4. Memiliki kepekaan terhadap perkembangan lingkungan yang dapat
mempengaruhi bisnis perusahaan. 5.
Memiliki wawasan luas dan kemampuan berpikir strategis. 6.
Memiliki karakter kepemimpinan, mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain.
7. Memiliki komitmen dan konsisten dalam melakukan profesinya sebagai
Komisaris independen. 8.
Memiliki kemampuan untuk berpikir objektif dan independen secara profesional.
C. Prinsip Fiduciary Duty Yang Diemban Direksi
Sebagai artificial person, perseroan tidak mungkin bertindak sendiri. Perseroan tidak memiliki kehendak untuk menjalankan dirinya sendiri. Untuk
itulah maka diperlukan orang-orang yang memiliki kehendak, yang akan menjalankan perseroan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian
perseroan. Orang-orang yang akan menjalankan, mengelola dan mengurus perseroan ini dalam UUPT disebut dengan istilah organ perseroan.
86
Masing-
86
Istilah organ Perseroan dipakai dalam Pasal 1 angka 2 UUPT, yang menyatakan bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi dan Komisaris.
masing organ dalam perseroan memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda dalam melakukan pengelolaan dan pengurusan perseroan
87
Dari rumusan Pasal 92 ayat 1 UUPT dapat diketahui bahwa organ perseroan yang bertugas melakukan pengurusan perseroan adalah Direksi. Direksi
menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
88
Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah
atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
89
Hal ini membawa konsekuensi hukum bagi setiap anggota Direksi bertanggung jawab
secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha Perseroan. UUPT tidak memberikan suatu
ketentuan Iebih lanjut mengenai makna pengurusan Perseroan oleh Direksi. Fred BG Tumbuan dalam Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris serta kedudukan
RUPS Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 menyatakan : Kewenangan pengurusan tersebut dipercayakan oleh Undang-undang kepada
Direksi untuk kepentingan perseroan sebagai badan hukum yang mempunyai eksistensi sendiri selaku subjek hukum mandiri Persona Standi in judicio. Dalam
87
Pengaturan mengenai tugas dan wewenang masing-masing organ diatur dalam UUPT. Beberapa yang terpenting diantaranya adalah :
a. Pasal 75 ayat 1UUPT yang menyatakan bahwa RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UUPT dan atau Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. b.
Pasa1 92 ayat 1 UUPT yang menyatakan bahwa kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi.
c.
Pasal 94 ayat I UUPT menyatakan bahwa Perseroan memiliki Dewan Komisaris yang melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha
perseroan dan memberi nasehat kepada Direksi.
88
Pasa1 92 ayat 1 UUPT
89
Pasal 97 ayat 3 UUPT
menjalankan fungsinya tersebut Direksi perseroan terikat pada kepentingan perseroan sebagai badan hukum ”.
90
Pengurus dalam melakukan tugasnya berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh Pembina Pendiri, jadi harus berbuat bonafide, untuk kepentingan
perusahaan dan harus sesuai dengan tujuan dan maksud perusahaan. Kepengurusan perseroan yang antara lain meliputi pengurusan sehari-hari
dilakukan oleh Direktur. Keberadaan Direktur dalam suatu perseroan merupakan suatu keharusan atau dengan kata lain perseroan wajib memiliki Direktur, karena
perseroan sebagai artificial person tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan dari Direktur sebagai natural person. Oleh karena itu, Direktur
mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap perseroan. Tugas dan tanggung jawab Direktur serta wewenangnya ditetapkan oleh Undang-undang, dengan
demikian keberadaan Direktur dalam perseroan diatur berdasarkan Undang- undang.
91
Tanggung jawab pengurus perseroan yang diwakilkan oleh Direktur
92
pada dasarnya dilandasi oleh dua prinsip yang penting, yaitu prinsip yang lahir karena
tugas dan kedudukan yang dipercayakan oleh Perseroan kepadanya fiduciary
90
Fred BG Tumbuan, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris serta RUPS Perseroan Terbatas menurut Undang-undang No. l Tahun 1995, Makalah Kuliah S2 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun
Ajaran 2001-2002, ha1.7.
91
Ketentuan lama yang berlaku berkenaan dengan hal tersebut –sebelum berlakunya UUPT, bahwa dalam Perseroan sekurang-kurangnya harus terdapat satu orang Direktur. Hal ini sejalan dengan pemahaman atas
PT sebagai badan hukum yang mau tidak mau, memerlukan adanya pengurus atau seorang Direktur. Baca LG.Rai Widjaya, SH, MA. Hukum Perusahaan,Jakarta: Penerbit Kesaint Blanc, 2000, ha1.209.
92
Winardi, Asas-asas Manajemen, Bandung: Penerbit Alumni,1983, hal. 144.
duty
93
dan prinsip yang merujuk kepada kemampuan serta kehati-hatian tindakan pengurus perseroan duty of care. Kedua prinsip ini menuntut pengurus perseroan
untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan itikad baik semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan.
94
Doktrin atau prinsip fiduciary duty ini dapat dijumpai dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Menurut Pasal 92 ayat 1 UUPT No.40 Tahun 2007, pengurusan PT dipercayakan kepada Direksi, lebih
jelasnya Pasal 97 ayat 1 UUPT menyatakan, bahwa Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan untuk dan kepentingan dan tujuan perseroan. Sedangkan
Pasal 97 ayat 2 UUPT menetapkan bahwa setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan
usaha perseroan. Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau
lalai menjalankan tugas tersebut.
