memperbolehkan seorang kuasa mengajukan permintaan kasasi, tiada lain demi kepentingan dan perlindungan hak asasi terdakwa. Kalau begitu dengan motivasi
yang sama, pedoman petunjuk angka 24 tadi dapat diterapkan dalam permintaan peninjauan kembali, demi kepentingan dan perlindungan hak asasi terpidana.
Bukankah setiap orang berhak menunjuk penasehat hukum atau kuasa yang dapat diharapkan membela kepentingan dan memperlindungi hak asasi.
B. Kewenangan Jaksa Penuntut Umum
Fungsi dan kewenangan jaksa didalam KUHAP Pasal 1 angka 6 huruf a ditetapkan hanya meliputi dan bertindak sebagai penuntut umum dan melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. KUHAP merumuskan demikian karena berkaitan dengan rangkaian ketentuan-ketentuan
lainnya dalam KUHAP.
Sesuai dengan ketentuan pasal 284 ayat 2 KUHAP Jo Pasal 17 PP No 27 Tahun 1983 Jaksa berwenang untuk melakukan penyidikan menurut ketentuan
khusus acara pidana seperti dalam tindak pidan korupsi dan dalam tindak pidana Subversi dan dalam tindak pidana ekonomi. Dengan adanya pasal ini jaksa
berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tersebut. Maka dengan kewenangan penyidik yang dimiliki oleh jaksa diletakkan diatas corak khusus
ketentuan acara pidana dalam undang-undang yang bersangkutan.
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Pelaksanaan sistem peradilan pidana ini Criminal Justice System dalam sistem peradilan perkara pidana terpadu, yang unsur-unsurnya terdiri dari persamaan
persepsi tentang keadilan dan pola penyelenggaraan peradilan perkara pidana secara keseluruhan dan pelaksaan peradilan terdiri dari beberapa komponen seperti penyidik,
penuntutan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan, dan semua lembaga ini berusaha untuk mengintegrasikan semua komponen tersebut agar peradilan berjalan
sesuai dengan yang dicita-citakan.
Maka dengan fungsi dan kewenangan masing-masing instansi penegak hukum itu terdapat pembedaan fungsi dan wewenang secara tegas tetapi hal tersebut
bukanlah pemisahan fungsi dan wewenang masing-masing instansi penegak hukum. Dalam hubungannya dengan sistim peradilan perkara pidana terpadu tersebut, untuk
menangani hasil-hasil penyidikan yang yang telah dilaksanakan oleh penyidik maka dalam tahap penuntutan kepada penuntut umum.
Ketentuan Pasal 14 KUHAP yang menyatakan penuntut umum mempunyai wewenang yaitu:
a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau
penyidik pembantu b.
Mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3 dan ayat 4, dengan memberikan
petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik.
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melaksanakan penahanan atau
penahanan lanjutan dana atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik.
d. Membuat surat dakwaan
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
e. Melimpahkan perkara kepengadilan
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan
waktu perkara disidangkan yang disertai dengan surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi untuk datang pada sidang yang telah ditentukan.
g. Melakukan penuntutan.
h. Menutup perkara demi kepentingan hukum.
i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya sebagai
penuntut umum menurut ketentuan undang-undang. j.
Melaksanakan penetapan hakim.
Pengertian dari penuntutan itu menurut Andi hamzah yaitu tindakan penuntut umum untuk memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh
penyidik. Sedangkan Harun.M.Husein mengatakan pengertian yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan prapenuntutan itu yaitu harus dihubungkan dengan pasal
8 ayat 3 huruf a, pasal 14 huruf a dan b, pasal 110 dan pasal 138 KUHAP dari rangkaian pasal tersebut nampak hal-hal sebagai berikut:
42
a Pada tahap pertama pertama penyidik hanya meyerahkan berkas perkara.
b Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut masih
belumkurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk-petunjuk guna melengkapi hasil penyidikan,
penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan.
c Penyidikan dianggap selesai apabila dalam batas waktu 14 hari penuntut umum
tidak mengembalikan berkas perkara atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum kepada
penyidik.
d Penuntut umum setelah menerima berkas perkara segera mempelajari dan
meneliti berkas perkara dan dalam waktu 7 hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan sudah lengkap atau belum.
e Apakah hasil penyidikan belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas
perkara dengan petunjuk tentang hal yang harus dilengkapi dan dalam batas waktu 14 hari sejak penerimaan kembali berkas perkara, penyidik harus sudah
menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum.
