Kasus Muchtar Pakpahan PRAKTEK PERADILAN INDONESIA YANG MEMBENARKAN JAKSA

wewenang bagi jaksa penuntut umum untuk melakukan peninjauan kembali. Lahirnya kewenangan bagi jaksa untuk melakukan upaya hukum peninjauan kembali ini yaitu dengan adanya kasus muchtar pakpahan, sebagai awal Mulanya Jaksa diberikan kewenangan untuk melakukan peninjauan kembali, dan diikuti oleh kasus- kasus bertikutnya yaitu kasus Gandhi Memorial School, dr Linus Waworuntu dan Pollycarpus Budiharipriyatno. Putusan terhadap Muchtar Pakpahan ini dijadikan acuan bagi hakim untuk memutus perkara peninjauan kembali, yang dilakukan oleh jaksa. Mengenai syarat formil dari diterimanya peninjauan kembali tersebut. Dan ini merupakan suatu penemuan hukum. 65 Sebagaimana yang dikatakan oleh Bambang Sutiyoso mengenai pembentukan hukum Rechtsvorming yaitu merumuskan peraturan-peraturan yang berlaku secara umum bagi setiap orang dan ini lazimnya dilakukan oleh pembentuk Undang-undang. Hakim juga dimungkinkan sebagai pembentuk hukum Judge Made Law kalau putusannya menjadi yurisprudensi tetap Vaste Jurisprudance.

