Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi Wanita Usia Subur (WUS) terhadap Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, KEPERCAYAAN DAN TRADISI WANITA USIA SUBUR (WUS) TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DALAM

UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2011

TESIS

Oleh : KAMALIAH 097032053/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, KEPERCAYAAN DAN TRADISI WANITA USIA SUBUR (WUS) TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DALAM

UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2011

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

KAMALIAH 097032053/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP,

KEPERCAYAAN DAN TRADISI WANITA USIA SUBUR (WUS) TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI RSUD. DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2011. Nama Mahasiswa : Kamaliah Nomor Induk Mahasiswa : 097032053

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp. OG)

Ketua Anggota

(Drh. Rasmaliah, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 18 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes.

2.Prof. Dr. Badaruddin.


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, KEPERCAYAAN DAN TRADISI WANITA USIA SUBUR (WUS) TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DALAM

UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2011

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2012

Kamaliah


(6)

ABSTRAK

Hasil survei awal diketahui jumlah kunjungan rawat jalan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dari bulan Januari sampai Juni tahun 2011 ada sebanyak 263 orang, dan 24 orang (9,13%) yang melakukan pemeriksaan pap smear. Data ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran wanita dalam melakukan pemeriksaan pap smear.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pringadi Medan Tahun 2011. Jenis penelitian explanatory survey. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur usia 30-49 tahun yang melakukan kunjungan ke Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan sebanyak 142 orang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Desember Tahun 2011. Data pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α = 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Variabel sikap memberikan pengaruh paling besar terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks.

Disarankan bagi pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan agar meningkatkan promosi kesehatan bagi wanita yang melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan terutama di bagian Poli Kebidanan tentang manfaat pemeriksaan pap smear, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat agar mau melaksanakan deteksi dini kanker serviks


(7)

ABSTRACT

The result of preliminary survey revealed that the number of out-patient visit at the Obstetric Polyclinic, dr.Pirngadi General Hospital Medan from January to May 2011 were 263 patients and only 24 patients (9.13%) who did pap smear examination. This data showed the low awareness of women in doing Pap smear examination.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of knowledge, attitude, trust and tradition of women in reproductive age on Pap smear examination in an attempt of early detection of cervical cancer at dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2011. The population of this study were all of the 142 women in reproductive age of 30 – 49 years old visiting the Obstetric Polyclinic, dr. Pirngadi General Hospital Medan. The purpose of this from June to December 2011. The data about knowledge, attitude, trust and tradition were obtained through questionnaire-based direct interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of this study revealed that statistically knowledge, attitude, trust and tradition of women in reproductive age had influence on Pap smear examination in an attempt of early detection of cervical cancer at dr. Pirngadi General Hospital Medan. Attitude was the variable which had the biggest influence on Pap smear examination in an attempt of early detection of cervical cancer.

The management of dr. Pirngadi General Hospital Medan is suggested to increase the health promotion about the advantage of Pap smear examination especially for the women visiting the Obstetric Polyclinic, dr. Pirngadi General Hospital Medan, and to improve the quality of health service for the community members to encourage them to do the early detection of cervical cancer.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah SWT, Rabb seluruh alam semesta dan dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi Wanita Usia Subur (WUS) terhadap Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2011”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epdemiologi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi, serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai anggota komisi pembanding dalam ujian tesis ini.

5. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Drh.

Rasmaliah, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Prof. Dr. Badaruddin sebagai ketua komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini. 7. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah membantu memberikan izin

penelitian.

9. Teristimewa buat suami tercinta Hamzah Husen dan buah hati tersayang Afrizal

Hamzah, Nanda Novianty, dan Naufal Azmi yang penuh pengertian dan kesabaran, serta senantiasa berdoa’a sehingga memotivasi penulis selama mengikuti pendidikan.


(10)

10.Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2009 yang telah membantu penulis selama pendidikan dan proses penyusunan tesis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2012 Penulis

Kamaliah 097032053/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Kamaliah yang dilahirkan di Geulanggang, Aceh pada tanggal 12 Desember 1966, beragama Islam dengan alamat di Jln. Suluh Gg. Mulio No. 19B Medan. Pendidikan formal, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Geulanggang Bireuen selesai tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri II Bireuen selesai tahun 1982, Sekolah Perawat Kesehatan di SPK Malahayati Medan selesai tahun 1986, Sekolah Diploma I Kebidanan Flora Medan selesai tahun 1995, Sekolah DIII Kebidanan Haji Medan selesai tahun 2000, S1 Kesehatan Masyarakat selesai tahun 2004 dan tahun 2009 mendaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Tahun 1986-2002 bekerja di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, dan tahun 2002 sampai sekarang bekerja sebagai Dosen Tetap di Akademi Kebidanan Sehat Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Kanker Serviks ... 10

2.1.1. Epidemiologi Kanker Serviks ... 10

2.1.2. Penyebab dan Gejala Kanker Serviks ... 11

2.1.3. Faktor Resiko Kanker Serviks ... 13

2.1.4. Stadium Klinik dan Prognosis Kanker Serviks ... 15

2.1.5. Pencegahan Kanker Serviks ... 18

2.1.6. Deteksi Dini Kanker Serviks... 21

2.2. Pemeriksaan Pap Smear ... 24

2.2.1. Mamfaat Pemeriksaan Pap Smear ... 25

2.2.2. Bahan Pemeriksaan Pap Smear ... 25

2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan pemeriksaan Pap Smear... 25

2.2.4. Prosedur Pap Smear ... 26

2.3. Faktor Predisposisi... .. 27

2.3.1 . Pengetahuan... 27

2.3.2. Sikap... .. 30

2.3.3. Kepercayaan.. ... 34

2.3.4. Tradisi... ... 35

2.3.5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi ... 36

2.4. Landasan Teori... . 37


(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2. Waktu Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1. Populasi ... . 41