95
93
Yang dimaksud dengan tugas fiduciary duties dari seorang Direktur adalah tugas yang terbit secara hukum by the operation of law dari suatu hubungan fiduciary antara Direktur dengan perusahaan yang
dipimpinnya, yang menyebabkan Direktur berkedudukan sebagai trustee dalam pengertian hukum trust, sehingga seorang Direktur haruslah mempunyai kepedulian dan kcmampuan duty of care and skill, itikad baik, loyalitas
dan kejujuran terhadap perusahaannya dengan derajat yang tinggi high degree. Baca Munir Fuady, Perseroan Terbatas - paradigma Baru, Bandung , Penerbit PT. Citra Aditya Bakti , 2003, hal. 81.
94
Ketentuan yang mengatur tentang prinsip fiduciary fkity dan prinsip duty of skill and care tidak diatur secara tegas dalam WPT, tetapi kedua prinsip ini tersirat dalam Pasal 82, Pasal 85 dan Pasal 87 UUPT.
Baca Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan Piercing The Corporate Veil, Kapita Selekta Hukum Perusahaan,Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2000, ha1.6.
95
Bismar Nasution, Kejahatan Korporasi dan Pertanggungjawabannya¸ Makalah disampaikan dalam ceramah di jajaran Kepolisian Daerah Sumatera, bertempat di Tanjung Morawa, Medan pada tanggal 27 april
2006. hal. 17
Hubungan kerja antara pengurus perseroan dengan perseroan yang memberikan pekerjaan adalah hubungan yang berdasarkan kepercayaan fiduciary
duty.
96
Pengurus perseroan dalam melakukan tugasnya harus menggunakan wewenang yang dimilikinya untuk tujuan yang patut. Pengurus perseroan tidak
dapat atau tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya pribadi, bila keuntungan ini diperoleh karena kedudukannya sebagai pengurus perseroan
tersebut.
97
Oleh karena itu berdasarkan prinsip kepercayaan ini, maka pengurus perseroan harus berbuat bonafide untuk kepentingan perseroan secara keseluruhan.
Pengurus perseroan tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi karena posisi yang dijabatnya.
98
Doktrin fiduciary duty menuntut pengurus perseroan bertindak dengan itikad baik untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Pelanggaran terhadap prinsip ini
membawa konsekuensi yang berat bagi pengurus perseroan yang diamanahkan kepada seorang Direksi, seperti terlihat antara lain dalam Pasal 97 ayat 2 dan
Pasal 97 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang, Perseroan Terbatas UUPT karena ia dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi atau dengan
96
Blacks Law Dictionary memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan Fiduciary Duty, yaitu : A Duty to act for someone elses benefit, while subordinating ones personal interest to that of the
other person. It is the highest standart of duty implied by law e.g. trustee, guardian.
97
Ada kemungkinan Direktur memperoleh keuntungan bila Perseroan secara tegas dan transparan monolak opportunity yang ada, Direktur tidak dapat monghindari tanggung jawab pembuktian dengan menyatakan
bahwa adalah fair ia memperoleh keuntungan. Baca Chatamarrasjid Ais, Pengaruh Doktrin piercing The Corporate Veil dalam Hakum Perseroan Indonesia Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 No. 6 Tahun 2003, hal. 12.
98
Berdasarkan kepercayaan ini maka Direktur memiliki otonomi dalam menjalankan kepengurusan Perseroan. Otonomi Direktur ini dibatasi oleh azas kepantasan. Sepanjang Direktur telah menjalankan
kepengurusan secara pantas, maka ia dikatakan tidak menyalahgunakan atau melanggar otonomi yang diberikan. Baca Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri dan Pertcnggung jawaban Terbatas dari Perseroan Terbatas, ,
Surabaya: Penerbit Airlangga University Pres, 1983, hal. 9.
perkataan lain berlaku Piercing the corporate veil.
99
Prinsip fiduciary duty
100
dalam Black Law Dictionary memberikan definisi adalah sebagai berikut: A dutty of utmost good faith, trust, confidence and candor owed by a fiduciary such
as lawyer or corporate officer to the beneficiary such as lawyers client or a shareholder ; a duty to act with the highest degree of honesty and loyalty toward
another person and in the best interest of other person such as the duty that one partner owes to another”.
Hal ini merupakan salah satu hal yang terpenting dalam hukum perseroan, berasal dan mempunyai akar-akarnya dalam hukum Romawi, tetapi
banyak dikembangkan oleh sistem hukum Anglo Saxon ini menyelusup ke dalam berbagai bidang hukum, termasuk ke dalam hukum perusahaan dengan
mengintrodusirnya sebagai tugas fiduciary dari Direktur. Dalam prakteknya prinsip fiduciary duty ini berkembang secara unik terhadap pengurus perseroan
yang diamanahkan kepada seorang Direktur dalam hubungan amanah hubungan fiduciary dengan perseroan, bahkan sampai batas-batas tertentu
dalam hubungan dari pengurus perseroan dengan pemegang saham dan para pekerja dalam perusahaan.
