Sikap Psikotropika TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2. Sikap

attitude Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb yang di kutip oleh Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa sikap it8u merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Allport 1954 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap itu memiliki 3 komponen pokok: 1. Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak trend to behave. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude . Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2.1.3. Tindakan pratice

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung support dari pihak lain Notoatmodjo S, 2003.

2.2. Defenisi NAPZA

NAPZA singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Istilah narkotika ada hubungannya dengan kata narkan bahasa Yunani yang berarti menjadi kaku. Kata narkotika atau narcotica juga berasal dari kata narcois yang berarti narkose atau menidurkan yaitu zat atau obat-obatan yang dapat membiuskan. Narkotika dapat juga disebut sebagai zat atau obat-obatan yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut bertindak mempengaruhi sistem susunan saraf pusat Sasangka H, 2003. Dalam bidang hukum telah dikeluarkan dua Undang-Undang, yaitu: UU Narkotika No. 22 Tahun 1997, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan Sasangka H, 2003. Sedangkan berdasarkan UU Psikotropika No. 5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Sasangka H, 2003. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 2.3. Jenis-Jenis NAPZA 2.3.1. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan Wresniwiro M,1999. Narkotika memiliki daya adiksi ketagihan yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran penyesuaian dan daya habitual kebiasaan yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari “cengkeraman”-nya Partodiharjo S, 2006. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1997, jenis narkotika dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Yang termasuk dalam golongan ini adalah: a Ganja Nama lain dari ganja adalah Canabis sativa dikenal di Amerika Utara dan Selatan. Di Indonesia tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di beberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Pulau Jawa, dan lain-lain. Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5, 7, 9. Daun ganja sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan sebagai bumbu masak, daya adiktifnya rendah. Namun, bila dibakar dan asapnya dihirup dapat menimbulkan terjadinya halusinasi atau khayalan. Karena daun ganja mengandung zat THC Tetrahydrocannabinol yaitu suatu zat sebagai Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 elemen aktif yang oleh para ahli dianggap sebagai hallucinogenio substance Wresniwiro M, 1999. b Kokain Tanaman coca dapat tumbuh di wilayah beriklim tropis. Nama lain dari tanaman ini yaitu Erytroxyloncoca, termasuk tanaman perdu mirip dengan pohon kopi yang dapat dijadikan obat perangsang, tetapi dalam dunia pengobatan digunakan sebagai obat pemati rasa yang bersifat lokal. Dalam perdagangan gelap, kokain biasanya dipasarkan dalam bentuk : 1. Bentuk kristal berwarna putih 2. Cairan berwarna putih atau bening 3. Tepung dengan warna putih 4. Tablet dengan warna putih Kokain berasal dari ekstrak daun koka. Kokain biasanya berbentuk kristal atau serbuk halus berwarna putih. Dibanding dengan heroin yang reaksinya keras dan akibat lepas obatnya lebih parah, maka efek kokain lebih ringan dan penggunaannya tidak sulit. Dapat dihirup melalui hidung dengan menggunakan kertas biasa. Efek mengkonsumsi kokain sudah dapat dirasakan dalam waktu 20 menit. Seseorang yang mengkonsumsi kokain mula-mula merasa hebat dan super, gembira dan bersemangat, hiperaktif, pikiran terang, energi makin bertambah, kesiagaannya sangat aktif, dan kemampuan bicaranya lancar Sasangka H, 2003. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 c Morfin Morphine adalah zat warna yang berkhasiat narkotika yang terdapat pada candu mentah. Morphine ini merupakan alkoloida dari opium diperoleh dengan cara ekstrasi isolsasi dengan menggunakan bahan pelarut kimia tertentu. Dalam dunia pengobatan, morphine digunakan untuk pembiusan pada operasi pembedahan dan obat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri. Dengan dosis seberat 10-15 mg, morphine dapat menimbulkan rasa santai. d Heroin Heroin tidak digunakan dalam pengobatan karena daya adiktifnya sangat besar dan manfaatnya secara medis belum ditemukan. Heroin merupakan turunan opioda semi sintetik, sebagai turunan dari morphine melalui proses reaksi kimiawi. Nama-nama lain yang sering digunakan oleh pecandu heroin adalah putaw atau petept, dope, smack, horse, black far, dan mexican mud . Heroin 4 kali lebih addicting dari pada morphine. Heroin memiliki daya kerja yang lebih hebat dan lebih membuat ketergantungan. Apalagi pemakaiannya dicampur dengan benda-benda lain seperti kapur, tawas, gips, dan lain- lain, heroin akan bekerja lebih keras lagi dan akan mempercepat kematian sipemakai Wresniwiro M,1999. 2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat dan termasuk narkotika sintetis, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba substitusi. Contohnya: a Petidin: untuk obat bius lokal, operasi kecil, sunat, dan lain sebagainya. b Methadon: untuk pengobatan pecandu narkoba. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 c Naltrexon: untuk pengobatan pencandu narkoba. Selain untuk pembiusan, narkotika sintetis biasanya diberikan oleh dokter kepada penyalahguna narkoba untuk menghentikan kebiasaannya yang tidak kuat melawan suggesti relaps atau sakaw. Narkotika sintetis berfungsi sebagai “pengganti sementara”. Bila sudah benar-benar bebas, asupan narkoba sintetis ini dikurangi sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhenti total. 3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein: dipakai untuk obat penghilang batuk Partodiharjo S, 2006.

2.3.2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa psyche. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan: 1. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan. Contohnya: shabu-shabu, ekstasi, LSD, dan STP Partodiharjo S, 2006. • Shabu-Shabu Shabu-shabu merupakan jenis zat Psikotropika yang mengandung Methyl amphetamine. Bentuknya berupa kristal putih. Digunakan dengan cara dibakar dengan menggunakan aluminium foil dan asapnya dihirup melalui hidung. Dibakar Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 dengan menggunakan botol kaca khusus bong dan disuntikkan. Pengguna shabu- shabu mendorong tubuh melakukan aktifitas yang melampaui batas kemampuan fisikberkeringat secara berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh dehidrasi. Pengguna shabu-shabu menyerang syaraf sehingga dapat menyebabkan rasa gelisah, susah tidur dan lain-lain. Efek lain yang ditimbulkan antara lain: timbul rasa gelisah yang berlebihan, nafsu makan berkurang, rasa cemas berlebihan, susah tidur, kehilangan rasa percaya diri, denyut jantung tidak teratur, tekanan darah tidak stabil. Penggunaan secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung sehingga dapat menyebabkan kematian karena serangan jantung, dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal Nasution Z, 2004. • Ekstasi Psikotropika stimulan yang bentuknya bermacam-macam seperti bulat, lonjong, segitiga, dan sebagainya. Di pasaran, ekstasi di jual dengan nama sandi INEX, XTC, leon, pinx lady, dan lain-lain. Ekstasi mengandung Metildioksimetamfetamin MDMA. Ekstasi memberikan rasa gembira berlebihan euphoria, menghilangkan rasa sedih, malu, lapar, pusing dan kantuk. Reaksi ini berlangsung lebih kurang 4-8 jam. Banyak pemakai ekstasi yang terus-menerus menelan ekstasi dengan dosis tinggi sehingga akhirnya malah mengalami overdosis dan meninggal Wresniwiro M, 1999. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 • LSD LSD merupakan singkatan dari Lysergic Acid Diethylamide. Dikenal dengan sebutan Elsid. LSD dapat membuat seseorang dalam keadaan melayang-layang fly. Hal ini timbul kira-kira ½ sampai 1 jam setelah menelan LSD. Kondisi fly mencapai puncaknya selama 2-6 jam dan menghilang setelah 12 jam. Dampak LSD terhadap pemakainya tidak sama pada setiap orang, hal ini tergantung suasana hati, tempat, dan dengan siapa memakainya. Efek sampingnya yang serius antara lain reaksi psikotis kadang-kadang terlambat timbulnya dengan kecenderungan bunuh diri. Setelah pemakaian selesai, maka kemungkinan si pemakai akan merasa cemas dan mengalami depresi selama beberapa waktu Sasangka H, 2003. 2. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah: amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya. • Amfetamin Amfetamin dapat digunakan secara oral ditelan, dilarutkan dalam air kemudian disuntikan atau juga dicampur dalam rokok kemudian dihisap. Kegunaannya dalam medis adalah untuk gangguan depresi, untuk menghilangkan rasa lelah, untuk mencegah serta menghilangkan rasa shock pembedahan dan sebagainya. Karena amfetamin mempunyai efek samping yang tidak menguntungkan seperti memperburuk suasana jiwa bahkan depresi setelah pemakaiannya serta dapat menimbulkan ketergantungan adiktif Sasangka H,2003. Mira Husna Nasution : Perilaku Siswa Tentang Bahaya Napza Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar…, 2007 USU e-Repository © 2009 3. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenosina, fleenitrazepam dan sebagainya. 4. Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam BK, mogadon, dumolid, diazepam dan lain-lain Partodiharjo S, 2006.

2.3.3. Zat Adiktif Lainnya