Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap

(1)

TINGKAT PEMROSESAN INFORMASI PADA MAHASISWA YANG MEMILIKI KEBIASAAN MENDENGARKAN MUSIK RAP

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

MASITAH

051301026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2008/2009


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2009

MASITAH NIM 051301026


(3)

Tingkat pemrosesan informasi pada mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap

Masitah dan Lili Garliah

ABSTRAK

Penelitian mengenai kemampuan mendengarkan semakin menjadi sorotan namun masih sedikit penelitian yang memperhitungkan mengenai kebiasaan mendengarkan musik. Penelitian ini menawarkan musik rap sebagai alternatif untuk meningkatkan sistem pemrosesan informasi. Musik rap sebagai jenis musik yang menurut sebagian orang memiliki beat fluktuatif dan hingar bingar, ternyata bagi orang-orang yang menyukainya dinilai mampu menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan. Dalam kondisi emosi yang menyenangkan, stimulus-stimulus yang masuk akan diproses dalam tingkat pemrosesan mendalam yang lebih tinggi daripada individu yang tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap. Kondisi emosi yang menyenangkan ini menyebabkan informasi yang masuk menjadi lebih mudah diingat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebiasaan mendengarkan musik rap terhadap tingkat pemrosesan informasi pada 90 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan kriteria usia 18 – 21 tahun dan memiliki kebiasaan mendengarkan musik.

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental-kuasi. Data yang diperoleh diolah dengan uji-t. Alat ukur yang digunakan adalah tes tingkat pemrosesan informasi yang disusun sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian membuktikan bahwa kebiasaan mendengarkan musik rap selama 7 hari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemrosesan informasi. Mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap selama 7 hari dalam seminggu memiliki tingkat pemrosesan informasi secara mendalam yang lebih tinggi (p=0.0) dan memiliki tingkat pemrosesan informasi secara dangkal yang lebih rendah (p=0.304) bila dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi banyak rahmat dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul ”Tingkat Pemrosesan Informasi pada Mahasiswa yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap” yang dilatarbelakangi keinginan peneliti menggali dan menawarkan pemanfaatan musik rap sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan pengolahan informasi yang berperan penting dalam proses belajar. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi. Secara khusus peneliti menyampaikan terima kasih kepada Ibu Lili Garliah, M.Si., psikolog. atas masukan, saran, dan kritik ketika membimbing peneliti. Terima kasih kepada Ibu Etti Rahmawati, M.Si dan Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd yang bersedia memberi masukan kepada peneliti sehubungan penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tidak kalah besar juga peneliti sampaikan kepada Ibu Rika Eliana, M.Psi yang telah memotivasi dan membimbing ketika peneliti mengajukan proposal ini dalam Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Universitas Sumatera Utara 2008. Terima kasih juga peneliti sampaikan kepada Ibu Sri Supriyantini, M.Si, Psikolog selaku pembimbing akademik yang selalu memberi nasehat dan masukan kepada peneliti di tengah kesibukan yang begitu padat.


(5)

Kepada Mama dan Papa, yang selalu memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi, menjadi teman berdiskusi dan tempat berkeluh kesah, peneliti sampaikan ucapan terima kasih serta doa, semoga apa yang sedang diusahakan oleh peneliti dapat memberikan kebahagiaan dan kebanggaan serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan bagi penelitian ini dalam bentuk moril maupun materil. Semoga mendapat balasan yang lebih indah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Peneliti menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan, cela maupun kelemahan yang tidak berkenan di hati dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun amat peneliti harapkan demi penyempurnaan penulisan skripsi bidang psikologi umum dan eksperimen yang lebih baik di masa yang akan datang dan semoga memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Maret 2009 Penulis.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1

B. Rumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat Penelitian 10

E. Sistematika Penulisan 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Mahasiswa 12

B. Musik 13

1. Defenisi Musik 13

2. Elemen Musik 14

3. Jenis-jenis Musik 14

a. Musik Rap 14

4. Respon terhadap Musik 16

5. Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap 18

C. Memori 18

1. Defenisi Memori 18

2. Model Pengolahan Informasi 18

3. Proses Penyimpanan Memori 22

4. Tingkat Pemrosesan Informasi 23

a. Definisi Tingkat Pemrosesan Informasi 24

b. Tingkat Pemrosesan Informasi Mendalam 24

c. Tingkat Pemrosesan Informasi Dangkal 25

d. Faktor yang mempengaruhi 25

e. Metode Penerapan Tingkat Memproses Informasi 26

D. Tingkat memproses informasi pada Mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap 27

E. Hipotesa 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 29

B. Defenisi Operasional 30


(7)

D. Teknik Kontrol 32

E. Populasi Penelitian 34

F. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian 35

1. Instrumen 35

2. Alat Ukur 36

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 38

1. Validitas Alat Ukur 38

2. Reliabilitas Alat Ukur 39

3. Hasil Uji coba 39

a. Hasil Uji Coba Prosedur Penelitian 39

b. Hasil Uji Coba Tes Tingkat Pemrosesan Informasi 41

H. Prosedur Eksperimen 42

1. Tahap Persiapan 42

2. Tahap Pelaksanaan 44

3. Tahap Pengolahan Data 48

I. Metode Analisis Data 48

BAB IV HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian 49

1. Deskripsi Subjek Berdasarkan Kebiasaan Mendengarkan Musik 49

2. Deskripsi Subjek Berdasarkan Kapasitas Penyimpanan Informasi 50

B. Hasil Utama Penelitian 51

1. Tingkat Pemrosesan Informasi 51

C. Pembahasan 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 55

B. Saran 56


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tahap Pengolahan Informasi 3

Tabel 2. Nonequivalent Control Group Design, Posttest Only 32

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Tes Tingkat Pemrosesan Informasi

Sebelum Uji Coba 38

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Tes Tingkat Pemrosesan Informasi

Setelah Uji Coba 41

Tabel 5. Distribusi Aitem-aitem Tes Tingkat Pemrosesan Informasi

Untuk Penelitian 42

Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Mendengarkan Musik 49

Tabel 7. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Kapasitas Penyimpanan Informasi 50


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian 63

Lampiran 2. Skor Tingkat Pemrosesan Informasi 68

Lampiran 3. Output SPSS Uji-t 71

Lampiran 4. Tes Kapasitas Penyimpanan Informasi 76

Lampiran 5. Lembar Jawaban Tes Kapasitas Penyimpanan Informasi 77

Lampiran 6. Tes Tingkat Pemrosesan Informasi 78

Lampiran 7. Lembar Jawaban Tes Tingkat Pemrosesan Informasi 80

Lampiran 8. Lembar Survey Kebiasaan Mendengarkan Musik 81

Lampiran 9. Informed Consent 82

Lampiran 10. Surat Pernyataan Kesediaan Berpartisipasi 83


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang diiringi pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan informasi di segala bidang semakin mudah diperoleh. Perubahan demi perubahan menuntut individu untuk menyesuaikan diri, bergerak cepat, dan mencari alternatif penyelesaian masalah. Demikian pula dalam dunia pendidikan. Memasukkan informasi yang berguna, keterampilan dan sikap ke dalam pikiran siswa dengan cara apapun merupakan hal yang penting dalam pendidikan sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang disimpan saat dibutuhkan (Djiwandono, 2002). Kemampuan mendengarkan sangat penting karena individu cenderung mentransformasi informasi yang diterima ke dalam bentuk akustik. Individu membaca huruf dengan menyebutkan ejaannya (a, be, ce) dan bukan mempermasalahkan apakah bentuk O sama dengan Q (Lahey, 2004). Paul Rankin menemukan bahwa dalam satu hari individu menghabiskan waktu 45% untuk mendengarkan. Hasil penelitian Ralph Nicols memaparkan individu cenderung mengingat setengah dari yang mereka dengar, dan dalam waktu 8 jam, cenderung melupakan setengah dari yang mereka dengar (dalam Myers dan Myers, 1992). Hal ini sesuai dengan misinformation effect, yaitu individu cenderung melupakan yang mereka lihat dan mengingat informasi yang menyimpang (Zaragoza dan Lane, 2007).


(11)

Memori sangat penting dalam kehidupan manusia. Memori secara sederhana dimengerti sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang (Irwanto, 2002). Menurut teori psikologi kognitif, informasi disimpan dalam tiga sistem penyimpanan. Informasi masuk melalui organ sensorik, kemudian diteruskan kepada penyimpanan ingatan jangka pendek, dan akhirnya disimpan di penyimpanan ingatan jangka panjang. Penyimpanan ingatan jangka panjang memiliki kapasitas yang besar, dan informasi di dalamnya akan terus tersimpan sepanjang waktu (Matlin, 2005).

Tuntutan kuantitas dan kualitas tugas mengingat semakin meningkat saat pelajar memasuki perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut mampu mendengar, mencatat, mengintegrasi informasi dari berbagai sumber, dan membuat kategorisasi. Tugas-tugas kuliah mensaratkan kemampuan menggabungkan informasi dengan pengetahuan utama. Mahasiswa harus mengingat fakta dan proses yang terkait serta menggunakan semua bagian informasi untuk menghasilkan jawaban yang bagus. Mahasiswa yang memiliki ingatan jangka panjang lemah, atau ingatan informasi dasar yang tidak otomatis cenderung memerlukan jumlah waktu yang jauh lebih lama untuk pemikiran simultan dan mengerjakan tugas daripada rata-rata mahasiswa (Olivier dan Bowler, 2005).

Praktisi psikologi tertarik mengulas bagaimana individu mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang (Reed, 2004). Langkah pertama adalah menentukan apakah informasi sudah masuk dalam ingatan jangka panjang kemudian menentukan cara yang akan digunakan jika tidak dapat langsung mengingat informasi tersebut. Mengingat informasi


(12)

tambahan yang relevan dengan informasi yang akan diingat menjadi sangat penting karena individu tidak hanya dituntut mengingat unit informasi, tetapi juga konteks unit informasi dengan tepat. Ingatan yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan individu kesulitan memahami suatu hal dengan tepat, mengambil keputusan yang salah, bahkan mendapat tekanan psikologis. Hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengingat informasi dengan baik antara lain pikiran, konsentrasi, objek, perhatian, dan daya serap. Individu cenderung lupa bila sulit berkonsentrasi ketika menyerap informasi mengenai objek, perhatian terpecah, dan daya serap rendah. Reed (2004) mengilustrasikan hubungan pengolahan informasi dengan penyimpanan ingatan sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap Pengolahan Informasi

Ingatan Jangka Panjang Ingatan Jangka pendek P e m i l i h a n Pengenalan Pola F i l t e r Organ sensorik

input response

Informasi yang masuk akan melewati tahap pengenalan pola sebelum diteruskan pada penyimpanan ingatan jangka pendek. Ketika informasi dianggap penting namun polanya belum terdaftar, sistem pengenalan pola akan menyimpan pola baru yang sesuai dengan informasi tersebut. Tahap pemrosesan informasi terbagi atas tingkat dalam dan tingkat dangkal, masing-masing tingkatan


(13)

menggunakan jenis analisis serta menghasilkan kode memori yang berbeda. Informasi yang dianalisis pada tingkat dangkal akan diteruskan kepada penyimpanan ingatan jangka pendek, informasi yang dianalisis pada tingkat dalam akan diteruskan kepada penyimpanan ingatan jangka panjang. Musik terbukti mampu meningkatkan kinerja nalar otak yang berkaitan erat dengan proses pengolahan informasi (Pantev, 1998).