99
Disini terlihat bahwa Pasal 97 ayat 3 UUPT bertolak dari doktrin fiduciary duty, kemudian menerobos cadar Perseroan dan mengakibatkan Direktur harus bertanggungjawab secara pribadi
100
Bandingkan pengertian ini dengan pendapat Bismar Nasution yang dapat dilihat dalam
Bismar Nasution, Keterbukaan: Dalam Pasar Modal, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, Jakarta, 2001, hal. 72.
Di samping itu, ternyata aplikasi prinsip fiduciary duty ini terhadap pengurus perseroan juga akan berdampingan dengan berbagai teori hukum
atau hubungan hukum yang lain, yang juga secara historis berlaku terhadap pengurus perseroan dalam hal ini adalah Direktur, seperti hubungan
keagenan. Atau berhadapan dengan tugas Direktur lain yang berkenaan dengan tugas kepedulian duty of care
101
yang juga dituntut dari seorang
Direktur. Seseorang mempunyai tugas fiduciary manakala ia mempunyai kapasitas
fiduciary capacity. Seseorang dikatakan memiliki fiduciary capacity jika bisnis yang ditransaksikannya atau properti yang dikelolanya bukan miliknya atau
bukan untuk kepentingannya, melainkan milik orang lain dan untuk kepentingan orang lain tersebut, dimana orang lain tersebut memiliki
kepercayaan yang besar great trust kepadanya. Sementara itu, dilain pihak la
wajib mempunyai itikad baik yang tinggi high degree of good faith dalam
menjalankan tugasnya.
102
Antara orang yang mempunyai kapasitas fiduciary fiduciary capacity dengan pihak yang diasuhnya atau yang harta bendanya
diasuh, terdapat suatu hubungan khusus yang disebut dengan hubungan
101
Tugas untuk memperdulikan duty of care dimaksudkan disini adalah bahwa Direktur diharapkan untuk berhati-hati sehingga terhindar dari perbuatan kelalaian yang mecurigikan pihak lain. Baca Gary W.
Christian, President Director, CS consultanst, Liabilities of Directors and Commissioner Under The New Indonesian Company Law, Makalah disampaikan pada Konfrensi tentang Implementasi UU Perseroan Baru,
Jakarta, 22 April 1996. Dalam hal ini Sutan Remy Sjahdeni berpendapat bahwa di negara-negara yang menganut sistem common law standart yang digunakan untuk menentukan duty of care adalah standard of care atau standar
kepedulian. Baca Sutan Remy Sjahdeini, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit Jurnal Hukum Bisnis, hal. 100.
102
Munir Fuady I, Op. Cit , hal. 33.
fiducia fiduciary relation.
103
Dalam hal ini, seseorang percaya kepada orang lain, dimana orang lain tersebut bertindak dengan itikad baik good faith dan
dengan penghormatan yang baik due regard dan fair kepada kepentingan orang lain tersebut.
104
Pada prinsipnya ada 2 dua fungsi utama dari pengurus suatu perseroan yang diamanahkan kepada seorang Direktur yaitu sebagai berikut:
105
1. Fungsi Manajemen, dalam arti Direktur melakukan tugas memimpin
perusahaan. 2.
Fungsi Representasi, dalam arti Direktur mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan diluar pengadilan
menyebabkan perseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan transaksi atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh Direktur atas nama dan untuk
kepentingan perseroan.
103
Fudiciary Relation is a relationship in which one person is under a duty to act for the benefit of the orther on matters within the scope of a relationship. Fudiciary relation such as trustee-beneficiary, guardian-ward,
agent-principal, and attorney-client-reguire the highest duty of care. Fudiciary relation usu. Arise inone of four situations : 1. When one person places trust in the faithful integrity of another, who as a result of gains
superiority or influence over the first, 2. When one person assumes control and responsibility over another, 3. When one person has aduty to act or give advice to another on matters falling within a scope a relationship, or 4.
When there is a spesific relationship that has traditionally been recognized as involving fiduciary duties, as with a lawyer and aclient or a stockbroker and a customer also termed fudiciary relation. Dalam Bismar Nasution dan
Zulkarnain Sitompul, Hukum Perusahaan, Bandung: BooksTerrace Library, 2005, hal. 38
104
Dengan demikian, yang dimaksud dengan fuduciary duty adalah suatu tugas dari seseorang yang disebut dengan trustee yang terbit dari suatu hubungan hukum antara trustee tersebut dengan pihak lain
yang disebut dengan beneficiary, dimana pihak beneficiary memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pihak trustee, dan sebaliknya pihak trustee juga mempunyai kewajiban yang tinggi untuk melaksanakan tugasnya
dengan sebaik mungkin dengan itikad baik yang tinggi, fair dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya atau untuk mengelola hartaaset milik beneficiary dan untuk kepentingan beneficiary, baik yang
terbit dari hubungan hukum atau jabatannya sebagai trustee secara tekhnikal atau jabatan - jabatan lain seperti lawyer dengan kliennya, perwalian guardian, executor, broker, kurator, pejabat publik atau
Direktur dari suatu perusahaan.
105
Munir Fuady I, Op. Cit. hal. 32
Prinsip fiduciary duty berlaku bagi Direktur dalam menjalankan tugasnya, baik dalam menjalankan fungsinya sebagai manajemen maupun sebagai
representasi dari perseroan. Sepanjang sejarah penerapan teori fiduciary duty ini, muncul beberapa
pedoman dasar bagi pengurus perseroan dalam menjalankan fiduciary duty terhadap perseroan yang dipimpinnya. Pedoman dasar tersebut adalah sebagai
berikut: 1.
