LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rezim Orde Baru diawali dengan meletusnya peristiwa berdarah 30 September 1965 yang menewaskan tujuh perwira Angkatan Darat. 1 Dengan tampilnya Orba banyak pimpinan Islam yang menaruh harapan besar, dengan kembalinya Islam dalam panggung politik nasional, yang selama periode Demokrasi Terpimpin merasa benar-benar disudutkan. Pada peristiwa penghancurkan PKI dan menjatuhkan Soekarno, golongan Islam menjadi bagian penting dari kekuatan koalisi bersama militer, kelompok fungsional, kesatuan mahasiswa dan pelajar, organisasi sosial-keagamaan dan sebagainya. Langkah pertama yang dilakukan pemerintah Orde Baru adalah membebaskan tokoh-tokoh Islam yang dipenjarakan Soekarno, hal tersebut semakin memperbesar harapan kaum muslimin kepada Orde Baru. Sehingga didirikanlah sebuah panitia yang diberikan nama Badan Koordinasi Amal Muslimin untuk merealisasikan 1 Inu Kencana Syafiie, Sistem Politik Indonesia, cet. IV Bandung: Refika Aditama, 2008, h. 43 xiii harapan itu. 2 Akan tetapi harapan dari umat muslim sepertinya tidak akan terlaksana, Setelah berhasil menghancurkan kekuatan Komunis, pemerintah Orde Baru terus menerus memapankan kekuasaannya diatas panggung politik Indonesia. Sebuah tatanan negara dan bangsa yang didasarkan atas pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsisten. Didukung secara efektif oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI dan sekelompok teknokrat. 3 Dalam upaya Orde Baru memperkuat perannya sebagai pembela Pancasila dan UUD 1945, pada Desember 1966, kelompok militer menyatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan-tindakan tegas terhadap siapa saja, dari kelompok mana saja, dan aliran apa saja, yang ingin menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 seperti yang pernah dilakukan oleh PKI di Madiun, G.30SPKI, Darul IslamTentara Islam Indonesia dan Masyumi – Partai Nasionalis Indonesia dan sebagainya. 4 Dalam rangka memulihkan kembali demokrasi di dalam negeri, pemilihan umum pertama diadakan pada tanggal 3 Juli 1971. Dalam pemilu ini, partai-partai Islam terdiri dari NU, PSII Partai Syarikat Islam Indonesia, Perti dan partai yang baru saja berdiri yakni Parmusi Partai Muslimin Indonesia. Golkar yang merupakan partai yang didukung pemerintah menang besar mengumpulkan 62,8 persen suara, 2 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara; Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998, h. 111 3 Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni Dan Otoritas Agama; Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999, h.107 4 Effendy, Islam dan Negara, h.112 xiv sementara partai-partai Islam mendapatkan 27,11 persen, partai-partai non-Islam dan Nasionalis mendapatkan 10,09 persen. Dari kursi 360 kursi parlemen yang diperebutkan, Golkar memenangkan 227 kursi, partai-partai Islam 94 kursi, dan sisanya untuk partai sekuler dan non-Islam. Maka jelaslah bahwa Golkar mendominasi kekuatan politik di dalam negeri. 5 Dua tahun setelah pemilu 1971, pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan baru tentang restrukturisasi politik yang berisi pengelompokan semua partai politik, sebuah kebijakan yang menghasilkan pembentukan PPP Partai Persatuan Pembangunan, PDI Partai Demokrasi Indonesia dan Golkar. PDI secara formal didirikan pada tanggal 10 Januari 1973 merupakan penggabungan dari PNI, Parkindo, Partai Katolik, IPKI, dan Partai Murba. Sedang PPP yang formalnya didirikan pada tanggal 5 Januari 1973, merupakan fusi dari empat partai Islam yakni, PSII, NU, Perti dan Parmusi. 6 Disamping itu, banyak juga kebijakan pembangunanpolitik yang dibuat bertentangan dengan aspirasi dan kepentingan Islam, diantaranya: Pengumuman rancangan Undang-undang Perkawinan pada tahun 1973; Pembangunan tempat- tempat perjudian, “lokalisasi”, dan melegalisasikan perjudian “terselubung”; Larangan memakai Jilbab di sekolah menengah; Program keluarga berencana yang 5 Ismail, Ideologi Hegemoni, h. 113 6 Ibid, h. 126 xv tidak memperhatikan ajaran Islam; Maraknya penjualan Minuman keras, dan pemberian izin secara bebas oleh pemerintah untuk membangun kilang-kilang arak. 7 Pada 1978, lagi-lagi masyarakat Muslim merasa diserang keyakinan agama mereka. Dalam salah satu sidang MPR, pemerintah berupaya menaikan status aliran kepercayaan menjadi sama dengan posisi agama seperti Islam dan Kristen. Serangan paling akhir yang akan menjadi objek pembahasan skripsi ini, yakni serangan terhadap konstruk lama Islam politik, terutama dalam kerangka simbolisme ideologisnya, dalam pidato tahunannya di depan DPR, 16 Agustus 1982, Presiden Soeharto menegaskan bahwa seluruh kekuatan sosial politik harus menyatakan bahwa dasar ideologi mereka satu-satunya adalah Pancasila. 