Engel menjelaskan fungsi-fungsi kognitif, seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif, dapat ditingkatkan melalui kesenian (dalam Pace, 2001), karena musik merupakan bagian dari seni diasumsikan musik juga mampu meningkatkan fungsi-fungsi kognitif. The Pollyana Principle yang dikemukakan Matlin (2005) menjelaskan bahwa stimulus yang menyenangkan dapat mempengaruhi ingatan. Stimulus yang menyenangkan diproses lebih efektif dan lebih akurat daripada stimulus yang tidak menyenangkan. Stimulus netral juga diproses lebih akurat jika dikaitkan dengan stimulus yang menyenangkan. Informasi juga akan lebih mudah diingat jika sesuai dengan suasana hati penerima.

Musik adalah salah satu stimulus yang menyenangkan dan telah lama hadir dalam kehidupan manusia. Rentfrow dan Gosling (2007) menemukan bahwa pertanyaan mengenai jenis musik yang paling disukai menjadi topik utama percakapan pada individu yang berkenalan. Selain media hiburan, musik mempunyai fungsi yang amat kompleks. Scripp dan Subotnik (2003) menjelaskan bahwa musik mewakili proses kognitif pada bidang lain dan meliputi aktivitas mental. Musik merupakan instrumen pendidikan yang sangat kuat. Musik mampu merangsang alam bawah sadar kreatif. Kebiasaan mendengarkan musik menjadi


(14)

konsep penting terkait musik dan kecerdasan. Kesukaan terhadap jenis musik tertentu dan membangun kebiasaan mendengarkan akan menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan bagi individu sehingga informasi lebih mudah diingat. Menurut Greenberg (dalam Sudjito, Pandia, dan Tunjungsari, 2007) kebiasaan mendengarkan musik dapat membantu meningkatkan intelegensi karena merangsang konsentrasi berpikir, penyelesaian masalah, pengembangan pengertian tentang nada, organisasi persepsi suatu hubungan, perbandingan, serta konsep-konsep baru. Musik adalah hasil seni budaya yang terdiri dari unsur-unsur suara atau bunyi yang teratur sehingga terjadi harmoni yang memuaskan pendengarnya. Musik dapat berfungsi sebagai perangsang semangat kreatif dan alternatif untuk keluar dari kejenuhan serta penyeimbang tugas linguistik dan logis. Gallahue (dalam Sudjito dkk., 2007) menyatakan bahwa mendengarkan musik mampu menstimulasi kemampuan belajar melalui ritme, melodi, dan harmoni. Berbicara tentang musik, tidak bisa diabaikan penjelasan Gardner (1999) mengenai intelegensi. Intelegensi menunjukkan kemahiran dan keterampilan memecahkan kesulitan yang ditemukan, serta menciptakan persoalan yang memungkinkan pengembangan pengetahuan. Hal menarik dari penjelasan Gardner adalah inteligensi musik dapat mengorganisir cara berpikir dan bekerja sehingga membantu perkembangan kemampuan matematika, spasial, dan bahasa.

Heaton, Williams, Cummins, dan Happe (2007) menjelaskan bahwa individu belajar memanipulasi struktur alamiah yang kompleks pada musik dan bahasa sejak awal perkembangan tanpa pendidikan formal. Musik dapat melatih dan mengembangkan strategi ingatan yang lebih kompleks seperti kemampuan


(15)

memanfaatkan elemen-elemen musik untuk mengorganisasi informasi yang masuk. Penelitian Chaffin dan Imreh (1997) serta Williamon dan Valentine (2002) menemukan bahwa kualitas performansi terkait kemampuan individu mengidentifikasi struktur musikal, mengorganisasi, serta mengingat kembali informasi. Struktur informasi juga dimanfaatkan untuk memahami musik pada tingkatan yang lebih dalam.

Sistem kognitif individu bekerja dengan dua cara berbeda. Cara pertama, yang diketahui dan diterapkan individu sejak awal perkembangannya, adalah memproses satu informasi dalam satu waktu. Seiring dengan tuntutan kualitas hidup, individu diperkenalkan dengan konsep multitasking yang menuntut sistem kognitif memproses beberapa hal berbeda secara bersamaan. Contohnya seseorang yang menjalankan kendaraan sambil mendengar musik dan berbicara. Menurut Huitt (2003), konsep multitasking semakin disorot terkait relevansi prinsip-prinsip dasar psikologi kognitif. Prinsip pertama adalah asumsi kapasitas sistem mental yang terbatas sehingga kuantitas informasi yang diproses dibatasi secara khusus. Prinsip kedua yaitu diperlukan mekanisme pengaturan untuk mengawasi pengkodean, transformasi, pengolahan, penyimpanan, pemanggilan, dan penggunaan informasi. Sistem mental melakukan prinsip eksekutif ketika individu mempelajari tugas atau lingkungan baru karena sistem mental memerlukan daya kerja yang lebih dibandingkan bila individu hanya mengerjakan tugas-tugas rutin atau berada di lingkungan yang familiar. Prinsip ketiga menjelaskan bahwa terdapat arus informasi dua arah mengenai cara individu memahami lingkungan sekitar. Individu secara konstan memanfaatkan informasi


(16)

yang diperoleh melalui pemahaman (bottom-up processing) dan informasi yang tersimpan dalam memori (top-down processing) dalam sebuah proses yang dinamis untuk memaknai lingkungan serta kaitan dengan lingkungan. Konsep ini menjelaskan perbedaan antara penalaran induktif (bergerak dari peristiwa khusus menuju kesimpulan umum) dan penalaran deduktif (bergerak dari prinsip umum menuju contoh spesifik). Persetujuan ahli-ahli psikologi kognitif bahwa organisme secara genetis telah dipersiapkan untuk mengolah dan mengatur informasi secara tertentu menjadi dasar prinsip keempat, dan didukung temuan riset bahwa terdapat kaitan predisposisi biologis terhadap pengolahan informasi.

Individu harus mampu menahan dan mengolah informasi yang diperoleh untuk mendapatkan pemahaman secara utuh. Kemampuan tersebut ditentukan oleh ingatan kerja yang dimiliki. Ketika Atkinson dan Shiffrin (1968) meneliti digit span untuk mengukur ingatan kerja, tidak ditemukan perbedaan antara pembaca yang mahir dan pembaca yang kurang mahir. Digit span disinyalir kurang sensitif mengukur fungsi ingatan jangka pendek. Daneman dan Carpenter (1980) mengusulkan Reading Span Test sebagai alat ukur yang lebih sensitif untuk mengukur fungsi ingatan kerja. Reading span test terbukti memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap pemahaman bacaan dan literal dibandingkan digit span. Stimulus reading span test yang berupa kata-kata memiliki persamaan dengan musik rap yang mengusung kekuatan kata-kata.

Minat penelitian mengenai kaitan musik dan kemampuan kognitif sangat berkembang beberapa tahun belakangan ini. Satiadarma (2004) menyatakan ada beragam jenis musik yang tumbuh seiring dengan perkembangan dan kemajuan


(17)

teknologi namun baru sebagian kecil yang telah dimanfaatkan untuk merangsang kecerdasan. Salah satu jenis musik yang dapat digunakan adalah musik rap.

Dewasa ini musik rap menjadi sesuatu yang fenomenal di kalangan remaja, seperti pada ajang turnamen olahraga seperti streetball, variasi permainan bola basket yang baru (Tom, 2006). Musik rap sebagai aliran Rhythm and Blues (R&B) selalu ‘mendeklamasikan’ syair yang diiringi musik. Iringan musik umumnya didominasi drum elektronik dan dikombinasi dengan piringan hitam yang dihentakkan (swaramuslim, 2005). Musik rap memberi sensasi tersendiri dan energi positif untuk mengeluarkan atraksi terbaik sehingga membuat suasana yang dinamis dan semarak. Musik rap memiliki shock effect yang bertujuan mengajak individu lebih menikmati hidup serta memunculkan kreativitas (White, 2007).

Musik Rap telah menjadi minat penelitian ilmu-ilmu sosial dan kesehatan. Iwamoto, Creswell, dan Caldwell (2007) memaparkan bahwa efek psikologis dan edukasional dalam musik rap sangat besar serta menyarankan penerapan musik rap sebagai sarana inovatif dan potensial terkait isu-isu edukasi, program pengurangan resiko, dan konseling. Musik rap menghasilkan respon psikologis dan fisiologis serta memberi mekanisme penyesuaian diri untuk melepaskan frustasi dan stres. Tyson (2002) merumuskan musik rap sebagai intervensi utama untuk meningkatkan pengalaman terapeutik pada remaja. Stephens, Braitwhite, dan Taylor (1998) menilai musik rap sebagai media konseling yang efektif terkait relevansi aspek kultural, sosiopolitik, dan memfasilitasi proses belajar kooperatif. Musik rap dapat dimanfaatkan dalam ranah edukasional karena dinilai puitis, mengandung pesan positif, dan menstimulasi pola mendengarkan tertentu.


(18)

Mendengarkan musik dapat memberi sensasi pengalaman yang berbeda terkait antara proses emosional dan kognitif. Baron-Cohen, Knickmeyer, dan Belmonte (2005) menawarkan teori empathizer-systemizer (E-S) untuk mengulas preferensi musik. Terdapat dua jenis pola kognitif ketika mendengarkan musik. Empathizer adalah pola mendengarkan yang menekankan kapasitas untuk merespon apa yang dirasakan individu lain sedangkan systemizer terkait kapasitas untuk memberikan respon biasa terhadap suatu hal atau peristiwa.

Mengetahui bagaimana musik rap dengan beat yang fluktuatif mampu meningkatkan pemrosesan informasi menjadi sangat menarik untuk dibahas. Pada individu yang memiliki preferensi terhadap musik rap, beat yang fluktuatif justru menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan. Musik rap memiliki esensi yang serupa percakapan sehari-hari. Riset menemukan bahwa terdapat proses neural yang tumpah tindih dalam merespon stimulus bahasa dan musik (Gibson, Patel, Ratner, dkk., 1998; Koelsch, Gunter, Wittfroh, dkk., 2005; Maess, Koelsch, Gunter, dkk., 2001; Patel, 2003; Tillmann, Janata dan Bharucha, 2003).

