BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan pembahasan masalah. Penjelasan diawali dengan memberikan gambaran teoritis mengenai
mahasiswa dilanjutkan dengan penjelasan mengenai bagaimana kebiasaan mendengarkan musik rap dapat mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi.
A. Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa Takwin, 2008. Winkel 1997 dan Syamsu 2004 merumuskan masa mahasiswa meliputi rentang usia 1819
sampai dengan 2425 tahun. Hurlock 1999 mengemukakan ini termasuk masa dewasa dini. Lebih lanjut Winkel 1997 menjelaskan bahwa rentang usia
mahasiswa ini masih dapat dibagi atas rentang usia 1819 tahun sampai 2021 tahun dan rentang usia 2122 tahun sampai 2425 tahun.
Rentang pertama umum ditemui pada mahasiswa semester I hingga semester IV. Ciri pada rentang usia ini antara lain stabilitas kepribadian yang
mulai meningkat, pandangan yang lebih realistis tentang diri dan lingkungan hidup, mampu menghadapi permasalahan secara lebih matang, dan gejolak
perasaan mulai berkurang. Ciri khas masa remaja masih sering muncul tergantung laju perkembangan masing-masing individu. Rentang kedua umum dijumpai pada
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
mahasiswa semester V dan semester VI dengan ciri-ciri yang tampak berupa usaha memantapkan diri dalam hubungan keahlian yang telah dipilih dan
memutarbalikkan pikiran untuk mengatasi aneka ragam masalah. Pada masa ini terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama yang bersifat
psikologis seperti penghargaan dari teman, dosen, dan anggota keluarga lainnya; mempunyai pandangan spiritual tentang makna hidup manusia; memiliki harga
diri dengan mendapatkan tanggapan dari lawan jenis dan menikmati rasa puas karena sukses dalam studi akademik.
Musik dapat dikatakan cukup berperan dalam kehidupan mahasiswa. Ketika berkumpul dengan teman-teman, sedang jatuh cinta, patah hati, bahagia,
sedih, senang, bahkan di tengah kesibukan mengejar tuntutan hidup, mendengarkan musik dapat mengurangi ketegangan dan menghasilkan suasana
yang rileks.
B. Musik 1. Defenisi Musik
Juslin dan Zentner 2002 mengidentifikasi musik sebagai salah satu
bentuk seni yang berkenaan dengan kombinasi bunyi-bunyian dengan wujud keindahan dan ekspresi emosi.
Defenisi lain mengenai musik berdasarkan Webster’s Collegiate Dictionary adalah ilmu seni menata nada atau suara dalam kombinasi yang indah
dan dalam hubungan yang singkat-singkat menghasilkan komposisi yang menyatu dan berkelanjutan, sedangkan dalam The New Encyclopedia of Music and
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
Musicians Pratt, 1960 musik didefinisikan sebagai keindahan nada atau bentuk nada yang menimbulkan kepuasan estetis melalui indera pendengaran. Oleh
karena itu seni merupakan ekspresi nada atau ilmu produksi dan konstruksi nada, dimana elemen penting yaitu melodi, harmoni dan ritme digunakan dengan tujuan
dan hasil tertentu.
2. Elemen Musik
Seashore 1967 menyatakan bahwa unsur pembentuk musik adalah bunyi. Bunyi dibentuk oleh elemen tinggi rendah suara Pitch, keras lembut suara
loudness, lamanya berlangsung durasi, dan bentuk gelombang suara timbre
3. Jenis-jenis Musik
Penelitian yang dilakukan Rentfrow dan Gosling 2007 menemukan bahwa terdapat 14 jenis musik, yaitu alternatif, blues, klasik, country,
elektronikdansa, folk, heavy metal, raphip-hop, jazz, pop, religius, rock, soulfunk, dan soundtrack. Penelitian ini akan memfokuskan pada jenis musik rap.
a. Musik Rap
Rap berakar dari tradisi Afrika berupa suara yang diucapkan dengan ritme tertentu, ketukan berirama dan pola respon dalam memaparkan sesuatu.
