BAB IV ALASAN-ALASAN YANG DIGUNAKAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM
MELAKUKAN PENININJAUAN KEMBALI DALAM PRAKTEK PERADILAN
A. Adanya Kekhilafan Hakim
1.Kasus Muchtar Pakpahan
Hakim sebagai manusia tidak luput dari kekhilafan dan kekeliruan. Kekhilafan dan kekeliruan itu bisa terjadi dalam semua tingkat peradilan. Kekhilafan
yang dibuat oleh pengadilan negeri sebagai pengadilan tingkat pertama, bisa berlanjut pada tingkat banding, dan kekhilafan pada tingkat pertama dan tingkat banding itu
tidak tampak dalam tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung. Padahal tujuan tingkat banding maupun tingkat kasasi untuk meluruskan dan memperbaiki sertra
membenarkan kembali kekeliruan yang dibuat pengadilan yang lebih rendah.
75
Kekeliruan hakim ini bisa dilihat dalam putusan peninjauan kembali yang dilakukan oleh Mahkamah Agung. Dalam tingkat kasasi yang mana termohon
peninjauan kembali semula sebagai terdakwa dan pemohon kasasi yaitu Muchtar Pakpahan tidak terbukti melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan oleh jaksa
dalam pasal 160 dan pasal 161 KUHP. Unsur menghasut dilakukan oleh Muchtar Pakpahan disini telah terbukti yaitu
mengadakan latihan kepemimpinan di Aula Gereja Kristen Protestan Simalungun Pematang Siantar Sejak Tanggal 9 sd 11 April 1994 yang dihadiri lebih kurang
seratus orang utusan pekerja dan pengurus DPC SBSI Sesumatera Utara. Muchtar
75
Loc it M.Yahya Harahap, Hal 622
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Pakpahan disitu memberikan ceramah dengan mengatakan SBSI merupakan wadah yang legal, dan apabila musyawarah tidak tercapai maka buruh berhak mogokunjuk
rasa. Setelah pelatihan tersebut kepada setiap peserta diberikan uang saku oleh Muchtar Pakpahan sebesar Rp 30.000 tiga puluh ribu rupiah. Kemudian selanjutnya
terdakwa mengadakan pertemuan lagi 20 orang yaitu menuntut supaya agar buruh berunjuk rasa tanpa meminta ijin kepada polisi. Upah gaji Rp 3.100 tidak cukup lagi
untuk hidup yang layak seharusnya menjadi Rp 7.000 per hari dan muchtar pakpahan disini telah berulang kali melakukan kegiatan untuk melakukan aktivitas menghasut
buruh. Majelis hakim agung dalam pertimbangannya yang mengatakan bahwa
undang-undang bukan merupakan satu-satunya sumber hukum yang paling penting, teapi ada lagi sumber yang paling penting untuk menyelesaikan masalah, dimana
menurut penulis dalam pertimbangannya ini majelis hakim kasasi Mahkamah Agung tidak secara tegas menyebutkan sumber-sumber hukum lainnya yang digunakan
sebagai dasar Majelis Hakim agung sehingga putusan tersebut menggambang. Hal ini menurut M Yahya Harahap sebaiknya putusan hakim itu harus disusun secara terurai
dengan fakta-fakta hukum dan alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan persidangan dan dipertimbangkansecara argumentatif sehingga terbaca jalan pikiran
yang logis dan resoning yang mantap, yang mendukung kesimpulan hakim sehingga putusan tersebut tidak mengambang.
76
76
Ibid hal 361
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Menurut penulis pertimbangan Mahkamah Agung yang tidak mempunyai alasan yang menyatakan bahwa perbuatan dari Muchtar Pakpahan yang tidak bisa
dikatakan bertangung jawab. Hal ini kurang tepat dan ini merupakan suatu kekhilafan dari majelis hakim agung. Dalam persidangan Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tinggi terungkap bahwa adanya korban jiwa dan harta benda akibat dari perbuatan Muchtar Pakpahan yang menghasut para buruh untuk mogok kerja.