8 Kemudian gagasan presiden ini dimasukan dalam ketetapan MPR No. II1983 pasal 3 bab IV. 9 Pada tanggal 19 Februari 1985, pemerintah, dengan persetujuan DPR, mengeluarkan undang-undang No. 31985, menetapkan bahwa partai-partai politik dan Golkar harus menerima Pancasila sebagai asas tunggal mereka. Empat bulan kemudian, pada tanggal 17 Juni 1985, pemerintah lagi-lagi atas persetujuan DPR, mengeluarkan undang-undang No. 8 1985 tentang ormas, menetapkan bahwa seluruh organisasi sosial atau masa harus mencantumkan Pancasila sebagai asas tunggal Indonesia yang didorong oleh persamaan aspirasi, profesi, idealitas, kepentingan agama atau kepercayaan pada 7 M. Rusli Karim, Negara dan Peminggiran Islam Politik, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999, h. 119 8 Effendy, Islam dan Negara, h. 120 9 Ismail, Ideologi Hegemoni, h. 203 xvi Tuhan, dengan tujuan merealisasikan tujuan tertentu dalam negara Republik Indonesia. 10 Dengan adanya asas tunggal tersebut, PPP menghadapi dilema politik dalam arti bahwa apabila PPP melakukan penolakan terhadap Pancasila sebagai asas tunggal partai akan mengakibatkan dibekukannya partai oleh pemerintah. Untuk menjaga keutuhan partai, para pemimpin PPP memilih jalan pragmatis dengan menerima Pancasila sebagai asas tunggal dan PPP mengganti segala sesuatu yang terkait dengan asas, indetitas, pernyataan-pernyataan dan simbol-simbol Islam. 11 Dikarenakan perubahan asas tersebut, PPP yang merupakan fusi dari partai- partai Islam. Hal itu menimbulkan pertikaian di dalam tubuh PPP. PSII yang merupakan bagian dari PPP, menyatakan diri keluar karena asas tunggal tidak sesuai dengan asas PSII. 12 Dari beberapa usur yang terdapat di dalam PPP, hanya PSII lah yang menyatakan diri keluar dari PPP. PSII merupakan partai yang bermula dari sebuah organisasi dagang; Syarikat Dagang Islam SDI 13 , yang didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 di rumah H. Samanhudi di kampung Sandakan Solo. 14 Pada tanggal 10 September 1912 SDI 10 Ibid, h. 206 11 Ibid, h. 223 12 Bustamam, PSII-1905 Partai Syarikat Islam Indonesia dizaman Orde Baru 1966-1998, Jakarta, Lembaga Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, 2000, h. 53 13 Effendy, Islam Dan Negara, h. 63. 14 Ohan Sudjana, Liku-liku Perjuangan Syarikat Islam, Jakarta: DPP PSII-1905, 1999, h. 4 xvii meningkatkan dirinya menjadi organisasi yang berstatus badan hukum yang disahkan di depan notaris B. Turkule Surakarta, yang sekaligus perubahan nama SDI menjadi SI. 15 Perubahan nama tersebut dimaksudkan untuk memeperluas cakupan sasaran gerak, dan juga memperjelas corak dan idiologi SI. 16 Dengan menampilkan diri secara penuh kepada rakyat Indonesia, SI memperoleh dukungan dari semua kelas. Para pedagang muslim, para buruh di kota-kota, kyai dan ulama, bahkan juga kalangan priyai, dan lebih didominasi oleh petani. 17 Syarikat Islam memiliki dasar yang berpangkal pada keyakinan bahwa agama Islam adalah agama Allah, mengingatkan pada keutuhan dan kesucian Al-Qur’an. Program asas Syarikat Islam menunjuk pada contoh yang diperlihatkan oleh Nabi Muhammad serta umat-umat yang terdahulu. Al-Qur’an dan Al-Hadits akan dipergunakan sebagai dasar atau pedoman dalam pembuatan Undang-undang. 18 Setahun dari tahun berdirinya, SI mengalami perkembangan yang sangat cepat, SI mempunyai 26 cabang di seluruh Indonesia dengan total anggota 130.878 orang. 19 SI adalah gerakan raksasa, dalam periode 1912-1916 dari seluruh cabang yang ada, SI memiliki jumlah anggota sebanyak 700.000 orang, dibanding dengan 15 Ibid, h. 5; M. A. Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, h. 14 16 Firdaus A.N, Syarikat Islam Bukan Budi Utomo, Jakarta: Datayasana, 1997, h. 2 17 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, T.tp.: Pustaka Jaya, t.t. , h. 42. 