Berdasarkan uraian mengenai kaitan antara musik dengan bahasa serta fakta hal tersebut mempengaruhi cara mengolah informasi, peneliti ingin mengetahui bagaimana kebiasaan mendengarkan musik rap dapat mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi dengan mempertimbangkan ciri khas musik rap yang sederhana. Tingkat pemrosesan informasi dijelaskan dengan merujuk pada konsep level of processing yang dikemukakan Craik dan Lockhart (1972). Penelitian ini diharapkan memberi wacana baru terkait pemanfaatan musik rap sebagai media yang memiliki pengaruh terhadap tingkat pemrosesan informasi.


(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah kebiasaan mendengarkan musik rap dapat mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan fungsi dan relevansi musik rap terhadap faktor–faktor yang berkaitan dengan kemampuan memori sebagai alternatif untuk memaksimalkan tingkat pemrosesan informasi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori mengenai tingkat pemrosesan informasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mempromosikan manfaat mendengarkan musik rap bagi komunitas musik rap secara khusus dan masyarakat secara umum.


(20)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi permasalahan, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis terkait tingkat pemrosesan informasi serta karakteristik musik rap yang menjadi acuan pembahasan masalah.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel, rancangan penelitian, teknik kontrol, populasi penelitian, instrumen dan alat ukur, prosedur eksperimen, serta metode analisa data.

BAB IV : Hasil Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini memaparkan deskripsi subjek penelitian dan hasil utama penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan memuat jawaban permasalahan berdasarkan analisa dan interpretasi data. Dipaparkan pula saran-saran praktis serta metodologis untuk penelitian lanjutan.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan pembahasan masalah. Penjelasan diawali dengan memberikan gambaran teoritis mengenai mahasiswa dilanjutkan dengan penjelasan mengenai bagaimana kebiasaan mendengarkan musik rap dapat mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi.

A. Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Winkel (1997) dan Syamsu (2004) merumuskan masa mahasiswa meliputi rentang usia 18/19 sampai dengan 24/25 tahun. Hurlock (1999) mengemukakan ini termasuk masa dewasa dini. Lebih lanjut Winkel (1997) menjelaskan bahwa rentang usia mahasiswa ini masih dapat dibagi atas rentang usia 18/19 tahun sampai 20/21 tahun dan rentang usia 21/22 tahun sampai 24/25 tahun.

Rentang pertama umum ditemui pada mahasiswa semester I hingga semester IV. Ciri pada rentang usia ini antara lain stabilitas kepribadian yang mulai meningkat, pandangan yang lebih realistis tentang diri dan lingkungan hidup, mampu menghadapi permasalahan secara lebih matang, dan gejolak perasaan mulai berkurang. Ciri khas masa remaja masih sering muncul tergantung laju perkembangan masing-masing individu. Rentang kedua umum dijumpai pada


(22)

mahasiswa semester V dan semester VI dengan ciri-ciri yang tampak berupa usaha memantapkan diri dalam hubungan keahlian yang telah dipilih dan memutarbalikkan pikiran untuk mengatasi aneka ragam masalah. Pada masa ini terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama yang bersifat psikologis seperti penghargaan dari teman, dosen, dan anggota keluarga lainnya; mempunyai pandangan spiritual tentang makna hidup manusia; memiliki harga diri dengan mendapatkan tanggapan dari lawan jenis dan menikmati rasa puas karena sukses dalam studi akademik.

Musik dapat dikatakan cukup berperan dalam kehidupan mahasiswa. Ketika berkumpul dengan teman-teman, sedang jatuh cinta, patah hati, bahagia, sedih, senang, bahkan di tengah kesibukan mengejar tuntutan hidup, mendengarkan musik dapat mengurangi ketegangan dan menghasilkan suasana yang rileks.

B. Musik

1. Defenisi Musik

Juslin dan Zentner (2002) mengidentifikasi musik sebagai salah satu bentuk seni yang berkenaan dengan kombinasi bunyi-bunyian dengan wujud keindahan dan ekspresi emosi.

Defenisi lain mengenai musik berdasarkan Webster’s Collegiate Dictionary adalah ilmu seni menata nada atau suara dalam kombinasi yang indah dan dalam hubungan yang singkat-singkat menghasilkan komposisi yang menyatu dan berkelanjutan, sedangkan dalam The New Encyclopedia of Music and


(23)

Musicians (Pratt, 1960) musik didefinisikan sebagai keindahan nada atau bentuk nada yang menimbulkan kepuasan estetis melalui indera pendengaran. Oleh karena itu seni merupakan ekspresi nada atau ilmu produksi dan konstruksi nada, dimana elemen penting yaitu melodi, harmoni dan ritme digunakan dengan tujuan dan hasil tertentu.

2. Elemen Musik

Seashore (1967) menyatakan bahwa unsur pembentuk musik adalah bunyi. Bunyi dibentuk oleh elemen tinggi rendah suara (Pitch), keras lembut suara (loudness), lamanya berlangsung (durasi), dan bentuk gelombang suara (timbre)

3. Jenis-jenis Musik

Penelitian yang dilakukan Rentfrow dan Gosling (2007) menemukan bahwa terdapat 14 jenis musik, yaitu alternatif, blues, klasik, country, elektronik/dansa, folk, heavy metal, rap/hip-hop, jazz, pop, religius, rock, soul/funk, dan soundtrack. Penelitian ini akan memfokuskan pada jenis musik rap.

a. Musik Rap

Rap berakar dari tradisi Afrika berupa suara yang diucapkan dengan ritme tertentu, ketukan berirama dan pola respon dalam memaparkan sesuatu. Richardson dan Scott (2002) mendefinisikan musik rap sebagai salah satu bentuk uraian politis terhadap kondisi kelas ekonomi bawah Afrika-Amerika. Rap bersifat nyata, bukan hanya mendengarkan suara secara pasif, tetapi keterlibatan aktif antara performer dan penikmat yang menghasilkan makna tersendiri. Rap


(24)

telah menjadi wadah pertemuan aktivis politik, komunitas seperti ini yang pertama kali mempopulerkan musik rap ke seluruh penjuru dunia.

Musik Rap masuk ke New York pada pertengahan 1970 dan menjadi sorotan utama di Amerika hingga pertengahan 1980. Musik rap memiliki variasi seperti old school, late 1980s, dan new school. Terdapat tiga belas jenis aliran musik rap yaitu booty rap, crossover rap, don rap, dirty south rap, east coast gangsta rap, gfunk, jazz rap, new jack swing, parody rap, pimp rap, race rap,rock rap, dan west coast gangsta rap.

Lena (2006) membagi kandungan musik rap dalam kategori mutually exclusive, exhaustive, dan independent category yang merefleksikan alasan perbedaan antara penghasil dan penikmat musik. Lagu rap diidentifikasi melalui chart designation (penandaan chart), rap interludes (selingan rap dalam lagu), shelving designation (posisi papan rak), dan expert opinion (pendapatan ahli).

Dimensi musik rap terdiri dari permainan kata secara verbal (flow), pola musikal, pola ritme, dan kandungan semantik. Permainan kata secara verbal dapat berupa pengulangan ritme dengan akses ketukan atau jeda yang tetap (sung flow) dan dapat berupa pengulangan suka kata tertentu dari kalimat yang diucapkan (speech saturated flow). Pola musikal dibedakan berdasarkan penggunaan instrumen. Instrumen dapat menjadi suara utama (pola musikal rhythmic), dapat digunakan sebagai latar (pola musikal memory), dapat juga dimunculkan hanya pada jeda waktu antara suara (pola musikal interlocutor). Musik rap dapat menggunakan satu pola ritme dominan (unitary rhythm style) atau beberapa pola ritme secara beraturan (multiple rhythms style). Sedangkan kandungan semantik


(25)

dalam rap dapat berupa seks, cinta, kekerasan, peran gender, politik, ras, pesta dan uang, komedi/parodi, kesombongan, atau perpaduan beberapa di antaranya.

Rap sering diistilahkan dengan hip hop dan mengarah pada pergeseran budaya remaja Afrika-Amerika yang diekspresikan dalam bahasa tertentu (slang vocabulary), cara berpakaian, serta gaya hidup. Elemen-elemen budaya hip hop mencakup rapping, break dance, seni graffiti, dan DJing (Sullivan, 2003). Hubungan yang tercipta dalam Rap lebih dari sekedar musisi dan audiens, tetapi mencakup juga nilai-nilai budaya, isu-isu gender, dan penggunaan bahasa.

Dalam perkembangannya beberapa musisi mengkolaborasikan musik rap dengan jenis musik lain. Di Indonesia sendiri mulai bermunculan beberapa pionir musik rap atau hiphop lokal.

4. Respon Terhadap Musik

Abeles dan Chung (dalam Hallam, 2006) mengatakan bahwa terdapat tiga tahap respon terhadap musik yang dapat diidentifikasi, yaitu respon emosional, respon berdasarkan selera musik, dan respon berdasarkan preferensi.

a. Respon emosional terhadap musik

Respon emosional adalah emosi yang dirasakan ketika mendengarkan musik. Respon emosional merupakan respon yang paling sedikit terjadi internalisasi terhadap musik yang didengar, namun dalam pola respon ini pendengar telah memberikan partisipasi aktif terhadap musik yang didengar.


(26)

b. Respon berdasarkan selera musik

Abeles dan Chung mengemukakan bahwa selera musik merupakan komitmen jangka panjang seseorang terhadap preferensi musiknya, yang ditandai dengan perilaku seperti adanya kebiasaan membeli rekaman-rekaman baik dalam bentuk kaset, compact disc, dan sebagainya.

c. Respon berdasarkan Preferensi Musik

Respon berdasarkan preferensi musik didefinisi sebagai tindakan memilih, menghargai, atau memberi prioritas terhadap jenis musik tertentu dibandingkan jenis musik lain. Perilaku preferensi musik menggambarkan lebih dari sekedar reaksi ingin mendengarkan musik, namun mengarah pada kebiasaan mendengarkan. Preferensi musik individu dipengaruhi oleh berbagai hal. Ada individu yang memiliki preferensi terhadap musik klasik, pop, jazz, dan rap. Kebiasaan mendengarkan musik yang menjadi preferensi akan menghadirkan suasana hati yang menyenangkan. Meski kalangan tertentu menilai rap adalah musik yang hingar-bingar, ternyata pada penggemar yang terbangkit ketika mendengarkan musik rap adalah rasa senang. Ketika individu memiliki suasana hati yang menyenangkan maka informasi apapun yang masuk akan lebih mudah diingat. Mengingat informasi adalah hal yang sangat penting bagi individu. Informasi akan lebih mudah diingat ketika diterima dalam kondisi emosi yang menyenangkan. Maka kondisi tertentu harus dimunculkan untuk memperoleh kondisi emosi yang menyenangkan. Preferensi musik menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi emosi yang menyenangkan.