Richardson dan Scott 2002 mendefinisikan musik rap sebagai salah satu bentuk uraian politis terhadap kondisi kelas ekonomi bawah Afrika-Amerika. Rap
bersifat nyata, bukan hanya mendengarkan suara secara pasif, tetapi keterlibatan aktif antara performer dan penikmat yang menghasilkan makna tersendiri. Rap
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
telah menjadi wadah pertemuan aktivis politik, komunitas seperti ini yang pertama kali mempopulerkan musik rap ke seluruh penjuru dunia.
Musik Rap masuk ke New York pada pertengahan 1970 dan menjadi sorotan utama di Amerika hingga pertengahan 1980. Musik rap memiliki variasi
seperti old school, late 1980s, dan new school. Terdapat tiga belas jenis aliran musik rap yaitu booty rap, crossover rap, don rap, dirty south rap, east coast
gangsta rap, gfunk, jazz rap, new jack swing, parody rap, pimp rap, race rap,rock rap, dan west coast gangsta rap.
Lena 2006 membagi kandungan musik rap dalam kategori mutually exclusive, exhaustive, dan independent category yang merefleksikan alasan
perbedaan antara penghasil dan penikmat musik. Lagu rap diidentifikasi melalui chart designation penandaan chart, rap interludes selingan rap dalam lagu,
shelving designation posisi papan rak, dan expert opinion pendapatan ahli. Dimensi musik rap terdiri dari permainan kata secara verbal flow, pola
musikal, pola ritme, dan kandungan semantik. Permainan kata secara verbal dapat berupa pengulangan ritme dengan akses ketukan atau jeda yang tetap sung flow
dan dapat berupa pengulangan suka kata tertentu dari kalimat yang diucapkan speech saturated flow. Pola musikal dibedakan berdasarkan penggunaan
instrumen. Instrumen dapat menjadi suara utama pola musikal rhythmic, dapat digunakan sebagai latar pola musikal memory, dapat juga dimunculkan hanya
pada jeda waktu antara suara pola musikal interlocutor. Musik rap dapat menggunakan satu pola ritme dominan unitary rhythm style atau beberapa pola
ritme secara beraturan multiple rhythms style. Sedangkan kandungan semantik
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
dalam rap dapat berupa seks, cinta, kekerasan, peran gender, politik, ras, pesta dan uang, komediparodi, kesombongan, atau perpaduan beberapa di antaranya.
Rap sering diistilahkan dengan hip hop dan mengarah pada pergeseran budaya remaja Afrika-Amerika yang diekspresikan dalam bahasa tertentu slang
vocabulary, cara berpakaian, serta gaya hidup. Elemen-elemen budaya hip hop mencakup rapping, break dance, seni graffiti, dan DJing Sullivan, 2003.
Hubungan yang tercipta dalam Rap lebih dari sekedar musisi dan audiens, tetapi mencakup juga nilai-nilai budaya, isu-isu gender, dan penggunaan bahasa.
Dalam perkembangannya beberapa musisi mengkolaborasikan musik rap dengan jenis musik lain. Di Indonesia sendiri mulai bermunculan beberapa pionir
musik rap atau hiphop lokal.
4. Respon Terhadap Musik
Abeles dan Chung dalam Hallam, 2006 mengatakan bahwa terdapat tiga tahap respon terhadap musik yang dapat diidentifikasi, yaitu respon emosional,
respon berdasarkan selera musik, dan respon berdasarkan preferensi. a. Respon emosional terhadap musik
Respon emosional adalah emosi yang dirasakan ketika mendengarkan musik. Respon emosional merupakan respon yang paling sedikit terjadi
internalisasi terhadap musik yang didengar, namun dalam pola respon ini pendengar telah memberikan partisipasi aktif terhadap musik yang didengar.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
b. Respon berdasarkan selera musik Abeles dan Chung mengemukakan bahwa selera musik merupakan
komitmen jangka panjang seseorang terhadap preferensi musiknya, yang ditandai dengan perilaku seperti adanya kebiasaan membeli rekaman-rekaman baik dalam
bentuk kaset, compact disc, dan sebagainya. c. Respon berdasarkan Preferensi Musik
Respon berdasarkan preferensi musik didefinisi sebagai tindakan memilih, menghargai, atau memberi prioritas terhadap jenis musik tertentu dibandingkan
jenis musik lain. Perilaku preferensi musik menggambarkan lebih dari sekedar reaksi ingin mendengarkan musik, namun mengarah pada kebiasaan
mendengarkan. Preferensi musik individu dipengaruhi oleh berbagai hal. Ada individu yang memiliki preferensi terhadap musik klasik, pop, jazz, dan rap.