Fiduciary Duty merupakan unsur wajib mandatory
,
element dalam hukum perseroan.
2. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pengurus perseroan yaitu Direktur
tidak hanya harus memenuhi unsur itikad baik, tetapi juga harus memenuhi unsur tujuan yang layak proper purpose.
3. Pada prinsipnya Direktur dibebani prinsip fiduciary duty terhadap Perseroan,
bukan terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya perusahaanlah yang dapat memaksakan Direktur untuk melaksanakan tugas fiduciary tersebut.
4. Direktur dalam menjalankan fungsinya sebagai pengurus perseroan secara
umum ia juga harus memperhatikan kepentingan stakeholders, seperti pihak pemegang saham dan buruh perusahaan.
5. Sekalipun menyandang tugas sebagai Direktur, Direktur tetap bebas dalam
memberikan suara dan pendapat sesuai dengan keyakinan dan kepentingannya dalam setiap rapat yang dihadirinya.
6. Pengurus perseroan dalam hal ini yaitu Direktur tetap bebas dalam mengambil
keputusan sesuai dengan pertimbangan bisnis dan sense of business yang dimilikinya. Bahkan pihak pengadilan tidak boleh ikut campur
mempertimbangkan sense of bisiness dari seorang Direktur. 7.
Dalam hal-hal dimana terdapat conflict of interest, seorang pengurus perseroan dilarang atau setidak-tidaknya dibatasi atau diawasi dalam
menjalankan tugasnya. Pengawasan tersebut misalnya dengan memberlakukan prinsip keterbukaan informasi disclosure terhadap setiap transaksi yang ada
conflict of interest. Pada dasarnya pengurus perseroan hanya berhak dan berwenang untuk
bertindak atas nama dan untuk kepentingan perseroan dalam batas-batas yang diizinkan oleh peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasar
perseroan. Setiap tindakan yang dilakukan oleh Direktur diluar kewenangan yang diberikan tersebut tidak mengikat perseroan. Ini berarti pengurus perseroan
memiliki limitasi dalam bertindak atas nama dan untuk kepentingan perseroan. Dalam Bismar Nasution dan Zulkarnain Sitompul, Hukum Perusahaan, lihat
juga Paul L. Davies, Gowers Principles of Modern Company Law, London, Sweet Maxwell, 1977, hal. 601. Paul L. Davies dalam Gowers Principles of Modern
Company Law, menyatakan bahwa “ :
1. In applying the general equitable principle to company directors, four
separate rules have emerged. These are : 2.
that directors must act in good faith in what they believe to be the best interest of the company.
3. that they must not exercise the powers conferred upon them for purposes di
fferent from those for which they were conferred. 4.
that they must not fetter their discretion as to how they shall act.
5. that without the informed consent of the company. They must not place
themselves in the positio
,
n in which their personal interest or duties to other persons are liable to conflict with their duties.
Keempat prinsip tersebut pada hakekatnya menunjukkan bahwa Direktur perseroan dalam menjalankan tugas kepengurusannya harus
senantiasa : 1.
Bertindak dengan itikad baik. 2.
Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan pemegang saham semata.
3. Kepengurusan perseroan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan
tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya dengan tingkat kecermatan yang wajar, dengan ketentuan bahwa Direktur tidak
diperkenankan untuk memperluaskan maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri.
4. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat
menyebabkan benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan Direktur.
Keempat hal diatas menjadi penting artinya, karena keempat hal tersebut mencerminkan bahwa antara Direktur dan perseroan terdapat suatu
bentuk hubungan saling ketergantungan, dimana perseroan bergantung pada Direktur sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan pengurusan perseroan.
Perseroan merupakan sebab keberadaan Direktur, tanpa perseroan maka tidak pernah ada Direktur.
Pada dasarnya pengurus perseroan yaitu Direktur merupakan organ kepercayaan perseroan, yang akan bertindak mewakili perseroan dalam segala
macam tindakan hukumnya untuk mencapai tujuan dan kepentingan perseroan. Ada 2 dua hal yang berkaitan erat dengan prinsip kepercayaan pengurus perseroan
tersebut, Pertama pengurus perseroan yakni Direktur adalah trustee bagi perseroan duty of loyalty and good faith. Kedua Direktur adalah agen bagi perseroan dalam
mencapai tujuan dan kepentingannya duty of care.
106
Duty of loyality and good faith bersama-sama dengan duty of care dalam sistem common law secara bersama-sama dikenal dengan nama fiduciary duty.
107
Sedangkan duty of care and skill oleh Lipton dan Herzberg dirumuskan sebagai duty to exercise care anti diligence.
108
Dalam beberapa kejadian, pengurus perseroan dapat dianggap telah melanggar duty of care jika dalam mengahadapi suatu persoalan yang kompleks dan
rumit, ia tidak mencari pendapat ahli untuk memberikan masukan dalam mengambil keputusan terhadap persoalan yang dihadapinya. Hal ini merupakan konsekuensi
logis dari prinsip duty of care tersebut.