18 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: PT. Pustaka LP3S, 1996, h. 157. 19 A.P.E. Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil, Jakarta: Grafitipers, 1985, h. 225. xviii organisasi-organisasi lain di Indonesia pada masa itu. 20 Pengaruh Syarikat Islam dalam masa yang relatif pendek bukan saja meliputi pulau Jawa Madura dan meluas sampai keluar Jawa, tetapi sampai berpengaruh dikalangan kaum muslimin Indonesia yang tinggal di tanah suci Mekah. 21 Di bawah kepemimpinan H.O.S Tjokroaminoto, Agus Salim, dan Abdul Muis, SI mengembangkan program politiknya dengan agendanya yang bersifat nasional, menuntut pemerintahan sendiri [oleh rakyat Indonesia] dan kemerdekaan Indonesia, sehingga dengan demikian menjadikan SI sebagai organisasi politik nasional pertama di Indonesia. 22 Pada perjalanan SI selanjutnya, SI mengalami beberapa perubahan nama, yakni: Central Syarikat Islam Tahun 1915, kemudian pada Kongres Nasional Natico CSI ke VII tanggal 17-23 Februari 1923 yang dilangsungkan di Madiun, Central Syarikat Islam dijadikan partai politik, dengan nama Partai Syarikat Islam Hindia Timur PSIHT. 23 Akan tetapi pada Januari 1929 di pekalongan mengalami perubahan nama kembali menjadi, Partai Syarikat Islam Indonesia PSII. 24 Seiring dengan perjuangan yang dilakukan bumi putra di dalam negeri, dalam peperangan di Eropa keterlibatan Amerika Serikat melawan Nazi Jerman, memberi 20 Ibid, h. 195. 21 Sudjana, Lika-liku Perjuangan, h. 6-9 22 Effendy, Islam Dan Negara, h. 64. 23 Sudjana, Lika-liku Perjuangan, hal. 31 24 Firdaus A.N, Syarikat Islam Bukan Budi Utomo, h. 22. xix kesempatan kepada Jepang untuk memegang hegemoni di Asia. Pada 7 Desember 1941, Pearl Harbour dibombardir bala tentara Jepang. Kejadian ini sangat mempengaruhi moral tentara Belanda di Indonesia. Dalam Perang Dunia II, Belanda adalah anggota ABCD Front America, British, Chinese, Dutch. Gurbernur Jendral Mr. A. W. L. Tjarda van Starkenborg S. Pada 8 Desember 1941 melalui radio mengumumkan perang terhadap Jepang. Dimana-mana penduduk diperintahkan membuat perlindungan. Badan-badan penjagaan serangan udara dibentuk. Disamping itu didirikan badan penjagaan kota dan daerah. 25 Akan tetapi tanggal 1 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Jawa. Bandung sebagai pusat pertahanan Belanda dibombardir Jepang. 26 Beberapa hari setelah itu; Tanggal 8 Maret 1942 pemerintahan Hindia Belanda jatuh, dan Jepang mulai menduduki Indonesia. Di awal masa penjajahan Jepang, melalui dektrit Letnan Jendral Imamura, panglima pertama di Jawa. 27 Jepang membubarkan segenap partai- partai politik di Indonesia dan melarang segala bentuk aktifitasnya. Maka pada bulan April 1942 Abikusno pimpinan Partai Syarikat Islam Indonesia mengeluarkan instruksi menghentikan segala gerak organisasi untuk sementara waktu. 28 25 S. Silalahi, Dasar-dasar Indonesia Merdeka; Versi Para Pendiri Negara, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 28. 26 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005, h. 34. 27 Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, h. 142. 28 Sudjana, Lika-liku Perjuangan, h. 66 xx Namun, kependudukan Jepang di Indonesia tidak bertahan lama, di akhir masa penjajahan Jepang sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. 29 Tiga bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, dengan Maklumat Pemerintah tertanggal 3 November 1945 yang ditanda tangani oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta jelas bahwa Maklumat tersebut memuat keinginan pemerintah akan kehadiran partai-partai politik, 30 Maka pada tahun 1946 akhirnya PSII aktif kembali. 31 Deskripsi wacana di atas adalah sebagian dari perjalanan politik SI. Berangkat dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai pandangan SI terhadap asas tunggal pancasila, SI memiliki pandangan yang berbeda dari partaiormas lain, SI satu-satunya organisasi yang menolak akan pemberlakuan asas tunggal pancasila dalam tubuh PPP yang ditetapkan pemerintah bagi setiap partai politik dan ormas. Dalam hal itu pembahasan ini akan dirangkum dalam skripsi yang berjudul: “ASAS TUNGGAL PANCASILA DALAM PANDANGAN SYARIKAT ISLAM SI MASA ORDE BARU”

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH