiwa/Km2. Sedangkan penduduk perluasan sampai Desember tahun 1973 berjumlah 385.743 jiwa. Dengan demikian pada saat perluasan Kotamadya Medan dilaksankan penduduk seluruhnya berjumlah 984.985 jiwa. Kenaikan penduduk tidaklah hanya disebabkan oleh kelahiran saja, tetapi karena terjadinya urbanisasi.33

32

Said Efendi, Strategi Pembangunan Mewujudkan Pembangunan Kota Medan Bestari, Medan: Yayasan Pola Pengembangan Daerah Medan-Indonesia, 1997, hlm92

33

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota

Urbanisasi terjadi karena beberapa faktor yang terdapat dalam kota tempat tujuan misalnya, lapangan pekerjaan


(37)

yang tersedia, fasilitas pendidikan yang baik serta faktor lain yang menarik bagi masyarakat pedesaan

Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 1981 sampai 199034

No Tahun Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 341.274 634.192 664.995 671.459 987.661 1.041.137 1.089.213 1.129.686 1.205.802 1.227.652 1.373.747 1.418.550 1.460.218 1.505.806 1.552.817 1.594.934 1.699.865 1.749.207 1.807.466

Sumber: Statistik Kotamadya Medan, Statistik Tahunan Kotamadya Medan Tahun 1987, Medan: Kantor Statistik Kotamadya Medan, 1989

34


(38)

Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan

No Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

I 1961 479.090 Jiwa –

II 1971 635.562 Jiwa 2,90%

III 1980 1.378.953 Jiwa 12,99%

IV 1990 1.730.752 Jiwa 2,30%

Sumber: Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980 dan 1990.

Pada tahun 1971-1980 Kota Medan merupakan daerah yang tertinggi laju pertumbuhannya yakni sebesar 12,99%. Hal ini disebabkan adanya perluasan wilayah pada tahun 1974. Akan tetapi secara riil rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebelum perluasan wilayah adalah 3,58%. Kepadatan penduduk merupakan pengaruh daripada tekanan penduduk di suatu daerah.

Dari kedua tabel diatas dapat dilihat Kota Medan dari segi perkembangan penduduknya telah berkembang dengan pesat. Perkembangan penduduk di kota Medan di pengaruhi oleh angka kelahiran dari masyarakat asli Medan dan dipengaruhi oleh masyarakat pendatang yang memilih untuk berdomisili di Medan, sehingga menambah jumlah penduduk di Kota Medan setiap tahunnya, tidaklah mengherankan bila akhirnya Kota Medan mampu berkembang menjadi salah satu kota besar di Indonesia, ditinjau dari segi pembangunan maupun pertumbuhan jumlah penduduknya.


(39)

BAB III

PERKEMBANGAN YAYASAN TUNAS KARTIKA MEDAN

3.1 Awal Berdirinya Yayasan Tunas Kartika di Medan

Yayasan Tunas Kartika berdiri tidak terlepas dari peran Organisasi Persit, Organisasi Persit bertujuan untuk mensejahterakan prajurit35

Cara lain yang dilakukan Persit untuk mencapai tujuan tersebut yaitu melalui pendidikan. Pendidikan merupakan kegiatan dalam Organisasi Persit, yaitu dengan mengelola sekolah yang ada dengan baik. Untuk itu Persit banyak mendirikan sekolah-sekolah bagi anak-anak prajurit yang pada saat itu membutuhkan pendidikan. sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yaitu membantu Kepala Staf TNI Angkatan Darat dalam membentuk dan meningkatkan ketahanan mental dan fisik, kesejahteraan material dan spiritual prajurit serta keluarganya dalam melaksanakan tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik.

Untuk mencapai tujuannya Organisasi Persit melakukan usaha di berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang ekonomi. Di dalam bidang ekonomi ini terdapat kegiatan koperasi. Dari koperasi ini secara tidak langsung para istri prajurit mendapatkan berbagai kemudahan, contohnya kredit atau angsuran berbagai barang, barang-barang kebutuhan rumah tangga, dll. Koperasi perkreditan barang ini ditujukan untuk memberikkan bantuan berupa kredit barang kepada para istri tentara. Dengan kondisi yang demikian seorang istri prajurit secara perlahan-lahan dapat memenuhi kebutuhannya dengan mudah. Ini merupakan salah satu cara agar para prajurit dapat sejahtera.

35

Wawancara dengan Ibu Ngairah Sukowartono yang telah bekerja di Yayasan Tunas Kartika. Wawancara dilakukan tanggal 28 Oktober 2007 di di rumah Ibu Ngairah Sukowartono yang bertempat di Jalan Jamin Ginting Kompleks Pamen no G 11.


(40)

sekolah yang didirikan pada awalnya hanya di batalion-batalion yang letaknya jauh dari kota dan jauh dari sekolah, dan sekolah yang didirikan hanya taman kanak-kanak saja, terutama anak-anak dari prajurit dapat mudah mendapat pendidikan.