3.3.2. Sampel ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.6. Metode pengukuran ... 45

3.7. Metode Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 49

4.1.1. Sejarah Perkembangan ... 49

4.1.2. Visi dan Misi ... 49

4.2. Karakteristik Responden ... 50

4.3. Analisis Univariat ... 51

4.3.1. Pengetahuan Responden tentang Pemeriksaan Pap smear 51

4.3.2. Sikap Responden tentang Pemeriksaan Pap Smear ... 52

4.3.3. Kepercayaan Responden tentang Pemeriksaan Pap Smear 52

4.3.4. Tardisi/Kebiasaan Responden tentang Pemeriksaan Pap Smear ... 53

4.3.5. Pemeriksaan Pap Smear ... 53

4.4. Analisis Bivariat ... 54

4.4.1. Hubungan Pengetahuan terhadap Pemeriksaan Pap Smear 54

4.4.2. Hubungan Sikap terhadap Pemeriksaan Pap Smear ... 55

4.4.3. Hubungan Kepercayaan dengan Pemeriksaan Pap Smear. 56 4.4.4. Hubungan Tradisi/Kebiasaan dengan Pemeriksaan Pap Smear ... 56

4.5. Analisis Multivariat ... 57

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1. Pengaruh Pengetahuan Wanita Usia Subur terhadap Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks ... 61

5.2. Pengaruh Sikap Wanita Usia Subur terhadap Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks ... 64

5.3. Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks ... 65

5.4. Pengaruh Tradisi/Kebiasaan terhadap Pemeriksaan Pap Smear dalam upaya Deteksi Dini Kanker Serviks ... 67


(14)

5.5. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi Wanita Usia Subur terhadap Pemeriksaan Pap Smear Dalam Upaya Deteksi

Dini Kanker Serviks ... 69

5.6. Keterbatasan Penelitian... ... 69

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 47 4.1. Distribusi Karakteritik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2011 ... 50 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap

Pemeriksaan Pap Smear ... 52 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Pemeriksaan

Pap Smear ... 52 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan terhadap Pemeriksaan Pap

Smear ... 53 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tardisi/Kebiasaan terhadap

Pemeriksaan Pap Smear ... 53 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Pap Smear ... 54

4.7. Hubungan Pengetahuan dengan Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya

Deteksi Dini Penyakit Kanker Serviks ... 55 4.8. Hubungan Sikap dengan Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini

Penyakit Kanker Serviks ... 55

4.9. Hubungan Kepercayaan dengan Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya

Deteksi Dini Penyakit Kanker Serviks ... 56 4.10. Hubungan Tradisi/Kebiasaan dengan Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya

Deteksi Dini Penyakit Kanker Serviks ... 57 4.11. Analisis Multivariat ... 57


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Teori Lawrence Green... 37 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 39


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 74

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 82

3. Hasil Uji Chi-Square ... 87


(18)

ABSTRAK

Hasil survei awal diketahui jumlah kunjungan rawat jalan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dari bulan Januari sampai Juni tahun 2011 ada sebanyak 263 orang, dan 24 orang (9,13%) yang melakukan pemeriksaan pap smear. Data ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran wanita dalam melakukan pemeriksaan pap smear.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pringadi Medan Tahun 2011. Jenis penelitian explanatory survey. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur usia 30-49 tahun yang melakukan kunjungan ke Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan sebanyak 142 orang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Desember Tahun 2011. Data pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α = 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Variabel sikap memberikan pengaruh paling besar terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks.

Disarankan bagi pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan agar meningkatkan promosi kesehatan bagi wanita yang melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan terutama di bagian Poli Kebidanan tentang manfaat pemeriksaan pap smear, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat agar mau melaksanakan deteksi dini kanker serviks


(19)

ABSTRACT

The result of preliminary survey revealed that the number of out-patient visit at the Obstetric Polyclinic, dr.Pirngadi General Hospital Medan from January to May 2011 were 263 patients and only 24 patients (9.13%) who did pap smear examination. This data showed the low awareness of women in doing Pap smear examination.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of knowledge, attitude, trust and tradition of women in reproductive age on Pap smear examination in an attempt of early detection of cervical cancer at dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2011. The population of this study were all of the 142 women in reproductive age of 30 – 49 years old visiting the Obstetric Polyclinic, dr. Pirngadi General Hospital Medan. The purpose of this from June to December 2011. The data about knowledge, attitude, trust and tradition were obtained through questionnaire-based direct interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of this study revealed that statistically knowledge, attitude, trust and tradition of women in reproductive age had influence on Pap smear examination in an attempt of early detection of cervical cancer at dr. Pirngadi General Hospital Medan. Attitude was the variable which had the biggest influence on Pap smear examination in an attempt of early detection of cervical cancer.

The management of dr. Pirngadi General Hospital Medan is suggested to increase the health promotion about the advantage of Pap smear examination especially for the women visiting the Obstetric Polyclinic, dr. Pirngadi General Hospital Medan, and to improve the quality of health service for the community members to encourage them to do the early detection of cervical cancer.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Emilia, 2010).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh

infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang

lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks. Kanker serviks mempunyai insiden yang tinggi di negara-negara yang sedang berkembang yaitu menempati urutan pertama, sedang dinegara maju ia menempati urutan ke 10, atau secara keseluruhan ia menempati urutan ke 5 (Ramli, 2005).

Di negara maju, angka kejadian kanker serviks sekitar 4% dari seluruh kejadian kanker pada wanita, sedangkan di negara berkembang mencapai diatas 15%. Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka insiden kanker serviks telah terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh alokasi dana kesehatan yang mencukupi, promosi kesehatan yang bagus, serta sarana pencegahan dan pengobatan yang mendukung (Emilia, 2010).


(21)

Di Indonesia, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedang angka kematiannya di perkirakan 7500 kasus per tahun (Emilia, 2010). Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, yang kurang lebih merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (Diananda, 2009).

Pada tahun 2004 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia mencapai 6.511 dengan proporsi pasien kanker serviks yang rawat jalan adalah 16,47% dan rawat inap adalah 10,9%, selain itu lebih dari 70% kasus kanker serviks datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut (Depkes RI, 2005).

Di Sumatera Utara diperoleh data dari dinas Kesehatan Propinsi jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2000 sebanyak 548 kasus, tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 sebanyak 345 kasus, tahun 2008 sebanyak 25 kasus, tahun 2009 sebanyak 48 kasus dan tahun 2010 sebanyak 40 kasus. Masih tingginya angka penderita kanker serviks di Indonesia disebabkan karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala dan rendahnya kesadaran wanita untuk memeriksakan kesehatan dirinya. Padahal sekarang penyakit apapun sudah dapat diobati dan ditangani dengan cepat apabila deteksi dini dilakukan secara berkala sehingga dapat mengurangi risiko angka kematian. Jika semakin banyak wanita terbiasa melakukan deteksi dini, apabila penyakit sudah berjangkit pada seseorang maka bisa lebih cepat ditangani (Septiyaningsih, 2010).