106
Munir Fuady I, Op. Cit, hal. 65
107
Munir Fuady I, Op.Cit membagi duty of loyality and good faith ke dalam, the duty: a. to act bona fide in the interest of the company.
b. to exercise power for their proper purpose. c. to retain their discrenatory powers.
d. to avoid conflicts Of interest.
108
Ibid .hal.298
Sebagai contoh dari standard of care atau standar kehati-hatian itu antara lain sebagai berikut :
109
1. Pengurus perseroan yakni Direktur tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan
atas beban biaya perseroan, apabila tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat kepada perseroan bila dibandingkan dengan
manfaat pribadi yang diperoIeh oleh Direktur yang bersangkutan. Namun demikian hal ini dapat dikecualikan, apabila dilakukan atas beban biaya
representasi jabatan dari Direktur yang bersangkutan berdasarkan keputusan RUPS.
2. Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur tidak boleh
menjadi pesaing bagi perseroan yang dipimpinnya, misalnya dengan mengambil sendiri kesempatan bisnis yang seharusnyanya disalurkan kepada dan dilakukan
oleh perseroan yang dipimpinnya tetapi kesempatan bisnis itu disalurkan kepada perseroan lain yang didalamnya terdapat kepentingan pribadi Direktur tersebut.
3. Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur harus menolak
untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahuinya akan mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan
Perundang-Undangan yang berlaku sebagai perseroan diancam dikenakan sanksi oleh otoritas yang berwenang, misalnya dicabut izin usahanya atau digugat oleh
pihak lain.
109
Sutan Remmy Sjahdeini, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit, Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 14, Ju1i 2001, hal. 100.
4. Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur dengan sengaja
atau karena kelalaiannya telah melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk mencegah timbulnya kerugian
bagi perseroan. 5.
Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup
melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan keuntungan perseroan.
Milman dan Durrant
110
mengemukakan bahwa makin lama makin jelas dalam beberapa tahun terakhir ini para pengurus perseroan yang diwakilkan kepada
seorang Direktur suatu perseroan, dengan satu dan lain cara, harus bertanggungjawab atas kewajiban-kewajiban perseroan, kecenderungan ini jelas
terlihat dalam common law system. Dimana, menurut sistem hukum tersebut, ada dua situasi dimana seorang pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang
Direktur mungkin dapat dituntut untuk membayar kerugian karena telah melakukan perbuatan melawan hukum. Kemungkinan yang pertama adalah tuntutan karena
kelalaian yang dilakukan oleh kreditor dari perseroan yang mengalami kesulitan keuangan. Jenis tanggung jawab kedua dapat timbul apabila perseroan yang
melakukan perbuatan melawan hukum.
110
Bismar Nasution Zulkarnain Sitompul, Op.Cit, hal. 161.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995 yang telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, jelas bahwa hukum Indonesia tidak menganut prinsip fiduciary duty. Hal ini disebabkan karena Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
KUHD Indonesia merupakan penjelmaan dari KUHD Belanda, dimana KUHD Belanda diambil dari Perancis setelah Code Napoleon. Sebagaimana diketahui
bahwa Code Napoleon tidak mengakui adanya prinsip fiduciary duty atau trustee ini. Sehingga pada prinsipnya fiduciary duty terhadap pengurus perseroan yang
diwakilkan kepada seorang Direktur tidak diakui dalam civil law system. Hubungan antara pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur
dengan perseroan yang dipimpinnya dalam civil law system adalah hubungan keagenan atau pemberian kuasa. Jadi, bukan fiduciary relation yang menimbulkan
fiduciary duty tersebut.
111
Akan tetapi setelah berlakunya UUPT, banyak teori hukum yang semula tidak ada atau tidak berlaku diadopsi dan diberlakukan di Indonesia, sehingga
amat menarik untuk dicermati apakah prinsip fiduciary duty ini juga ikut diberlakukan oleh UUPT tersebut.
Untuk mengetahui apakah di Indonesia berlaku prinsip fiduciary duty ini, perlu dicermati beberapa pasal dari UUPT, yaitu sebagai berikut:
111
Sutan Reny Sjahdeini, Op.Cit, hal.115
Pasal 84 ayat 1 UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 99 UUPT No.40 Tahun 2007 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila : a terjadi perkara di depan pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi
yang bersangkutan; atau b
anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan.
2. Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, yang berhak mewakili perseroan adalah :
aanggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan
bDewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.
cPihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.
Selanjutnya Pasal 82 UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 97 UUPT No.40 Tahun 2007 menyebutkan sebagai berikut :
1. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1.
2 . Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab.
3. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.
4. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang
sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian
pada perseroan. Penjelasan dari Pasal 97 ayat 6 menyatakan :
Dalam hal tindakan Direksi merugikan perseroan, maka pemegang saham yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 97 ayat 6 dapat
mewakili perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap Direksi melalui pengadilan.
Dari ketentuan Pasal 82 UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 97 UUPT No.40 Tahun 2007, belum dapat ditarik kesimpulan bahwa
UUPT telah mengadopsi prinsip fiduciary duty. Ketentuan dalam Pasal 97 tersebut
hanya menegaskan bahwa pada prinsipnya Direktur mempunyai 2 dua fungsi
utama, yaitu Fungsi Manajemen, dan Fungsi Representasi.
