BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
ORANG CINA DI INDONESIA
A. Sejarah Kedatangan Orang Cina Ke Nusantara Indonesia
Sejak zaman kuno, posisi kepulauan Nusantara menjadi tempat persilangan jaringan lalu lintas laut yang menghubungkan Benua Timur dan Benua Barat. Teknologi
perkapalan dan pengetahuan navigasi yang masih sederhana tidak mengurangi ramainya jalur pelayaran ini, yakni dengan adanya jalur menyusuri pantai. Keadaan ini
menyebabkan berdatangan aneka ragam etnik yang terdiri dari beberapa kelompok besar dan kecil yang semula terdiri dari pemuka agama, pendeta, dan terutama pedagang yang
hanya bermaksud berdagang atau sekedar singgah dalam ziarah keagamaan, ada juga yang kemudian tinggal lama bahkan menetap di Nusantara. Kemudian menyusul
perantau yang terpaksa meninggalkan kampung asalnya karena adanya peperangan yang melanda didaratan Cina yang tak kunjung selesai. Banyak penduduk Cina meninggalkan
negrinya dengan alasan untuk mencari penghidupan baru. Sejarah tidak dapat memastikan kapan persisnya orang Cina datang ke wilayah
Nusantara. Bukti-bukti arkeologi dan antropologis, seperti benda-benda tertentu yang berhubungan dengan kebudayaan Cina, memang dapat menunjukan bahwa mereka telah
hadir di Nusantara sejak sebelum Masehi. Namun baru pada abad ke-V Fa Hsien Fa HianFaxian, seorang pendeta Budha Tiongkok, sebagai orang Cina pertama yang
meninggalkan catatan tentang Nusantara. Sekitar tahun 339-414 M, ia melewat ke sejumlah negara. Dalam perjalanan pulang dari India, karena cuaca buruk dia terpaksa
singgah di pulau Jawa selama lima bulan sambil menunggu angin baik yang akan 12
membawanya kembali ke Cina. Fa Hsien melaporkan bahwa saat itu belum ada orang Cina yang tinggal di Jawa.
8
Dua ratus tahun kemudian, yakni pada tahun 665 Hui-Neng, seorang pendeta Budha dari Tiongkok, dalam perlawatannya ke India juga singgah dan
tinggal selama tiga tahun di sebuah tempat yang disebut Ho-ling, yaitu pusat pemerintahan di pulau Jawa. Pada tahun 671, pendeta Yixing I tsing pengelana dari
Cina yang melewati Nusantara, dalam perjalanannya ia singgah di Sriwijaya, sekitar Palembang sekarang. Setelah berlayar selama 20 hari dari Canton. Ia tinggal di
Sriwijaya selama enam bulan untuk mempelajari bahasa Sansekerta sebelum bertolak ke India. di India ia tinggal selama sepuluh tahun untuk menuntut ilmu, dan kembali lagi
ke Sriwijaya untuk menetap selama empat tahun. Ia menyalin teks Budha berbahasa Sansekerta ke dalam bahasa Cina. Kemudian ia pulang sebentar ke Canton, dan kembali
lagi ke Sriwijaya bersama beberapa temannya untuk kembali menulis buku.
9
Sampai abad ke-VII, hanya pendeta Budha Cina yang mengujungi Sriwijaya karena dalam perjalanan ke India. Pada zaman Sriwijaya, sudah ada hubungan
pelayaran yang teratur antara Cina dan pelabuhan melayu dikerajaan Sriwijaya. Kapal yang berlayar dari Cina ke Sriwijaya dan kebalikannya adalah kapal dagang dari Persia
dan India.
10
Karena pada sebelum abad ke-VIII pedagang-pedagang Cina mejalankan dagang pasif.
11
Sesudah abad ke-VIII, sikap para pedagang Cina berubah. Banyak para pedagang Cina yang bertolak ke negara-negara selatan, mengunjungi pelabuhan
Sriwijaya dan Pelabuhan Melayu.
8
Hari Purwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, Depok: Komunitas Bambu, 2005, Cet. I, h. 39.
9
Tarmizi Taher, Masyarakat Cina, Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa di Indonesia, Jakarta: PPIM, 1997, h. 33.
10
Slemet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LKIS, 2005, Cet, I, h. 84.
11
Pedagang-pedagang asing yang membawa dagangannya ke Tionhkok, dan mengangkut barang dagangan yang di jual oleh pedagang-pedagang Tiongkok ke tempat lain. Pedagang-pedagang Tionghoa
hanya menunggu dipelabuhan.
Meskipun hubungan perdagangan Cina dengan kepulauan Nusantara sudah berlangsung cukup lama sebelum abad ke XV. Namun jumlah para pendatang dari Cina
pada waktu itu tidak banyak, lagi pula mereka tidak bermaksud tinggal menetap. Baru pada abad ke XV dan XVI, di kota-kota sepanjang pantai utara pulau Jawa mulai
terdapat pemukiman sementara orang-orang Cina, terutama yang datang dari dua propinsi di Cina Tenggara, Fijian atau Fukien dan Guangdong atau Kwantung.