Perkembangan sekolah yang telah dibangun Persatuan Istri Prajurit ini sangat cepat sehingga dituntut adanya perhatian sendiri dari Persatuan Istri Prajurit, tidak cukup hanya diperhatikan oleh bagian dari Seksi Kebudayaan dan pengelolaan sekolah tidak dapat hanya mengandalkan bendahara sesuai dengan tingkat kepengurusan Persit Kartika Chandra Kirana Bukit Barisan maka muncul ide dari Ibu Blondina Leo Lopolissa yang saat itu menjabat sebagai Ketua Daerah II untuk membentuk yayasan. Kemudian Persit mengadakan rapat-rapat agar dapat mewujudkan ide tersebut dan membentuk suatu lembaga yang berbentuk yayasan yang dapat mengelola sekolah dengan baik, dan setelah sepakat maka dibentuklah Yayasan Tunas Kartika.

Yayasan Tunas Kartika lahir pada tanggal 18 September 1970, didirikan oleh Nyonya Blondina Leo Lopolissa. Yayasan ini sangat didukung oleh Organisasi Persit dan TNI, dan juga mendapat dukungan dari semua pihak. Pada saat itu yayasan belum berbadan hukum, yaitu belum disahkan oleh notaris karena mengingat yayasan yang masih baru dibentuk sehingga masih dalam tahap belajar dalam menjalankan suatu badan organisasi. Yayasan Tunas Kartika hanya menangani bidang pendidikan saja, sedangkan bidang yang lain ditangani oleh Organisasi Persit. Sewaktu diresmikan Yayasan Tunas Kartika mengelola 15 sekolah, yaitu 8 Taman Kanak-kanak, 3 Sekolah Dasar, 2 Sekolah Lanjutan, 1 Sekolah Menengah Umum dan 1 Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas. Sekolah-sekolah diatas merupakan sekolah yang sebelumnya dikelola oleh Organisasi Persit. Sekolah Taman


(41)

Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sudah ada sebelum didirikannya Yayasan Tunas Kartika.

Seiring dengan kemajuan yayasan yang terus berjalan, sekolah yang dikelola oleh yayasan semakin bertambah banyak, karena sekolah-sekolah yang didirikan oleh Persatuan Istri Prajurit itu bukan hanya untuk dikalangan sendiri tetapi meluas karena masyarakat di sekitar juga membutuhkan sekolah. Sekolah-sekolah yang telah dibangun pun mengalami kemajuan baik dari segi mutu sekolah maupun dari jumlah murid dan sekolah.

Semua kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu prajurit langsung bertanggung jawab kepada Persit, baik itu Koperasi, Yayasan, maupun kegiatan di bidang lainnya. Yayasan Tunas Kartika secara tegas menekankan bahwa Yayasan Tunas Kartika bukan yayasan yang bersifat mencari dana, Yayasan Tunas Kartika tidak hanya mengelola sekolah saja, tetapi juga banyak melakukan kegiatan sosial lannya seperti pemberian beasiswa yang ditujukkan kepada masyarakat umum yang bersekolah di Sekolah Tunas Kartika berdasarkan tingkat intelektualas (prestasi) anak tersebut. Selain itu Yayasan Tunas Kartika juga memberikan sumbangan kepada panti jompo dan anak-anak yatim, maupun orang yang membutuhkan pada saat kegiatan bakti sosial tersebut dilaksanakan.


(42)

3.2 Kepengurusan Yayasan Tunas Kartika

Seiring dengan kemajuan yayasan yang terus maju dan berkembang, maka ketua yayasan pun mengalami pergantian. Nyonya Blondina Leo Lopolissa digantikan oleh Nyonya Yasir Hadibroto yang memulai masa baktinya pada tanggal 29 Agustus 1971 sampai tahun 1973. Pada masa ini sekolah-sekolah yang dikelola oleh yayasan sudah sangat dikenal di lingkungan masyarakat, dan menjadi sekolah pilihan setelah sekolah negeri. Murid yang akan masuk ke Sekolah Tunas Kartika akan diseleksi terlebih dahulu. Para pengelola sekolah yaitu para guru yang dipimpin oleh Kepala Sekolah memberikan pengorbanan tenaga dan waktu yang tinggi terhadap tugas-tugasnya. Begitu juga dengan pengurus yayasan, disela-sela kesibukannya menjadi ibu rumah tangga tetapi masih tetap dapat memberikan kontribusi yang maksimal kepada yayasan. Pengurus yayasan sangat aktif agar sekolah-sekolah dikenal dan bermutu.

Yayasan juga turut hadir dalam sebuah rapat kerja untuk para pengelola sekolah swasta seluruh Indonesia di Jakarta, yayasan mengutus ibu Ngairah Sukowartono sebagai wakil dari daerah Sumatera Utara, ia menjabat sebagai Urusan Persekolahan. Medan belum membentuk organisasi yayasan yang mengelola sekolah swasta yang disebut MPS (Musyawarah Perguruan Swasta). Yayasan Tunas Kartika menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya organisasi ini. Begitu juga dengan organisasi yang lebih khusus yaitu GOPTKI (Gabungan Organisasi Pengelola Taman Kanak-Kanak Indonesia). Yayasan Tunas Kartika sangat aktif dan selalu ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus, baik di pusat maupun di daerah. Selalu ikut di setiap penataran yang diadakan untuk meningkatkan pengetahuan para guru, baik yang diselenggarakan oleh Depdikbud maupun lembaga lainnya, sepanjang ada kaitannya untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik di


(43)

Kota Medan maupun di kota-kota lainnya Yayasan Tunas Kartika selalu ikut dan selalu memberikan dukungan penuh.36

