Keaslian Penulisan Kerangka Teori dan Konsepsi 1.Kerangka Teori

hal terjadinya benturan kepentingan transaksi tertentu dalam tesis ini maka pembaca semakin mengetahui tentang pengaturan mengenai benturan kepentingan transaksi tertentu conflict of interest dalam perusahaan 2. Secara Praktis Secara praktis, pembahasan dalam tesis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kalangan praktisi yang bergerak dalam perusahaan tidak terlepas bagi Direksi perusahaan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan dalam menjalankan perusahaannya, bagi kalangan akademisi dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai benturan kepentingan conflict of interest, khususnya tentang kedudukan Direksi dalam suatu perusahaan.

E. Keaslian Penulisan

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan penelusuran data tentang “Kedudukan Direksi Dalam Hal Terjadinya Benturan Dalam Suatu Perusahaan “ dan juga pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai judul di atas, ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya. Kalaupun terdapat kemiripan dalam penelitian ini namun tidak dengan substansi dari penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1.Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, 12 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. 13 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis. 14 Dalam Pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang selanjutnya disingkat KUHD yang mengatur PT, tidak ditemukan pengertian PT, akan tetapi dari Pasal 3, 40, 42 dan 45 KUHD dapat disimpulkan bahwa suatu PT mempunyai unsur- unsur sebagai berikut : 1. Adanya kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi masing-masing pendiri perseroan terbatas pemegang saham dengan tujuan untuk membentuk sejumlah modal sebagai jaminan bagi semua perikatan PT. 2. Adanya pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nilai nominal saham yang dimilikinya. Rapat Umum Pemegang Saham sebagai organ perseroan terbatas yang memegang kekuasaan yang tertinggi dalam PT, yang berwenang mengangkat, memberhentikan sementara atau memberhentikan Direksi dan Komisaris, menetapkan kebijakan umum perseroan terbatas yang 12 J.J.J.M.Miswan, Penelitian IlmuIlmu Social, Asas-Asas, Penerbit : M.Hisyam, Jakarta, 199, hal.203 13 Ibid 14 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV.Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27 akan dijalankan oleh Direksi dan menetapkan kewenangan atau hal-hal lainnya yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. 3. Adanya pengurus yang dinamakan dengan Direksi, Komisaris adalah merupakan organ perseroan terbatas, yang tugas dan kewenangan dan kewajibannya diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar PT atau Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disingkat dengan RUPS. Berbeda dengan Pasal 1 ayat 1 UU PT Nomor 40 Tahun 2007, “ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Berdasarkan pengertian UUPT, maka sebagai badan hukum perseroan harus memenuhi unsur-unsur adalah : 15 a. Badan Hukum Setiap perseroan adalah badan hukum, artinya badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya. Dalam KUHD tidak satu pasal yang menyatakan dalam Pasal 1 ayat 1 bahwa perseroan adalah badan hukum. 15 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal 66 b. Didirikan berdasarkan perjanjian Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, maksudnya harus ada sekurang-kurangnya dua orang yang sepakat mendirikan perseroan, yang dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk Anggaran Dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian perseroan, yang dimuat dihadapan Notaris. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Ketentuan ini adalah asas dalam pendirian perseroan. c. Modal Dasar Setiap perseroan harus mempunyai modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Modal dasar disebut juga modal statuter, dalam bahasa inggris disebut authorized. Modal dasar merupakan harta kekayaan perseroan sebagai badan hukum, yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pendiri, organ perseroan, pemegang saham. Menurut Pasal 32 ayat 1 UUPT Nomor 40 tahun 2007, modal dasar perseroan paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. d. Memenuhi persyaratan Undang-undang Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan Undang-undang perseroan dan peraturan pelaksanaannya.. Perseroan terbatas pada zaman Hindia Belanda dikenal dengan nama “Naamloze Vennootshap”, yang berarti “tanpa nama” maksudnya dalam hal pemberian nama perusahaan tidak memakai salah satu nama anggota persero, melainkan menggunakan nama perusahaan berdasarkan tujuan dari usahanya 16 sedangkan pada istilah di Inggris yang isinya hampir mendekati dengan istilah perseroan terbatas yaitu “Company limited by shares”. Perseroan terbatas di negara- negara seperti Jerman, Australia, dan Swiss disebut Aktiengesellschaft dan di Perancis disebut “Societe anonyme”. 17 . Bentuk PT adalah salah satu usaha yang paling banyak dipergunakan dalam dunia usaha di Indonesia, karena mempunyai sifat atau ciri yang khas yang mampu memberikan manfaat yang optimal kepada usaha itu sendiri sebagai asosiasi modal untuk mencari untung dan laba. 18 Perusahaan tertutup adalah suatu perseroan terbatas yang saham-sahamnya masih dipegang oleh beberapa orang perusahaan saja, sehingga jual beli sahamnya dilakukan dengan cara yang ditentukan oleh Anggaran Dasar perseroan, yang pada umumnya diserahkan kepada kebijaksanaan pemegang saham yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan perseroan terbuka adalah suatu perseroan terbatas yang modal dan sahamnya telah memenuhi syarat-syarat tertentu, dimana saham- sahamnya dipegang oleh banyak orang banyak perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik masyarakat sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal. Salah satu ciri dari perusahaan terbuka adalah perlunya keterbukaan disclosure atas informasi perusahaan kepada publik, sehingga 16 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Terbatas, Alumni, Bandung, 2004, hal 47 17 Purwosutjipto dalam Rachmadi Usman, ibid, hal. 47 18 I.G. Ray Widjaya, Hukum Perusahaan, Megapoin, Jakarta, 2000, hal 142 hukum pun mengatur masalah perusahaan terbuka, termasuk tentang keterbukaan informasi secara sangat detail. 19 . Suatu perusahaan terbuka dapat berupa emiten atau perusahaan publik. Yang dimaksud dengan emiten adalah suatu perusahaan terbuka di mana proses menjadi perusahaan terbuka dilakukan dengan jalan melakukan penawaran sahan-sahamnya kepada publik lewat suatu penawaran umum. Sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan publik adalah suatu perusahaan yang menjadi perusahaan terbuka tanpa lewat proses penawaran umum, tetapi dengan sendirinya perusahaan tertutup kemudian memiliki pemegang saham yang banyak, misalnya dengan warisan saham, jual beli, hibah saham kepada banyak orang. Kepada perusahaan publik ini juga berlaku banyak persyaratan yang sama dengan emiten, seperti kewajiban keterbukaan informasi, kewajiban pendaftaran ke Bapepam, atau kewajiban pencatatan saham. 20 . PT dapat dibagi dalam beberapa macam, yaitu : 1. PT Tertutup adalah sebagaimana yang diatur dalam UUPT yaitu badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. PT tertutup merupakan suatu perseroan yang belum pernah menawarkan sahamnya kepada publik melalui penawaran umum. 19 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata BisnisModern di Era Global, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2002, hal 51selanjutnya disebut Munir Fuady II 20 Ibid,hal. 52 2. PT Terbuka menurut UUPT Pasal 1 ayat 7 dan ayat 8 UUPT No. 40 tahun 2007 adalah Perseroan Publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Perseroan Publlik adalah perseroan yang memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. PT Terbuka atau Perusahaan Go Public berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, yang selanjutnya disebut UUPM. Undang-undang Pasar Modal memberikan batasan dalam Pasal 1 ayat 22 bahwa perusahaan publik adalah “PT yang sahamnya dimiliki sekurang-kurangnya Rp. 300 tiga ratus pemegang saham dan memiliki modal setor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,00 tiga milyar rupiah atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan peraturan pemerintah” Direksi merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri dari satu atau lebih Direktur. Dalam hal perseroan memiliki lebih dari satu orang Direktur dalam Direksi, maka salah satu anggota Direkturnya diangkat sebagai Direktur Utama. 