Kebiasaan mendengarkan musik yang menjadi preferensi akan menghadirkan suasana hati yang menyenangkan. Meski kalangan tertentu menilai rap adalah
musik yang hingar-bingar, ternyata pada penggemar yang terbangkit ketika mendengarkan musik rap adalah rasa senang. Ketika individu memiliki suasana
hati yang menyenangkan maka informasi apapun yang masuk akan lebih mudah diingat. Mengingat informasi adalah hal yang sangat penting bagi individu.
Informasi akan lebih mudah diingat ketika diterima dalam kondisi emosi yang menyenangkan. Maka kondisi tertentu harus dimunculkan untuk memperoleh
kondisi emosi yang menyenangkan. Preferensi musik menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi emosi yang menyenangkan.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
5. Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap
Preferensi terhadap jenis musik mendorong individu membangun kebiasaan mendengarkan serta mampu mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman terkait jenis musik tertentu. Subjek yang memiliki preferensi terhadap musik rap akan secara rutin mendengarkan musik rap dalam porsi yang jauh lebih
besar daripada musik lainnya. Karakteristik musik rap yang mengandung unsur pengucapan kata-kata yang cepat bila terus-menerus diperdengarkan akan secara
otomatis menstimulasi cara kerja otak. Sistem pemrosesan informasi akan terlatih mengembangkan kemampuan mengolah informasi yang identik dengan kecepatan
pengucapan kata-kata pada musik rap yang biasa didengarkan.
C. Memori 1. Definisi Memori
Nairne 2003 mendefinisikan memori sebagai kapasitas untuk mempertahankan dan menemukan kembali informasi. Konsep penting dari
memori adalah model pengolahan informasi yang memaparkan bagaimana informasi disimpan dalam memori melalui tahapan-tahapan tertentu.
2. Model Pengolahan Informasi
Atkinson dan Shiffrin 1968 menemukan model pengolahan informasi yang dinamakan ”stage theory”. Teori ini menjelaskan bahwa informasi disimpan
dan diolah dalam tiga tahapan yaitu sensori memori, ingatan jangka pendek, dan
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
ingatan jangka panjang. Huitt 2003 memaparkan lebih lanjut ketiga tahapan tersebut, yaitu :
a. Sensori Memori Sensori memori merupakan tahap pertama penyimpanan memori,
dirancang untuk menyimpan gambaran nyata dari setiap pengalaman sensori sehingga informasi dapat diproses secara utuh. Sensori memori
terkait dengan transduksi energi. Lingkungan dipenuhi berbagai jenis sumber informasi, seperti cahaya, suara, aroma, panas dan dingin,
sementara otak hanya mampu memahami energi elektris. Organisme memiliki sel penerima sensori khusus yang mampu mentransduksi energi
eksternal menjadi sesuatu yang dapat dipahami otak. Proses transduksi menghasilkan memori singkat yaitu kurang dari ½ detik untuk penglihatan
dan 3 detik untuk pendengaran. Informasi pada tahap penting ini harus diperhatikan agar dapat
ditransfer ke tahap selanjutnya. Terdapat dua konsep utama untuk memasukkan informasi ke dalam memori jangka pendek. Individu akan
lebih memperhatikan jika stimulus memiliki fitur yang menarik interesting feature dan jika stimulus memiliki sesuatu yang konsisten
dengan pengetahuan sebelumnya known pattern. b. Ingatan Jangka Pendek
Ingatan jangka pendek adalah tahap kedua penyimpanan memori berkaitan dengan apa yang dipikirkan individu pada momen waktu
tertentu. Psikoanalis mengistilahkan tahap ini sebagai conscious memory.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
Informasi dapat berasal dari pemahaman stimulus eksternal, pemahaman internal, atau penggabungan keduanya. Informasi mampu bertahan lebih
dari 15-20 detik jika dilakukan pengulangan. Kuantitas informasi yang dapat diproses dalam satu waktu pada tahap ini terbatas. Miller 1956
mengemukakan bahwa rentang informasi yang dapat diproses pada ingatan jangka pendek berkisar 7 ± 2 bits, tetapi hasil riset dewasa ini menyatakan
jumlahnya berkisar antara 5 ± 2 bits. Pengorganisasian dan pengulangan merupakan komponen utama
pemeliharaan informasi pada ingatan jangka pendek. Terkait fungsi pengorganisasian, terdapat empat variasi jenis untuk desain intruksional
yaitu klasifikasi berdasarkan kategori atau konsep component, berdasarkan kronologis sequential, menyatukan ide utama atau kriteria
relevance, serta frase atau kata yang berhubungan sebagai indikasi perubahan kualitatif sepanjang waktu transitionalconnective.