Kedua, Pangkowilhan I yang dijabat oleh Mayor Jenderal TNI/AD Moko Ginta memberikan instruksi melalui Kakanwil Depdikbud Propinsi Sumut untuk membaurkan sekolah SD non pribumi dengan Sekolah Dasar pribumi. Yayasan Tunas Kartika ikut dalam proses tersebut dengan cara menggabungkan SD Tunas Kartika III dengan SD Sedjati

Ibu Yasir Hadibroto mengabdikan tugas ke Yayasan Tunas Kartika selama 21 bulan, lalu digantikan oleh Ibu Alex Prawira Atmaja dan memulai masa baktinya tanggal 3 April 1973 sampai 28 Januari 1975. Ada dua hal yang menonjol yang terjadi pada ruang lingkup sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika pada saat masa pimpinan Ibu Alex Prawira Atmaja, pertama adalah pembebasan uang sekolah (sumbangan pokok belajar) bagi siswa yang berprestasi yang memasuki sebutan “sepuluh besar” dalam kelas mereka, dibebaskan membayar SPP selama 6 bulan. Hal ini memberikan dampak yang positif bagi anak didik, mereka menjadi saling bersaing untuk menaikkan prestasi kelas/sekolah, dan menciptakan suasana kompetitif yang sehat.

37 dan mendapat hasil yang baik, pembauran ini menghasilkan siswa yang cerdas dan kritis, dan berhasil mengundang berbagai prestasi dari Kanwil Depdikbud Medan.38

36

Ibid., hlm 26 37

SD Sedjati merupakan SD non pribumi, mereka masih menggunakan bahasa mandarin sebagai pengantar dalam proses belajar. Pembauran ini bertujuan untuk membantu agar SD ini dapat menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar. SD Sedjati ini terletak di Jl. Barus No 14 Medan.

38

Loc.Cit..

Ibu Alex tidak hanya memberi perhatian untuk meningkatkan mutu sekolah saja tetapi juga mengembangkan masalah untuk meningkatkan pendapatan untuk urusan ekonomi yayasan termasuk para guru dan karyawan sekolah.


(44)

Membentuk koperasi kecil-kecilan, koperasi ini menggiatkan usaha simpan pinjam, dan mengadakan barang-barang keperluan rumah tangga yang bisa dibeli dengan sistem angsuran, membuat bazar dan pameran. Koperasi yang belum lama berdiri ini hasilnya bisa langsung dirasakan. Yayasan membeli lemari es yang baru dan sebuah piano. Para Kepala Sekolah diberi dukungan sebuah sepeda motor.39

Peralatan drumband didapat dari Brigade Jenderal TNI/AD Ismail yang pada saat itu menjadi Pembina Yayasan Tunas Kartika, yang melatih adalah bapak-bapak dari anggota Brigif 7/Rimba Raya. Hasilnya pada saat setiap ulang tahun yayasan selalu tampil dengan baik, begitu pula pada hari-hari penting lainnya seperti pada Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, Hari Ulang Tahun Pramuka tanggal 14 Agustus. Hal ini membuat anak-anak lebih

Ibu Alex Prawira Atmaja mengabdi selama 22 bulan, lalu digantikan oleh Ibu Soekotjo pada tanggal 28 Januari 1975 sampai 11 Agustus 1977. Keadaan sekolah dan yayasan masih tetap sama, berkembang baik dan tugas pengelola menjadi sebuah rutinitas dengan masanya. Ibu Soekotjo mengakhiri masa bakti dan digantikan oleh Ibu Ismail. Ibu Ismail memberikan perhatian lebih terhadap kegiatan ekstrakulikuler. Ibu Ismail banyak memberikan ide-ide sekaligus mewujudkannya. Salah satu kegiatan yang beliau laksanakan adalah kegiatan drumband dan atletik seperti lari, lompat jauh, senam dan lainnya. Menurut beliau kegiatan formal yang diberikan dan dilaksanakan oleh sekolah yaitu dengan mempelajari berbagai hal yang sesuai dengan kurikulum Depdikbud sama pentingnya dengan kegiatan non formal yang dilaksanakan di sekolah. Kegiatan non formal antara lain adalah, pendidikan budi pekerti, etiket, agama, kesenian, dan pramuka yang pada waktu itu belum wajib seperti sekarang.

39


(45)

bangga pada sekolahnya sendiri dan tentunya pada keahliannya. Drumband mereka berhasil meraih prestasi tertinggi yaitu juara I dalam kejuaraan drumband se-Kodya Medan tiga kali berturut-turut (1977,1978, dan 1979).40

Pada tahun 1979, pembina pramuka di lingkungan sekolah Tunas Kartika mengadakan silaturahmi ke Semarang. Mereka sangat mengagumi kegiatan pramuka yang ada di Jawa Tengah dengan salah satu keahlian anggota pramuka Siaga dalam bermain sepeda roda satu. Ibu Ismail memaklumi kekaguman dari para pembina pramuka dan Ibu Ismail memboyong sepeda untuk melatih keseimbangan para pramuka tingkat siaga ke Medan, dan di Medan hanya sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika yang mempunyai sepeda roda satu.41

Yayasan tidak hanya mengelola sekolah-sekolah umum saja tetapi juga mengelola sekolah kejuaran yaitu SKKP

