E. Code Of Conduct
Rumusan yang jelas mengenai transaksi yang memiliki Conflict of Interest bagi para Direksi, di dalam pedoman perilaku code of conduct perseroan. Menurut
Ken Kernaghan dan John Langford, dalam tulisan di Michael Mcdonald, Ethics and Conflict of Interest, centre for applied Ethics, terdapat 7 tujuh bentuk terjadinya
benturan kepentingan Conflict of Interest yaitu pada saat :
133
a. Melakukan transaksi untuk kepentingan sendiri self dealing.
Transaksi untuk kepentingan diri sendiri antara lain sering terjadi apabila subyek atau kerabat subyek memiliki perusahaan sendiri yang menyediakan barang dan
atau jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dalam hal ini prefensi yang diberikan kepada perseroan yang dimiliki oleh subyek atau kerabatnya seringkali
menimbulkan kerugian bagi perusahaan dalam hal efisiensi. b.
Menerima hadiah atau manfaat termasuk segala bentuk penyuapan. Penerimaan hadiah dapat menimbulkan masalah etik, apabila hal tersebut
dikaitkan dengan transaksi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan pemberi hadiah dengan perseroan. Masalah pemberian hadiah pada umumnya dibatasi dengan
penetapan aturan perseroan yang mengharuskan segala bentuk hadiah yang melebihi batas nilai tertentu dari pihak-pihak yang melakukan transaksi bisnis
dengan perseroan harus dilaporkan kepada pihak yang berwenang di perseroan atau diungkapkan secara terbuka.
c. Menjajakan Pengaruh influence pedding
133
Mas Achmad Daniri, Op. Cit, hal.90
Subyek menjajakan pengaruh yang dimiliki untuk mengedepankan kepentingan seseorang atau golongan tertentu.
d. Memanfaatkan aset perseroan untuk kepentingan pribadi using employer’s
property for private advantage. Aset perseroan digunakan oleh pelaku untuk kepentingan pribadi. Misalnya
penggunaan perangkat lunak yang lisensinya dimiliki oleh perseroan untuk kepentingan konsultasi pribadi.
e. Memanfaatkan informasi rahasia using confidential information
Pelaku memanfaatkan informasi rahasia yang didapatkan dari klien untuk melakukan transaksi yang menguntungkan.
f. Melakukan pekerjaan di luar perusahaan atau terlibat dalam mengelola perseroan
pesaing outside employment moonlighting. Pelaku mendirikan perseroan pribadi yang mempunyai bidang usaha yang sama
dengan perseroan. Pada saat perusahaan harus mengambil keputusan yang berseberangan dengan kepentingan perseroan pribadi yang menjadi pesaing, maka
kepentingan perseroan pun terabaikan. g.
Masalah pasca penugasan post employment Pelaku pernah bekerja hingga mencapai kedudukan yang menentukan lalu
mendirikan perseroan pribadi yang menyediakan barang dan atau jasa bagi perseroan. Perseroan pribadi tersebut mendapatkan prefensi dalam proses
pengadaan barang dan atau jasa dari perusahaan ini.
Pertentangan kepentingan Conflict of Interest merupakan kebijakan secara menyeluruh agar semua pimpinan perusahaan serta semua pegawai menghindarkan
diri dari setiap pertentangan antara kepentingan pribadinya dengan kepentingan perusahaan. Sesuai keputusan ketua BAPEPAM benturan kepentingan adalah
perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris, atau Pemegang Saham Utama Perusahaan. Penerapan
dari kebijakan mengenai benturan kepentingan Conflict of Interest diserahkan kepada Pimpinan Perusahaan. Secara umum, makin tinggi kedudukan seorang
pegawai maka peka terhadap resiko terjadinya benturan pertentangan kepentingan antara dirinya dan perusahaan. Pimpinan perusahaan dan atau “Audit and Compliance
Committee” melakukan peninjauan dari setiap kasus kemungkinan benturan atau pertentangan kepentingan antara lain dengan mengambil langkah-langkah berikut :
1. Pegawai harus memberitahukan secara terbuka dan tertulis kepada atasannya atau
pimpinan perusahaan, tentang kemungkinan terjadinya benturan kepentingan antara pegawai dengan perusahaan atas langkah-langkah yang akan diambil.