Istilah menghasut disini artinya mendorong, mengajak, membangkitkan atau membakar semangat orang supaya berbuat sesuatu, dan menghasut ini bukan berarti
memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu. Menghasut disini dapat dilakukan baik dengan lisan maupun dengan tulisan. Dilakukan dengan lisan menghasut itu telah
selesai jika telah diucapkan. Sehingga suatu percobaan dalam delik ini tidak mungkin terjadi. Beda halnya dengan tulisan karangan yang sifatnya menghasut harus ditulis
dulu baru tulisan itu disiarkan dan dipertontonkan pada publik dan baru lah delik ini dianggap selesai dan ini telah dapat di hukum.
77
Maka yang menjadi alasan bahwa adanya kekhilafan majelis hakim kasasi disni yaitu, bahwa akses unjuk rasa yang menimbulkan korban jiwa dan harta benda
adalh diluar tanggung jawab Muchtar Pakpahan. Ini memperlihatkan kekhilafan Majelis Hakim Agung atau kekeliruan yang nyata karena perbuatan materil Muchtar
Pakpahan menimbulkan korban jiwa dan harta benda adalah sebagai akibat dari tindakan dari muchtar pakpahan. Hal ini terlihat pada saat Muchtar Pakpahan
menghasut karyawan-karyawan perusahan swasta di Medan, Pematang siantar, Lubuk
77
Penjelasan Pasal 160 KUHP R.Soesilo.
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Pakamm dan belawan agar melakukan aksi mogok dan unjuk rasa tanpa seizin atau setidak-tidaknya Muchtar Pakpahan disini sebagai orang yang berpendidikan dapat
diharapkan bahkan dipercaya mengantisipasi yang terjadi sebagai akibat dari unjuk rasa tersebut.
Mahkamah Agung dalam Hal ini memperkuat alasan jaksa dalam melakukan peninjauan kembali dengan alasan adanya kekhlifan hakim Mahkamah Agung dalam
tingkat kasasi terhadap Muchtar Pakpahan. Muchtar Pakpahan sebagai orang yang berpendidikan dianggap mengetahui dan mengharapkan serta dapat mengantisipasi
perbuatan-perbuatan menghasut yang berkelanjutan. Perbuatan menghasut disini mengakibatkan terjadinya aksi mogok liar dan unjuk rasa dan arak-arakan, tanpa izin
dari pemerintah dengan akibatnya menimbulkan korban jiwa manusia dan harta benda.
Perbuatan Muchtar pakpahan yang mengahasut ini dapat membahayakan masyarakat dan bangsa Republik indonesia dan juga perbuatan dari Muchtar
Pakpahan ini tidak menaati persturann perundang-undangan yang berlaku dan tidak menjunjung pemerintahan dan hukum yang mengatur kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Dan juga Muchtar Pakpahan Disini sebgai yang mendirikan SBSI tidak mendapatkan izin dari
pemerintah. Permohonan peninjauan kembali jaksa ini dikabulkan sesuai dengan pasal 263 ayat 2 KUHAP.
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
2. Kasus Gandhi Memorial School
Kasus gandhi memorial school ini dalam putusan Kasasinya membebaskan terdakwa dari segala dakwaan penuntut umum yang menyatakan terdakwa Ram
Gulumal al.V.Ram terbukti melakukan keterangan palsu kedalam akta autentik secara berlanjutn, namum majelis hakim kasasi disni mengambil alih pertimbangan
Pertmbangan Pengadilan Tinggi yang mana Pengadilan Tinggi Disni mengambil Alih Putusan Pengadilan Tingkat Pertama yang menyatakan Menyuruh melakukan
keterangan palsu kedalam Akta Otentik . Surat kuasa palsu yang dijadikan dasar oleh Ram Gulumal. V.Ram dari
pemilik sekolah Bombay Merchants Assiciation yang memberikan Hak Kepada Ram Gulumal,V.Ram sebagai kepala sekolah di sekolah Gandhi memorial School tersebut.
Surat kuasa ini disalahgunakan oleh Ram Gulumal Vram pada saat peralihan gedung baru sekolah The Gandhi Memorial School yang oleh Gubernur DKI pada saat itu
diberikan lahan baru untuk pengembangan pembangunan sekolah yang oleh Pemda saat itu dipakai untuk keperluan umum.