12
Mereka bukanlah agamawan, tetapi para pedagang yang tertarik akan rempah-rempah, hasil
hutan dan hasil laut Nusantara. Di Tuban, Gresik dan Surabaya sudah ada pemukiman orang Cina. Di Tuban misalnya berdiam lebih dari seribu orang Cina dan terdapat
gudang untuk hasil yang akan diekspor ke Cina sambil menunggu angin baik yang akan membawa kapal mereka pulang ke negerinya. Di Gresik orang-orang Cina menyebut
pemukiman mereka dengan istilah Hsien Tsun atau Kampung Baru dan perkampungan ini dipimpin seorang Cina.
13
Munculnya perkampungan orang Cina di Jawa pada saat itu, dikarenakan aktivitas perdagangan orang Cina pada masa Dinasti Sung dengan
armada lautnya telah berkembang pesat. Dikala itu orang-orang Cina telah menjadi bagian dari jaringan perdagangan lokal di lautan selatan dan mampu melintasi samudra.
Pemerintahan Dinasti Sung mempunyai arti penting dalam kaitan dengan kepulauan Nusantara. Armada laut pemerintahan Cina di bawah dinasti Sung, antara
lain bertujuan menguasai perdagangan di laut selatan. Selama periode tersebut, banyak orang-orang Cina berlayar ke laut selatan, bahkan para saudagar yang berdagang ke laut
selatan menerima bantuan kredit dari pemerintah. Sampai tahun 1293, ribuan perahu telah berlayar ke pulau Jawa dan makin lama makin banyak saudagar Cina yang
12
Gondonomo, Kebudayaan Peranakan Tionghoa Dalam Khasanah Kebudayaan di Indonesia, Makalah, dalam seminar Orang Indonesia-Tionghoa: Manusia dan Kebudayaan, Jakarta: Yayasan
Mitra Museum Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2000, h. 10.
13
Hari Purwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, h. 41.
berkunjung ke sana. Kunjungan tersebut terus berlangsung sampai awal abad ke XIV dimasa pemerintahan Dinasti Yuan 1271-1368. Tetapi, tahun 1368 Dinasti Yuan jatuh.
Akibatnya hubungan dengan laut selatan tidak lancar lagi dan berbagai peraturan yang membatasi perdagangan dengan laut selatan dikeluarkan. Mereka yang masih tinggal di
laut selatan diharuskan kembali ke Cina dan mengakibatkan perdagangan dengan laut selatan mengalami kemunduran.
14
Keadaan yang tidak menentu selama pemerintahan dinasti Yuan segera mengalami perubahan di masa pemerintahan dinasti Ming 1368-1644. Ketika raja
Yung Lo, salah seorang raja dari dinasti Ming, berkuasa pada 1402, diterapkan kebijakan modifikasi perpajakan. Di masa raja Yung Lo pula tercatat perjalanan
legendaris yang dalakukan Cheng Ho. Perjalanan ini adalah untuk memulihkan martabat pemerintahan kerajaan Cina di mata orang Cina Laut Selatan dan bermaksud memberi
dukungan psikologis kepada para pedagang Cina di Laut Selatan, yang sedang menghadapi persaingan dan kerugian lantaran kehadiran para pedagang Eropa. Waktu
itu hubungan perdagangan anatara kawasan Nusantara dengan para pedagang dari Eropa makin meningkat. Tak heran timbul persaingan guna mendapatkan hasil bumi tropis
seperti lada, merica, cengkeh dan sebagainya.
15
Sejak bangsa Belanda berkuasa di bumi Nusantara, yaitu awal abad ke-XVII, jumlah imigran dari Cina bertambah banyak. Mereka terdiri dari kelompok etnik Han
Mayoritas penduduk Cina sampai sekarang yang memilih Indonesia sebagai tanah tujuan bermigrasi. Pada waktu memutuskan untuk mendirikan Batavia pada tahun 1619
dan sesudahnya, para pedagang Belanda yang tergabung dalam VOC banyak
14
Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, h. 42.
15
Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, h. 42-43.
mendatangkan tenaga dari daratan Cina untuk dijadikan sebagai tenaga trampil, kuli, tukang, pedagang dan wirausahawan untuk memajukan koloni dan perdagangannya.
16
Kedatangan orang Cina ke Nusantara dapat dibagi dalam tiga tahap : masa kerajaan, kedatangan bangsa Eropa, dan penjajahan Belanda. Tahap pertama, dimana
masyarakat Nusantara masih dikuasai oleh kerajaan-kerajaan setempat, datangnya orang Cina semata-mata didorong oleh hubungan perdagangan. Tahap kedua terjadi setelah
bangsa Eropa muncul di wilayah Asia Tenggara. Walaupun masih didorong oleh perdagangan, jumlah pendatang orang Cina semakin meningkat untuk menghadapi
persaingan dengan orang Eropa, sehingga memungkinkan mereka tinggal di wilayah Nusantara dalam waktu yang lama. Situasi ini disusul oleh tahap ketiga pada saat
kekuasaan Nusantara berada di bawah pemerintahan Belanda. Orang-orang Cina secara sengaja didatangkan ke Nusanatara untuk membantu Belanda dalam mengatasi
kekurangan tenaga kerja, baik untuk tukang, pedagang, wirausahawan dan proyek pertambangan dan perkebunan.
17
B. Riwayat Hidup Laksamana Cheng Ho