Demikian juga ketentuan dalam Pasal 84 UUPT No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 99 UUPT No. 40 Tahun 2007 belum dapat
disimpulkan adanya indikasi pemberlakuan prinsip fiduciary duty dari pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur. Sebab, Pasal 99 sama sekali
tidak mengindikasikan bahwa Direktur perseroan harus mengalah dan harus mengutamakan kepentingan perseroan dalam hal terdapat transaksi yang
mengandung conflict of interest antara Direktur dengan perseroan. Hanya fungsi representasi Direktur yang ditiadakan dan fungsi representasi-nya tersebut diganti
oleh pihak lain. Sebenarnya indikasi berlakunya prinsip fiduciary duty ini justru ada dalam
ketentuan Pasal 85 ayat 2 UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 97 ayat 2 UUPT No. 40 Tahun 2007, khususnya Pasal 85 ayat 1
UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 97 ayat 3 UUPT No. 40 Tahun 2007 menegaskan bahwa setiap anggota Direksi wajib
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Tugas untuk memperdulikan duty of care
dimaksudkan disini, bahwa pengurus Perseroan diharapkan untuk berhati-hati sehingga terhindar dari perbuatan kelalaian yang merugikan pihak lain.
112
Berdasarkan ketentuan Pasal 97 UUPT tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pasal itu mengandung prinsip fiduciary Duties, yang terdiri dari 3 tiga
faktor penting, yaitu:
113
1. Prinsip yang merujuk kepada kemampuan dan kehati-hatian tindakan
pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur duty of care. Unsur yang perlu diperhatikan sebelumnya berkenaan dengan tindakan
112
Munir Fuady I, Op.Cit., hal. 39.
113
Bambang Kesowo, Kedudukan Direksi : Suatu Tinjauan Berdasarkcm Konsep Fiduciary Duties, Makalah dalam Panel Diskusi Hubungan Antara Pemegaag Saham, Direksi dan Komisaris : Hak, Wewenang dan
Tanggung Jawabnya, Jakarta, 12 Juni 1995, hal. 8.
pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur adalah apakah dalam menjalankan tugas dan fungsi yang, diamanatkan kepadanya, Direksi
sudah melaksanakan tugas dan wewenangnya sesuai dengan kemampuan dan kehati-hatian, disamping itu apakah orang yang memiliki keahlian tertentu
dan mempunyai kesamaan kualifikasi telah melakukan tindakan dalam posisinya sebagai Direktur ataukah dijalankan semata-mata untuk kepentingan
bisnis pribadinya dan apakah setiap tindakan yang diambil berangkat dari keyakinan akan dilakukan semata-mata demi kepentingan perusahaan.
114
2. Prinsip yang merujuk pada itikad baik Direktur untuk bertindak semata-mata
demi kepentingan dan tujuan perseroan duty of loyality. Keputusan bisnis yang diambil dengan dasar ketulusan dan itikad baik sepenuhnya, dalam sitiasi
tertentu dapat membebaskan Direk
-
tur dari pertanggungjawaban secara pribadi, sekalipun tindakannya itu mengakibatkan kerugian bagi perusahaan,
karena kesalahan perhitungan, akibat adanya force majeur yang memang terjadi di luar kemampuan manusia ataupun terhadap faktor kesalahan lainnya
yang menyebabkan kegagalannya tersebut, kecuali kerugian tersebut termasuk kategori akibat kelalaian berat gross negligence. Konsep pemikiran ini
114
Secara umum penerapan prinsip duty skill and care dibandingkan dengan teorinya berbeda satu sama lain. Bentuk dari tidak dilaksanakannya prinsip tersebut pada umumnya dijumpai dalan hal Direktur lalai
atau melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam beberapa kasus serupa, Direktur juga tidak jarang mempergunakan unsur ketidak sengajaan sebagai dasar pembelaannya. Oleh sementara kalangan,
sebenarnya yang dijadikan tolak ukur kemampuan itu antara lain bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman Direktur tersebut. Bambang Kesowo, Op.Cit, hal 10
dijadikan penyeimbang dalam penerapan prinsip duty of skill and care sebagaimana dikenal dalam business judgement principle.
115
3. Prinsip untuk tidak mengambil keuntungan pribadi atas opportunity yang
sebenarnya milik atau diperuntukkan bagi perseroan no secret profit rule- doctrine of corporate opportunity. Pelaksanaan tugas pengurus perseroan yang
diwakilkan kepada seorang Direktur terkadang tidak luput dari adanya pertentangan kepentingan, karena adanya persamaan bidang usaha antara
pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur secara pribadi dengan pihak ketiga lainnya. Dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai bentuk
kompetisi yang tidak adil. Dengan asumsi bahwa pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur hanya mengetahui informasi rahasia-
rahasia, semisalnya informasi yang menyangkut transaksi perdagangan dari perseroan tempat ia berada, atas pengetahuan yang diketahuinya, ia dapat
mengetahui kelemahan atau keunggulan perseroan yang bersifat rahasia tersebut, dan justru dipergunakan untuk lebih memajukan perseroan yang
dimilikinya.