Ram Gulumal V.Ram menyalah gunakan surat kuasa tersebut pada saat pembangunan gedung baru Gandhi Memorial School tersebut dengan membuat akte
penirian Gandhi memorial School tersebut.Surat Kuasa tersebut dibuat sendiri oleh Ram Gulimal V ram tanpa dihadiri oleh pemilik sekolah tersebut Gopal Gagandas
Lalmalani. Selanjutnya V.Ram menyerahkan kepada Notaris surat Kuasa tersebut, dan disitulah dia mendirikan The Gandi Memorial School dengan memakai akta
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
notaris tersebut dan mengrusi lahan yang diberikan oleh Gubernur untuk pembangunan lahan tersebut. V.Ram memberi nama baru di lahan sekolah tersebut
dengan nama The Gandhi Memorial Fundation School. V.Ram Mengatakan bahwa sekolah The Gandhi Memorial Fundation School tidak ada kaitannya dengan The
Gandhi Memorial School pada hal Gubernur DKI memberikan lahan diancol tersebut untuk perluasan The Gandhi Memorial School. Dikarenakan ditempat lama terdapat
perluasan jalan. Sehingga aset tanah yang diberi itu, masih kepunyaan The gandi Memorial School.
Mendengar pernyataan Ram Gulumal V. Ram Yang menyatakan bahwa sekolah yang dibangunnya itu terpisah dari sekolah yang lama yaitu Gandhi
Memorial School. Maka pemilik dari Gandhi Memorial School ini mengambil alih sekolah yang dibentuk V.ram tersebut, dan oleh pemilik The Gandhi memorial
School yaitu melaporakan Ram gulumal Vram telah memalsukan keterangan palsu kedalam akta outentik dengan berdasarkan surat kuasa yang diperbuatnya dan
diasahkn oleh Notaris dengan Akta No 72 Tahun 1974 tentang pendirian The Gandhi Memorial Foundation.
Berdasarkan kasus diatas penulis menganalisis bahwa dalam putusan Pengadilan Negeri menyatakan terdakewa Ram Gulumal Als Vram terbukti
menggunakan surat kuasa palsu yang menggantikan pemilik The Gandhi Memorial school dengan nama istri terdakwa dan keponakan terdakwa.dan perbuatan terdakwa
ini telah dilakukan bebrapa kali.maka oleh Pengadilan Negri dinyatakan terbukti
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009
Menyuruh Memasukkan keterangan Palsu kedalam Akta outentik secara berlanjut pasal 266 ayat 1 KUHP Jo Pasal 64 ayat 1 KUHP. dan Pengadilan Tinggi juga
mengguatkan putusan Pengadilan Negeri dan Oleh Mahkamah Agung dini membatalkan putusan Judex Factie, namun mengambil alih pertimbangan hukum
Judex Factie, hal ini merupakan telah bertentangan dimana Pertimbangan dan amar putusan merupakan satu kesatuan, dan hal ini merupkan suatu kekhilafan dan suatu
kekeliruan yang nyata sebagaimana dikatakan dalam Pasal 263 ayat 2 KUHAP maka oleh mahkamah Agung menerima PK Jaksa yang terdapat pertentanga
diputusan kasasi Mahkamah Agung tersebut. Yang mana oleh Judex Factie telah dipertimabangkan dengan benar mengenai Surat Kuasa yang dipalsukan dan oleh
Mahkamah Agung pertimbangan Judex Factie tersebut sebagai pertimbangan Mahkamah Agung sendiri, namun dalam amar putusannya menyatakan tidak terbukti
memasukkan keterangan palsu kedalam akta outentik.
3. Eddy Linus Waworuntu
Mahkamah Agung dalam kasus ini telah melakuakan suatu kehilafan atau kekelirun yang nyata dalam putusan a quo yang dalam pertimbangannya menyatakan
: ”Bahwa para terdakwa secara hukum tidak dapat mempertanggungkan secara pidana terhadap perbuatan yang dilakukan” Terdakwa dalam hal ini hanyalah sebagai
penerima Kuasa yang telah diberi kuasa oleh 17 orang peserta rapat 7 Juli 2001 untuk notulen rapat kepada saksi notaris Iwam Halimy, SH. Dengan demikian kapasitas
Bona Fernandez Mt. Simbolon : Kewenangan Jaksa Dalam Melakukan Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana, 2009