21 Direksi adalah organ perseroan pemegang kekuasaan eksekutif di perseroan. Direksi mengendalikan operasi perseroan sehari-hari dalam batas-batas yang ditetapkan oleh UUPT, anggaran dasar dan RUPS serta di bawah pengawasan Dewan Komisaris. Tugas dan fungsi utama Direksi adalah menjalankan roda manajemen 21 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.97 perseroan secara menyeluruh. Dengan demikian, setiap anggota Direksi haruslah orang yang berwatak baik, berpengalaman, mempunyai kompetensi menduduki jabatan dan melaksanakan setiap kegiatan semata-mata untuk kepentingan perseroan. 22 Tugas Direksi dapat dibagi menjadi tiga 3 kelompok sebagai berikut : 1. Tugas yang berdasarkan kepercayaan fiduciary duties, trust and confindence. 2. Tugas yang berdasarkan kecakapan, kehati-hatian dan ketekunan duties of skill, care and diligence. 3. Tugas-tugas yang didasarkan ketentuan Undang-undang statutory duties. 23 . Dalam menjalankan tugas untuk kepentingan PT, setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik in good faith dan penuh tanggung jawab full responsibility, namun apabila tidak demikian, maka setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana yang dibebankan dan diwajibkan kepadanya. 24 . Adapun yang menjadi dasar hukum Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku saat ini yang terkait dengan Kedudukan Direksi Dalam Hal Terjadinya Benturan Kepentingan Dalam Suatu Perusahaan adalah : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. 22 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, Gloria Printing, Jakarta, hal. 129 23 I.G.Ray Widjaya, Op.Cit, hal. 220 24 Ibid, hal. 215 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 4. Keputusan Ketua Bapepam Nomor. Kep-84 PM1996, sebagaimana diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12PM1997 dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor. Kep-32PM2000 disingkat Peraturan IX.E.I tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu Pengaturan mengenai Pasal 99 ayat 1 UUPT menentukan bahwa dalam hal terjadi benturan kepentingan antara kepentingan dari salah satu anggota Direksi pada sisi yang lain dengan perseroan, maka anggota Direksi berkenaan dilarang untuk bertindak mewakili perseroan. Demikian pula halnya jika terjadi suatu perkara di hadapan pengadilan antara satu anggota Direksi dengan perseroan, maka anggota Direksi berkenaan tidak diizinkan untuk mewakili perseroan di hadapan pengadilan. Undang-undang memberikan pengaturan hal tersebut. Benturan kepentingan juga diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal yaitu Pasal 82 ayat 2 yang menyebutkan, bahwa Bapepam dapat mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen untuk secara sah dapat melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu kepentingan- kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan kepentingan ekonomis pribadi Direksi atau Komisaris atau juga pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik. Maka peraturan ini diperkuat dengan Peraturan No. IX.E.I. Hal ini menandakan bahwa praktik demikian telah berlangsung lama dan berpotensi merugikan salah satu pihak, karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi 25 . Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari satu orang, maka setiap orang Direksi berwenang mewakili perseroan, kecuali ditentukan lain oleh UUPT atau anggaran dasar, anggaran dasar dapat menentukan pembatasan wewenang anggota Direksi tersebut. Dijelaskan bahwa UUPT memilih sistem perwakilan kolegial, tetapi untuk kepentingan praktis, maka masing-masing anggota Direksi berwenang mewakili perseroan. Apabila demikian Anggaran Dasar ditetapkan siapa yang berhak mewakili perseroan. Bila tidak ditetapkan maka RUPS mengangkat satu orang Pemegang Saham atau lebih untuk mewakili PT. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu atau lebih karyawan perseroan atau orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu. 26 .

2. Kerangka konsepsi