Menurut Wiknjosastro (1999) kanker serviks dapat disembuhkan jika dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, malahan sebenarnya kanker serviks ini dapat dicegah.


(22)

Menurut ahli Obgyn dari Newyork University Medical Center, Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.

Kini, senjata terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit (Bustan, 2007).

Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker servik terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit kanker serviks suatu hari bisa saja musnah, seperti halnya polio (Depkes RI, 2005).

Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan mampu melindungi kesehatan reproduksinya. Akibatnya, kebanyakan pasien datang sudah pada stadium lanjut, hingga sulit diobati ( Ramli, 2005).

Seringnya terjadi keterlambatan dalam pengobatan mengakibatkan banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara


(23)

lain metode Pap Smear, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi, vikografi, papnet (komputerisasi) (Nugroho, 2010).

Melihat perkembangan jumlah penderita dan kematian akibat kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar 10 persen wanita di dunia telah terinfeksi Human Papiloma Virus (HPV), muncul fakta bahwa semua perempuan mempunyai resiko untuk terkena infeksi HPV. Jenis HPV tertentu merupakan penyebab utama kanker serviks. Sementara itu, seseorang yang terkena infeksi ini memiliki kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100 kali lipat (Emilia, 2010).

Perjalanan dari infeksi HPV (Human Pappiloma Virus), tahap pra kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 sampai 20 tahun. Disinilah tujuan dari deteksi dini yaitu memutuskan perjalanan penyakit pada tahap pra kanker dan mendapatkan pengobatan sesegera mungkin sehingga kanker serviks diharapkan dapat sembuh sempurna (Widyastuti, 2009).

Faktor-faktor risiko terjadinya kanker serviks meliputi, hubungan seksual pada usia dini (< 20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, trauma kronis pada serviks uteri dan hygiene genetalia. Lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radio terapi yang hanya tersedia dibeberapa kota besar saja. Disamping mahal, pengobatan tehadap kanker stadium lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang rendah (Ramli, 2005).

Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, sudah


(24)

sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar terhadap penyakit yang sudah terlalu banyak meminta korban itu, dan segala aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut serta upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan. (Bustan, 2007).

Setiap wanita yang telah berumur 18 tahun, atau wanita yang telah aktif secara

seksual selayaknya mulai memeriksakan pap smear. Pemeriksan ini sebaiknya

dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai umur 65 tahun atau tiga pemeriksaan berturut-turut sebelumnya menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan lebih sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan, telah berhubungan seksual sejak remaja,

mempunyai penyakit kelamin, merokok dan ada infeksi Human Papiloma Virus (

Bustan, 2007).

Deteksi dini tidak hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah wanita berumur 40 tahun. Hal yang perlu diingat adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, tetap perlu biarpun anda tidak lagi melakukan aktifitas seksual (Yohanes, 1999).

Kendala sosial masyarakat berkaitan dengan konsep tabu. Seperti kita ketahui kanker serviks merupakan kanker yang menyerang bagian sensitif dan tertutup perempuan. Bukan hal yang mudah untuk mendorong perempuan membuka diri dan mengizinkan pemeriksaan dilakukan oleh dokter atau paramedis laki-laki. Bagi masyarakat dengan pengetahuan yang cukup, maka tidak akan menjadi masalah, tapi bagaimana dengan masyarakat pedesaan bahkan pedalaman yang tingkat


(25)

pengetahuannya masih kurang. Selain itu aspek kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan paramedis masih belum merata (Emilia, 2010).

Menurut penelitian Fong (2010), dari 66 responden yang diteliti di Fakultas Sastra USU didapatkan 62,1% mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai pap smear. Data itu menunjukkan bahwa masih banyak wanita yang tidak mengerti tentang pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear.

Pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi Wanita Usia Subur

(WUS) terhadap pemeriksaan Pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks

merupakan beberapa variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu yang dilakukan di RSU ZA Banda Aceh tahun 2008, bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan trehadap perilaku pemeriksaan pap smear (Nurhasanah, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan. Untuk berperilaku sehat, misalnya dalam upaya deteksi dini kanker serviks, diperlukan pengetahuan dan kesadaran individu untuk melakukan pemeriksaan pap smear. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Disamping itu kadang-kadang kepercayaan dan tradisi juga dapat mendorong atau menghambat individu untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Kepercayaan dan tradisi adalah merupakan variabel yang sangat memengaruhi kesehatan masyarakat itu sendiri (McKenzie, 2006).

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.


(26)

(Notoatmodjo, 2002). Gagne (1974) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang memengaruhi pilihan tindakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara berfikir, cara bersikap, cara berperilaku yang berorentasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Menurut penelitian Artiningsih (2011), bahwa sikap sangat berpengaruh terhadap prilaku wanita usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Wanita menolak dilakukan pap smear karena rasa malu dan tidak diizinkan oleh suami. Hal ini

menunjukkan bahwa wanita enggan melakukan pemeriksaan pap smear karena itu

merupakan suatu hal yang sangat tabu dan harus mendapat persetujuan dari keluarga (suami) terlebih dahulu. Kuatnya tradisi dalam keluarga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (Geersten,1975).

Menurut Wilopo (2010) saat ini diperkirakan baru sekitar 5% wanita yang mau melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Padahal di Indonesia sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini seperti di rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah terlatih dan mempunyai peralatan pap smear, tetapi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks ini masih tinggi.


(27)

Hasil survei awal diketahui jumlah kunjungan rawat jalan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dari bulan Januari sampai Juni tahun 2011 ada sebanyak 263 orang, dan hanya 24 orang (9,13%) yang melakukan pemeriksaan pap smear. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat masih sangat rendah terhadap pemeriksaan pap smear. Berdasarkan unsur pada latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur (WUS) terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur (WUS) terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur (WUS) terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah, ada pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur (WUS) terhadap


(28)

pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan untuk mengambil kebijakan melalui kegiatan promosi

kesehatan agar masyarakat termotivasi untuk melakukan pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker cerviks.