Pengelompokan kepingan-kepingan data menjadi sebuah unit chunking merupakan tehnik utama memperoleh dan memelihara
informasi pada memori jangka pendek, yang juga termasuk jenis elaborasi untuk memasukkan informasi pada memori jangka panjang. Tehnik yang
juga dapat digunakan untuk mempelajari konsep baru adalah repetition atau rote rehearsal. Informasi yang diperoleh harus sering diulang agar
tetap bertahan, namun para ahli menyarankan sebaiknya pengulangan tidak dilakukan langsung setelah mempelajari informasi baru tetapi
berikan jeda beberapa menit sebelum dilakukan pengulangan.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
c. Ingatan Jangka Panjang Ingatan
jangka panjang
merupakan tahap ketiga penyimpanan memori yang melibatkan penyimpanan informasi dalam periode waktu
yang lama. Psikoanalis mengistilahkan tahap ini sebagai preconscious memory dan unconscious memory. Preconscious bermakna bahwa
informasi dapat dimunculkan dengan mudah, meski terkadang membutuhkan beberapa menit bahkan jam, sedangkan unconscious
menjelaskan bahwa data tidak tersedia dalam kondisi kesadaran normal. Preconscious memory menjadi perhatian utama psikologi kognitif terkait
relevansi konsep memori jangka panjang. Teori mengenai tingkat pemrosesan informasi membuktikan bahwa informasi yang dimiliki
individu dapat lebih mudah dihadirkan. Informasi yang tersimpan dalam tahap ini diorganisasikan ke
dalam struktur declarative, procedural, dan imagery. Declarative memory terbagi atas semantic memory dan episodic memory. Semantic memory
mangandung fakta dan informasi umum seputar konsep, prinsip, aturan, strategi mengatasi masalah, serta strategi belajar. Semantic memory
mencakup juga struktur data atau prosedur untuk menggabungkan bagian dari pengalaman yang spesifik menjadi sebuah sistem yang bermakna
schemata schema; keterkaitan aturan antara konsep dan hubungan preposition; struktur pengetahuan menganai rutinitas atau peristiwa
tertentu script; pengaturan konsep dan visualisasi dalam menilai stimulus dan aksi frame of reference; pengaturan prinsip dan konsep untuk
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
mendefinisikan sebuah perspektif dan menghadirkan pola tindakan tertentu scheme; kumpulan aturan mengenai apa yang harus dilakukan
dalam situasi tertentu program; cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan bertindak yang dikaitkan dengan realitas tertentu
paradigm; serta kumpulan persamaan yang menjelaskan beberapa aspek dari pengalaman individu model. Episodic memory mencakup
pengalaman personal berupa informasi dalam cerita dan analogi. Procedural memory mencakup informasi mengenai tata cara suatu hal,
sementara imagery berisi gambaran-gambaran mental.
3. Proses Penyimpanan Memori
Terdapat tiga proses yang harus dilalui untuk merekam atau memasukkan informasi ke dalam memori jangka pendek maupun memori jangka panjang.