(27)

5. Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap

Preferensi terhadap jenis musik mendorong individu membangun kebiasaan mendengarkan serta mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman terkait jenis musik tertentu. Subjek yang memiliki preferensi terhadap musik rap akan secara rutin mendengarkan musik rap dalam porsi yang jauh lebih besar daripada musik lainnya. Karakteristik musik rap yang mengandung unsur pengucapan kata-kata yang cepat bila terus-menerus diperdengarkan akan secara otomatis menstimulasi cara kerja otak. Sistem pemrosesan informasi akan terlatih mengembangkan kemampuan mengolah informasi yang identik dengan kecepatan pengucapan kata-kata pada musik rap yang biasa didengarkan.

C. Memori

1. Definisi Memori

Nairne (2003) mendefinisikan memori sebagai kapasitas untuk mempertahankan dan menemukan kembali informasi. Konsep penting dari memori adalah model pengolahan informasi yang memaparkan bagaimana informasi disimpan dalam memori melalui tahapan-tahapan tertentu.

2. Model Pengolahan Informasi

Atkinson dan Shiffrin (1968) menemukan model pengolahan informasi yang dinamakan ”stage theory”. Teori ini menjelaskan bahwa informasi disimpan dan diolah dalam tiga tahapan yaitu sensori memori, ingatan jangka pendek, dan


(28)

ingatan jangka panjang. Huitt (2003) memaparkan lebih lanjut ketiga tahapan tersebut, yaitu :

a. Sensori Memori

Sensori memori merupakan tahap pertama penyimpanan memori, dirancang untuk menyimpan gambaran nyata dari setiap pengalaman sensori sehingga informasi dapat diproses secara utuh. Sensori memori terkait dengan transduksi energi. Lingkungan dipenuhi berbagai jenis sumber informasi, seperti cahaya, suara, aroma, panas dan dingin, sementara otak hanya mampu memahami energi elektris. Organisme memiliki sel penerima sensori khusus yang mampu mentransduksi energi eksternal menjadi sesuatu yang dapat dipahami otak. Proses transduksi menghasilkan memori singkat yaitu kurang dari ½ detik untuk penglihatan dan 3 detik untuk pendengaran.

Informasi pada tahap penting ini harus diperhatikan agar dapat ditransfer ke tahap selanjutnya. Terdapat dua konsep utama untuk memasukkan informasi ke dalam memori jangka pendek. Individu akan lebih memperhatikan jika stimulus memiliki fitur yang menarik (interesting feature) dan jika stimulus memiliki sesuatu yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya (known pattern).

b. Ingatan Jangka Pendek

Ingatan jangka pendek adalah tahap kedua penyimpanan memori berkaitan dengan apa yang dipikirkan individu pada momen waktu tertentu. Psikoanalis mengistilahkan tahap ini sebagai conscious memory.


(29)

Informasi dapat berasal dari pemahaman stimulus eksternal, pemahaman internal, atau penggabungan keduanya. Informasi mampu bertahan lebih dari 15-20 detik jika dilakukan pengulangan. Kuantitas informasi yang dapat diproses dalam satu waktu pada tahap ini terbatas. Miller (1956) mengemukakan bahwa rentang informasi yang dapat diproses pada ingatan jangka pendek berkisar 7 ± 2 bits, tetapi hasil riset dewasa ini menyatakan jumlahnya berkisar antara 5 ± 2 bits.

Pengorganisasian dan pengulangan merupakan komponen utama pemeliharaan informasi pada ingatan jangka pendek. Terkait fungsi pengorganisasian, terdapat empat variasi jenis untuk desain intruksional yaitu klasifikasi berdasarkan kategori atau konsep (component), berdasarkan kronologis (sequential), menyatukan ide utama atau kriteria (relevance), serta frase atau kata yang berhubungan sebagai indikasi perubahan kualitatif sepanjang waktu (transitional/connective).

Pengelompokan kepingan-kepingan data menjadi sebuah unit (chunking) merupakan tehnik utama memperoleh dan memelihara informasi pada memori jangka pendek, yang juga termasuk jenis elaborasi untuk memasukkan informasi pada memori jangka panjang. Tehnik yang juga dapat digunakan untuk mempelajari konsep baru adalah repetition atau rote rehearsal. Informasi yang diperoleh harus sering diulang agar tetap bertahan, namun para ahli menyarankan sebaiknya pengulangan tidak dilakukan langsung setelah mempelajari informasi baru tetapi berikan jeda beberapa menit sebelum dilakukan pengulangan.


(30)

c. Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang merupakan tahap ketiga penyimpanan memori yang melibatkan penyimpanan informasi dalam periode waktu yang lama. Psikoanalis mengistilahkan tahap ini sebagai preconscious memory dan unconscious memory. Preconscious bermakna bahwa informasi dapat dimunculkan dengan mudah, meski terkadang membutuhkan beberapa menit bahkan jam, sedangkan unconscious menjelaskan bahwa data tidak tersedia dalam kondisi kesadaran normal. Preconscious memory menjadi perhatian utama psikologi kognitif terkait relevansi konsep memori jangka panjang. Teori mengenai tingkat pemrosesan informasi membuktikan bahwa informasi yang dimiliki individu dapat lebih mudah dihadirkan.

Informasi yang tersimpan dalam tahap ini diorganisasikan ke dalam struktur declarative, procedural, dan imagery. Declarative memory terbagi atas semantic memory dan episodic memory. Semantic memory mangandung fakta dan informasi umum seputar konsep, prinsip, aturan, strategi mengatasi masalah, serta strategi belajar. Semantic memory mencakup juga struktur data atau prosedur untuk menggabungkan bagian dari pengalaman yang spesifik menjadi sebuah sistem yang bermakna (schemata / schema); keterkaitan aturan antara konsep dan hubungan (preposition); struktur pengetahuan menganai rutinitas atau peristiwa tertentu (script); pengaturan konsep dan visualisasi dalam menilai stimulus dan aksi (frame of reference); pengaturan prinsip dan konsep untuk


(31)

mendefinisikan sebuah perspektif dan menghadirkan pola tindakan tertentu (scheme); kumpulan aturan mengenai apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu (program); cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan bertindak yang dikaitkan dengan realitas tertentu (paradigm); serta kumpulan persamaan yang menjelaskan beberapa aspek dari pengalaman individu (model). Episodic memory mencakup pengalaman personal berupa informasi dalam cerita dan analogi. Procedural memory mencakup informasi mengenai tata cara suatu hal, sementara imagery berisi gambaran-gambaran mental.

3. Proses Penyimpanan Memori

Terdapat tiga proses yang harus dilalui untuk merekam atau memasukkan informasi ke dalam memori jangka pendek maupun memori jangka panjang. Proses tersebut adalah :

a. Encode

Encode merupakan proses otak menyandikan atau menandai informasi yang ditangkap oleh indra penglihatan, indra pendengaran, dan pengertian tentang suatu hal. Dalam encoding terdapat beberapa proses yang berperan, salah satunya atensi. Untuk mengingat suatu informasi, kita harus memperhatikan informasi tersebut. Proses atensi diperlukan untuk mentransfer informasi dari sensori memori menuju memori jangka pendek (Nairne, 2003). Atensi memiliki peran utama dalam mengatur seberapa banyak aitem yang dapat diproses pada memori jangka pendek.


(32)

b. Storage

Storage merupakan proses otak menyimpan informasi yang telah ditandai sebelumnya. Bila atensi yang diberikan terhadap informasi besar maka informasi yang sudah ditandai akan disimpan dalam ingatan jangka panjang, dan bila atensi yang diberikan rendah maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka pendek.

c. Retrieval

Retrieval merupakan proses pemanggilan kembali informasi yang disimpan dalam memori. Semakin sering informasi diulang atau digunakan maka semakin mudah individu mampu mengakses kembali ingatan tentang informasi tersebut.

4. Tingkat pemrosesan informasi

Kemampuan memori dalam memproses informasi, yang diistilahkan dengan tingkat pemrosesan informasi, sangat penting dalam mengolah informasi yang diterima. Proses ini terjadi pada memori jangka panjang terkait dengan konsep semantic memory, yaitu ingatan yang berkaitan dengan pengorganisasian informasi. Individu menggunakan tingkatan elaborasi yang berbeda dalam mengolah informasi. Tingkatan tersebut bergerak dalam sebuah kontinum dari perception, melewati attention, mengarah pada labelling, dan diakhiri oleh meaning. Meaning adalah tingkatan pemrosesan informasi tertinggi dan menghasilkan daya ingat yang lebih baik dibandingkan semua tingkatan. Semua stimulus yang mengaktifkan sel-sel penerima sensori akan disimpan secara


(33)

permanen dalam memori, namun tingkatan proses pengolahan informasi yang digunakan akan berkontribusi terhadap kemampuan untuk mengakses atau menghadirkan kembali informasi. Bransford (1979) memperluas pendekatan ini dengan menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan bukan saja bagaimana informasi diproses tetapi juga bagaimana informasi diakses.

a. Definisi tingkat pemrosesan informasi

Tingkat pemrosesan informasi terbagi atas kategori dalam dan dangkal. Tingkat pemrosesan informasi berasal dari teori level of processing yang menyatakan bahwa pemrosesan informasi tingkat mendalam menghasilkan daya ingat yang lebih permanen dibandingkan pada tingkat dangkal (Craik dan Lockhart, 1972). Teori ini memprediksi individu dapat mengingat lebih banyak kata jika menggunakan pemrosesan informasi tingkat mendalam dan daya ingat akan menurun bila individu menggunakan pemrosesan informasi tingkat dangkal. Tingkat pemrosesan informasi tidak tergantung pada kapasitas penyimpanan informasi yang dimiliki individu.

b. Tingkat pemrosesan informasi mendalam

Pemrosesan informasi tingkat mendalam merupakan cara memproses informasi yang melibatkan pemahaman mengenai makna kata yang diucapkan. Informasi yang diproses pada tingkat ini disimpan dalam ingatan jangka panjang. Craik dan Tulving (1975) menjelaskan tingkat ini dengan dimensi sentence yang aitem-aitemnya terdiri dari pertanyaan melengkapi kalimat berdasarkan makna.