2. Untuk Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan sebagai masukan agar dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik khususnya terhadap pemeriksaan pap smear untuk menurunkan insiden kanker serviks.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia

subur (WUS) terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh pada serviks yang merupakan

pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur diatas 30 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks juga dapat terjadi pada wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Diananda, 2009).

Sebagaimana kanker umumnya maka kanker serviks akan menimbulkan masalah-masalah berupa kesakitan (morbiditas), penderitaan dan akibat serius dari penyakit ini adalah kematian. Namun menurut para ahli kanker, kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker (Diananda, 2009).

2.1.1. Epidemiologi Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari Human Papiloma Virus (HPV). Penularan penyakit kanker ini dapat melalui hubungan seksual, ditemukan lebih tinggi pada perempuan yang mulai berhubungan seksual sebelum usia 16 tahun (Bustan, 2007). Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara berkembang. Setiap tahun


(30)

diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia, 77% berada dinegara berkembang (Syamsudin, 2001).

Angka prevalensi didunia mengenai kanker serviks adalah 99,7%, tanpa penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker serviks akan meningkat 25% dalam 10 tahun mendatang (Rasyidi,2007).

Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru diantara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahunnya, dengan kanker serviks menempati urutan pertama diantara kanker pada wanita (Mustari, 2006).

Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara berkembang karena tidak adanya program skrining (deteksi dini) yang efektif bagi wanita dengan sosial ekonomi rendah. Di Indonesia hambatan test skrining cukup besar, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia, 2010).

Secara umum diseluruh dunia, baik insiden dan mortalitas kanker serviks berada pada urutan kedua setelah kanker payudara, sedangkan pada negara berkembang kanker serviks masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita (Sarjadi, 1995). Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, angka prevalensi kanker serviks pada tahun 2010 adalah 40 kasus, 60% berusia antara 35-45 tahun. 2.1.2. Penyebab dan Gejala Kanker Serviks

Penyebab kanker serviks belum diketahui, tetapi penelitian akhir di luar negeri mengatakan bahwa virus HPV (Human Papilloma Virus) menyebabkan faktor resiko seorang wanita untuk terkena kanker serviks meningkat tajam. Sekitar 90-99 persen jenis kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Virus ini bisa


(31)

ditransfer melalui hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi. Ada beberapa kasus virus HPV yang reda dengan sendirinya, dan ada yang berlanjut menjadi kanker serviks, sehingga cukup mengancam kesehatan anatomi wanita yang satu ini. Salah satu problema yang timbul akibat infeksi HPV ini seringkali tidak ada gejala atau tanda yang tampak mata. Menurut hasil studi National Institute of Allergy and Infectious Diseases, hampir separuh wanita yang terinfeksi dengan HPV tidak memiliki gejala-gejala yang jelas. Dan lebih-lebih lagi, orang yang terinfeksi juga tidak tahu bahwa mereka bisa menularkan HPV ke orang sehat lainnya (Depkes RI, 2005). Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, menurut hasil studi National Institute of Allergy and Infectious Diseases, pada tahap pra kanker atau displasia sampai stadium I, praktis tidak ada keluhan yang dirasakan. Baru menginjak stadium 1A-3B terdapat keluhan. Namun beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu memberi petunjuk infeksi HPV, keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim (Diananda, 2009).

Adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV (Human Papillo Virus). Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularan dapat terjadi karena kontak langsung dan karena hubungan seks. Jika ditemukan keputihan kemungkinan kanker serviks perlu diwaspadai walaupun gejala tersebut bukanlah gejala khas dari kanker serviks dan pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan pasca senggama, jika lebih berat lagi dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur (methorhagia) serta pengeluaran cairan kekuningan kadang-kadang bercampur darah dan berbau busuk


(32)

dari liang senggama. Muka penderita nampak pucat karena terjadi perdarahan dalam waktu yang lama. Anemia yang sering ditemukan akibat perdarahan pervagina dan akibat penyakit, berat badan baru menurun biasanya pada stadium klinik III. Rasa nyeri di daerah bagian pinggul atau di ulu hati dapat disebabkan oleh tumor yang terinfeksi atau radang panggul. Rasa nyeri di daerah pinggang dan punggung dapat terjadi karena terbendungnya saluran kemih sehingga ginjal jadi membengkak (hidronefrosis) atau karena penyebaran tumor kelenjar getah bening di sepanjang tulang belakang. Juga pada stadium lanjut dapat timbul rasa nyeri di daerah panggul, disebabkan penyebaran tumor ke kelenjar getah bening dinding panggul. Timbulnya perdarahan dari saluran kemih dan perdarahan dari dubur dapat disebabkan oleh penyebaran tumor ke kandung kemih dan ke rektum. Semakin lanjut dan bertambah parahnya penyakit, penderita kanker serviks akan menjadi kurus, anemia, malaise, nafsu makan hilang (anoreksia), gejala uremia, syok dan dapat sampai meninggal dunia (Rasyidi, 2007).

2.1.3. Faktor Risiko Kanker Serviks

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seorang perempuan terkena kanker serviks sebagaimana pembahasan dibawah ini :

a. Hubungan seksual pertama usia muda

Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risiko terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai


(33)

risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun (Gant, 2010).

b. Merokok

Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap maupun yang dikunyah. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi karsinogen infeksi virus (Rasyidi, 2007).

Menurut hasil penelitian Joakam, 2001, zat nikotin serta racun yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. Cervical neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh.

c. Trauma kronis pada serviks

Hal ini berhubungan dengan status perkawinan seorang wanita. Kanker serviks jarang dijumpai pada perawan, insiden lebih tinggi pada mereka yang kawin dari pada yang tidak kawin (Sarwono, 1997).

Insiden meningkat dengan tingginya paritas, jarak persalinan yang terlampau dekat. Diperkirakan risiko 3-5 kali lebih besar pada wanita yang sering partus untuk terjadi kanker serviks. Robekan pada bagian leher rahim yang tipis kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya berubah menjadi kanker. Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menimbulkan perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi keganasan (Bertiani, 2009).


