Duty of Care and Loyality

6. Tidak mencari tahu secara layak tentang masalah-masalah perseroan. 7. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam menjalankan tugasnya.

D. Duty of Care and Loyality

Tanggung jawab dan tugas tertentu perusahaan dilaksanakan oleh pengurus perseroan yang mendapat pendelegasian wewenang dan dari dewan Komisaris. Sedangkan peranan sebagai pengawas tetap dijalankan oleh dewan Komisaris. Adanya pendelegasian wewenang ini telah diantisipasi oleh hukum perusahan. Dalam perkembangannya peranan eksekutif dalam pengurusan perusahaan terus semakin membesar. Gejala ini sejalan dengan semakin rumitnya kegiatan usaha. Oleh karenanya dibutuhkan keahlian untuk dapat membuat keputusan yang tepat. Peranan para pengurus perseroan ini biasanya diatur dalam hukum perusahaan. Di jenjang yang lebih rendah terdapat para manajer. Untuk para manajer ini diberlakukan hukum keagenan. Sedangkan di level paling bawah terdapat para pekerja yang tunduk pada hukum perburuhan. Pengurus perseroan juga memiliki kewajiban untuk bertindak hati-hati duty of care. Oleh karena pengurus perseroan umumnya bekerja penuh waktu dan lebih menguasai permasalahan perusahaan, kewajiban berhati-hati yang mereka emban jauh lebih ketat dibandingkan dengan Komisaris. Salah satu bagian dari duty of care yang diemban oleh pengurus perseroan adalah kewajiban mengawasi keseluruhan struktur perusahaan sesuai dengan masing- masing tugas dan kewenangan yang telah ditetapkan. 130 Kewajiban ini bervariasi sesuai dengan besarnya perusahaan. Dalam common law system, acuan yang dipakai adalah standard of care atau standar kehati-hatian. Apabila Direktur telah bersikap dan bertindak melanggar standard of care, maka Direktur tersebut dianggap telah melanggar duty of care- nya. Jadi dalam menjalankan tugasnya, Direktur tidak boleh melanggar duty of care, 130 Dalam perkara Graham v. Allis-Chalmers Manufacturing Co. Gugatan derivatif diajukan kepada komisaris dan eksekutif dengan tuduhan perusahaan telah melanggar undang-undang anti monopoli. Perusahaan memiliki 30 ribu karyawan dibagi dalam dua kelompok bisnis. Masing-masing grup memiliki 5 divisi dan devisi memiliki 10 departemen. Devisi bertanggung jawab menetapkan harga dan melakukan tawar menawar dengan saingan usaha. Permasalahannya adalah apakah komisaris dan eksekutif telah melanggar kewajiban mengawasi karyawan perusahaan. Pengadilan berpendapat bahwa komisaris dan eksekutif tidak melanggar kewajibannya dengan pertimbangan. Pertama, apabila tidak terdapat bukti-bukti bahwa komisaris dan eksekutif mengetahui fakta-fakta tentang adanya pelanggaran anti monopoli, maka mereka tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban atas dasar tidak melakukan kewajiban pengawasan. Kedua, kewajiban mengawasi berarti menggunakan kehati- hatian sebagaimana layaknya individu lain bertindak dalam situasi yang sama. Komisaris suatu perusahaan besar, melakukan rapat bulanan, menggunakan laporan yang disiapkan manajemen komisaris berhak untuk mempercayai laporan tersebut tidak dapat mengetahui secara rinci kegiatan perusahaan dan tidak berkewajiban mengetahui telah terjadinya suatu pelanggaran hukum apabila tidak dilaporkan kepada mereka. Kewenangan yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan umumnya berdasarkan penugasan dari dewan komisaris. Oleh karena itu, eksekutif bertindak dalam kapasitas sebagai agen. The Restatement Second of Agency menetapkan “kewenangan adalah kekuasaan yang dimiliki agen untuk melakukan hubungan hukum prinsipal sesuai dengan kekuasaan yang diberikan oleh prinsipal. Kewenangan-kewenangan tertentu yang dimiliki eksekutif diatur dalam anggaran dasar, hukum perusahaan dan keputusan dewan komisaris. Disamping kewenangan yang tegas itu terdapat juga kewenangan implisit yaitu kewenangan yang diperlukan