42
Harun.M.Husein, Penyidikan dan penuntutan dalam proses pidana, Jakarta:PT Rineka Cipta,hal 234
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Berdasarkan pengertian yang diatas yang dimaksud dengan penuntutan ialah kewenangan penuntutan umum untuk mempersiapkan penuntutan yang akan
dilakukannya dalam suatu perkara, yaitu dengan cara mempelajarimeneliti berkas perkara hasil penyidikan yang diserahkan penyidik kepadanya guna menentukan
apakah persyaratan yang di perlukan guna melakukan penuntutan sudah terpenuhi atau belum oleh hasil penyidikan tersebut.
Ada beberapa bidang tugas dan wewenang kejaksaan berdasar undang-undang No. 5 Tahun 1991 Pasal 27, 28, dan 29 yaitu sebagai berikut :
43
a. Di bidang Pidana
Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang : 1.
Melakukan penuntutan dalam perkara pidana; 2.
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan; 3.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat; 4.
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaanya
dikoordinasikan dengan penyidik.
b. Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Datun
Di bidang Datun, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak didalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
c. Di bidang Ketertiban dan Ketentraman Umum
Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan :
1.
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; 2.
Pengamanan kebijakan penegakan hukum; 3.
Pengamanan peredaran barang cetakan; 4.
Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
5. Pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama;
6. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Kejaksaan dapat meminta hakim untuk menempatkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak karena yang
43
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, Hal 58.
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.
Di samping tugas dan wewenang tersebut dalam undang-undang, kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Mencermati
tugas dan wewenang diatas ternyata kewenangan melakukan pengawasan keputusan lepas bersyarat diabaikan oleh pembentuk Undang-undang nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan. Untuk itu, dalam penyusunan peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan undang-undang kemasyarakatan maka kewenangan kejaksaan perlu
diangkat kembali. Dengan demikian tidak ada kesan saling bertentangan atau tumpang tindih, hal itu perlu diperhatikan pula dalam penyusunan RUU KUHAP baru
sebagai ius constituendum. Dalam rangka pemantapan tugas dan fungsi kejaksaan dan sekaligus dalam
rangka menemukan kebenaran materiil, kiranya pemeriksaan tambahan lebih diefektifkan dan didayagunakan.
Kewenangan penuntut umum secara normatif dirumuskan oleh KUHAP melalui Pasal 14 yaitu :
a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari Penyidik atau penyidik
pembantu; b.
Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan dengan pasal 110 ayat 3 dan ayat 4, dengan
memberi membentuk petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari Penyidik;
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan
lanjutan danatau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d. Membuat surat dakwaan;
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu
perkara disidangkan yang disertai dengan surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi untuk datang ke sidang yang telah ditentukan;
g. Melakukan penuntutan;
h. Menutup perkara demi kepentingan hukum;
i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai
penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; j.
Melaksanakan penetapan hakim Hal ini cukup urgen untuk dibahas berkaitan dengan kewenangan di atas,
diantaranya adalah prapenuntutan. Prapenuntutan muncul bersamaan dengan diundangkannya KUHAP melalui UU No.8 Tahun 1981.
Istilah ” prapenuntutan” tidak diberi pengertian melalui Pasal 1 KUHAP, dan
hampir sama pengertiannya dengan penyidikan lanjutan dalam HIR, juga dalam praktek Penuntut Umum sering menemui kendala. Kendala yang dimaksud antara
lain: 1
Penyidik sering tidak dapat memenuhi petunjuk Penunut Umum ataupun petunjuknya sulit dimengerti Penyidik, sehingga menyebabkan berkas perkara
bolak-balik Penuntut Umum ke Penyidik dan sebaliknya. 2
Banyak berkas perkara yang dikembalikan Penuntut Umum untuk disempurnakan Penyidik, tidak dikembalikan lagi ke Penuntut Umum.