(34)

d. Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi oral menunjukkan peningkatan risiko walaupun diketahui bahwa manfaat penggunaan kontrasepsi oral lebih memberikan banyak manfaat daripada kemungkinan risikonya. Lama penggunaan kontrasepsi hormonal akan meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks, dan penggunaan 10 tahun meningkatkan risiko sampai dua kali (Laila, 2008).

e. Tingkat sosial ekonomi rendah

Mereka dari golongan sosial ekonomi rendah, mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks daripada tingkat sosial ekonomi menengah atau tinggi (Laila, 2008).

f. Perilaku seksual

Menurut Mardiana (2004), risiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks. Risiko juga meningkat bila berhubungan seks dengan laki-laki berisiko tinggi ( laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita atau laki-laki yang mengidap penyakit kondiloma akuminatum di penis (Widyastuti, 2009).

2.1.4. Stadium Klinik dan Prognosis Kanker Serviks a. Stadium klinik

Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan. Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang


(35)

dianjurkan oleh Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai berikut :

a1. Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih dangkal, hanya tumbuh dilapisan sel serviks.

a2. Stadium 1, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun, stadium ini dibedakan menjadi:

- Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop, kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

- Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

- Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.

- Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.

a3. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi menjadi :

- Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

- Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan


(36)

a4. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih.

a.5. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:

- Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum.

- Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru.

b. Prognosis Kanker Servis

Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.

a.

b.

Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi mereka.


(37)

c.

Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70 - 90%.Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.

d.

Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%

e.

Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%

Makin tinggi stadium klinik kanker serviks maka prognosisnya semakin buruk. Untuk itu program pencegahan kanker tingkat I dan II harus ditingkatkan. Program pencegahan tingkat I yaitu penerangan kepada masyarakat. Sedangkan tingkat II yaitu pemeriksaan kolposkopi (Nugroho, 2010).

2.1.5. Pencegahan Kanker Serviks

Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks perlu upaya- upaya pencegahan. Pencegahan terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini untuk menghindarai faktor risiko yang dapat dikontrol. Cara-cara pencegahan primer adalah sebagai berikut (Dalimartha, 2004) :

1. Tundalah berhubungan seksual sampai batas usia di atas remaja

Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang perempuan benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum,


(38)

tetapi juga tergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah perempuan berusia 20 tahun ke atas. Terutama untuk perempuan yang masih di bawah 16 tahun memiliki risiko yang sangat tinggi terkena kanker serviks bila telah melakukan hubungan seks.

2. Batasi jumlah pasangan

Risiko terkena kanker serviks lebih tinggi pada perempuan yang berganti-ganti pasangan seks daripada dengan yang tidak. Hal ini terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papiloma Virus (HPV).

3. Melakukan vaksinasi HPV

Vaksinasi dapat dilakukan sebelum remaja. Bisa diberikan pada wanita usia 12-14 tahun, melalui suntikan sebanyak tiga kali berturut-turut tiap 2 bulan sekali dan dilakukan pengulangan satu kali lagi pada sepuluh tahun kemudian. Hal ini dilakukan agar terhindar dari kanker yang mematikan ini. Untuk itu telah dikembangkan vaksin HPV yang dapat memberikan mamfaat yang besar dalam pencegahan penyakit ini. 4. Hindarilah rokok

Zat yang terkandung dalam nikotin yang ada pada rokok akan mempermudah selaput sel lendir tubuh bereaksi. Sedangkan isi daerah serviks adalah lendir. Dengan begitu risiko untuk berkembangnya sel yang abnormal akan semakin mudah. Wanita perokok berisiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok.


(39)

5. Makanlah makanan yang mengandung vitamin C, Beta Karoten dan Asam Folat Vitamin C, beta karoten dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa serviks. Kekurangan vitamin C, beta karoten dan asam folat bisa menyebabkan timbulnya kanker serviks.

6. Penggunaan kondom

Para ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi kini mereka punya bukti pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi risiko penularan virus penyebab kutil kelamin (genital warts) dan banyak kasus kanker leher rahim. Hasil pengkajian atas 82 orang yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine memperlihatkan bahwa wanita yang mengaku pasangannya selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual kemungkinannya 70 persen lebih kecil untuk terkena infeksi human papillomavirus (HPV) dibanding wanita yang pasangannya sangat jarang (tak sampai 5 persen dari seluruh jumlah hubungan seks) menggunakan kondom. Hasil penelitian memperlihatkan efektivitas penggunaan kondom di Indonesia masih tergolong rendah. Dari survei Demografi Kesehatan Indonesia pada 2003 (BPS-BKKBN) diketahui bahwa ternyata penggunaan kondom pada pasangan usia subur di negara ini masih sekitar 0,9 persen.

7. Sirkumsisi pada pria

Sebuah studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada pria berhubungan dengan penurunan risiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus seorang pria dengan riwayat multiple sexual partners, terjadi penurunan risiko kanker serviks pada pasangan wanita mereka yang sekarang.


(40)

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan, termasuk deteksi dini dan pengobatan. Deteksi dini kanker serviks dapat memperoleh keuntungan yaitu, memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan pengobatan radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi mereka yang menunjukkan hasil negatif dan penghematan biaya karena pengobatan yang relatif mahal.

c. Pencegahan Tertier

Pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal dengan cara :

1. Operasi sederhana dilakukan pada stadium awal (stadium 0 hingga 1A), dan

pada stadium 1B sampai 2B dilakukan histrektomi, seluruh Rahim diangkat berikut sepertiga vagina.

2. Pengobatan dengan cara radiasi atau penyinaran dengan sinar x dilakukan pada stadium 2B keatas (stadium lanjut).

3. Pengobatan dengan cara kemoterapi karena radiasi sudah tidak memungkinkan

lagi.

2.1.6. Deteksi Dini Kanker Serviks

Cakupan deteksi dini terhadap kanker serviks baru dibawah 5% mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Deteksi dini dilakukan untuk melacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini


(41)

Kanker serviks sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, displasia paling banyak terjadi pada perempuan usia sekitar 35 tahun. Oleh karena itu, pada tempat dengan sumber daya terbatas, deteksi dini semestinya difokuskan pada perempuan usia 30-40 tahun (Emilia, 2010). Dianjurkan sekali setahun secara teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan 3x berturut –turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun (Widyastuti, 2009).

Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya sel-sel epithel serviks yang bentuknya abnormal (displasia), harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada wanita dengan risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk dokter ( Widyastuti, 2009).

Ada beberapa metode untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV (Human

Pappiloma Virus) dan kanker serviks seperti berikut: 1. IVA(Inspeksi Visual dengan Asam asetat)

Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat, kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks.

