BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang diiringi pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan informasi di segala bidang semakin mudah diperoleh.
Perubahan demi perubahan menuntut individu untuk menyesuaikan diri, bergerak cepat, dan mencari alternatif penyelesaian masalah. Demikian pula dalam dunia
pendidikan. Memasukkan informasi yang berguna, keterampilan dan sikap ke dalam pikiran siswa dengan cara apapun merupakan hal yang penting dalam
pendidikan sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang disimpan
saat dibutuhkan Djiwandono, 2002. Kemampuan mendengarkan sangat penting
karena individu cenderung mentransformasi informasi yang diterima ke dalam bentuk akustik. Individu membaca huruf dengan menyebutkan ejaannya a, be,
ce dan bukan mempermasalahkan apakah bentuk O sama dengan Q Lahey, 2004. Paul Rankin menemukan bahwa dalam satu hari individu menghabiskan
waktu 45 untuk mendengarkan. Hasil penelitian Ralph Nicols memaparkan individu cenderung mengingat setengah dari yang mereka dengar, dan dalam
waktu 8 jam, cenderung melupakan setengah dari yang mereka dengar dalam Myers dan Myers, 1992. Hal ini sesuai dengan misinformation effect, yaitu
individu cenderung melupakan yang mereka lihat dan mengingat informasi yang menyimpang Zaragoza dan Lane, 2007.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
Memori sangat penting dalam kehidupan manusia. Memori secara sederhana dimengerti sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga
dapat digunakan lagi di masa yang akan datang Irwanto, 2002. Menurut teori psikologi kognitif, informasi disimpan dalam tiga sistem penyimpanan. Informasi
masuk melalui organ sensorik, kemudian diteruskan kepada penyimpanan ingatan jangka pendek, dan akhirnya disimpan di penyimpanan ingatan jangka panjang.
Penyimpanan ingatan jangka panjang memiliki kapasitas yang besar, dan informasi di dalamnya akan terus tersimpan sepanjang waktu Matlin, 2005.
Tuntutan kuantitas dan kualitas tugas mengingat semakin meningkat saat pelajar memasuki perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut mampu mendengar,
mencatat, mengintegrasi informasi dari berbagai sumber, dan membuat kategorisasi. Tugas-tugas kuliah mensaratkan kemampuan menggabungkan
informasi dengan pengetahuan utama. Mahasiswa harus mengingat fakta dan proses yang terkait serta menggunakan semua bagian informasi untuk
menghasilkan jawaban yang bagus. Mahasiswa yang memiliki ingatan jangka panjang lemah, atau ingatan informasi dasar yang tidak otomatis cenderung
memerlukan jumlah waktu yang jauh lebih lama untuk pemikiran simultan dan mengerjakan tugas daripada rata-rata mahasiswa Olivier dan Bowler, 2005.
Praktisi psikologi tertarik mengulas bagaimana individu mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang Reed, 2004.
Langkah pertama adalah menentukan apakah informasi sudah masuk dalam ingatan jangka panjang kemudian menentukan cara yang akan digunakan jika
tidak dapat langsung mengingat informasi tersebut. Mengingat informasi
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
tambahan yang relevan dengan informasi yang akan diingat menjadi sangat penting karena individu tidak hanya dituntut mengingat unit informasi, tetapi juga
konteks unit informasi dengan tepat. Ingatan yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan individu kesulitan memahami suatu hal dengan tepat,
mengambil keputusan yang salah, bahkan mendapat tekanan psikologis. Hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengingat informasi dengan baik antara lain
pikiran, konsentrasi, objek, perhatian, dan daya serap. Individu cenderung lupa bila sulit berkonsentrasi ketika menyerap informasi mengenai objek, perhatian
terpecah, dan daya serap rendah. Reed 2004 mengilustrasikan hubungan pengolahan informasi dengan penyimpanan ingatan sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap Pengolahan Informasi
Ingatan Jangka
Panjang Ingatan
Jangka pendek
P e
m i
l i
h a
n Pengenalan
Pola F
i l
t e
r Organ
sensorik input
response
Informasi yang masuk akan melewati tahap pengenalan pola sebelum diteruskan pada penyimpanan ingatan jangka pendek. Ketika informasi dianggap
penting namun polanya belum terdaftar, sistem pengenalan pola akan menyimpan pola baru yang sesuai dengan informasi tersebut. Tahap pemrosesan informasi
terbagi atas tingkat dalam dan tingkat dangkal, masing-masing tingkatan
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
menggunakan jenis analisis serta menghasilkan kode memori yang berbeda. Informasi yang dianalisis pada tingkat dangkal akan diteruskan kepada
penyimpanan ingatan jangka pendek, informasi yang dianalisis pada tingkat dalam akan diteruskan kepada penyimpanan ingatan jangka panjang. Musik terbukti
mampu meningkatkan kinerja nalar otak yang berkaitan erat dengan proses pengolahan informasi Pantev, 1998.
Engel menjelaskan fungsi-fungsi kognitif, seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif, dapat ditingkatkan melalui kesenian dalam Pace, 2001, karena
musik merupakan bagian dari seni diasumsikan musik juga mampu meningkatkan fungsi-fungsi kognitif. The Pollyana Principle yang dikemukakan Matlin 2005
menjelaskan bahwa stimulus yang menyenangkan dapat mempengaruhi ingatan. Stimulus yang menyenangkan diproses lebih efektif dan lebih akurat daripada
stimulus yang tidak menyenangkan. Stimulus netral juga diproses lebih akurat jika dikaitkan dengan stimulus yang menyenangkan. Informasi juga akan lebih mudah
diingat jika sesuai dengan suasana hati penerima. Musik adalah salah satu stimulus yang menyenangkan dan telah lama
hadir dalam kehidupan manusia. Rentfrow dan Gosling 2007 menemukan bahwa pertanyaan mengenai jenis musik yang paling disukai menjadi topik utama
percakapan pada individu yang berkenalan. Selain media hiburan, musik mempunyai fungsi yang amat kompleks. Scripp dan Subotnik 2003 menjelaskan
bahwa musik mewakili proses kognitif pada bidang lain dan meliputi aktivitas mental. Musik merupakan instrumen pendidikan yang sangat kuat. Musik mampu
merangsang alam bawah sadar kreatif. Kebiasaan mendengarkan musik menjadi
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
konsep penting terkait musik dan kecerdasan. Kesukaan terhadap jenis musik tertentu dan membangun kebiasaan mendengarkan akan menimbulkan kondisi
emosi yang menyenangkan bagi individu sehingga informasi lebih mudah diingat. Menurut Greenberg dalam Sudjito, Pandia, dan Tunjungsari, 2007 kebiasaan
mendengarkan musik dapat membantu meningkatkan intelegensi karena merangsang konsentrasi berpikir, penyelesaian masalah, pengembangan
pengertian tentang nada, organisasi persepsi suatu hubungan, perbandingan, serta konsep-konsep baru. Musik adalah hasil seni budaya yang terdiri dari unsur-unsur
suara atau bunyi yang teratur sehingga terjadi harmoni yang memuaskan pendengarnya. Musik dapat berfungsi sebagai perangsang semangat kreatif dan
alternatif untuk keluar dari kejenuhan serta penyeimbang tugas linguistik dan logis. Gallahue dalam Sudjito dkk., 2007 menyatakan bahwa mendengarkan
musik mampu menstimulasi kemampuan belajar melalui ritme, melodi, dan harmoni. Berbicara tentang musik, tidak bisa diabaikan penjelasan Gardner 1999
mengenai intelegensi. Intelegensi menunjukkan kemahiran dan keterampilan memecahkan kesulitan yang ditemukan, serta menciptakan persoalan yang
memungkinkan pengembangan pengetahuan. Hal menarik dari penjelasan Gardner adalah inteligensi musik dapat mengorganisir cara berpikir dan bekerja
sehingga membantu perkembangan kemampuan matematika, spasial, dan bahasa. Heaton, Williams, Cummins, dan Happe 2007 menjelaskan bahwa
individu belajar memanipulasi struktur alamiah yang kompleks pada musik dan bahasa sejak awal perkembangan tanpa pendidikan formal. Musik dapat melatih
dan mengembangkan strategi ingatan yang lebih kompleks seperti kemampuan
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
memanfaatkan elemen-elemen musik untuk mengorganisasi informasi yang masuk. Penelitian Chaffin dan Imreh 1997 serta Williamon dan Valentine
2002 menemukan bahwa kualitas performansi terkait kemampuan individu mengidentifikasi struktur musikal, mengorganisasi, serta mengingat kembali
informasi. Struktur informasi juga dimanfaatkan untuk memahami musik pada tingkatan yang lebih dalam.