Prapenuntutan ini merupakan tahap yang amat penting bagi Penuntut Umum, yang menginginkan tugas penuntutan berhasil baik. Kenyataan membuktikan bahwa
keberhasilan Penuntut Umum dalam prapenuntutan akan sangat mempengaruhi
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Penuntut Umum dalam membuat surat dakwaan dan keberhasilan pembuktian di persidangan.
Agar prapenuntutan dapat berdaya guna dan berhasil guna, kiranya perlu diperhatikan faktor-faktor tertentu yang pada pokoknya:
a. Pembinaan hubungan kerjasama antara Penyidik dengan Penuntut Umum, baik
sebelum atau lebih sesudah adanya pemberitahuan penyidikan kepada Penuntut umum. Pembinaan hubungan kerjasama dan koordinasi ini dimaksudkan untuk
terarahnya penyidikan oleh Penyidik, baik mengenai diri tersangka, perbuatan yang disangkakan maupun pembuktian sehingga dapat menghindarkan hasil
penyidikan yang berlarut-larut dan mondar-mandirnya berkas perkara antara Penyidik dengan Penuntut Umum.
b. Kewajiban penelitian kelengkapan hasil kelengkapan meliputi antara lain
kelengkapan berita acara, keabsahan berita acara, tindakan Penyidik, kesempurnaan alat bukti yang sah, alasan dan dasar penahanan tersangka,
kecocokan benda sitaanbarang bukti dengan daftar yang tercantum dalam berkas perkara dan faktor-faktor lain yang dinilai perlu.
c. Apabila jaksa menelitijaksa penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan
belum lengkap, dalam waktu 7 hari harus memberitahukan kepada Penyidik di sertai petunjuk-petunjuk yang terperinci.
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Selain hal-hal diutarakan di muka, ternyata ada beberapa kelemahan pelaksanaan prapenuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu sebagai berikut :
44
1. Penguasaan teknis yuridis
Sejak diterimanya P-16 Jaksa Penuntut Umum tidak mempelajari secara seksama dan sungguh-sungguh serta tidak melakukan kegiatan apa-apa setelah
menerima laporan polisi jadi yang memuat uraian singkat perkara pidana. Tidak jarang terjadi bahwa Penyidik keliru menempatkan pasal-pasal yang disangkakan.
2. Penguasaan teknis administratif
Jaksa Penuntut Umum setelah P-16 tidak tau apa yang harus diperbuat, tidak melakukan kewajiban administrasi seperti sudah diatur dalam keputusan jaksa agung
kepja sehingga banyak sekali dijumpai SPDP yang tidak disusul dengan penyerahan berkas perkara tahap pertama tanpa diketahui sebab-sebabnya.
3. Penunjukan Jaksa Penuntut Umum dalam P-16
Untuk melaksanakan tugas prapenuntutan masih banyak ditemukan hanya ditunjuk satu orang jaksa bahkan dijumpai jaksa yang bertugas melakukan tugas
prapenuntutan bukan menjadi jaksa Penuntut Umum disidang pengadilan sehingga dalam keadaan seperti tersebut tidak pernah dilakukan kegiatan dinamika kelompok.
4. Pemberian Petunjuk untuk Melengkapi Berkas Perkara
Oleh karena jaksa penuntut umum yang bertugas melaksanakan tugas prapenuntutan tidak melakukan tugas dengan baik sejak menerima SPDP maka
44
Ibid, hal 62
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
pemberian petunjuk yang diperlukan untuk melengkapi berkas perkara tidak jarang dapat dilaksanakan penyidik karna tidak jelas.
Tugas dan wewenangan kejaksaan RI adalah sebagai berikut :
45
1. Di bidang Pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang
a Melakukan penuntutan;
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; c
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang; e
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaanya dikoordinasikan dengan Penyidik 2.
Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan dengan usaha khusus dapat bertindak didalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara dan
pemerintah. 3.
Dalam Bidang Ketertiban dan Ketentraman Umum, kejaksaan turut menyelenggarkan kegiatan :
a Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
45
Marwan Effendy, Kejaksaan RI Posisi Dan Fingsinya Dari Perpekstif Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, Hal 128
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
b Pengamanan kebijakan penegak hukum;
c Pengamanan peredaran barang cetakan;
d Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara; e
Pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama; f
Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal. 4.
Dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak;
5. Membina hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan negara lainnya;
6. Dapat memberi pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah
lainnya. Tugas dan wewenang jaksa agung menurut Pasal 35 UU No.16 Tahun 2004
yaitu:
46
1. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegak hukum dan keadilan dalam
ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan; 2.
Mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-undang; 3.
Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum; 4.
Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara;
5. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam
pemeriksaan kasasi perkara pidana;
46
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
6. Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah
kekuasaan negara RI karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Pasal 36 UU No.16 Tahun 2004 mengatur bahwa :
47
1. Jaksa Agung memberikan ijin kepada tersangka atau terdakwa untuk berobat atau
menjalani perawatan di rumah sakit dalam luar negeri, kecuali dalam 2.
Keadaan tertentu dapat dilakukan perawatan di luar negeri 3.
Ijin secara tertulis untuk berobat atau menjalani perawatan di dalam negeri diberikan oleh kepada Kejaksaan Negeri setempat atas nama Jaksa Agung,
sedangkan untuk berobat atau menjalani rumah sakit diluar negeri hanya diberikan oleh Jaksa Agung
4. Ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2, hanya diberikan atas dasar
rekomendasi dokter, dan dalam hal diperlukannya perawatan di luar negeri rekomendasi tersebut dengan jelas menyatakan kebutuhan untuk itu yang
dikaitkan dengan belum mencukupinya fasilitas perawatan tersebut di dalam negeri.
Kemudian pasal 37 UU No.16 Tahun 2004 menegaskan bahwa :
48
1. Jaksa agung bertanggungjawab atas penununtutan yang dilaksanakan secara
independent demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani. 2.
Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan prinsip akuntabilitas
.
Menurut UU No.5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan RI diatur tugas dan wewenang kejaksaan RI, dalam Pasal 27 menegaskan bahwa:
49
1. Di bidang Pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a Melakukan penuntutan dalam perkara pidana;
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan;
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan bebas bersyarat;
d Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
47
Ibid
48
Ibid
49
Opcit, Kejaksaan RI Posisi Dan Fingsinya Dari Perpekstif Hukum, hal 131
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
2. Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan dengan usaha khusus dapat
bertindak didalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara dan pemerintah
3. Dalam Bidang Ketertiban dan Ketentraman Umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan : a
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b
Pengamanan kebijakan penegak hukum; c
Pengamanan peredaran barang cetakan; d
Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e Pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama;
f Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Undang-undang No 5 Tahun 1991 Pasal 28 menetapkan bahwa kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan seorang terdakwa di rumah sakit
atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahayakan orang
lain, lingkungan atau diri sendiri. Sementara itu, Pasal 29 Undang-undang No 5 Tahun 1991 tersebut
menetapkan bahwa disamping tugas dan wewenang tersebut dalam Undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan Undang-undang.
Selanjutnya, Pasal 30 Undang-undang No 5 Tahun 1991 menegaskan bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Kejaksaan membina hubungan kerja sama dengan badan-badan penegak hukum dan keadilan serta badan Negara atau instansi lainnya. Kemudian Pasal 31
mengatur bahwa kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi Pemerintah lainnya.
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Mengenai tugas dan wewenang Jaksa Agung diatur dalam beberapa pasal di bawah ini. Pasal 32 Undang-undang No. 5 tahun 1991 mengatur bahwa Jaksa Agung
mempunyai tugas wewenang:
50
a. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan keadilan
dalam ruang lingkup tugas dan wewenang Kejaksaan; b.
Mengkoordinasikan penanganan perkara pidana tertentu dengan institusi terkait berdasarkan Undang-undang yang pelaksanaan koordinasinya ditetapkan oleh
Presiden. c.
Menyampingkan perkara demi kepentingan Umum. d.
Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata dan tata usaha negara;
e. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam
pemeriksaan kasasi perkara pidana; f.
Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah kekuasaan negara RI karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai
peraturan perundang-undangan Kemudian pasal 33 menegaskan bahwa:
51
1. Jaksa Agung memberikan ijin kepada tersangka atau terdakwa untuk berobat atau menjalani perawatan di rumah sakit dalam luar negeri.