42

dan SKKA43 yang letaknya di Kawasan Deli Serdang.44

40

Pada saat itu Pembina tidak berani memberikan usul agar anak-anak di Medan memiliki sepeda roda satu, dan Ibu Ismail memaklumi keingin para Pembina ini agar anak-anak di Medan mendapat keterampilan yang sama dalam menggunakan sepeda roda satu. Kemudian Ibu Ismail menawarkan untuk membeli sepeda tersebut dan segera dikirim ke Medan sehingga menjadi satu-satunya gugus depan di Sumatera yang memiliki keahlian menggunakan sepeda roda satu. Ibid.,

41

Wawancara dengan ibu Soekomartono yang telah bekerja di Yayasan Tunas Kartika. Wawancara dilakukan tanggal 28 Oktober 2007 di di rumah Ibu Ngairah Sukowartono yang bertempat di Jalan Jamin Ginting Kompleks Pamen no G 11.

42

SKKP adalah Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama. 43

SKKA adalah Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas. 44

Ibu Ngairah Sukowartono tidak dapat mengingat alamat sekolah SKKP dan SKKA dengan jelas, ia hanya menyebutkan di Deli Serdang dan sekolah ini tidak lama dijalankan karena status tanahnya yang belum jelas.

Namun karena masalah dengan status tanah tempat belajar yang tidak jelas, dan akhirnya pembina harian mengadakan musyawarah dengan Bupati Deli Serdang agar sekolah dikembalikan ke Pemda setempat. Bupati setempat menyetujuinya dan sebagai tanda sepakat pihak Pemda menyerahkan dua buah mesin jahit dan sebuah mesin obras kepada Persit Kartika Chandra Kirana Pengurus Daerah II/Bukit Barisan. Mesin-mesin jahit itu selanjutnya


(46)

dikelola yayasan dan diserahkah kepada warakawuri45

Dengan demikian untuk pertama kalinya sejak mulai berdiri ketua yayasan dijabat oleh Wakil Ketua Daerah. Nyonya DM Lintang yang menjadi Wakil Ketua Daerah, maka Nyonya DM Lintang memulai masa baktinya tanggal 30 Desember 1980, melalui serah terima Ketua Yayasan dari Ibu Latifah M Sanif. Tidak lama setelah beliau menjabat, dari Pengurus Pusat mengeluarkan instruksi melalui surat nomor : 144, tanggal 30 Desember 1982 tentang kepengurusan yayasan. Diantaranya adalah Pasal 8 ayat 5 butir a : bahwa, Ketua Yayasan adalah Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah/Gabungan/Cabang BS. Yayasan semakin maju dan berkembang pada masa ini, di kalangan para guru, terdapat kebanggaan sebagai pengajar di sekolah swasta milik organisasi Persit. Yayasan sendiri geraknya untuk mewujudkan komitmen organisasi Induk yaitu Persit Kartika Chandra Kirana makin menunjukan kemajuan.

, mesin jahit tersebut digunakan untuk membuat seragam untuk TK yang dijual kepada orang tua murid dengan mengambil sedikit keuntungan, keuntungan tersebut dimanfaatkan untuk putera-puteri warakawuri yang membutuhkan baju seragam sekolah.

Ibu Ismail kemudian digantikan oleh Ibu Latifah M Sanif yang memulai tugas dari 10 Maret 1980, pada masa inilah pendirian Yayasan Tunas Kartika dikukuhkan secara resmi dihadapan notaris bernama Kusmulyanto Ongko. Akte yang bernillai tinggi bagi Yayasan Tunas Kartika ini bernomor : 14, dikeluarkan tanggal 4 Oktober 1980. Salah satu anggaran dasarnya adalah Ketua yayasan adalah Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah II/Bukit Barisan, yaitu Nyonya DM Lintang, wakil ketua yayasan adalah Ketua Seksi Kebudayaan Persit Kartika Chandra Kirana Daerah II/Bukit Barisan.

45

Warakawuri adalah istri prajurit Angkatan Darat yang suaminya telah meninggal saat masih dalam masa tugas.


(47)

Ketika Ketua Daerah di jabat oleh Ibu Eddy Sudrajat (masa bakti 17 Mei 1981-10 April 1983). Ibu Eddy merasa prihatin melihat daya tampung sekolah yang kecil, padahal peminat para calon anak didik sangat besar. Hal ini terjadi karena sekolah-sekolah inpres jumlahnya belum memadai. Begitu juga dengan kualitasnya, sedangkan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan sangat besar. Oleh karena itu, Ibu Eddy Sudrajat kemudian mencari upaya untuk meningkatkan daya tampung bagi para anak didik, dan jalannya adalah dengan membangun sebuah gedung, dan pada waktu itu ada yang menawari Yayasan Tunas Kartika untuk mengadakan penukaran. Gedung sekolah yang ada di Cut Mutia dan Jalan Kartini akan dirobohkan dan dibangun kembali menjadi sebuah hotel yang bertaraf internasional. Sebagai gantinya yayasan dibangunkan sebuah gedung baru di kawasan Gaperta Helvetia, kesepakatan terjadi dan bukan hanya sebuah gedung sekolah yang memenuhi syarat untuk berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik yang didapatkan tetapi yayasan juga mendapat sarana olahraga bagi anak didik kami yang cukup lengkap, lapangan bola kaki, lapangan basket, lapangan voli, lapangan tennis, sebuah gedung olah raga tempat olahraga badminton dan termasuk sebuah kolam renang. Ditambah lagi dengan bangunan kantor Persit Kartika Chandra Kirana.46

