Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010.
luar biasa bagi kaum pendatang untuk mengadu nasib ke wilayah ini. Heterogenitas masyarakat yang terdapat di Sumatera Utara sedikit banyaknya
mempengaruhi kondisi politik yang terjadi di wilayah tersebut.
2.1 Kondisi Geografis
Secara geigrafis, Kota Medan terletak antara 2 29’ LU-2 30’ LU dan 2 47’ BT-2 30” BT dengan ketinggian 0-40 meter di atas permukaan laut.
8
Temperatur udara rata-rata di Medan berkisar 23,70°C-25,10°C pada pagi hari, 29,20°C-32,90°C pada siang hari, dan 26°C-30,8°C pada malam hari.
Dalam bulan-bulan paling kering di musim kemarau, curah hujan masih mencapai kira-kira 100mmbulan. Biasanya curah hujan paling tinggi terjadi
pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember tiap-tiap tahun. Sedangkan pada bulan April sampai dengan bulan Mei setiap tahun biasanya curah hujan
Letaknya yang tidak jauh dari Selat Malaka menyebabkan suhu Kota Medan pada pagi hari berkisar 23,70 ºC-25,10 ºC, siang hari berkisar 29,20 ºC-32,90 ºC,
dan pada malam hari berkisar 26 ºC-30,8 ºC. sedangkan kelembaban udara berkisar antara 68 sampai 93 . Sebagian wilayah Medan sangat dekat
dengan wilayah laut yaitu pantai Barat Belawan, dan daerah pedalaman yang tergolong dataaran tinggi, seperti Kabupaten Karo. Akibatnya suhu di Medan
menjadi tergolong panas.
8
Balud Sofyan, Sejarah Pemerintahan Kota Madya Medan 1966-1992, Skripsi Belum diterbitkan, Medan : Fakultas Sastra USU, 2003.
Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010.
lebih sedikit. Angin yang umumnya berhembus melintasi kawasan Medan adalah angin laut dari Selat Malaka dan angin gunung dari dataran tinggi
Karo. Pada jaman dahulu disekitar kawasan Medan, yaitu disekitar tanah Deli sering ada angin puting beliung yang berhembus dari dataran tinggi Karo
melalui sungai Wampu dan berputar-putar di kawasan Bahorok yang dikenal dengan angin Bahorok. Biasanya angin tersebut bertiup pada musim kemarau
dan sering menimbulkan kerusakan. Kota Medan pada jaman kolonial Belanda merupakan bagian dari
keresidenan Sumatera Timur, yang terkenal dengan perkebunan tembakaunya. Keadaan tanah yang subur menghasilkan produksi tembakau yang bernilai jual
tinggi menjadikan tanah Deli dan Kota Medan sebagai salah satu primadona perkebunan bagi para pedagang, pendatang dan para pemilik perkebunan. Pada
masa pemerintah kolonial menguasai wilayah ini, telah dilakukan beberapa penelitian tentang keadaan tanah di kawasan tanah Deli atau Sumatera Timur
umumnya. Penelitian itu dilakukan oleh para pakar atau ilmuan untuk kepentingan perusahaan perkebunan tambakau milik Belanda. Salah satu ilmuan
yang melakukan penelitian tentang tanah di Sumatera Timur adalah Van Hissing pada tahun 1900, dari hasil penelitian itu menunjukkan bahwa tanah di
Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat, dan tanah merah. Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui letak
Kota Medan di atas tanah jenis tanah liat, tanah campuran, dan tanah pasir.
Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010.
Kota Medan sewaktu menjadi ibukota Keresidenan Sumatera Timur wilayahnya mencakup empat buah kampung asli Deli yaitu :
1. Kampung Petisah Hulu
2. Kampung Petisah Hilir
3. Kampung Kesawan
4. Kampung Sungai Rengas
9
Selain itu Medan dikelilingi oleh kampung-kampung lain seperti Kampung Kota Maksun, Glugur, Kampung Sungai Mati, Sungai Agul dan lain-lain yang
kesemuanya termasuk bagian dari wilayah kekuasaan teritorial Kerajaan Deli. Namun seiring dengan perkembangannya Kota Medan berbatasan dengan
daerah-daerah yang masih tergolong sebagai teritorial Sumatera Utara. Adapun batas-batas tersebut adalah :
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu
Kecamatan Percut Sei Tuan, dan Tanjung Morawa. 3.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kecamatan Sunggal.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.
5. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu
Kecamatan Pancur Batu dan Deli Tua.
10
9
Roestam Thaib, et, al., “ 50 Tahun Kota Praja Medan”, Medan : Djawatan Penerangan Kotapraja I, 1959, Hal. 101.
Deni Ardian Ginting : Sejarah Pergantian Nama Jalan Di Kota Medan 1900-1970, 2010.
Luas Kota Medan sebelum dilakukannya perluasan wilayah hanya seluas 1.150 Ha, tetapi sejak tahun 1943 sampai tahun 1971 luas Kota Medan
mencapai 5.130 Ha, kemudian tahun 1973 luas Kota Medan mengalami pertambahan lagi yaitu menjadi 26.510 Ha.
11
2.2 Keadaan Penduduk