2. Pap Smear

Papsmear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut

rahim kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Metode test Pap smear yang umum

yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan di analisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkap apakah ada infeksi, radang atau sel-sel abnormal. Menurut laporan


(42)

sedunia, dengan secara teratur melaukan test Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks. Setiap wanita yang telah berumur 18 tahun atau wanita yang telah aktif secara seksual selayaknya mulai memeriksakan pap smear. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai usia 65 tahun atau tiga pemeriksaan sebelumnya menunjukkkan hasil normal (Bustan, 2007).

3. Thin prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di servik atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim, tentu hasilnya akan lebih akurat dan tepat.

4. Kolposkopi

Jika semua hasil test pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau

kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang

dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi(pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh) dapat dilakukan. Kolposkopi dapat berperan sebagai alat deteksi awal, namun ketersediaan alat ini tidak mudah, karena mahal maka alat ini lebih sering digunakan sebagai prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil test Pap abnormal.


(43)

5. Vikogravi

Pemeriksaan kelainan di portio dengan membuat foto pembesaran portio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5 % yang dapat dilakukan oleh bidan hasil foto dikirim ke ahli kandungan.

6. Papnet (komputerisasi)

Pada dasarnya pemeriksaan papnet berdasarkan pemeriksaan slide tes pap, bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil pap yang mengandung abnormal dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi.

Menurut WHO Program skrining (deteksi dini) dilakukan : 1. Minimal 1x pada usia 35-40 tahun

2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun. 3. Kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.

Yang ideal dan optimal dilakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.

2.2. Pemeriksaan Pap Smear

Pap Smear tes adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal berubah menuju kanker, atau telah berubah menjadi sel kanker. Selain itu, infeksi dan inflamasi mulut rahim juga

dapat ditentukan dari pemeriksaan ini. Metode ini juga disebut Pap tes atau


(44)

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai umur 65 tahun atau tiga pemeriksaan bertutur-turut sebelumnya menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan lebih sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan, telah berhubungan seksual sejak remaja, mempunyai penyakit kelamin, merokok, dan ada infeksi Human Papilloma Virus (Bustan, 2007).

2.2.1. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

Pap Smear dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks, untuk mendeteksi adanya radang pada serviks dan tingkat peradangannnya, penyebab radang, serta menentukan penanganan dan pengobatan (Emilia, 2010).

2.2.2. Bahan Pemeriksaan Pap Smear

Bahan pemeriksaan terdiri atas sekret vagina (sekret servical, sekret endo servical, sekret endometrial, sekret fornik posterior). Jangan melakukan pemeriksaan Pap Smear pada saat menstruasi karena sel-sel darah merah mengaburkan sel-sel epitel pada pemeriksaan mikroskop.

2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Pemeriksaan Pap Smear

a. Kelebihan

1. Menenangkan hati bagi sebagian besar orang yang mengalami perubahan

sebelum ganas.

2. Dapat ditangani lebih dini bila ada tanda-tanda keganasan 3. Menghasilkan peningkatan harapan hidup.


(45)

b. Kelemahan

1. Rasa takut menemukan kanker

2. Kecemasan terjadi saat menunggu hasil 2.2.4. Prosedur Pap Smear

a. Pemeriksaan akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Tidur telentang dengan kedua kaki berada pada penyangga kaki di kiri dan kanan tempat tidur.

c. Pemeriksa akan memeriksa apakah ada pembengkakan, luka, inflamasi, atau

gangguan lain pada alat kelamin bagian luar.

d. Memasukkan instrumen metal atau plastik yang disebut spekulum ke dalam vagina. Tujuannya agar muluit rahim dapat leluasa terlihat.

e. Dengan swab atau spatula kayu atau semacam sikat, operator mengambil sel pada saluran mulut rahim, pada puncak mulut rahim, dan pada daerah peralihan mulut rahim dan vagina.

f. Operator akan meletakkan sel-sel tersebut pada kaca obyek yang kemudian akan

dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. g. Spekulum kemudian dilepaskan.

h. Operator biasanya akan melanjutkan memeriksa ovarium, uterus, vagina, tuba fallopi dan rectal(anus) dengan tangannya.

Pemeriksaan Pap Smear tidak membutuhkan pembiusan, baik bius lokal maupun

bius umum. Jika Pap Smear ditemukan gambaran sel yang tidak normal maka akan


(46)

mikroskop lebih lanjut. Pemeriksaan biopsi berguna untuk mengonfirmasi hasil pemeriksaan Pap Smear (Nugroho, 2010).

2.3. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor Predisposisi adalah faktor-faktor yang mendahului perilaku, dimana faktor tersebut memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi serta nilai-nilai yang dianut dan persepsi terhadap kebutuhan dan kemampuan yang berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk berperilaku.

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan fasilitas kesehatan (Notoatmodjo, 1997). Untuk berperilaku sehat, misalnya dalam upaya deteksi dini kanker serviks diperlukan pengetahuan dan kesadaran individu untuk melakukan pemeriksaan pap smear. Kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat individu untuk melakukan inovasi yang ditawarkan, misalnya tak perlu melakukan pemeriksaan pap smear, memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain merupakan hal yang tabu (Notoatmodjo, 2007).

2.3.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan

pancaindranya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefes), takhyul

(superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru(misinformation) (Soekanto, 2003).


(47)

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2006).

Untuk memperoleh pengetahuan manusia melakukan tiga cara, yaitu:

1. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengalaman

langsung ini akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.

2. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal atau resmi (di sekolah) maupun dari pendidikan non formal (tidak resmi), seperti kursus, penataran dan lain-lain.

3. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai

komunikasi simbolis.

Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasi materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).


(48)

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian Nurhasanah (2008), menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan erat dengan pemeriksaan pap smear. Dengan adanya pengetahuan yang baik maka seseorang akan mencari imformasi tentang kesehatannya, terutama dalam hal pemeriksaan pap smear. Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal tetapi juga diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan, teman, brosur, dan semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang pap smear maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan pap smear.


(49)

2.3.2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007).

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk berespon ( secara positif maupun negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007).