Sistem kognitif individu bekerja dengan dua cara berbeda. Cara pertama, yang diketahui dan diterapkan individu sejak awal perkembangannya, adalah
memproses satu informasi dalam satu waktu. Seiring dengan tuntutan kualitas hidup, individu diperkenalkan dengan konsep multitasking yang menuntut sistem
kognitif memproses beberapa hal berbeda secara bersamaan. Contohnya seseorang yang menjalankan kendaraan sambil mendengar musik dan berbicara.
Menurut Huitt 2003, konsep multitasking semakin disorot terkait relevansi prinsip-prinsip dasar psikologi kognitif. Prinsip pertama adalah asumsi kapasitas
sistem mental yang terbatas sehingga kuantitas informasi yang diproses dibatasi secara khusus. Prinsip kedua yaitu diperlukan mekanisme pengaturan untuk
mengawasi pengkodean, transformasi, pengolahan, penyimpanan, pemanggilan, dan penggunaan informasi. Sistem mental melakukan prinsip eksekutif ketika
individu mempelajari tugas atau lingkungan baru karena sistem mental memerlukan daya kerja yang lebih dibandingkan bila individu hanya mengerjakan
tugas-tugas rutin atau berada di lingkungan yang familiar. Prinsip ketiga menjelaskan bahwa terdapat arus informasi dua arah mengenai cara individu
memahami lingkungan sekitar. Individu secara konstan memanfaatkan informasi
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
yang diperoleh melalui pemahaman bottom-up processing dan informasi yang tersimpan dalam memori top-down processing dalam sebuah proses yang
dinamis untuk memaknai lingkungan serta kaitan dengan lingkungan. Konsep ini menjelaskan perbedaan antara penalaran induktif bergerak dari peristiwa khusus
menuju kesimpulan umum dan penalaran deduktif bergerak dari prinsip umum menuju contoh spesifik. Persetujuan ahli-ahli psikologi kognitif bahwa
organisme secara genetis telah dipersiapkan untuk mengolah dan mengatur informasi secara tertentu menjadi dasar prinsip keempat, dan didukung temuan
riset bahwa terdapat kaitan predisposisi biologis terhadap pengolahan informasi. Individu harus mampu menahan dan mengolah informasi yang diperoleh
untuk mendapatkan pemahaman secara utuh. Kemampuan tersebut ditentukan oleh ingatan kerja yang dimiliki. Ketika Atkinson dan Shiffrin 1968 meneliti
digit span untuk mengukur ingatan kerja, tidak ditemukan perbedaan antara pembaca yang mahir dan pembaca yang kurang mahir. Digit span disinyalir
kurang sensitif mengukur fungsi ingatan jangka pendek. Daneman dan Carpenter 1980 mengusulkan Reading Span Test sebagai alat ukur yang lebih sensitif
untuk mengukur fungsi ingatan kerja. Reading span test terbukti memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap pemahaman bacaan dan literal dibandingkan
digit span. Stimulus reading span test yang berupa kata-kata memiliki persamaan dengan musik rap yang mengusung kekuatan kata-kata.
Minat penelitian mengenai kaitan musik dan kemampuan kognitif sangat berkembang beberapa tahun belakangan ini. Satiadarma 2004 menyatakan ada
beragam jenis musik yang tumbuh seiring dengan perkembangan dan kemajuan
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
teknologi namun baru sebagian kecil yang telah dimanfaatkan untuk merangsang kecerdasan. Salah satu jenis musik yang dapat digunakan adalah musik rap.