A. Kasus Muchtar Pakpahan

Adapun pertimbangan Mahkamah Agung dalam mengabulkan permohonan dari Jaksa Penuntut Umum Yaitu: Hukum terbentuk antara lain melalui putusan- putusan Hakim, sepeti halnya, dalam masalah permohonan kasasi pasal 244 KUHAP yang berbunyi : “Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat 65 Bambang Sutiyoso , Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti Dan Berkeadilan, Yogyakarta: UII Press, 2006, hal 84 Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009 terakhir oleh Pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung, terdakwa atau Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas”. Menegaskan bahwa permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan kecuali putusan bebas dapat dimintakan kasasi, atau dengan perkataan lain putusan bebas dengan tegas tidak dapat dimintakan kasasi. Melalui penafsiran pasal 244 KUHAP tersebut Hakim menentkan bahwa terdapat 2 macam putusan bebas, yakni bebas murni dan bebas tidak murni, putusan bebas murni tidak dapat dimintakan kasasi, sedangkan bebas tidak murni dapat dimintakan kasasi. Pasal 21 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 menentukan : Apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yang ditentukan dengan Undang-undang, terhadap putusan Pengadilan, yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap dapat dimintakan PK kepada Mahkamah Agung, dalam perkara perdata dan pidana oleh pihak-pihak yang berkepentingan”. Dalam perkara pidana terdapat 2 pihak yang berkepentingan yakni yang satu adalah terdakwa dan yang lainnya Jaksa Penuntut Umum yang mewakili kepentingan Umum negara. Menurut pasal 21 Undang- Undang Nomor 14 tahun 1970 tersebut disebutkan “pihak-pihak yang berkepentingan, jadi pihak-pihak yang dimaksud disini yang dapat megajukan permohonan peninjauan kembali yaitu Jaksa Penuntut Umum. Pasal 263 ayat 3 KUHAP menentukan: “ atas dasar alasan yang sama sebagaimana tersebut pada ayat 2 terhadap putusan pengadilan yang telah Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009 memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan permintaan permohonan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu sudah dinyatakan terbukti tapi tidak diikuti suatu pemidanaan”. Maka oleh Mahkamah Agung berdasarkan pasal 263 ayat 3 KUHAP tersebut ditujukan kepada Jaksa Penuntut Umum. Dimana Jaksa disini adalah pihak yang paling berkepentingan. Jaksa penuntut umum telah berhasil membuktikan dakwaannya dimuka sidang dan Hakim dalam putusannya menyatakan bahwa terdakwa telah bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, akan tetapi tidak diikuti oleh suatu pemutusan pemidanaan oleh hakim. Jaksa dalam hal ini yang paling berkepentingan agar putusan pengadilan tersebut dirubah sehingga putusan yang berisi pernyataan kesalahan terdakwa tersebut diikuti dengan pemidanaan atas diri terpidana. Berdasarkan asas legislitas dan dalam rangka menerapkan asas keseimbangan antara hak asasi dari Temohon peninjauan kembali sebagai perseorangan atau sebagai manusia seutuhya berwujud kepentingan perseorangan atau golongan tertentu sebagai satu pihak dan kepentingan umum, bangsa masyarakat luas termasuk kepentingan “Pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia’ sebagai kepentingan masyarakat Indonesia seluruhnya pada pihak lainnya yang tidak terpisah dari Kejaksanaan Republik Indoensia yang dipimpin oleh Jaksa Agung RI. Mahkamah Agung dalam tingkat peninjauan kembali ini selaku badan peradilan tertinggi yang mempunyai tugas untuk membina dan menjaga agar semua hukum dan Undang-Undang diseluruh wilayah Negara diterapan secara tepat dan Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009 adil, lagi pula mengenai dapat tidaknya diajukan permohonan peninjauan kembali perkara ini masih menjadi masalah hukum yang menimbulkan ketidakpastian hukum. Mahkamah Agung melalui putusan dalam perkara ini Ingin menciptakan Hukum Acara Sendiri guna menampung kekurangan pengaturan mengenai hak atau wewenang Jaksa Penuntut Umum tersebut dengan menyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali dari Pemohon peninjauan kembali Jaksa Penuntut Umum secara formal dapat diterima, sehingga dapat diperiksa apakah pihak yang memohon peninjauan dapat membuktikan apakah putusan bebas tersebut sudah tepat dan adil. Mengenai putusan bebas Hadari Djenawi tahrir mengemukakan pasal 263 ayat 1 terhadap putusan bebas dan lepas dari segala tuntutan hukum, merupakan putusan pengadilan yang dikecualikan oleh pasal 263 ayat 1 untuk dapat diadakan Peninjauan Kembali, artinya bahwa atas kedua putusan Pengadilan tersebut tidak dapat dimintakan PK , menurut Hadari, Pembuat Undang-undang tidak memberikan penjelasan tentang arti kata putusan bebas maupun putusan lepas dari segala tuntutan hukum, tetapi dari pasal 191 ayat 1 dan 2 pengertian Istilah-istilah tersebut dapat disimpulkan. 66 Mengenai pengertian pada ayat 1 pasal 263 KUHAP yang disebut putusan bebas didalam praktek dikenal dengan istilah Vrijsprak Sedangkan yang dimaksud dari istilah lepas dari segala tuntutan hukum sebagaimana yang disebut dalam ayat 2 pasal 263 KUHAP, identik dengan istilah onstlag van rechtsvervolging 67 . Dalam praktek kedua istilah tersebut sudah berkembang 66 Hadari Djenawi Tahir Loc it Hal 26-29. 67 Harun M. Husein, 1992, Kasasi Sebagai Upaya Hukum, Jakarta :Sinar Grafika, hal 111. Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009 sehingga tidak dapat dikatakan secara tegas apakah suatu putusan pengadilan itu benar-benar merupakan suatu putusan vrijspraak atau ontslag van rechtvervolging. Menurut Adi Andjoyo, pengajuan dan pengabulan permohonan PK kasus Muchtar Pakpahan merupakan penyimpangan penafsiran peraturan perundang- undangan, sebab KUHAP telah membatasi bahwa putusan bebas tidak dapat lagi dibanding di tingkat apapun, apalagi untuk diajukan ketingkat PK. Putusan kasasi dalam kasus Muchtar Pakpahan ditegaskan Adi Andojo juga mengemukakan KUHAP secara tegas menggariskan bahwa putusan bebas itu merupakan hak yang melekat pada terpidana dan tidak dapat diajukan banding ataupun PK, yang ada adalah Jurisprudensi yang menerima pengajuan kasasi bagi putusan bebas tidak murni. Andi Andojo mengatakan sekalipun hukum itu merupakan penafsiran akan tetapi tidak dapat ditafsirkan terlalu jauh, bisa-bisa hukum menjadi menyimpang. Penafsiran terhadap rumusan-rumusan hukum tidak boleh mengada-ada, harus ada relevansi menurut hukum pidana. 68 Albert Hasibuan juga mengomentari diterimanya PK terhadap putusan bebas. Albert menyatakan suatu hal yang juga perlu dibahas lebih dalam adalah mengapa PK Membuat kriteria pembebasan murni dan pembebasan tidak murni, Yaitu: a. Suatu putusan bebas mengandung pembebasan yang tidak murni apabila pembebasan itu didasarkan pada kekeliruan penafsiran atau istilah dalam surat dakwaan, atau apabila putusan bebas itu merupakan pelepasan dari segala tuntutan hukum atau apabila dalam putusan bebas itu pengadilan telah bertindak melampaui batas wewenangnya b. Suatu putusan bebas mengandung pembebasan yang murni, apabila pembebasan itu didasarkan pada tidak terbuktinya suatu unsur tindak pidana. 68 Suara Pembaharuan, 21 November 1996, Adi Andojo: Putusan Bebas Murni Tidak Boleh dibanding.” Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009 dilangsungkan terhadap putusan bebas terhadap bagi Muchtar Pakpahan. KUHAP menggariskan terhadap putusan bebas tidak dapat diajukan PK. Sekalipun ada ketentuan pandangan yang lain, MA sepatutnya tidak menggunakan dasar hukum yang bertentangan dengan KUHAP. 69 M.kholidin mengemukakan Putusan PK kasus Muchtar Pakpahan ini melanggar pasal 263 ayat 1 KUHAP yang menentukan bahwa putusan bebas vrijspraak dan lepas dari segala tuntutan tidak dapat dimintakan PK. Majelis hakim kasasi pimpinan Adi Andojo telah membebaskan Muchtar Pakpahan, tapi kemudian dipidana kembali oleh Soerjono melalui lembaga PK. Kenyataan ini jelas merupakan pelanggaran yang nyata atas pasal 263 ayat 1 KUHAP. Kholidin melanjutkan bahwa kesepakatan Majelis Hakim PK yang mempidana Muchtar Pakpahan empat tahun penjara juga melanggar Pasal 263 ayat 3 KUHAP. Pasal tersebut menyatakan pidana yang dijatuhkan dalam putuan PK tidak boleh melebihi pidana yang dijatuhkan dalam putusan semula. Kholidin menyatakan bahwa maksud dari pasal tersebut adalah melindungi terpidana. 70

B. Kasus Gandhi Memorial School