(34)

c. Tingkat pemrosesan informasi dangkal

Pemrosesan informasi tingkat dangkal adalah cara memproses informasi yang didasarkan pada tampilan fisik seperti bentuk huruf, dan pengucapan kata. Informasi yang diproses pada tingkat dangkal disimpan dalam ingatan jangka pendek. Craik dan Tulving (1975) menjelaskan tingkat ini dengan dimensi case yang aitemnya terdiri dari pertanyaan mengenai bentuk fisik huruf, dan dimensi rhyme yang aitem-aitemnya berupa pertanyaan mengenai cara pengucapan kata.

d. Faktor yang mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi

Faktor yang dapat mempengaruhi proses mengingat pada pemrosesan informasi tingkat mendalam antara lain :

1) Distinctiveness

Distinctiveness diartikan sebagai stimulus yang ada berbeda dengan stimulus lain yang telah tersimpan dalam memori.

2) Elaborasi

Elaborasi merupakan proses yang membutuhkan kemampuan memahami makna dan menghubungkan konsep yang ada. Beberapa contoh konsep elaborasi dalam proses belajar mengajar adalah pembentukan gambaran mental (imaging), menghubungkan ide atau hal dengan objek dalam lokasi yang familiar (method of loci), menghubungkan dengan kata tertentu (pegword method), menyusun ke dalam ritme tertentu (rhyming), serta membentuk sebuah kalimat dengan menggabungkan huruf awal setiap kata dalam daftar (initial letter).


(35)

e. Metode Penerapan Tingkat pemrosesan informasi

Proses pengolahan informasi dapat bekerja dalam dua cara, yaitu serial processing dan parallel processing. Merujuk pada APA (2007), Serial processing merupakan metode memproses informasi dari sebuah sumber dalam satu waktu. Model yang menerapkan prinsip serial processing adalah single-chanel model.

Konsep lain yaitu paralallel processing, yang dikenal juga sebagai simultaneous processing, adalah kemampuan untuk menjalankan lebih dari satu fungsi kognitif yang berbeda secara bersamaan dalam satu waktu. Model yang menggunakan prinsip parallel processing diistilahkan dengan parallel distributed processing. Model ini menyatakan bahwa informasi diproses secara simultan oleh beberapa bagian yang berbeda dari sistem memori.

Rumelhart dan McClelland (1986) mengembangkan connectionistic sebagai perluasan dari parallel distributed processing. Connectionistic merupakan bentuk dominan dari penelitian terbaru dalam psikologi kognitif dan konsisten dengan sejumlah hasil riset seputar otak (Scientific American, 2001). Model ini menekankan fakta bahwa informasi disimpan pada beberapa lokasi dalam otak yang membentuk jaringan koneksi. Model ini konsisten dengan pendekatan level of processing yang menyatakan bahwa semakin banyak koneksi terhadap konsep atau ide, maka akan semakin mudah konsep atau ide tersebut diingat.


(36)

D. Tingkat pemrosesan informasi pada Mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap

Memori adalah sesuatu yang sangat penting karena individu harus mengingat jika ingin memperoleh manfaat dari pengalaman. Irwanto (2002) mendefinisikan memori sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Kemampuan mendengarkan menjadi sangat penting karena menjadi salah satu akses informasi ke dalam memori. Reed (2004) memaparkan banyak praktisi psikologi tertarik mengulas bagaimana individu mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Hal ini menarik karena individu tidak hanya dituntut untuk mampu mengingat unit informasi, tetapi juga harus mengingat konteks unit informasi tersebut dengan tepat.

Engel menambahkan bahwa fungsi-fungsi kognitif, seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif, dapat ditingkatkan melalui kesenian (dalam Pace, 2001), karena musik merupakan bagian dari seni diasumsikan musik juga mampu meningkatkan fungsi-fungsi kognitif. Sejalan dengan Engel, The Pollyana Principle yang dikemukakan Matlin (2005) menjelaskan bahwa stimulus yang menyenangkan akan diproses lebih efektif dan lebih akurat. Salah satu stimulus yang menyenangkan adalah musik.

Musik rap sebagai jenis musik yang menurut sebagian orang memiliki beat fluktuatif dan hingar bingar, ternyata bagi orang-orang yang menyukainya dinilai mampu menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan. Ketika individu yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap berada dalam kondisi emosi yang


(37)

menyenangkan, stimulus-stimulus yang masuk akan diproses dalam tingkat pemrosesan mendalam yang lebih tinggi daripada individu yang tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap. Kondisi emosi yang menyenangkan ini menyebabkan informasi yang masuk menjadi lebih mudah diingat.

Pada individu yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap, tingkat pemrosesan informasi secara mendalamnya menjadi lebih tinggi. Peristiwa tersebut akan berbeda kenyataannya pada individu yang tidak terbiasa mendengarkan musik rap. Uraian tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan tingkat pemrosesan informasi antara individu yang memiliki preferensi terhadap musik rap dan individu yang tidak memiliki preferensi terhadap musik rap.

E. Hipotesa

Menurut Kerlinger (2002) hipotesa adalah suatu pernyataan dugaan atau kesimpulan sementara mengenai hubungan antara dua fenomena ataupun variabel atau lebih. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengajukan hipotesa kerja sebagai berikut :

1. Individu yang mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap memiliki tingkat pemrosesan informasi secara mendalam yang lebih tinggi daripada individu yang tidak mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap. 2. Individu yang mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap memiliki

tingkat pemrosesan informasi secara dangkal yang lebih rendah daripada individu yang tidak mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental-kuasi karena bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain tanpa dilakukan manipulasi terhadap salah satu variabel. Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan dalam bab pendahuluan, yaitu ingin melihat apakah kebiasaan mendengarkan musik rap dapat mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi.

Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2005) menyatakan bahwa penelitian eksperimental-kuasi menyerupai eksperimental karena bersifat prospektif, yaitu menunggu munculnya hasil di masa yang akan datang. Myers dan Hansen (2006) membedakan penelitian eksperimental-kuasi dengan ekperimental berdasarkan dipenuhi atau tidaknya karakteristik utama eksperimental seperti manipulasi, kontrol, atau randomisasi. Hal itu terjadi karena randomisasi sulit dilakukan ataupun karena variabel bebas sebelumnya sudah dimiliki subjek.

A. Identifikasi Variabel

Variabel – variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung : Tingkat pemrosesan informasi 2. Variabel bebas : Kebiasaan mendengarkan musik rap 3. Variabel kontrol :


(39)

a. Perbedaan individu

1) Kemampuan menyimpan informasi 2) Usia individu

3) Tingkat pendidikan b. Pengaruh faktor lingkungan

1) Materi dan aturan pelaksanaan 2) Kondisi ruangan dan waktu

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberikan batasan arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Kerlinger, 2002).

1. Kebiasaan mendengarkan musik rap

Kebiasaan mendengarkan musik rap ditunjukkan dengan seberapa sering seorang subjek mendengarkan musik tersebut dalam waktu satu minggu. Kebiasaan mendengarkan musik rap diukur dengan cara meminta subjek mengisi lembar survey yang berisi pertanyaan mengenai bagaimana frekuensi subjek mendengarkan musik rap. Pertanyaan mengenai frekuensi mendengarkan musik rap diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu 1-2 hari dalam seminggu, 3-6 hari dalam seminggu, dan 7 hari dalam seminggu.


(40)

2. Tingkat pemrosesan informasi

Tingkat pemrosesan informasi diklasifikasi pada tingkat dalam dan dangkal. Indikasi penggunaan tingkat pemrosesan informasi secara mendalam tampak melalui kemampuan subjek menjawab benar pada aitem-aitem yang berbentuk kalimat. Indikasi penggunaan tingkat pemrosesan informasi secara dangkal tampak melalui kemampuan subjek menjawab benar pada aitem-aitem yang membandingkan persamaan irama dua buah kata dan aitem-aitem yang menentukan bentuk huruf. Pengukuran dilakukan dengan meminta subjek menjawab 30 pertanyaan seputar dimensi tingkat pemrosesan informasi yaitu bentuk huruf, kesesuaian irama, serta melengkapi kalimat. Setiap jawaban yang benar diberi nilai satu, sedangkan jawaban yang salah atau kosong diberi nilai nol. Nilai yang menggambarkan tingkat pemrosesan informasi dilihat dari total skor tes setiap tingkatan yang dikerjakan dengan benar oleh subjek. Skor yang diperoleh dari aitem-aitem yang mewakili tingkat pemrosesan informasi secara mendalam akan diskor sebagai skor dalam, dan skor dari aitem-aitem yang mewakili tingkat dangkal pemrosesan informasi akan diskor sebagai skor dangkal.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design Posttest Only dengan skema rancangan dapat dilihat pada tabel 2. Shadish, Cook, dan Campbell (2002) mengungkapkan bahwa desain ini dapat digunakan bila perlakuan telah dimulai sebelum penelitian dilakukan sehingga pretes tidak mungkin dilakukan. Pengelompokan subjek ke dalam kelompok eksperimen (KE)


(41)

dan kelompok kontrol (KK) dilakukan berdasarkan kebiasaan mendengarkan musik rap dan tidak. Rancangan penelitian ini adalah memiliki generalisasi yang lebih kuat dibandingkan eksperimental murni karena kondisi subjek terbentuk secara alami, namun generalisasi tergolong lemah karena adanya kemungkinan perubahan faktor-faktor dalam diri subjek dan tidak mungkin untuk dikontrol.

Tabel 2. Nonequivalent Control Group Design Posttest Only

N (KK) O1

--- N (KE) X O2

Keterangan :

N : Kelompok bersifat nonequivalen KK : Kelompok Kontrol X : Kebiasaan mendengarkan musik rap KE : Kelompok Eksperimen O : Pengukuran pemrosesan informasi

Kelompok eksperimen adalah kelompok subjek yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok subjek yang tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap. Kelompok kontrol akan menjadi pembanding untuk melihat apakah ada pengaruh antara kebiasaan mendengarkan musik rap terhadap tingkat pemrosesan informasi.

D. Teknik Kontrol

Kontrol menurut Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2005) berarti peneliti dapat memunculkan atau tidak memunculkan apa yang diinginkan dalam melaksanakan penelitian. Prinsip-prinsip dalam melakukan teknik kontrol adalah :


(42)

1. Memaksimalkan varians primer

Varians primer terjadi akibat adanya kebiasaan mendengarkan musik rap dan merupakan varians yang diharapkan dalam penelitian. Varians primer adalah perbedaan yang terjadi pada skor tingkat pemrosesan informasi ketika subjek diklasifikasi berdasarkan frekuensi mendengarkan musik rap.

2. Mengontrol varians sekunder

Varians ini adalah hasil dari variabel yang tidak diharapkan, yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran tingkat pemrosesan informasi. Varians ini dikontrol dengan menyamaratakan waktu, tempat, dan kondisi eksperimen. 3. Meminimalkan varians kesalahan

Varians kesalahan merupakan hasil sejumlah faktor yang dapat menurunkan keakuratan pengukuran tingkat pemrosesan informasi. Varians kesalahan atau varians dalam kelompok dapat diminimalkan dengan melakukan kontrol terhadap kondisi eksperimen dan meningkatkan reliabilitas alat ukur.

Penelitian ini menggunakan teknik eliminasi untuk mengontrol variabel organisme dengan cara mengikutsertakan mahasiswa yang memiliki kapasitas penyimpanan informasi sama. Penyimpanan informasi dikontrol karena kapasitas tiap individu berbeda. Kapasitas penyimpanan informasi diukur menggunakan satu set kata yang telah dirancang. Subjek diberi kesempatan melihat daftar tersebut selama 30 detik. Menurut Atkinson-Shiffrin (1968), informasi yang masih diingat dan dikenal pada sensori register akan disimpan dalam ingatan jangka pendek. Informasi tersebut dapat bertahan ± 20-30 detik dengan kapasitas penyimpanan berkisar 2-7 unit. Kemudian subjek diberikan waktu selama 2 menit


(43)

untuk menuliskan kembali kata-kata tersebut di lembar jawaban yang telah disediakan. Fudyartanta (2004) menyatakan tes seperti ini dapat menyingkap ingatan jangka pendek. Dalam riset psikologi, ingatan jangka pendek lebih valid daripada tes intelegensi. Selain itu peneliti mengikutsertakan mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik.

Variabel lingkungan dikontrol dengan menyamaratakan variabel yang dapat mempengaruhi kelompok eksperimen (KE) dan kelompok kontrol (KK) seperti materi, instruksi, penyajian, kondisi ruangan, dan waktu yang relatif sama. Peneliti memilih ruangan yang cukup ventilasi dan pencahayaan, waktu dan tempat yang tidak banyak dilalui orang lain ketika eksperimental berlangsung, serta menempatkan pengawas di luar ruangan untuk tidak membiarkan orang lain membuat kebisingan yang mengganggu kelancaran eksperimen.

E. Populasi Penelitian

1. Karakteristik Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan individu yang dapat dikenai generalisasi dalam kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan dengan karakteristik :

1. Angkatan 2006-2008 (tidak dalam masa penundaan kegiatan akademik) karena diperkirakan mahasiswa yang berada dalam angkatan tersebut masih aktif mengikuti kuliah serta intensitas untuk datang ke kampus lebih sering dibandingkan dengan mahasiswa angkatan sebelumnya.


(44)

2. Memiliki kapasitas penyimpanan informasi yang sama. Peneliti hanya mengikutsertakan pasangan subjek yang memiliki rentang yang sama untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

3. Mempunyai kebiasaan mendengarkan musik. Peneliti menetapkan subjek yang akan diikutkan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik.

Peneliti mencari jumlah mahasiswa yang memenuhi karakteristik untuk diikutkan ke dalam penelitian, yaitu yang tergolong ke dalam subjek yang merupakan mahasiswa angkatan 2006-2008 dan yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik. Peneliti membagi subjek dalam kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE).

F. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian 1. Instrumen

Terkait dengan kelancaran penelitian, maka peneliti harus dapat melengkapi beberapa instrumen, yaitu :

a. Satu set daftar kata-kata yang digunakan untuk melihat kapasitas penyimpanan informasi subjek.

b. Survey kebiasaan mendengarkan musik rap. Survey ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kebiasaan mendengarkan musik rap. Lembar ini berisi identitas subjek penelitian berupa nama, usia, dan jenis kelamin serta pertanyaan seputar kebiasaan subjek mendengarkan musik.


(45)

c. Informed Consent. Lembar ini berisi penjelasan mengenai waktu, tujuan, tata cara, dan resiko penelitian yang ditujukan kepada subjek. Dalam lembar ini peneliti juga meminta kesediaan subjek untuk berpartisipasi.

d. Surat pernyataan kesediaan berpartisipasi. Lembar ini berisi pernyataan kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian.

e. Lembar jawaban dan alat tulis.

f. Laptop dan LCD untuk menayangkan kata

g. Ruangan yang mempunyai pencahayaan dan ventilasi yang memadai dan tidak sering dilalui oleh orang lain pada saat pelaksanaan ekperimen, yaitu ruang kuliah IIB dan ruang kuliah IIIB FaPsi USU.

h. Kursi dan meja untuk tempat subjek mengerjakan tes i. Reward untuk para subjek penelitian dan pengawas.

2. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes tingkat pemrosesan informasi.

a. Tes Tingkat Pemrosesan Informasi

Tes ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Craik dan Tulving (1975), yaitu :

1) Case

Case adalah kode ingatan yang menekankan struktur fisik stimulus. Kode ini menanyakan apakah kata ditulis dalam huruf kapital.


(46)

2) Rhyme

Kode ingatan rhyme menekankan pada pengucapan stimulus. Kode ini menanyakan apakah dua kata memiliki irama yang sama.

3) Sentence

Sentence adalah kode ingatan yang menekankan makna stimulus. Individu harus mengevaluasi makna agar dapat melengkapi kalimat dengat tepat.

Setiap aspek akan diurai dalam sejumlah pernyataan favorabel dan unfavorabel. Tugas subjek adalah memberi tanda pada pilihan Ya (Y) atau Tidak (T) pada setiap aitem berdasarkan kesesuaian pertanyaan dengan kata yang ditayangkan pada monitor. Pada aitem yang favorabel, pilihan Y mendapat skor satu dan pilihan T mendapat skor nol. Sedangkan untuk aitem yang unfavorabel, pilihan Y mendapatkan skor nol dan pilihan T mendapatkan skor satu. Setiap aspek diskor terpisah kemudian jumlah skor kedua kelompok dibandingkan. Subjek yang mendapat nilai tinggi pada salah satu dimensi menunjukkan tingkat pemrosesan informasi yang digunakan dan perbandingan dengan dimensi lainnya.

Tes ini memiliki pola pertanyaan yang sama yaitu bentuk huruf, pembentukan kalimat, dan kesesuaian irama. Pada 5 aitem pertama secara khusus susunannya adalah bentuk huruf, pembentukan kalimat, kesesuaian irama, pembentukan kalimat, dan kesesuaian irama. Daftar kata disusun berdasarkan acuan Craik dan Tulving (1975) dengan irama dan makna kata telah disesuaikan dengan perbendaharaan kata-kata Bahasa Indonesia.


(47)

Tabel 3. Distribusi Aitem-Aitem Tes Tingkat Pemrosesan Informasi Sebelum Uji Coba

Aitem No. Dimensi

Favorable Unfavorable Jumlah

1. Case 1, 6, 15, 18, 27, 36, 39, 48, 57, 60

9, 12, 21, 24, 30, 33, 42, 45, 51, 54,

20 2. Rhyme 5, 11, 14, 23, 26, 29, 38,

44, 47, 50

3, 8, 17, 20, 32, 35, 41, 53, 56, 59

20 3. Sentences 2, 7, 10, 25, 37, 40, 43,

49, 52, 58

4, 13, 16, 19, 22, 28, 31, 34, 46, 55

20

Total 30 30 60

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Uji coba alat ukur dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Uji coba dilaksanakan kepada responden yang menyerupai karakteristik subjek penelitian. Jawaban diskor kemudian dihitung reliabilitasnya menggunakan koefisien alpha yang diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan SPSS version 12.0 for windows. Aitem-aitem yang reliable akan digunakan mengukur tingkat pemrosesan informasi.

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Validitas alat ukur dalam penelitian ini dikaji berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi.

Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem yang dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran sejauh mana


(48)

ini ditentukan berdasarkan derajat repesentatif alat ukur bagi isi hal yang akan diukur. Validitas isi ditentukan melalui pendapat profesional dalam proses telaah soal. Analisa logis akan dilakukan dengan menggunakan spesifikasi alat ukur yang telah ada untuk menetapkan apakah aitem-aitem yang telah dikembangkan representatif terhadap apa yang dimaksudkan untuk diukur.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000). Penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS version 12.0 For Windows.

3. Hasil Uji Coba

a. Hasil Uji Coba Prosedur Penelitian

Uji coba prosedur penelitian dilakukan terhadap 8 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang tidak termasuk sampel penelitian pada tanggal 5 Februari 2009 bertempat di ruang kuliah IIIB Fakultas


(49)

Psikologi Universitas Sumatera Utara. 8 orang mahasiswa tersebut ada yang bermata normal, menggunakan kacamata, menggunakan lensa kontak dengan minus, dan tidak menggunakan kacamata walaupun matanya memiliki minus. Uji coba prosedur penelitian dilakukan untuk menentukan tampilan slide, jarak pergerakan antar slide, instruksi yang diberikan, dan format lembar jawaban.

Latar belakang slide berwarna putih polos menggunakan huruf Arial 80, 86, atau 90 pt berwarna hitam yang disesuaikan agar tulisan pada slide mudah dibaca. Slide pertama dikosongkan untuk menyamakan fokus subjek. Peneliti bertanya apakah slide dapat terbaca dengan jelas. Sampel uji coba menyatakan bahwa tampilan slide sangat jelas. Ukuran huruf yang besar dan warna tulisan yang sangat kontras dengan latar menjadikan slide mudah dibaca.

Peneliti melakukan uji coba dengan jarak pergerakan antar slide 2 detik dan 4 detik, kemudian meminta responden memberi tanggapan atau saran mengenai apa yang mereka rasakan. Ketika diberi slide dengan jarak tayang 4 detik, responden menyatakan bahwa mereka merasa jeda waktu terlalu lama sehingga ketika mengerjakan tes pikiran mereka sulit fokus. Ketika diberi slide dengan jarak tayang 2 detik, responden mengaku kesulitan karena gerakan slide terlalu cepat. Mereka sering ketinggalan slide, karena harus bolak-balik menggerakkan leher ke arah slide dan lembar jawaban. Uji coba prosedur ini menggunakan 60 aitem. Namun setelah 27 aitem responden menyerah karena kelelahan dan meminta uji coba dihentikan. Peneliti kemudian mencoba alternatif jarak 3 detik antar slide. Responden menyatakan jarak 3 detik sangat sesuai dan dirasa cukup untuk mobilitas menggerakkan kepala melihat slide dan memberi


(50)

tanda pada lembar jawaban. Hal tersebut membuat peneliti memutuskan menggunakan jarak 3 detik antar slide.