2. Ijin secara tertulis untuk berobat atau menjalani perawatan di dalam negeri diberikan oleh kepala Kejaksaan Negeri setempat atas nama Jaksa Agung,
sedangkan untuk berobat atau menjalani rumah sakit diluar negeri hanya diberikan oleh Jaksa Agung.
50
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
51
Ibid
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
3. Ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2, hanya diberikan atas dasar rekomendasi dokter, dan dalam hal diperlukannya perawatan di luar negeri
rekomendasi tersebut dengan jelas menyatakan kebutuhan untuk itu yang dikaitkan dengan belum mencukupinya fasilitas perawatan tersebut di dalam
negeri.
Tugas dan wewenang Kejsaksaan Republik Indonesia diatur juga dalam Undang-undang No. 15 tahun 1961 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kejaksaan RI.
Dalam pasal 2 Undang-undang itu ditetapkan bahwa dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1, kejaksaan mempunyai tugas:
52
1. Mengadakan penuntutan perkara-perkara pidana pada pengadilan yang
berwenang, menjalankan keputusan dan penetapan hakim pidana. 2.
Mengadakan penyidikan lanjutan terhadap kejahatan dan pelanggaran serta mengawasi dan mengordinasikan alat-alat penyidik menurut ketentuan-ketentuan
dalam Undang-undang hukum acara pidana dan lain-lain peraturan negara.
3. Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara. 4.
Melaksanakan tugas-tugas khusus lainya yang diberikan kepadanya oleh sesuatu peraturan negara.
Disamping pengaturan tugas kejaksaan diatas, Undang-undang No 15 Tahun 1961 mengatur wewenang dan kewajiban Jaksa Agung. Pasal 7 ayat 2 menegaskan
bahwa untuk kepentingan penuntutan perkara, jaksa agung dan jaksa-jaksa lainnya dalam lingkungan daerah hukumnya memberikan petunjuk-petunjuk
mengkoordinasikan dan mengawasi alat-alat Penyidik dengan mengindahkan hierarki. Ayat 3 mengatur bahwa jaksa agung memimpin dan mengawasi para jaksa
dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya dalam pasal 8 undang-undang itu ditegaskan bahwa jaksa agung dapat menyampingkan suatu perkara berdasarkan
kepentingan umum. Kemudian pasal 9, mengatur bahwa jaksa agung dan jaksa-jaksa
52
Opcit, Kejaksaan RI Posisi Dan Fingsinya Dari Perpekstif Hukum, Hal 135
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
lainnya dalam lingkungan daerah hukumnya menjaga agar menahan dan perlakuan terhadap orang yang di tahan oleh pejabat-pejabat lain dilakukan berdasarkan hukum.
Ketiga undang-undang kejaksaan itu menegaskan bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya kejaksaan membina hubungan kerja sama dengan badan
penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Dalam Undang-undang No 16 Tahun 2004 dan Undang-undang No 5 Tahun 1991 ditegaskan
bahwa kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya.
Disamping itu, Undang-undang No 16 Tahun 2004 dan Undang-undang No 5 Tahun 1991 mengatur tugas dan wewenang jaksa agung yaitu:
53
a. Menetapakan serta mengendalikan kebijakan menegakkan hukum dan keadilan
dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan; b.
Mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-undang; c.
Mengkoordinasikan penanganan perkara pidana institusi terkait berdasarkan undang-undang yang pelaksanaan koordinasinya ditetapkan oleh presiden;
d. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum;
e. Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada mahkamah agung dalam
perkara pidana, perdata dan tata usaha negara; f.
Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada mahkamah agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;
53
Ibid, hal 140
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
g. Menyampaikan pertimbangan kepada presiden mengenai permohonan grasi
dalam hal pidana mati. h.
Mencegah atau menangkal orang tertentu un tuk masuk atau keluar wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara
pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penelitian ini sangat relevan untuk mendapat perhatian khusus tentang pentingnya upaya hukum peninjauan kembali yang dilakukan oleh jaksa. Dimana
Jaksa disini mewakili korban dalam melakukan Upaya Hukum Peninjauan kembali dalam hal bidang Penuntutan Sesuai dengan wewenangnya. Korban yang merasa
tidak puas atas putusan pengadilan yang tidak adil diwakili oleh jaksa untuk melakukan upaya hukum peninjauan kembali.
C. Korban yang diwakili oleh Jaksa