Dewasa ini musik rap menjadi sesuatu yang fenomenal di kalangan remaja, seperti pada ajang turnamen olahraga seperti streetball, variasi permainan
bola basket yang baru Tom, 2006. Musik rap sebagai aliran Rhythm and Blues RB selalu ‘mendeklamasikan’ syair yang diiringi musik. Iringan musik
umumnya didominasi drum elektronik dan dikombinasi dengan piringan hitam yang dihentakkan swaramuslim, 2005. Musik rap memberi sensasi tersendiri dan
energi positif untuk mengeluarkan atraksi terbaik sehingga membuat suasana yang dinamis dan semarak. Musik rap memiliki shock effect yang bertujuan mengajak
individu lebih menikmati hidup serta memunculkan kreativitas White, 2007. Musik Rap telah menjadi minat penelitian ilmu-ilmu sosial dan kesehatan.
Iwamoto, Creswell, dan Caldwell 2007 memaparkan bahwa efek psikologis dan edukasional dalam musik rap sangat besar serta menyarankan penerapan musik
rap sebagai sarana inovatif dan potensial terkait isu-isu edukasi, program pengurangan resiko, dan konseling. Musik rap menghasilkan respon psikologis
dan fisiologis serta memberi mekanisme penyesuaian diri untuk melepaskan frustasi dan stres. Tyson 2002 merumuskan musik rap sebagai intervensi utama
untuk meningkatkan pengalaman terapeutik pada remaja. Stephens, Braitwhite, dan Taylor 1998 menilai musik rap sebagai media konseling yang efektif terkait
relevansi aspek kultural, sosiopolitik, dan memfasilitasi proses belajar kooperatif. Musik rap dapat dimanfaatkan dalam ranah edukasional karena dinilai puitis,
mengandung pesan positif, dan menstimulasi pola mendengarkan tertentu.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
Mendengarkan musik dapat memberi sensasi pengalaman yang berbeda terkait antara proses emosional dan kognitif. Baron-Cohen, Knickmeyer, dan
Belmonte 2005 menawarkan teori empathizer-systemizer E-S untuk mengulas preferensi musik. Terdapat dua jenis pola kognitif ketika mendengarkan musik.
Empathizer adalah pola mendengarkan yang menekankan kapasitas untuk merespon apa yang dirasakan individu lain sedangkan systemizer terkait kapasitas
untuk memberikan respon biasa terhadap suatu hal atau peristiwa. Mengetahui bagaimana musik rap dengan beat yang fluktuatif mampu
meningkatkan pemrosesan informasi menjadi sangat menarik untuk dibahas. Pada individu yang memiliki preferensi terhadap musik rap, beat yang fluktuatif justru
menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan. Musik rap memiliki esensi yang serupa percakapan sehari-hari. Riset menemukan bahwa terdapat proses
neural yang tumpah tindih dalam merespon stimulus bahasa dan musik Gibson, Patel, Ratner, dkk., 1998; Koelsch, Gunter, Wittfroh, dkk., 2005; Maess, Koelsch,
Gunter, dkk., 2001; Patel, 2003; Tillmann, Janata dan Bharucha, 2003. Berdasarkan uraian mengenai kaitan antara musik dengan bahasa serta
fakta hal tersebut mempengaruhi cara mengolah informasi, peneliti ingin mengetahui bagaimana kebiasaan mendengarkan musik rap dapat mempengaruhi
tingkat pemrosesan informasi dengan mempertimbangkan ciri khas musik rap yang sederhana. Tingkat pemrosesan informasi dijelaskan dengan merujuk pada
konsep level of processing yang dikemukakan Craik dan Lockhart 1972. Penelitian ini diharapkan memberi wacana baru terkait pemanfaatan musik rap
sebagai media yang memiliki pengaruh terhadap tingkat pemrosesan informasi.
Masitah : Tingkat Pemrosesan Informasi Pada Mahasiswa Yang Memiliki Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap, 2009
USU Repository © 2008
B. Rumusan Masalah