Defenisi NAPZA Jenis-Jenis NAPZA 1. Narkotika

fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung support dari pihak lain Notoatmodjo S, 2003.

2.2. Defenisi NAPZA

NAPZA singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Istilah narkotika ada hubungannya dengan kata narkan bahasa Yunani yang berarti menjadi kaku. Kata narkotika atau narcotica juga berasal dari kata narcois yang berarti narkose atau menidurkan yaitu zat atau obat-obatan yang dapat membiuskan. Narkotika dapat juga disebut sebagai zat atau obat-obatan yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut bertindak mempengaruhi sistem susunan saraf pusat Sasangka H, 2003. Dalam bidang hukum telah dikeluarkan dua Undang-Undang, yaitu: UU Narkotika No. 22 Tahun 1997, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan Sasangka H, 2003. Sedangkan berdasarkan UU Psikotropika No. 5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Sasangka H, 2003. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 2.3. Jenis-Jenis NAPZA 2.3.1. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan Wresniwiro M,1999. Narkotika memiliki daya adiksi ketagihan yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran penyesuaian dan daya habitual kebiasaan yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari “cengkeraman”-nya Partodiharjo S, 2006. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1997, jenis narkotika dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Yang termasuk dalam golongan ini adalah: a Ganja Nama lain dari ganja adalah Canabis sativa dikenal di Amerika Utara dan Selatan. Di Indonesia tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di beberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Pulau Jawa, dan lain-lain. Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5, 7, 9. Daun ganja sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan sebagai bumbu masak, daya adiktifnya rendah. Namun, bila dibakar dan asapnya dihirup dapat menimbulkan terjadinya halusinasi atau khayalan. Karena daun ganja mengandung zat THC Tetrahydrocannabinol yaitu suatu zat sebagai Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 elemen aktif yang oleh para ahli dianggap sebagai hallucinogenio substance Wresniwiro M, 1999. b Kokain Tanaman coca dapat tumbuh di wilayah beriklim tropis. Nama lain dari tanaman ini yaitu Erytroxyloncoca, termasuk tanaman perdu mirip dengan pohon kopi yang dapat dijadikan obat perangsang, tetapi dalam dunia pengobatan digunakan sebagai obat pemati rasa yang bersifat lokal. Dalam perdagangan gelap, kokain biasanya dipasarkan dalam bentuk : 1. Bentuk kristal berwarna putih 2. Cairan berwarna putih atau bening 3. Tepung dengan warna putih 4. Tablet dengan warna putih Kokain berasal dari ekstrak daun koka. Kokain biasanya berbentuk kristal atau serbuk halus berwarna putih. Dibanding dengan heroin yang reaksinya keras dan akibat lepas obatnya lebih parah, maka efek kokain lebih ringan dan penggunaannya tidak sulit. Dapat dihirup melalui hidung dengan menggunakan kertas biasa. Efek mengkonsumsi kokain sudah dapat dirasakan dalam waktu 20 menit. Seseorang yang mengkonsumsi kokain mula-mula merasa hebat dan super, gembira dan bersemangat, hiperaktif, pikiran terang, energi makin bertambah, kesiagaannya sangat aktif, dan kemampuan bicaranya lancar Sasangka H, 2003. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 c Morfin Morphine adalah zat warna yang berkhasiat narkotika yang terdapat pada candu mentah. Morphine ini merupakan alkoloida dari opium diperoleh dengan cara ekstrasi isolsasi dengan menggunakan bahan pelarut kimia tertentu. Dalam dunia pengobatan, morphine digunakan untuk pembiusan pada operasi pembedahan dan obat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri. Dengan dosis seberat 10-15 mg, morphine dapat menimbulkan rasa santai. d Heroin Heroin tidak digunakan dalam pengobatan karena daya adiktifnya sangat besar dan manfaatnya secara medis belum ditemukan. Heroin merupakan turunan opioda semi sintetik, sebagai turunan dari morphine melalui proses reaksi kimiawi. Nama-nama lain yang sering digunakan oleh pecandu heroin adalah putaw atau petept, dope, smack, horse, black far, dan mexican mud . Heroin 4 kali lebih addicting dari pada morphine. Heroin memiliki daya kerja yang lebih hebat dan lebih membuat ketergantungan. Apalagi pemakaiannya dicampur dengan benda-benda lain seperti kapur, tawas, gips, dan lain- lain, heroin akan bekerja lebih keras lagi dan akan mempercepat kematian sipemakai Wresniwiro M,1999. 2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat dan termasuk narkotika sintetis, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba substitusi. Contohnya: a Petidin: untuk obat bius lokal, operasi kecil, sunat, dan lain sebagainya. b Methadon: untuk pengobatan pecandu narkoba. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 c Naltrexon: untuk pengobatan pencandu narkoba. Selain untuk pembiusan, narkotika sintetis biasanya diberikan oleh dokter kepada penyalahguna narkoba untuk menghentikan kebiasaannya yang tidak kuat melawan suggesti relaps atau sakaw. Narkotika sintetis berfungsi sebagai “pengganti sementara”. Bila sudah benar-benar bebas, asupan narkoba sintetis ini dikurangi sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhenti total. 3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein: dipakai untuk obat penghilang batuk Partodiharjo S, 2006.

2.3.2. Psikotropika