Proses tersebut adalah : a. Encode
Encode merupakan proses otak menyandikan atau menandai informasi yang ditangkap oleh indra penglihatan, indra pendengaran, dan
pengertian tentang suatu hal. Dalam encoding terdapat beberapa proses yang berperan, salah satunya atensi. Untuk
mengingat suatu informasi, kita harus memperhatikan informasi tersebut. Proses atensi diperlukan untuk
mentransfer informasi dari sensori memori menuju memori jangka pendek Nairne, 2003. Atensi memiliki peran utama dalam mengatur seberapa
banyak aitem yang dapat diproses pada memori jangka pendek.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
b. Storage Storage merupakan proses otak menyimpan informasi yang telah
ditandai sebelumnya. Bila atensi yang diberikan terhadap informasi besar maka informasi yang sudah ditandai akan disimpan dalam ingatan jangka
panjang, dan bila atensi yang diberikan rendah maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka pendek.
c. Retrieval Retrieval merupakan proses pemanggilan kembali informasi yang
disimpan dalam memori. Semakin sering informasi diulang atau digunakan maka semakin mudah individu mampu mengakses kembali
ingatan tentang informasi tersebut.
4. Tingkat pemrosesan informasi
Kemampuan memori dalam memproses informasi, yang diistilahkan dengan tingkat pemrosesan informasi, sangat penting dalam mengolah informasi
yang diterima. Proses ini terjadi pada memori jangka panjang terkait dengan konsep semantic memory, yaitu ingatan yang berkaitan dengan pengorganisasian
informasi. Individu menggunakan tingkatan elaborasi yang berbeda dalam mengolah informasi. Tingkatan tersebut bergerak dalam sebuah kontinum dari
perception, melewati attention, mengarah pada labelling, dan diakhiri oleh meaning. Meaning adalah tingkatan pemrosesan informasi tertinggi dan
menghasilkan daya ingat yang lebih baik dibandingkan semua tingkatan. Semua stimulus yang mengaktifkan sel-sel penerima sensori akan disimpan secara
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
permanen dalam memori, namun tingkatan proses pengolahan informasi yang digunakan akan berkontribusi terhadap kemampuan untuk mengakses atau
menghadirkan kembali informasi. Bransford 1979 memperluas pendekatan ini dengan menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan bukan saja bagaimana
informasi diproses tetapi juga bagaimana informasi diakses.
a. Definisi tingkat pemrosesan informasi
Tingkat pemrosesan informasi terbagi atas kategori dalam dan dangkal. Tingkat pemrosesan informasi berasal dari teori level of processing yang
menyatakan bahwa pemrosesan informasi tingkat mendalam menghasilkan daya ingat yang lebih permanen dibandingkan pada tingkat dangkal Craik dan
Lockhart, 1972. Teori ini memprediksi individu dapat mengingat lebih banyak kata jika menggunakan pemrosesan informasi tingkat mendalam dan daya ingat
akan menurun bila individu menggunakan pemrosesan informasi tingkat dangkal. Tingkat pemrosesan informasi tidak tergantung pada kapasitas penyimpanan
informasi yang dimiliki individu.
b. Tingkat pemrosesan informasi mendalam
Pemrosesan informasi tingkat mendalam merupakan cara memproses informasi yang melibatkan pemahaman mengenai makna kata yang diucapkan.
Informasi yang diproses pada tingkat ini disimpan dalam ingatan jangka panjang. Craik dan Tulving 1975 menjelaskan tingkat ini dengan dimensi sentence yang
aitem-aitemnya terdiri dari pertanyaan melengkapi kalimat berdasarkan makna.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
c. Tingkat pemrosesan informasi dangkal
Pemrosesan informasi tingkat dangkal adalah cara memproses informasi yang didasarkan pada tampilan fisik seperti bentuk huruf, dan pengucapan kata.
Informasi yang diproses pada tingkat dangkal disimpan dalam ingatan jangka pendek. Craik dan Tulving 1975 menjelaskan tingkat ini dengan dimensi case
yang aitemnya terdiri dari pertanyaan mengenai bentuk fisik huruf, dan dimensi rhyme yang aitem-aitemnya berupa pertanyaan mengenai cara pengucapan kata.