2. Pimpinan perusahaan akan menilai keseriusan dari kasus kemungkinan benturan
kepentingan ini dan mengambil keputusan yang membenarkan atau tidak membenarkan adanya benturan kepentingan tersebut atau ditindak lanjuti.
3. Pimpinan perusahaan akan mengambil langkah-langkah meniadakan dampak
negatif dari kasus benturan kepentingan yang dapat terjadi, misalnya dengan tidak mengikut-sertakan pegawai yang bersangkutan dalam proses pengambilan
keputusan dan transaksi yang terjadi telah dilakukan secara terbuka dan memenuhi kriteria bisnis perusahaan.
Untuk mendorong efektifitas Direksi, diperlukan pedoman perilaku dan beraktivitas code of conduct terhadap semua individu di dalam maupun luar
perusahaan yang harus dipatuhi oleh seorang Direksi, sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Menjaga agar tidak terjadi benturan kepentingan, dan jika keadaan tersebut
tidak dapat dihindari harus diungkapkan secara wajar dan terbuka. 2.
Mematuhi semua peraturan perundangan yang berlaku, termasuk budaya perusahaan.
3. Tidak mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan perusahaan selain gaji dan
tunjangan yang diterima sebagai Komisaris perusahaan. 4.
Menjunjung tinggi integritas dan kejujuran sebagai nilai tertinggi. 5.
Mempertimbangkan semua hal secara objektif, profesional dan independen demi kepentingan perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan
stakeholders. 6.
Melaksanakan tugas secara amanah. 7.
Mendorong penerapan prinsip good corporate governance. 8.
Menghormati keputusan organ perusahaan : RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi sesuai dengan fungsi masing-masing.
9. Berorientasi untuk memberikan nilai tambah kepada perusahaan.
10. Menjaga informasi data perusahaan yang bersifat rahasia dari orang yang
tidak bekerja dalam perusahaan, seperti yang berhubungan dengan keputusan, rencana, pendapatan, prakiraan keuangan atau penawaran bersaing dan
memakai informasi itu untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan bukan untuk kepentingan perusahaan.
Pada dasarnya seluruh pihak dalam perseroan adalah pelaksana dan pengawas atas pelaksanaan Code of Conduct. Adapun organ dalam perseroan yang mengawasi,
menyelidiki dan menindak lanjuti pelanggaran Code of Conduct adalah perseroan telah menugaskan Corporate Affairs sebagai business unit officer yang mengontrol
pelaksanaan Good Corporate Governance dalam perseroan termasuk kepatuhan terhadap Code of Conduct. Seluruh pihak dapat menyampaikan bukti-bukti
pelanggaran Code of Conduct kepada Top Management melalui Corporate Affairs. Selanjutnya Top Management dapat memerintahkan Corporate Affairs untuk
menyelidiki dan menindak lanjuti kasus pelanggaran tersebut. Pelanggaran terhadap kode etik code of conduct akan ditindak secara serius dan dapat mengakibatkan
tindakan indisipliner sampai dengan diberhentikan dari perusahaan, sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku.
Undang-Undang Pasar Modal menerapakan sanksi terhadap setiap pelanggaran transaksi yang mengandung benturan kepentingan, Bapepam
menyatakan secara tegas bahwa siapa saja yang dianggap bertanggung jawab akan
dikenakan sanksi. Jenis sanksi untuk pelanggaran ketentuan transaksi yang mengandung benturan kepentingan adalah sanksi administratif. Sanksi untuk
pelanggaran terhadap ketentuan mengenai transaksi yang mengadung benturan kepentingan menurut UUPM Pasal 102, yaitu :
134
1. Peringatan tertulis
2. Denda atau kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pencabutan izin usaha
5. Pembatalan persetujuan dan pembatalan pendaftaran
6. Sanksi lain ditetapkan dengan peraturan pemerintah
Peranan code of conduct pada perusahaan merupakan bagian penting dari kerangka kerja corporate governance perusahaan dan memberikan dasar untuk
merumuskan kebijakan, sistem dan prosedur perusahaan. Jika kebijakan, sistem dan prosedur yang berlaku tidak sejalan dengan kode etik ini maka kebijakan, sistem dan
prosedur tersebut perlu di revisi.
134
M.Irsan Nasarudin-Indra Surya, Op.Cit, hal. 254
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN