BAB III KLENTENG SAM PO KONG
A. Sejarah Singkat Klenteng Sam Po Kong
Klenteng Sam Po Kong terletak di daerah Gedung Batu, di kaki bukit Simongan, ditepi sungai Garang, Barat daya kota Semarang. Seperti yang telah diuraikan pada bab
terdahulu merupakan daerah pantai yang cukup ramai pada abad ke XIV. Daerah ini dulu dikenal dengan bukit Simongan dan merupakan pelabuhan persinggahan Cheng Ho
beserta pengawal-pengawalnya. Di atas bukit Simongan terdapat sebuah gua yang menurut cerita, merupakan tempat tinggal sementara Cheng Ho beserta pengawal-
pengawalnya. Untuk menghormati Laksamana Cheng Ho, di Semarang dibangunlah sebuah klenteng Gedung Batu Sam Po Kong yang pada awalnya adalah sebuah
Masjid.
42
Klenteng ini diziarahi baik oleh orang peranakan Cina maupun oleh orang muslim Jawa. Di dekat gua di klenteng Sam Po Kong juga terdapat makam Wong
Jinghong jurumudi yang dikabarkan meninggal dunia dalam usia 87 tahun dan dikuburkan dengan cara Islami. Sekarang ini, setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek,
kebanyakan yang datang kesini adalah orang Indonesia Peranakan Cina dari Semarang dan daerah lainnya. Sedangkan pada setiap malam Jumat Kliwon, orang yang datang
kesini umumnya adalah non peranakan Cina, khususnya orang Jawa di sekitar Semarang dan daerah lainnya yang beragama Islam.
43
42
Karena ketika Cheng Ho, Mah Huan dan Fei Xin singgah di Semarang mereka sering melakukan sholat di masjid, H.J. De Graaf, dkk, Muslim Cina di Jawa Abad XV dan XVI: antara
Historitas dan Mitos Yogyakarta: Tiaran Wacana, 1998, cet. I, h. 3.
43
M. Ikhsan Tanggok, “Laksamana Cheng Ho Muslim dan Tokoh Mitologi.” Jurnal Al-Turas Vol. II, No. 1 Januari 2005, h. 42.
29
Klenteng Sam Po Kong mula-mulanya sebuah klenteng yang sangat sederhana. Dalam gua tempat klenteng ini hanya terdapat patung Cheng Ho semata. Pada tahun
1704 M gua tersebut runtuh akibat angin ribut dan hujan lebat. Peristiwa tersebut menyebabkan sepasang pengantin tewas tertimbun ketika sedang memuja di situ.
44
Tak lama kemudian gua yang runtuh itu digali dan dipulihkan seperti semula. Pada tahun
1724 M diadakan upacara sembahyang besar-besaran oleh penduduk Cina Semarang sebagai pernyataan terima kasih karena dalam tempo sekian lama masyarakat Cina di
kota itu tidak mendapatkan gangguan apa pun dan perdagangan mereka pun bertambah maju. Berbarengan dengan upacara tersebut lalu diadakan pengumpulan dana untuk
memperbaiki Klenteng Sam Po Kong. Di depan gua itu lalu didirikan sebuah emper, agar bisa menjadi tempat berteduh bagi orang-orang yang selesai bersembahyang bisa
beristirahat untuk melewati waktu.
45
Pada pertengahan kedua abad ke-19, kawasan Simongan di kuasai oleh Johannes, seorang tuan tanah keturunan Yahudi. Dia menjadikan kawasan itu sebagai
sumber keuntungan. Masyarakat Cina yang hendak sembahyang di klenteng Sam Po Kong dikenakan cukai. Karena cukai yang diminta sangat tinggi masyarakat tersebut
tidak mampu membayar secara perorangan. Maka dari itu Yayasan Sam Po Kong Semarang mengupulkan dana sebesar 2.000 gulden sebagai biaya buka pintu klenteng
tersebut untuk satu tahun. Sekalipun cukai tahunan itu kemudian dikumpulkan sampai 500 gulden, tetapi masih cukup mahal bagi masyarakat Cina pada masa itu.
46
Demi kelanjutan kegiatan penyembahan di Klenteng Sam Po Kong tanpa membayar cukai yang tinggi, maka masyarakat Cina di Semarang membuat duplikat
44
Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, h. 62.
45
Liem Thian Joe, Riwayat Semarang, h. 24.
46
Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, h. 62-63.
patung Cheng Ho yang kemudian diletakkan di Tay Kay Sie Klenteng Keinsafan Besar yang dibangun pada tahun 1771, di Gang Lombok sebuah perkampungan
masyarakat Cina Semarang. Gara-gara ulah Johannes tersebut, kegiatan penyembahan Cheng Ho dipindahkan ke Tay Kak Sie. Namun pada tahun 1879 seluruh perbukitan
Simongan akhirnya dapat dibeli oleh Oei Tjie Sien, ayah dari Oei Tiong Ham, saudagar kaya yang terkenal dengan julukan Raja Gula di Indonesia. Setelah menjadi miliknya,
klenteng Sam Po Kong dipugar kembali. Sejak saat itu siapapun yang datang untuk bersembahyang atau berziarah tidak dipungut bayaran.
47
Baru pada tahun 1937 klenteng Sam Po Kong dipugar kembali, atas usaha Lie Hoo Soen, klenteng Sam Po Kong diperbaiki dan diperbaharui dengan mendirikan
gapura, taman suci dan dibuat Pat Sian-loh jalan Pat-sian yang menghubungkan klenteng dengan tempat pemakaman Kiyai Jurumudi.
48
Untuk setengah abad lamanya klenteng Sam Po Kong tidak terjadi pemugaran apa-apa yang penting, baru pada tahun 2002 klenteng Sam Po Kong diperbaharui secara
menyuruh. Dengan dibangun penginapan umum lantai tiga bagi para pengunjung dari luar kota yang direncanakan akan selesai pada tahun 2007.
49
Sekarang klenteng Sam Po Kong bukan hanya menjadi tempat kegiatan keagamaan tetapi juga menjadi salah satu
obyek pariwisata di Semarang Jawa Tengah.
B. Bagian-bagian dari Klenteng