d. Faktor yang mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi
Faktor yang dapat mempengaruhi proses mengingat pada pemrosesan informasi tingkat mendalam antara lain :
1 Distinctiveness Distinctiveness diartikan sebagai stimulus yang ada berbeda
dengan stimulus lain yang telah tersimpan dalam memori. 2 Elaborasi
Elaborasi merupakan proses yang membutuhkan kemampuan memahami makna dan menghubungkan konsep yang ada. Beberapa
contoh konsep elaborasi dalam proses belajar mengajar adalah pembentukan gambaran mental imaging, menghubungkan ide atau hal
dengan objek dalam lokasi yang familiar method of loci, menghubungkan dengan kata tertentu pegword method, menyusun ke
dalam ritme tertentu rhyming, serta membentuk sebuah kalimat dengan menggabungkan huruf awal setiap kata dalam daftar initial letter.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
e. Metode Penerapan Tingkat pemrosesan informasi
Proses pengolahan informasi dapat bekerja dalam dua cara, yaitu serial processing dan parallel processing. Merujuk pada APA 2007, Serial processing
merupakan metode memproses informasi dari sebuah sumber dalam satu waktu. Model yang menerapkan prinsip serial processing adalah single-chanel model.
Konsep lain yaitu paralallel processing, yang dikenal juga sebagai simultaneous processing, adalah kemampuan untuk menjalankan lebih dari satu
fungsi kognitif yang berbeda secara bersamaan dalam satu waktu. Model yang menggunakan prinsip parallel processing diistilahkan dengan parallel distributed
processing. Model ini menyatakan bahwa informasi diproses secara simultan oleh beberapa bagian yang berbeda dari sistem memori.
Rumelhart dan
McClelland 1986 mengembangkan connectionistic sebagai perluasan dari parallel distributed processing. Connectionistic merupakan
bentuk dominan dari penelitian terbaru dalam psikologi kognitif dan konsisten dengan sejumlah hasil riset seputar otak Scientific American, 2001. Model ini
menekankan fakta bahwa informasi disimpan pada beberapa lokasi dalam otak yang membentuk jaringan koneksi. Model ini konsisten dengan pendekatan level
of processing yang menyatakan bahwa semakin banyak koneksi terhadap konsep atau ide, maka akan semakin mudah konsep atau ide tersebut diingat.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
D. Tingkat pemrosesan informasi pada Mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap
Memori adalah sesuatu yang sangat penting karena individu harus mengingat jika ingin memperoleh manfaat dari pengalaman. Irwanto 2002
mendefinisikan memori sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Kemampuan
mendengarkan menjadi sangat penting karena menjadi salah satu akses informasi ke dalam memori. Reed 2004 memaparkan banyak praktisi psikologi tertarik
mengulas bagaimana individu mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Hal ini menarik karena individu tidak hanya
dituntut untuk mampu mengingat unit informasi, tetapi juga harus mengingat konteks unit informasi tersebut dengan tepat.
Engel menambahkan bahwa fungsi-fungsi kognitif, seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif, dapat ditingkatkan melalui kesenian dalam Pace,
2001, karena musik merupakan bagian dari seni diasumsikan musik juga mampu meningkatkan fungsi-fungsi kognitif. Sejalan dengan Engel, The Pollyana
Principle yang dikemukakan Matlin 2005 menjelaskan bahwa stimulus yang menyenangkan akan diproses lebih efektif dan lebih akurat. Salah satu stimulus
yang menyenangkan adalah musik. Musik rap sebagai jenis musik yang menurut sebagian orang memiliki beat
fluktuatif dan hingar bingar, ternyata bagi orang-orang yang menyukainya dinilai mampu menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan. Ketika individu yang
memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap berada dalam kondisi emosi yang
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
menyenangkan, stimulus-stimulus yang masuk akan diproses dalam tingkat pemrosesan mendalam yang lebih tinggi daripada individu yang tidak memiliki
kebiasaan mendengarkan musik rap. Kondisi emosi yang menyenangkan ini menyebabkan informasi yang masuk menjadi lebih mudah diingat.
Pada individu yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap, tingkat pemrosesan informasi secara mendalamnya menjadi lebih tinggi. Peristiwa
tersebut akan berbeda kenyataannya pada individu yang tidak terbiasa mendengarkan musik rap. Uraian tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan
tingkat pemrosesan informasi antara individu yang memiliki preferensi terhadap musik rap dan individu yang tidak memiliki preferensi terhadap musik rap.
E. Hipotesa