Lembar jawaban 60 aitem menggunakan 1 lembar kertas A4 huruf Times New Roman 12 pt dengan spasi 1.5. Tampilan lembar jawaban yang seperti ini menurut responden cukup memudahkan karena jarak antar nomor tidak terlalu dekat dan tulisannya jelas.

b. Hasil Uji Coba Tes Tingkat Pemrosesan Informasi

Uji coba alat ukur penelitian dilakukan terhadap 79 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang tidak termasuk sampel penelitian. Nilai corrected item total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien alpha menggunakan interval kepercayaan 95 %. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 60 aitem. Diperoleh 30 aitem yang sahih dan 30 aitem yang gugur. Distribusi aitem yang sahih dari tes tingkat pemrosesan informasi dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Aitem-Aitem Tes Tingkat Pemrosesan Informasi Setelah Uji Coba

Nomor Aitem No. Dimensi

Favorabel Unfavorabel

Jumlah 1 Case 1, 6, 15, 27, 39 9, 12, 24, 30, 45 10 2 Rhyme 5, 11, 26, 47 3, 17, 20, 41, 53, 59 10 3 Sentence 7, 25, 37, 40, 43,

49, 58

19, 28, 55 10

Total 16 14 30


(51)

Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Tes Tingkat Pemrosesan Informasi Untuk Penelitian

Nomor Aitem No. Dimensi

Favorabel Unfavorabel

Jumlah 1 Case 1, 6, 15, 21, 27 9, 12, 18, 24, 30 10 2 Rhyme 8, 14, 17, 26 3, 5, 11, 20, 23, 29 10 3 Sentence 2, 7, 10, 13, 16,

25, 28

4, 19, 22 10

Total 16 14 30

H. Prosedur Eksperimen 1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mencari informasi mengenai jumlah mahasiswa Psikologi setiap angkatan pada bagian pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah populasi dan sampel penelitian.

b. Penyusunan Alat ukur.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menyiapkan alat ukur yang akan digunakan. Pada tahap ini, alat ukur yaitu tes tingkat pemrosesan informasi dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan. Peneliti membuat 60 aitem untuk tes tingkat pemrosesan informasi. Tampilan pertanyaan pada monitor dirancang sederhana, singkat, namun jelas untuk memudahkan subjek. Peneliti juga menyediakan lembar jawaban yang terdiri dari dua alternatif pilihan jawaban untuk memudahkan subjek dalam memberikan jawaban.


(52)

c. Perizinan

Peneliti meminta izin penggunaan ruangan untuk melakukan uji coba alat ukur penelitian pada 11 Februari 2009 pada pihak fakultas. Kemudian pada 18 Februari 2009, peneliti kembali memasukkan surat ijin peminjaman ruangan untuk melaksanakan pengambilan data penelitian. d. Uji Coba Alat Ukur dan Prosedur Penelitian

Uji coba tes tingkat pemrosesan informasi dan prosedur penelitian dilakukan pada tanggal 12 – 13 Februari 2008. Uji coba dilakukan dengan melaksanakan tes tersebut kepada subjek yang menyerupai karakteristik subjek penelitian. Setelah itu, peneliti menghitung skor jawaban.

e. Revisi Alat Ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur pada 79 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, peneliti menguji validitas dan reliabilitas tes tingkat pemrosesan informasi menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 12 for windows. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil aitem-aitem tersebut untuk kemudian disusun kembali dan digunakan untuk mengambil data penelitian.

f. Mengadakan survey mengenai kebiasaan mendengarkan musik kepada calon subjek penelitian pada tanggal 9-10 Februari 2009. Peneliti kemudian membagi subjek ke dalam kelompok kontrol dan eksperimen berdasarkan kebiasaan mendengarkan musik yang dimiliki.


(53)

2. Tahap Pelaksanaan

Pengambilan data dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Jalan Dr. Mansyur No.7 Kampus USU tanggal 19 Februari 2009 pada pukul 11.00 WIB - 11.30 WIB di ruang kuliah IIA untuk kelompok eksperimen dan 12.00 - 13.00 WIB di ruang kuliah IIIB untuk kelompok kontrol. Pelaksanaan ini dibagi ke dalam 2 sesi waktu yang telah disesuaikan dengan subjek penelitian. Pada hari pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh tiga orang pengawas yang sudah diberi tahu tugasnya masing-masing.

1. Pengawas I bertugas membagikan, lembar inform consent, lembar pernyataan kesediaan berpartisipasi, daftar kata kapasitas penyimpanan informasi, dan lembar jawaban kepada subjek penelitian. Pengawas II bertugas mengumpulkan lembar pernyataan kesediaan berpartisipasi, daftar kata kapasitas penyimpanan informasi, dan lembar jawaban. Pengawas III bertugas mengarahkan dan mengawasi jalan masuk dan keluar di sekitar ruang eksperimen serta membagikan reward.

2. Peneliti berperan sebagai tester dan memberikan instruksi kepada subjek penelitian. Hal ini dilakukan karena tester yang telah dipersiapkan mendadak berhalangan hadir pada hari pelaksanaan penelitian.

Peneliti dan ketiga pengawas hadir di lokasi eksperimen 1 jam sebelum jadwal eksperimen berlangsung (pukul 10.00 WIB) untuk mempersiapkan lokasi dan situasi. Setelah itu pengawas menempati tempat masing-masing.

Subjek kelompok eksperimen hadir di lokasi pada pukul 10.45 WIB, sedangkan subjek kelompok kontrol hadir di lokasi pada pukul 11.45 WIB.


(54)

Setelah seluruh mahasiswa terkumpul, mereka memasuki ruang yang telah direncanakan. Keadaan sekitar kedua ruangan saat eksperimen berlangsung cukup tenang dan tidak terjadi gangguan yang berarti. Kondisi kedua ruangan ketika eksperimen berlangsung relatif sama karena tidak ada perbedaan perlakuan yang diberikan oleh peneliti terhadap masing-masing kelompok. Materi yang diberikan dan cara penyajiannya sama, instruksi yang diberikan juga sama karena sebelumnya telah diatur dengan detail.

Setelah seluruh subjek mengambil posisi tempat duduk yang nyaman untuk melihat tampilan layar, pengawas I membagikan lembar inform consent dan lembar pernyataan kesediaan berpartisipasi. Subjek dipersilahkan membaca lembar inform consent dan bila bersedia diminta menandatangani lembar pernyataan kesediaan berpartisipasi serta mengembalikan lembar pernyataan tersebut kepada pengawas II. Pengawas I kemudian membagikan daftar kata yang digunakan untuk mengukur kapasitas penyimpanan informasi. Tester memberikan instruksi ”dihadapan anda sudah terdapat 1 lembar kertas yang berisi beberapa kata. Tugas anda adalah mengingat kata-kata tersebut. Saya akan memberi anda waktu untuk melihatnya dan setelah waktu habis saya akan mengambil lembaran tersebut. Saya kemudian akan membagikan kepada anda soal yang harus anda kerjakan berkaitan dengan kata-kata tersebut. Jangan pernah melakukan sesuatu apapun tanpa instruksi dari saya. Jika ada pertanyaan silahkan diajukan dari sekarang termasuk jika ingin permisi ke toilet sebaiknya dilakukan sebelum tes berlangsung, karena selama pelaksanaan tes saya tidak akan melayani permintaan anda atau menjawab pertanyaan yang anda ajukan. Apakah ada pertanyaan? Ok,


(55)

kita mulai dari sekarang!” Setelah aba-aba dimulai, stopwatch dijalankan dalam hitungan 30 detik.

Setelah waktu habis, subjek diminta menutup daftar kata tersebut dan menyerahkannya kepada pengawas II. Instruksi yang diberikan adalah ”Baik, waktunya habis. Soal ditutup.” Pengawas I kemudian membagikan lembar jawaban. Instruksi untuk mengerjakan soal adalah ”Sekarang buka lembar jawaban. Anda dipersilahkan untuk mengisi identitas.” Setelah semua selesai menuliskan identitas, diberikan aba-aba untuk mulai mengerjakan soal. ”Sekarang anda diminta menuliskan kembali kata-kata yang telah anda lihat tadi ke dalam lembar jawaban. Boleh tidak berurutan.” Stopwatch kembali dijalankan dengan waktu 2 menit. Setelah selesai pengawas II mengumpulkan lembar jawaban. Pengawas I kemudian membagikan lembar jawaban tes tingkat pemrosesan informasi. Tester memberikan instruksi ”Sekarang saya akan memperlihatkan kepada anda sejumlah slide dengan urutan pertanyaan, kata, pertanyaan, kata, dan demikian seterusnya hingga selesai. Tugas anda adalah memberi tanda pada huruf Y jika kata yang ditayangkan sesuai dengan pertanyaan yang ditayangkan sebelumnya, atau memberi tanda pada huruf T jika kata yang ditayangkan tidak sesuai dengan pertanyaan yang ditayangkan sebelumnya. Terdapat 4 variasi pertanyaan. Variasi pertama, pada slide akan tampak tulisan ’huruf kapital ?’ Slide ini menanyakan apakah kata yang ditayangkan setelahnya ditulis dalam huruf kapital. Variasi kedua akan tampak tulisan ’huruf kecil?’ Slide ini menanyakan apakah kata yang ditayangkan setelahnya ditulis dalam huruf kecil. Variasi ketiga akan muncul tulisan ”berirama sama ?” dan sebuah kata. Slide ini menanyakan


(56)

apakah kedua kata yang ditayangkan memiliki irama yang sama. Dua kata dianggap berirama sama jika susunan huruf-huruf pada dua kata tersebut sama kecuali huruf pertama. Hanya beda huruf pertama. Untuk variasi ketiga, bentuk huruf dapat diabaikan. Variasi keempat adalah melengkapi kalimat. Pada layar akan muncul kalimat yang kurang sempurna. Anda diminta menilai apakah kata yang ditayangkan setelahnya sesuai untuk mengisi kalimat tersebut. Sampai disini ada pertanyaan?” Ketika memberi instruksi tester menyertai dengan contoh pada slide. ”Sekarang anda dipersilahkan untuk mengisi identitas pada lembar jawaban di hadapan anda.” Setelah selesai, tester memberi instruksi ”Pada bagian bawah identitas terdapat tulisan A. Latihan dan ada 4 nomor dengan alternatif pilihan Y dan T. Sebelum mengerjakan tes, anda dipersilahkan untuk berlatih. Apakah anda sudah siap? Dimulai dari sekarang.” Tester kemudian menampilkan satu deretan slide yang mencakup 4 variasi pertanyaan dengan jarak tayang antar slide yang diatur selama 3 detik. Setelah selesai. Tester bertanya ”Ada pertanyaan? Apakah anda siap untuk mulai mengerjakan tes?”. Setelah subjek siap untuk memulai, tester menayangkan slide tes tingkat pemrosesan informasi yang jarak tayang antar slide diatur selama 3 detik. Setelah selesai, lembar jawaban dikumpulkan kembali oleh pengawas II. Subjek kemudian dipersilahkan keluar melalui pintu yang ditentukan dan pengawas III membagikan reward kepada subjek penelitian. Setelah seluruh subjek penelitian keluar dari ruangan eksperimen, peneliti dan ketiga pengawas mengembalikan kondisi ruangan seperti sedia kala.