untuk menjalankan kewenangan yang telah ditentukan secara tegas. Kewenangan juga dapat terjadi atas dasar anggapan dari pihak ketiga atas perbuatan eksekutif suatu perusahaan. Apabila agen bertindak di luar kewenangan yang dimilikinya, pihak ketiga dapat meminta pertanggungan perusahaan. Dalam peristiwa seperti ini maka perusahaan dapat meminta pertanggung jawaban agen dimaksud. Sebagai tambahan, agen juga dapat memiliki kewenangan atas dasar kedudukannya. Sebagai contoh, eksekutif sering kali dianggap memeiliki kewenangan yang diperlukan membuat keputusan dan menjalankan perusahaan sehari-hari. Meski, untuk keputusan-keputusan yang berdampak luas seperti penjualan aset signifikan perusahaan tetap memerlukan persetujuan dewan komisaris. Pengadilan sering kali pula menetapkan bahwa perbuatan eksekutif perusahaan berada di luar kewenangan yang dimilikinya dinyatakan sah apabila telah disetujui oleh dewan komisaris atau pemegang saham atau atas dasar prinsip estopel. Perusahaan bertanggung jawab atas perbuatan eksekutifnya dalam menjalankan perusahaan. Dalam Bismar Nasution dan Zulkarnain Sitompul, Log.C it. Direktur dianggap telah memenuhi kewajiban menjalankan prinsip duty of care apabila telah memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: 131 1. Membuat keputusan bisnis yang tidak ada unsur kepentingan pribadi, berdasarkan informasi yang mereka percaya didasari oleh keadaan yang tepat. 2. Secara rasional mempercayai bahwa keputusan bisnis tersebut dibuat untuk kepentingan terbaik bagi perusahaan. Kewajiban lainnya yang diemban oleh Direksi sebagai pengurus perusahaan terikat pada kewajiban untuk loyal duty of loyalty dan patuh pada perusahaan. Secara teoritis adanya kewajiban tersebut membuat Direksi wajib membayar ganti rugi apabila melanggar kewajibannya. Normalnya, apabila terjadi pelanggaran kewajiban pejabat perusahaan diberi peringatan, mutasi atau diberhentikan. Pada dasarnya kedudukan yang dipegang oleh Direksi berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Dewan Komisaris. Untuk keamanan, Direksi seringkali membuat perjanjian kerja untuk suatu jangka waktu tertentu. Meski demikian, perusahaan tetap dapat memberhentikan eksekutifnya sebelum berkahirnya jangka waktu kontrak demikian pula sebaliknya. Eksekutif yang diberhentikan sebelum jangka waktu tentu saja dapat menerima ganti rugi sesuai dengan yang diperjanjikan. Jika dalam duty of loyality, pengurus Perseroan bertindak sebagaimana layaknya seorang trust, yang dipercayakan untuk mengelola harta kekayaan perseroan, maka dalam duty of care, pengurus perseroan sebagai organ kepercayaan perseroan diharapkan dapat menjalankan perseroan 131 Bismar Nasution Zulkarnain Sitompul, hal. 180. hingga memberikan keuntungan bagi perseroan. Pengurus perseroan diberikan . fleksibilitas dalam bertindak untuk melaksanakan fungsi kegiatan manajemen dengan mengambil resiko dan peluang di masa depan. Pengurus perseroan memiliki kewajiban loyal terhadap perusahaan sebagaimana halnya dengan pengurus director. Duty of loyality yang diemban pengurus perseroan perusahaan meliputi: 132 a. pengurusan perusahaan b. kesempatan perusahaan corporate opportunities c. kompetisi dengan perusahaan dan d. transaksi dengan pemegang saham dan pihak lainnya berdasarkan informasi orang dalam Selain itu dalam melakukan tugasnya tersebut seorang Direktur tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan duty of loyality . Pelanggaran duty of loyality muncul apabila ada kepentingan pribadi yang mungkin terjadi karena : a. Seorang Direktur melakukan transaksi dengan perusahaannya sendiri b. Dua perusahaan yang mempunyai satu orang Direktur yang sama melakukan perjanjian c. Sebuah induk perusahaan melakukan transaksi dengan cabang perusahaannya sendiri 132 Racmadi Usman, Op.Cit, hal. 174

E. Code Of Conduct