Gedung itu mulai digunakan pada tahun ajaran baru tahun 1983, gedung tersebut digunakan sebagai SMA Tunas Kartika 2, SMP Tunas Kartika 2 dan SD Tunas Kartika 1 dan 2, gedung tersebut diresmikan penggunaannya pada saat minggu pertama bulan Januari 1983, diresmikan oleh KASAD Jenderal TNI/AD M.Yusuf dan Menteri Depdikbud Bapak Daud Joesoef. Kemudian dilanjutkan dengan Ibu Elly Yusuf selaku ketua pengurus pusat Organisasi Persit Kartika Chandra Kirana, meresmikan kantor Persit Daerah II/Bukit Barisan.

46


(48)

Usaha Ibu Eddy Sudrajat tidak hanya sampai disitu saja, beliau juga memperhatikan kesejahteraan para guru dan karyawan, dengan cara mengadakan kerjasama dengan Perusahaan Ansuransi Bumi Putera, untuk membayarkan tunjangan hari tua. Iuran pertama sampai ketiga dibebaskan oleh yayasan, selanjutnya iuran tersebut dibayar oleh masing-masing guru. Ibu Eddy Sudrajat juga mengusahakan tunjangan kesehatan yaitu perawatan gratis untuk berobat di Rumah Sakit Puteri Hijau (rumah sakit milik Kodam I/BB) bagi para guru dan karyawan.47 Tetapi kedua hal ini hanya diperuntukan bagi guru tetap, dan apabila ingin berobat gratis, guru harus mendapat surat pengantar dari pengurus Yayasan Tunas Kartika.48

Saat Ibu Soetopo sedang bertugas sebagai Ketua Yayasan, terjadi perubahan dalam kepengurusan. Perubahan yang terjadi adalah hasil dari keputusan Musyawarah Pusat Persit Kartika Chandra Kirana ke III tanggal 25 April 1984. Keputusan dari musyawarah tersebut adalah Ketua Yayasan kembali dijabat oleh Ketua Daerah/Cabang/Gabungan/Cabang BS. Hal ini tercantum dalam akte notaris yang dibuat oleh notaris Kusmulyanto Ongko bernomor: 116 dikeluarkan tanggal 26 Maret 1985. Namun pelaksanaan pergantian Ketua Yayasan telah dilakukan terlebih dahulu pada tanggal 3 November 1984. Ibu Soetopo menyerahkan tugasnya kepada Ketua Daerah II, Ibu Harsudijono Hartas yang hanya memimpin yayasan selama 5 bulan, walaupun masa jabatannya relatif singkat tetapi beliau dalam memimpin yayasan sempat mengadakan pemilihan guru dan siswa terbaik. Ibu Harsudijono Hartas Ibu DN Lintang kemudian digantikan oleh Ibu RI Siregar pada tanggal 6 Januari 1983, beliau membaktikan diri selama 15 bulan, kemudian digantikan oleh Ibu Soetopo yang mengawali masa bakti tepat pada saat peringatan Hari Kartini, tanggal 21 April 1984.

47

Ibid.,hlm. 36 48

Wawancara dengan Ibu Ngairah Sukowartono yang telah bekerja di Yayasan Tunas Kartika. Wawancara dilakukan tanggal 28 Oktober 2007 di di rumah Ibu Ngairah Sukowartono yang bertempat di Jalan Jamin Ginting Kompleks Pamen no G 11.


(49)

digantikan oleh Ibu Soeripto tanggal 27 April 1985 dan mengakhiri tugasnya pada tanggal 28 Januari 1986.

Pada masa bakti Ibu Soeripto terjadi perubahan yang cukup besar di tubuh TNI/Angkatan Darat yang sangat berpengaruh terhadap yayasan49, yaitu pada tahun 1985 sesuai dengan hasil Rapim50

Dengan adanya perubahan tersebut Badan Pengurus Yayasan Tunas Kartika mengadakan rapat pada tanggal 12 Agustus 1986 yang memutuskan untuk mengadakan perubahan akte notaris yang dilaksanakan secara resmi tanggal 24 Nopember 1986, yaitu Yayasan selanjutnya bernama Yayasan Persit Kartika Chandra Kirana Daerah I/Bukit Barisan yang terletak di Jalan Binjai KM 7,5 Medan. Ini terdapat dalam pasal I Anggaran Dasar: Ayat a). Adapun perwakilan yayasan adalah Korem-Korem yang termasuk dalam Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan, yaitu: Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 012/Teuku Umar di Banda Aceh, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 011/Lilawangsa di Lhokseumawe, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 022/Pantai Timur di Pematang ABRI sebelumnya terjadi reorganisasi, khususnya dalam hal ini adalah TNI/Angkatan Darat. Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) ditiadakan dan terjadi pengurangan jumlah Kodam (Komando Daerah Militer). Kodam I yang semula membawahi Propinsi Aceh, selanjutnya dimekarkan menjadi seluruh wilayah Sumatera Utara (Sumbagut). Termasuk Propinsi Sumatera Barat yang menjadi Korem 032, Propinsi Sumatera Utara menjadi Korem 022 dan Korem 023, serta Propinsi Riau yang menjadi Korem 033.