(57)

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah selesai pengambilan data, dilakukan pengolahan data. Data hasil penelitian, yaitu proses pengolahan informasi, diolah dan dianalisis dengan menulis bantuan program komputer yaitu program SPSS 12.00 for windows. Pengolahan data dilakukan menggunakan uji–t (Independent Samples Test).

I. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan mendengarkan musik dapat mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi pada kelompok subjek yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap dan yang tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap, maka digunakanlah analisis statistik uji-t.


(58)

BAB IV

HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian.

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 90 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Deskripsi subjek penelitian mencakup kebiasaan mendengarkan musik rap, dan kapasitas penyimpanan informasi.

1. Deskripsi Subjek Berdasarkan Kebiasaan Mendengarkan Musik

Tabel 6 menggambarkan distribusi subjek penelitian berdasarkan kebiasaan mendengarkan musik pada masing-masing kelompok.

Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Mendengarkan Musik

Frekuensi Mendengarkan

Musik

Kelompok Eksperimen (Musik Rap)

Kelompok Kontrol (Musik

Bukan Rap)

N %

7 hari seminggu 17 17 34 37.7

3-6 hari seminggu 10 10 20 22.2

1-2 hari seminggu 18 18 36 40

Jumlah 45 45 90 100

Pada tabel 5 terlihat bahwa subjek penelitian pada kedua kelompok yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik selama 7 hari dalam seminggu


(59)

berjumlah 34 orang (37.7%), yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik selama 3-6 hari dalam seminggu berjumlah 20 orang (22.2%), dan yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik selama 1-2 hari dalam seminggu berjumlah 36 orang (40%).

2. Deskripsi Subjek Berdasarkan Kapasitas Penyimpanan Informasi

Berdasarkan kapasitas penyimpanan informasi, Deskripsi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 7:

Tabel 7. Deskripsi Subjek Berdasarkan Tingkat Pemrosesan Informasi Kelompok

Kapasitas Penyimpanan Informasi (jumlah aitem

yang diingat)

KE KK

N %

10 aitem 20 20 40 44.4

9 aitem 11 11 22 24.4

8 aitem 3 3 6 6.7

7 aitem 3 3 6 6.7

6 aitem 1 1 2 2.2

5 aitem 6 6 12 13.3

4 aitem 1 1 2 2.2

Jumlah 45 45 90 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa subjek penelitian pada kedua kelompok yang memiliki kapasitas penyimpanan informasi (dapat mengingat) 10 aitem berjumlah 40 orang (44.4%), yang memiliki kapasitas penyimpanan informasi 9 aitem berjumlah 22 orang (24.4%), yang memiliki kapasitas penyimpanan informasi 8 aitem berjumlah 6 orang (6.7%), yang memiliki kapasitas penyimpanan informasi 7 aitem berjumlah 6 orang (6.7%), yang memiliki kapasitas penyimpanan informasi 6 aitem berjumlah 2 orang (2.2%), yang memiliki kapasitas


(60)

penyimpanan informasi 5 aitem berjumlah 12 orang (13.3%), dan yang memiliki kapasitas penyimpanan informasi 4 aitem berjumlah 2 orang (2.2%).

B. Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kebiasaan mendengarkan musik rap terhadap tingkat pemrosesan informasi. Metode analisa yang tepat adalah Uji-t terhadap kelompok yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap (kelompok eksperimen) dan kelompok yang tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap (kelompok kontrol).

1. Tingkat Pemrosesan Informasi

Tingkat pemrosesan informasi diukur dengan menggunakan tes tingkat pemrosesan informasi.

Tabel 8. Hasil-Hasil Penelitian

Tingkat Pemrosesan Dangkal Tingkat Pemrosesan Dalam Kebiasaan

Mendengarkan Musik

Mean SD t p Mean SD t P

1-2 hari/minggu KE: 19.2 KK: 19.9

1.06 0.235

-2.82 0.008 KE: 7.3 KK: 8.1

1.03 0.857

-2.64 0.012 3-6 hari/minggu KE: 19.7

KK: 18.7

0.48 1.06

2.716 0.014 KE: 8.0 KK: 7.9

0.817 0.738

0.287 0.777 7 hari/minggu KE: 19.0

KK: 18.41 1.5 1.77

4.045 0.304 KE: 8.9 KK: 7.4

1.088 0.0861

4.718 0.0

Nilai rata-rata tingkat pemrosesan informasi dangkal pada subjek penelitian yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap selama 1-2 hari dalam seminggu, memiliki signifikansi (2-tailed) pada uji-t 0.008 < 0.05, dengan


(61)

demikian berarti terdapat perbedaan tingkat pemrosesan informasi secara dangkal yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai rata-rata tingkat pemrosesan informasi mendalam pada subjek penelitian yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik selama 1-2 hari dalam seminggu, memiliki signifikansi (2-tailed) pada uji-t 0.012 < 0.05, dengan demikian berarti terdapat perbedaan tingkat pemrosesan informasi secara mendalam yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Nilai rata-rata tingkat pemrosesan informasi dangkal pada subjek penelitian yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap selama 3-6 hari dalam seminggu, memiliki signifikansi (2-tailed) pada uji-t 0.014 < 0.05, dengan demikian berarti terdapat perbedaan tingkat pemrosesan informasi secara dangkal yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai rata-rata tingkat pemrosesan informasi mendalam pada subjek penelitian yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik selama 3-6 hari dalam seminggu, memiliki signifikansi (2-tailed) pada uji-t 0.777 > 0.05, dengan demikian berarti tidak terdapat perbedaan tingkat pemrosesan informasi secara mendalam yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Nilai rata-rata tingkat pemrosesan informasi dangkal pada subjek penelitian yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap selama 7 hari dalam seminggu, memiliki signifikansi (2-tailed) pada uji-t 0.304 > 0.05, dengan demikian berarti tidak terdapat perbedaan tingkat pemrosesan informasi secara dangkal yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai rata-rata tingkat pemrosesan informasi dalam pada subjek penelitian yang


(1)

18.Apakah kata ini ditulis dalam huruf kecil? KURSI 19.Apakah kata ini sesuai untuk kalimat berikut:

”... adalah senjata khas suku Madura.” arit 20.Apakah berirama sama dengan kata KASUR? TELUR 21.Apakah kata ini ditulis dengan huruf kapital? KARTU 22.Apakah kata ini sesuai untuk kalimat berikut:

”Seperti ... di cucuk hidungnya.” keledai 23.Apakah berirama sama dengan kata GERAI? tirai 24.Apakah kata ini ditulis dengan huruf kecil?

HELIKOPTER

25.Apakah kata ini sesuai untuk kalimat berikut:

”Ivy Batuta mengawali karir sebagai ... radio.” penyiar 26.Apakah berirama sama dengan kata SAWAH? KAWAH 27.Apakah kata ini ditulis dalam huruf kapital? SUNGAI 28.Apakah kata ini sesuai untuk kalimat berikut:

”Setiap ... memiliki kebebasan memilih haluan politik.” partai 29.Apakah berirama sama dengan kata DAHAGA? telaga


(2)

Lampiran 7. Lembar Jawaban Tes Tingkat Pemrosesan Informasi

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

A. Latihan 1. Y T 2. Y T 3. Y T 4. Y T

B. Soal

1. Y T 11. Y T 21. Y T 2. Y T 12. Y T 22. Y T 3. Y T 13. Y T 23. Y T 4. Y T 14. Y T 24. Y T 5. Y T 15. Y T 25. Y T 6. Y T 16. Y T 26. Y T 7. Y T 17. Y T 27. Y T 8. Y T 18. Y T 28. Y T 9. Y T 19. Y T 29. Y T


(3)

Lampiran 8. Lembar Survey Kebiasaan Mendengarkan Musik

SURVEY MAHASISWA PSIKOLOGI Nama Asli : Usia :

Stambuk : Jenis kelamin : 1. Apakah Saudara senang mendengarkan musik ?

Ya Tidak

2. Apakah Saudara mengetahui jenis musik rap ?

Ya Tidak

3. Apakah Saudara pernah mendengarkan musik rap ?

Ya Tidak

(Jika memilih YA untuk pertanyaan nomor 3, silahkan menjawab pertanyaan no.4. Abaikan pertanyaan nomor 5 dan 6)

(Jika memilih TIDAK pada pertanyaan no.3, silahkan langsung menjawab pertanyaan no.5 dan 6. Abaikan pertanyaan no.4)

4. Bagaimana intensitas Saudara mendengarkan musik rap ? 1-2 hari dalam seminggu

3-6 hari dalam seminggu 7 hari dalam seminggu

... (silahkan isi) 5. Jenis musik seperti apa yang biasa Saudara dengarkan ? ... 6. Bagaimana intensitas Saudara mendengarkan musik tersebut ? 1-2 hari dalam seminggu

3-6 hari dalam seminggu 7 hari dalam seminggu

... (silahkan isi) TERIMA KASIH... ☺


(4)

Lampiran 9. Informed Consent

Judul Penelitian : Tingkat Pemrosesan Informasi pada Mahasiswa yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap Departemen : Psikologi Umum dan Eksperimen

Peneliti : Masitah

Anda diundang untuk turut berpartisipasi dalam penelitian yang akan saya lakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan mendengarkan musik rap terhadap tingkat pemrosesan informasi.

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang kuliah III B Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan berlangsung pada hari Kamis tanggal 19 Februari 2009. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua gelombang. Gelombang pertama dimulai pada pukul 12.00 WIB dan gelombang kedua dimulai pada pukul 12.15 WIB. Penelitian akan berlangsung selama ± 15 menit.

Manfaat yang dapat Anda peroleh dengan turut berpartisipasi dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui kemampuan menyimpan informasi dan tingkat pemrosesan informasi yang Anda miliki. Tidak ada risiko yang akan Anda alami dengan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas dan tidak ada unsur paksaan. Jika Anda bersedia menjadi subjek penelitian saya, ada beberapa peraturan yang harus Anda patuhi. Yaitu Anda bersedia mengikuti proses penelitian dari awal hingga akhir, datang tepat waktu pada hari pelaksanaan penelitian, menonaktifkan ponsel selama penelitian berlangsung, dan menjaga ketertiban selama mengikuti penelitian.


(5)

Lampiran 10. Surat Pernyataan Kesediaan Berpartisipasi

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

menyatakan bahwa saya telah membaca segala sesuatu yang tertera pada pernyataan informed consent dan telah diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tersebut. Saya memahami maksud dan prosedur penelitian tersebut. Saya menyatakan kesediaan saya untuk turut berpartisipasi secara sukarela pada penelitian ini dan bersedia mengikuti segala peraturan yang telah ditetapkan selama menjadi subjek penelitian.

Medan, Februari 2009


(6)