116
115
Prinsip ini pada dasarnya terbagi dalam dua hai yakni, business judgement rule dan business judgement doctrine. Business judgement rule merujuk pada konsepsi bahwa Direktur harus bertindak berdasarkan
itikad baik dengan mengacu pada informasi yang cukup dan diolah secara cakap berdasarkan kemampuannya. Business judgement doctrine merujuk pada tindakan yang dilakukan oleh Direktur adalah sah dan mengikat
Perseroan sepanjang hal itu memang merupakan kewenangan Direktur ataupun tidak bersifat ultra vires di luar kewenangan Perseroan, sehingga tidak bisa dihentikan atau ditolak balik oleh pemegang saham maupun pihak-
pihak lainnya. Bambang Kesowo, Op.Cit, hal. 11
116
Terjadinya keadaan tersebut dikarenakan Direktur yang secara pribadi berurusan langsung dengan pihak ketiga untuk mengadakan transaksi bisnis atas nama Perseroan, dapat mengambil alih segala keuntungan
maupun peluang usaha yang dipandang dapat memberikan keuntungan pribadi dirinya dan mengalahkan kepentingan Perseroan yang dikelolanya. Batasan terhadap legitimasi dan ratifikasi dalam kasus transaksi pribadi
Direktur Perseroan ini tetap ada, yaitu melalui transaksi yang mengandung unsur perbuatan melawan hukum,
Selanjutnya masih dalam kerangka fiduciary duty, terdapat kewajiban bagi Anggota Direksi wajib melaporkan kepada mengenai saham yang dimiliki Anggota
Direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus.
117
Ketentuan ini dimaksud untuk mendeteksi adanya self dealing
118
dan mendeteksi posisi pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur dalam hal terjadinya insider trading.
119
Berdasarkan teori bisnis property, hal-hal yang tidak dipublikasikan dan berupa informasi-informasi internal merupakan harta milik perseroan yang efeknya
dipengaruhi oleh informasi yang bersangkutan, sehingga apabila kedapatan orang dalam perseroan yang mempergunakan informasi tersebut untuk kepentingan
maupun keuntungan pribadinya, pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur telah dianggap melanggar prinsip fiduciary duty-nya kepada
perseroan.
120
seperti transaksi penyalahgunaan asset Perseroan untuk kepentingan pribadi Direktur.Bambang, Kesowo, Op.Cit, hal.12
117
Hal ini sebagai mana di atur dalam Pasal 101 UUPT
118
Yaitu dengan mengetahui kepemilikan saham Direktur atau keluarganya pada Perseroan lain yang menjadi lawan transaksi Perseroan tempat ia menduduki jabatan sebagai Direktur.
119
Insider trading yaitu keikut sertaan seseorang dalam suatu transaksi yang didasarkan kepada informasi khusus yang didapatkannya dari kedudukannya dalam hal ini sebagai orang yang bisa mendapat
informasi tersebut, yang mana hal ini menghasilkan keuntungan secara tidak fair, bila informasi yang didapat akan mempengaruhi harga saham dalam transaksi, hal ini merupakan perbuatan yang tidak sah. Orang-orang yang
dikategorikan sebagai orang dalam suatu perusahaan adalah : 1. Komisaris, Direktur, pegawai perusahaan 2. Pemegang saham utama 3. Perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan
usahanya dengan perusahaan publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam 4. Perorangan yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam angka
1,2 dan 3 tersebut. Baca Asril Sitompul, Pasar Modal : Penawaran Umum Permasalahannya, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 136-139. bandingkan pula dengan Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar
Modal : Good Corporate Governance, Perlindungan Lingkungan Hidup dan Insider Trading, Universitas Sumatera Utara, 2002, hal. 50-52.
120
Untuk memonitor kemingkinan terjadinya hal semacam ini karena Direktur berada pada posisi yang sangat strategis untuk mengetahui hal-hal semacam ini lebih dahulu, ditetapkan kewajiban sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 101 UUPT.
Pada prinsipnya jelaslah bahwa fudiciary duty merupakan tugas yang diemban oleh pengurus perseroan dengan penuh tanggung jawab dalam kapasitas
dan fungsinya demi kepentingan perseroan. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa dalam kedudukannya pengurus perseroan berkewajiban mengelola
perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, serta mengutamakan kepentingan perseroan diatas kepentingan pribadi atau bahkan kepentingan
pemegang saham sekalipun.
121
Sebagai kewajiban untuk melaksanakan keterbukaan, pengurus perseroan bertanggungjawab penuh atas kebenaran dan keakuratan setiap data dan
keterangan yang disediakan olehnya kepada publik masyarakat ataupun kepada
pihak ketiga berdasarkan perjanjian. Jika terdapat pemberian data atau keterangan secara tidak benar atau menyesatkan, maka setiap pengurus perseroan harus
bertanggungjawab secara renteng atas setiap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, sebagai akibat dari pemberian data atau keterangan yang tidak benar atau
menyesatkan tersebut, kecuali dapat dibuktikan bahwa keadaan tersebut terjadi bukan karena kesalahannya.
122
Pengurus perseroan dalam menjalankan tugasnya bertindak untuk dan atas nama perseroan, oleh karena itu konsekuensi baik atau buruk sebagai akibat
121
Hal ini sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 82 UUPT, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan dan keputusan yang diambil Direktur harus dilakukan demi kepentingan dan tujuan Perseroan. Direktur
tidak boleh mengatas namakan Perseroan untuk melakukan segala sesuatu di luar kepentingan dan tujuan Perseroan, kepentingan pribadi dan kepentingan pihak ketiga.