49

Saat itu ruang lingkup Yayasan Tunas Kartika yang dilelola oleh Pengurus Daerah II meliputi Medan, Yayasan Wirabanti 17 Agustus Padang, Yayasan Putra Yani Pati di Pematang Siantar dan Yayasan Tugama dari Pomdam I/Bukit Barisan. Endang Sedaryanto,Perjalanan Bhakti, Medan: tanpa penerbit, 1997 hlm. 37

50


(50)

Siantar, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 023/Kawal Samodra di Sibolga, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 032/Wirabraja di Padang, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 031/Wirabima di Pekanbaru, dan Koordinator Perwakilan Yayasan Tunas Kartika di Medan. Terdapat dalam Pasal II ayat b), dan Pasal 2 yang menyatakan bahwa Badan Pengurus adalah 1) Ketua Yayasan adalah Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah I/Bukit Barisan Nyonya Maharani Ali Geno. 2) Wakil Ketua Yayasan adalah Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah I/Bukit Barisan Nyonya Basofi Sudirman.51

Setelah itu Ibu Maharani Ali Geno digantikan Ibu Asmono pada tahun 1987 sampai tahun 1990. Pada tahun 1990-an mulai banyak terjadi kenakalan remaja. Hampir di seluruh daerah terjadi kenakalan remaja, termasuk di Kota Medan dan wilayah Sumbagut.

Setelah terjadi perubahan di dalam tubuh TNI dan Yayasan Tunas Kartika tersebut maka sekolah yang dikelola dan menjadi tanggung jawab dari Yayasan Tunas Kartika di wilayah Sumbagut (Sumatera Bagian Utara) menjadi 82 buah sekolah, rinciannya adalah, TK 60 buah, SD 12 buah, Sekolah Menengah Pertama (sekarang SLTP) 6 buah, Sekolah Menengah Atas (sekarang SMA) 4 buah, dengan jumlah anak didik kurang lebih 13.000 siswa.

52

51

Ibid.,hlm. 38 52

Ibid., hlm. 46

Penyalahgunaan obat terlarang, main ding-dong dan kenakalan remaja lainnya. Hal ini membuat para orang tua dan pengurus yayasan merasa khawatir, lalu pengurus membuat program agar dapat menanggulangi kenakalan remaja dengan cara membuat beberapa kegiatan, diantaranya adalah dengan mengadakan Pekan Olah Raga antar siswa-siswi SLTP dan SLTA di Gaperta. Selain itu diadakan silaturahmi antara anggota Pramuka sesama siswa


(51)

sekolah Tunas Kartika di Aceh dan Sumatera Barat. Untuk menanggulangi masalah kenakalan remaja ini, diadakan ceramah ke sekolah-sekolah dengan topik bahanya penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan yang oleh Yayasan Tunas Kartika antara lain: 1. Senantiasa membina hubungan baik dengan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

2. Meneruskan kebijaksanaan pengangkatan guru swasta ke status guru negeri dengan bekerjasma dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Mengikutsertakan tenaga guru dalam berbagai penataran yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka meningkatkan mutu tenaga pendidik.

4. Meneruskan surat-surat bantuan dari Persit Kartika Chandra Kirana kepada Pengurus Daerah II/Bukit Barisan, cabang dan ranting antara lain:

a. S.T.T.B untuk sekolah Persit Kartika Chandra Kirana baik di Pengurus Daerah, cabang maupun ranting.

b. Ketentuan mengenai papan nama sekolah, stempel sekolah, pendirian sekolah baru dan lainlain.

c. Dana dan bantuan baik berupa uang maupun peralatan sekolah, baik dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun dari pihak lain.

5. Memberikan ceramah-ceramah dalam rangka pembinaan mental, disiplin dan lain lain 6. Mengadakan studi tour, kunjungan ketempat dan objek yang bermanfaat demi


(52)

7. Mengadakan peringatan bersama pada waktu hari-hari besar baik Islam maupun Kristen.

8. Meningkatkan terus kesejahteraan para pengasuh dan pengajar sekolah untuk tetap merangsang kegiatan bekarja.

9. Merawat dan meningkatkan perbaikan sarana-sarana pendidikan sehingga tetap bertambah baik keadaanya.

10. Berusaha untuk tetap meningkatkan hasil kualitas Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) murid dari sekolah-sekolah Tunas Kartika.53

Yayasan Tunas Kartika lebih memfokuskan diri pada bidang pendidikan, karena tujuan utama dari yayasan ini memang untuk pendidikan bagi keluarga tentara. Namun tujuan ini akhirnya menjadi lebih bersifat fleksibel setelah cukup besarnya antusiasme dari masyarakat untuk masuk ke dalam sekolah yang dikelaola oleh Yayasan Tunas Kartika ini.

Kegiatan Yayasan Tunas Kartika ini memamg lebih di titik beratkan pada sektor pendidikan, tetapi yayasan ini juga mampu memberdayakan sumber daya manusia yang tergabung dalam yayasan ini, seperti warakawuri (janda tentara yang gugur saat bertugas) yang diberikan kesempatan untuk dapat mengasah dan mengembangkan keterampilan mereka seperti menjahit dan usaha catering. Kedua jenis usaha ini telah mampu membuat para warakawuri ini menanggulangi biaya hidup mereka secara mandiri.

53

Chairiyati Nasution, Peran Organisasi Persit Kartika Chandra Kirana dalam Membina

Kesejahteraan Keluarga, Skripsi dari mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fak. Sastra USU: Tidak Diterbitkan,


(53)

3.3 Tantangan yang Dihadapi oleh Yayasan Tunas Kartika

Dalam pendirian dan perkembangannya Yayasan Tunas Kartika hampir tidak pernah terjadi permasalahan. Yayasan Tunas Kartika dalam masa perkembangannya tidak memiliki permasalahan yang dapat menyebabkan terjadinya konflik di dalam tubuh yayasan ini. Ini disebabkan karena yayasan ini walaupun tidak menonjolkan sistem organisasi ketentaraan, tetapi tetap mencirikan sistem organisasi struktur semacam organisasi ketentaraan. Hal ini menyebabkan seluruh keputusan maupun kebijakan terpusat kepada ketua yayasan. Dengan demikian seluruh keputusan dan kebijakan tersebut otomatis dipatuhi layaknya sistem organisasi militer. Oleh karena itu tidak terjadi adanya konflik internal dalam Yayasan Tunas Kartika sebab hal tersebut dapat diredam oleh ciri organisasi yang teratur layaknya organisasi militer.

Usaha yang dilakukan yayasan dalam memajukan pendidikan di Kota Medan sangat didukung oleh berbagai pihak, TNI khususnya, Kodam banyak memberikan fasilitas kepada yayasan. Gedung sekolah yang sampai sekarang masih dipakai untuk proses belajar-mengajar adalah sumbangan yang diberikan oleh TNI kepada yayasan. Begitu juga dengan fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan lainnya, seperti kolam renang, lapangan bola kaki, bola voli dan bola basket yang terdapat di jalan Gaperta adalah berbagai fasilitas yang disediakan oleh TNI untuk dapat dipakai juga oleh para siswa dalam menjalankan kegiatan sekolahnya.

Yayasan melakukan kerjasama dengan pemerintah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sehingga sekolah yang dikelola yayasan dapat mengikuti setiap perkembangan yang dilakukan Depdikbud. Sehingga sekolah yang dikelola yayasan ini tidak kalah dengan sekolah negeri yang ada di Kota Medan. Pemerintah memberikan bantuan guru kepada sekolah, yaitu guru negeri yang diperbantukan bagi sekolah swasta. Dalam pergantian


(54)

kepengurusan tidak terjadi masalah karena sistemnya yang otomatis, istri dari Panglima (Mayor Jenderal) akan secara langsung menjadi Ketua Organisasi Persit dan menjadi Ketua dari Yayasan Tunas Kartika. Tidak ada masalah dalam kepengurusan yayasan.54

54

Wawancara dengan Ibu Ngairah Sukowartono. Wawancara dilakukan tanggal 28 Oktober 2007 di di rumah Ibu Ngairah Sukowartono yang bertempat di Jalan Jamin Ginting Kompleks Pamen no G 11.

Sekolah biasanya mengalami masalah pada saat penerimaan murid baru, karena sekolah tidak hanya menerima anak prajurit tetapi juga anak dari luar prajurit TNI atau masyarakat, maka sekolah mengadakan seleksi bagi siswa yang ingin masuk ke sekolah milik Yayasan Tunas Kartika ini. Masalah akan muncul ketika ada anak dari prjurit yang tidak lulus dari seleksi ini dan tidak menerima kejadian ini, karena anaknya tidak dapat diterima oleh sekolah, padahal sekolah adalah sekolah milik TNI yang tentunya akan lebih mengutamakan keluarga prajuritnya. Ini menjadi dilema bagi pengelola sekolah. Hal ini biasanya terjadi di tingkat SMP dan SMA, di tingkat SD biasanya pengelola sekolah mengatasi hal ini dengan akan menutup pendaftaran lebih cepat dari biasanya agar tidak terjadi hal seperti diatas, dan akan mendahulukan anak dari keluarga prajurit.


(1)

Ibu Blondina Leo Loppolisa (lingkaran merah) yang memprakarsai berdirinya Yayasan Tunas Kartika yang berdiri tahun 1970. Ia menjabat sebagai Ketua Yayasan Tunas Kartika dari tahun 1970 sampai 1973.

Ibu Maharani Ali Geno (lingkaran merah) yang menjadi Ketua Yayasan Tunas Kartika tahun 1987 sampai 1990.