122
Prinsip keterbukaan ini merupakan bagian dari akuntabilitas Direktur sebagai organ yang wajib melaksanakan duty of loyalty and good faith, oleh karenanya hanya Direkturlah yang berhak dan berwenang untuk
bertindak memenuhi kewajiban Perseroan. Bandingkanlah hal ini dengan ketentuan Pasal 97 ayat 2 dan ayat 3 dengan ketentuan Pasal 104 ayat 4 UUPT.
perbuatannya itu pada prinsipnya dipikul perseroan sendiri. Dalam melaksanakan pengelolaan terhadap perseroan, pengurus perseroan memiliki tugas yang terbit
secara hukum by the operation of law dari suatu hubungan fiduciary antara pengurus perseroan dengan perusahaan yang dipimpinnya, yang menyebabkan
pengurus perseroan berkedudukan sebagai trustee dalam pengertian hukum trust, sehingga pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang Direktur harus
mempunyai kepedulian dan kemampuan duty od care and skill, itikad baik, loyalitas dan kejujuran terhadap perseroan dengan derajat yang tinggi high
degree.
123
Kedudukan yang bersifat fiduciary, yang dalam UUPT sampai batas-batas tertentu diakui, menyebabkan tanggung jawab dari pengurus perseroan menjadi
sangat tinggi high degree. Pengurus perseroan tidak hanya bertanggungjawab terhadap ketidakjujuran yang disengaja dishonesty, tetapi secara hukum ia juga
bertanggungjawab terhadap tindakan mismanagement, kelalaian atau gagal atau tidak melakukan sesuatu yang penting bagi perusahaan. Contoh dari tindakan
pengurus perseroan yang bertentangan dengan tugas fiduciary duties adalah :
124
1. Jika pengurus perseroan secara diam-diam memiliki benturan, kepentingan
conflict of interest dengan perseroan. 2.
Jika pengurus perseroan menghalang-halangi pemegang saham minoritas untuk mengajukan derivative suit.
123
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit, hal. 421
124
Munir Fuady I, Op. Cit. hal. 82.
3. Jika pengurus perseroan dengan sengaja tanpa alasan yang sah willfull
refusal tidak datang ke rapat Direksi sehingga rapat Direksi tidak dapat dilangsungkan karena tidak memenuhi kourum rapat.
Dalam melaksanakan tugas fiduciary duties, seorang pengurus perseroan harus melakukan tugasnya :
125
1. Dilakukan dengan itikad baik bonafides
126
2. Dilakukan dengan proper purpose.
127
3. Dilakukan tidak dengan kebebasan yang tidak bertanggung jawab unfettered
discretion. 4.
Tidak memiliki benturan tugas dan kepentingan conflict of duty and interest .
128
Dalam civil law system, jika pengurus perseroan melanggar salah satu aturan unsur atau anggaran dasar perseroan, maka pada umumnya pengurus
perseroan langsung bertanggungjawab secara unsur tanpa terlalu mempertimbangkan standard tentang kadar kesalahannya. Sebagaimana
125
Ibid
126
Dikatakan bahwa Direktur sudah menjalankan tugasnya dengan itikad baik bonafides jika Direktur tersebut telah menjalankan tugas dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh kepentingan--
kepentingan dari perusahaan, pemegang saham, pekerja, stakeholder lainnya. Munir Fuady, Ibid.
127
Direktur dikatakan telah menjalankan tugasnya dengan tujuan yang benar proper purpose jika ia menjalankan tugasnya secara tidak melanggar hukum illegal, tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan
tidak bertentangan dengan anggaran dasar. Munir Fuady, Ibid
128
Munir Fuady, Ibid, Jika Direktur memiliki benturan kepentingan conflict of interest dan benturan tugas conflict of duties, maka besar kemungkinan ia telah melanggar prinsip fiduciary duties.
Benturan kepentingan atau benturan tugas tersebut dapat terjadi dalam hal : a.
jika dilakukan kontrak dengan perusahaan. b.
Jika terdapat keuntungan rahasia. c.
Jika terjadi abuse of confidence.
d.
Jika berkompetisi dengan perusahaan.
dikemukakan dalam Pasal 92 ayat 1 UUPT, Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan, dengan ketentuan Pasal 97 UUPT ditentukan bahwa setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
untuk kepentingan dan usaha Perseroan. Pasal 98 UUPT, yaitu Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan, harus dijalankan dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab. 1.
Kepentingan dan tujuan usaha perseroan. 2.
Itikad baik dan penuh tanggung jawab. Kedua unsur tersebut harus dipenuhi secara kumulutif dan bukan alternatif,
artinya harus dipenuhi kedua-duanya. Seorang pengurus perseroan dikatakan sudah melanggar duty of care,
manakala dia telah melakukan kelalaian negligence dan mis-management, seperti :
129
1. Melakukan tindakan tanpa pembenaran yang rasional.
2. Tidak mencurahkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap perusahaan.
3. Tidak melakukan investigasi yang reasonable terhadap masalah-masalah
perseroan. 4.
Tidak menghadiri rapat-rapat Direksi. 5.
Tidak mengawasi bawahannya sehingga tindakan bawahannya tersebut merugikan perseroan.
129
Munir Fuady I, Op. Cit., hal. 86.
6. Tidak mencari tahu secara layak tentang masalah-masalah perseroan.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam menjalankan
tugasnya.
D. Duty of Care and Loyality