(2)

Daftar sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika

Sekolah Alamat

Taman Kanak-kanak 1. TK Tunas Kartika I-2

2. TK Tunas Kartika I-3 3. TK Tunas Kartika I-13 4. TK Tunas Kartika I-14 5. TK Tunas Kartika I-16 6. TK Tunas Kartika I-20 7. TK Tunas Kartika I-23

Jl. Binjai Km 10 Kel. Lalang Kec. Sunggal Jl. H.M. Said no 6 Kel. Perintis Medan Jl. Asrama Marindal Medan

Jl. Tri Ubaya Sakti Tanjung Rejo Medan Jl. Asrama Kavaleri 6/Serbu Medan Jl. Karya Jaya Medan

Jl. Kapten Muslim Medan Sekolah Dasar

1. SD Tunas Kartika I-1 2. SD Tunas Kartika I-2 3. SD Tunas Kartika I-3 4. SD Tunas Kartika I-5

Jl. H.A. Manaf Lubis Helvetia Medan Jl. H.A. Manaf Lubis Helvetia Medan Jl. Binjai Km 10 Kel. Lalang Kec Sunggal Jl. Sunggal Asrama Singgasana I Medan Sekolah Menengah Pertama

1. SMP Tunas Kartika I-1 2. SMP Tunas Kartika I-2

Jl. S. Parman no 240 Medan

Jl. H.A. Manaf Lubis Helvetia Medan Sekolah Menengah Atas

1. SMA Tunas Kartika I-1 2. SMA Tunas Kartika I-2

Jl. S. Parman no 240 Medan

Jl. H.A. Manaf Lubis Helvetia Medan


(3)

Data siswa tamat/lulus dari SMA Tunas Kartika I-1

TAHUN

JURUSAN JURUSAN

JUMLAH

MASUK IPA/A1/A2 IPS/A3/BHS PMDK/ AKABRI/

LK PR LK PR PMP AKMIL

1973 9 1 7 5 22

1974 8 6 9 16 39

1975 7 10 15 14 46

1976 17 3 2 16 38

1977 17 10 15 15 57

1978 0

1979 27 20 21 28 96

1980 53 25 32 41 151

1981 61 51 30 51 193 1

1982 44 39 59 62 204

1983 93 66 37 88 284 2

1984 80 41 36 43 200

1985 46 62 23 48 179

1986 116 96 73 74 359

1987 104 76 68 62 310

1988 90 72 67 77 306 1

1989 90 77 82 76 325

1990 102 76 58 93 329

JUMLAH

964 731 634 809 3.138 4


(4)

no Nama Kejuaraan Tingkat Tempat Dan waktu

Juara 1 Cerdas cermat fakultas ekonomi

Universitas Dharma Agung Prima

kota Medan, 1986 I 2 Gerak jalan PA antar SMTA kota Medan, 1986 I 3 Gerak jalan puteri HUT Gudep

551-552 ke-4

kota Medan, 1986 II 4 MTQ tingkat SLTA Kodya Medan kota Medan, 1986 I 5 Taekwondo UNIMED CUP antar unit

perguruan se-Sumut

provinsi Medan, 1986 III 6 Ganda PA/SMTA Walikota CUP-II kota Medan, 1986 III 7 Gerak jalan beregu putera HUT

MENMAHATARA ke x

kota Medan, 1986 I 8 Desain HUT Dharma Wanita ke XIII kota Medan, 1987 II 9 Gerak jalan beregu putera HUT

Kowilham ke VIII

kota Medan, 1987 I 10 Gerak jalan Dies Natalies UMA III kota Medan, 1987 I 11 Gerak jalan Pemuda Internasional

Senat Mahasiswa UDA

kota Medan, 1987 I 12 Gerak jalan remaja Hari Ibu kota Medan, 1987 I 13 Gerak jalan SMTA Putera kegiatan

HUT Tritura XXI

provinsi Medan, 1987 III 14 PBB antar pelajar kota Medan, 1987 Harapan II 15 Softball antar SLTA HUT Kowilhan 1

ke XVII

kota Medan, 1987 I 16 Bola voli penegak putera HUT

Pramuka ke-27

kota Medan, 1988 III 17 Gerak jalan HUT BNI ke 46 kota Medan, 1988 II 18 Gerak jalan antar SMTA Haornas ke

V

provinsi Medan, 1988 I 19 Gerak jalan antar SMTA/PA Haornas

ke V

kota Medan, 1988 I 20 Gerak jalan P.G M. PKK Sumut kota Medan, 1988 I 21 Gerak jalan SMA/PA Hardiknas

Yayasan Tunas Kartika

kota Medan, 1988 II

22 PBB Siswa SMTA kota Medan, 1988 III Puteri

23 Gerak jalan beregu Hari Ibu kota Medan, 1989 I 24 Gerak jalan putera beregu HUT

GOLKAR ke-22 Sumut

provinsi Medan, 1989 II 25 Gerak jalan beregu puteri antar SLTA

HUT PMI ke 45

kota Medan, 1990 II 26 Gerak jalan beregu puteri antar

SLTA/OKP AMPI Sub Rayon SPT-11

kota Medan, 1990 III


(5)

STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS YAYASAN TUNAS KARTIKA

KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS

Ur. SMP / SMA Ur. TK / SD


(6)

STRUKTUR ORGANISASI SMU KARTIKA

KETERANGAN

Garis Koordinasi

:

Garis Komando DINAS

DIKNAS

YAYASAN TUNAS KARTIKA

KEPALA SEKOLAH

KA.Tata Usaha

Tata usaha Laboratorium

Pramubakti Pegawai

Wakasek Ur.Kesiswaan

Wakasek Ur.Kurikulum

Wakasek Ur.S.Prasarana

Wakasek Ur.Humas

Pembina OSIS

OSIS

GURU

BP / BK

Wali Kelas

Piket

Perpustakaan

SATPAM

SISWA Pembina Ekstra

Kurikuler