Menurut H.L. Bloom dalam Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap bukanlah suatu benda, ini adalah proses, suatu interaksi yang melibatkan tidak saja orang dan objek, tetapi semua faktor lain yang hadir dalam setiap situasi (Ahmadi, 1991).

Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku.

Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek.

Ciri-ciri sikap adalah:

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang


(50)

Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.

d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kacakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

e. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999 ).

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Menerima ( Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek)

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


(51)

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

Sikap dapat pula dibedakan atas: 1. Sikap positif

Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.

2. Sikap negatif

Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Fungsi sikap :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri 2. Sebagai alat pengukur tingkah laku 3. Sebagai alat pengatur pengalaman 4. Sebagai pernyataan kepribadian

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).


(52)

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:

a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

b. Sikap akan di ikuti atau tidak di ikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain.

c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

Pembentukan dan perubahan sikap:

Menurut Saarwono (2007), pembentukan dan perubahan sikap melalui beberapa cara yaitu:

a. Adaptasi yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan memengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diperensiasi yaitu dengan berkembangnya inteligensi, bertambahnya pengalaman

sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri.

2.3.3. Kepercayaan

Kepercayaan dianggap mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya manusia yang memiliki


(53)

naluri menghambakan diri kepada yang maha tinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidak mampuan manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup dan hanya yang maha tinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan. Kepercayaan dalam konteks agama, adalah sebahagian daripada suatu asas pembangunan moral. Dalam konteks ini kepercayaan dikenali sebagai Akidah ataupun Iman. Adapun kepercayaan itu dikatakan berkedudukan-memihak, karena ia sentiasa melibatkan penekanan, penuntutan, dan jangkauan daripada seorang individu mengenai kebenaran sesuatu.

Kepercayaan secara umumnya bermaksud pengakuan akan benarnya terhadap sesuatu perkara. Biasanya, seseorang yang menaruh kepercayaan pada suatu pekara itu akan disertai oleh perasaan pasti atau kepastian terhadap pekara yang berkenaan.

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2002).

Kepercayaan merupakan variabel yang sangat memengaruhi status kesehatan karena kalau tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan rendah usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulit dilakukan (McKenzie, 2006).

Menurut penelitian Ramdhania (2008), dari 53 responden yang diteliti 91,4% percaya untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaaan masyarakat terhadap petugas kesehatan sudah mulai timbul, walaupun di beberapa daerah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih


(54)

rendah. Mereka masih percaya kepada dukun, karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga masyarakat lebih senang berobat dan meminta tolong kepada dukun. Petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak mempunyai kharismatik.

2.3.4. Tradisi (Traditio)

Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat, menganggap bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi dari pada cara (usage). Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang lama karena sudah mengakar dalam kehidupan sehari-hari (Syarifudin, 2009).

Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, agar tradisi ini tidak punah. Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah berbeda sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku (Syafrudin, 2009).

Alasan wanita menolak dilakukan pap smear karena rasa malu dan tidak

diizinkan oleh suami. Hal ini menunjukkan bahwa wanita enggan melakukan pemeriksaan pap smear karena itu merupakan suatu hal yang sangat tabu dan harus mendapat persetujuan dari keluarga (suami) terlebih dahulu, itu merupakan


(55)

tradisi/kebiasaan dari sebagian besar masyarakat segala kegiatan yang akan dilakukan harus atas persetujuan keluarga.

Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat tertentu merupakan cara

penyesuaian masyarakat itu terhadap lingkungannya (Leonard Siregar, 2002).

2.3.5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi

a. Kurangnya pengetahuan sangat berpengaruh pada tingkat kesadaran kesehatan dan pencegahan penyakit, masyarakat tidak pernah peduli dengan kesehatan karena ketidak tahuannya.

b. Sikap yang buruk tidak pernah menganggap kesehatan itu penting dan tak mau

melakukan suatu tindakan untuk menjaga kesehatannya.

c. Kepercayaan adalah merupakan variabel yang sangat memengaruhi status kesehatan karena kalau mayarakat sudah tidak percayaan dengan petugas kesehatan dan fasilitas yang ada usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulit dilakukan.

d. Tradisi yang dianut masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat individu

untuk melakukan pemeriksaan tersebut.

2.4. Landasan Teori

Konsep teori dalam penelitian ini menurut Lawrence Green (1991) adalah sebagai berikut:


(56)

Gambar : 2.1. Teori Lawrence Green

Sumber : Notoatmodjo, 2007 dan pengembangan penulis

Lawrence Green (1991) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan sesorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior couses) dan faktor di luar perilaku (non-behavior couses). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor ;

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik : tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

Faktor pendukung (Enabling factors): - Fasilitas kes

- Sarana kesehatan

Status kesehatan

Faktor Pendorong (reinforcing factors) :

- Tokoh masyarakat, tokoh agama - Sikap petugas kes.

U d d

Perilaku Faktor predisposising: - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Tradisi - Keyakinan


(57)

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari prilaku masyarakat.

Dari teori Green dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seseorang yang tidak mau melakukan pap smear dipelayanan kesehatan

disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat pap smear bagi kesehatannya (predisposising factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari pelayanan kesehatan (enabling factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah melakukan pap smear (reinforcing factors) (Notoatmodjo, 2007).

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor predisposisi:

- Pengetahuan - Sikap

- Kepercayaan - Tradisi

Pemeriksaan Pap Smear


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory dengan desain cross sectional yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita usia subur terhadap pemeriksaan Pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di RSUD dr. Pirngadi Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan rumah sakit tersebut adalah rumah sakit pemerintah terbesar kedua di Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit rujukan yang menyediakan fasilitas lengkap serta tenaga kesehatan terampil untuk pemeriksaan pap smear, letaknya dekat dengan pusat kota sehingga mudah terjangkau oleh masyarakat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan survei awal sampai seminar hasil penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2011.


(59)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang berusia 30-49 tahun yang melakukan kunjungan ke poli kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan sebanyak 142 orang. Dengan pertimbangan usia 30-49 tahun merupakan usia yang produktif dan lebih matang dalam menetukan keputusan tentang kesehatan reproduksinya.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah wanita yang berumur 30-49 tahun dengan besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Taro Yamane (1998) yaitu:

n = N N.d2 + 1

= 142 = 142 142.0.12

+ 1 (142) . (0.01) + 1

= 142 2.42 = 58,67

Jadi sampel yang minimal dalam penelitian ini adalah 59 orang.

Pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling yaitu dengan


(60)

3.4. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dengan penjelasan kuesioner secara lengkap sebagai acuan pewawancara dalam melakukan wawancara dan melakukan observasi terhadap kartu rekam medis.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun catatan rekam medis

maupun dokumen-dokumen resmi lainnya terutama data di poli obgyn RSUD dr.

Pirngadi Medan.

Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang dipergunakan. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada 30 responden di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Pengujian validitas menggunakan koefisien korelasi pearson’s product moment coefficient of correlation. Dasar keputusan uji validitas dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan p-value kurang dari alpha 0,05 maka item pernyataan dikatakan valid, sebaliknya jika p-value lebih besar dari alpha 0,05 maka item pernyataan tidak valid. Dasar pengambilan keputusan uji validitas juga dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi dengan angka kritis (r-tabel = 0,361). Jika koefisien korelasi lebih besar dari r-tabel maka item pernyataan valid, sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari r-tabel maka item pernyataan tidak valid.


(61)

konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji reliabilitas akan mengindikasikan apakah instrumen-instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak. Dalam metode Alpha Cronbach telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa alat

ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliable) atau jawaban responden akan

cenderung sama walaupun diberikan kepada responden tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di atas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak reliabel (Riduwan, 2008).

Hasil pengujian instrumen yang dilakukan terhadap 30 responden diperoleh bahwa instrumen yang dipakai untuk penelitian dinyatakan valid dan reliabel. Instrumen pengetahuan terdiri dari 15 item pertanyaan, didapatkan nilai koefisien korelasi (r) minimum 0,443, nilai r maksimum 0,759, dan nilai alpha cronbach = 0,916. Instrumen sikap terdiri dari 10 item pertanyaan, didapatkan nilai koefisien korelasi (r) minimum

0,435, nilai r maksimum 0,771, dan nilai alpha cronbach = 0,905. Instrumen

kepercayaan terdiri dari 5 item pertanyaan, didapatkan nilai koefisien korelasi (r) minimum 0,445, r maksimum 0,665, dan nilai alpha cronbach = 0,799. Instrumen tradisi/kebiasaan terdiri dari 5 item pertanyaan, didapatkan nilai koefisien korelasi (r) minimum 0,475, r maksimum 0,670, dan nilai alpha cronbach = 0,771.


(62)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen dan Variabel Dependen

a. Variabel bebas (Independen) yaitu: pengetahuan, sikap, kepercayaan dan

tradisi/kebiasaan.

b. Variabel terikat (dependen) yaitu : Pemeriksaan Pap smear. 3.5.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh responden yang berhubungan

dengan deteksi dini kanker serviks. Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala ordinal, hasil ukur dapat dikategorikan :

a. Kurang

b. Baik

2. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap tindakan pemeriksaan

pap smear, cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala ordinal. Hasil ukur dapat dikelompokkan dalam kategori :

a. Tidak setuju b. Setuju

3. Kepercayaan adalah keyakinan wanita terhadap tindakan pemeriksaan pap smear. Cara ukur dengan wawancara, alat ukur menggunakan kuesioner, skala ordinal. Hasil ukur dikelompokkan dalam katageri :

a. Tidak percaya b. Percaya


(1)

Responden masih banyak yang mendukung tentang tindakan pemeriksaan pap smear, namun dapat kita lihat responden yang tidak mendukung lebih banyak yang tidak melakukan pap smear. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dukungan yang dimiliki responden tentang pemeriksaan pap smear mengakibatkan semakin datang untuk melakukan pemeriksaan pap smear.

Dalam keadaan ini upaya untuk merubah kebiasaan/tradisi yang dimiliki responden dapat dilakukan melalui kegiatan pendekatan dan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan pap smear yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan terutama harus melibatkan suami/keluarga bahwa pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear guna mendeteksi adanya penyakit kanker serviks.

5.5. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi Wanita Usia Subur terhadap Pemeriksaan Pap Smear Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks

Berdasarkan hasil Uji statistik, diketahui variabel independen (Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi) Wanita Usia Subur secara bersama berpengaruh terhadap tindakan pemeriksaan pap smear. Dari seluruh variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemeriksaan Pap Smear adalah sikap, dengan nilai p value = 0,003. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ramdhania, 2008. Bahwa pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi/kebiasaan mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.


(2)

5.6. Keterbatasan Penelitian.

Keterbatasan penelitian ini juga tidak luput dari berbagai hambatan yang dijumpai peneliti pada saat melakukan penelitian antara lain :

1. Pasien yang berkunjung ke RSUD dr. Pirngadi tidak selalu sesuai dengan kriteria yang diinginkan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pengisian kuesioner sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan.


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan uji statistik terdapat pengaruh antara pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi Wanita Usia Subur terhadap pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks di RSU. Pirngadi Medan.

2. Hasil uji regresi logistik variabel yang paling berpengaruh terhadap pemeriksaan Pap Smear adalah sikap dengan nilai Exp B =14,677.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan :

1. Meningkatkan promosi kesehatan reproduksi secara terus menerus dan meningkatkan kepercayaan masyarakat tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear di masyarakat.

2. Adanya peran serta suami dan keluarga waita usia subur terhadap pemeriksaan pap smear untuk meningkatkan kesehatan reproduksinya.

3. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang berhadapan langsung dengan masyarakat agar lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi wanita usia subur agar mau melaksanakan deteksi dini kanker serviks


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 1991, Psikologi sosial, rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta.

Artiningsih, 2011, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks.

Azis F.M, 2005,Skrinig dan Deteksi dini Kanker Serviks, Jakarta.

Bustan, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta. Budiharto, 2008, Metodelogi Penelitian Kesehatan EGC, Jakarta

Dalimartha S, 2004, Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker, Penebar Swadaya, Jakarta.

Dahlan, M.S, 2005, Besar Sampel dalam penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Arkans, Jakarta.

DEPKES RI, 2005, Penanggulangan Kanker Serviks dengan Vaksin HPV, Departemen Kesehatan RI.

Diananda R, 2009, Mengenal seluk beluk kanker, Katahati, Jogjakarta.

Dinas Kesehatan, 2009, Profil Keshatan Propinsi Sumatera Utara, Medan

Emilia Ova, 2010, Bebas ancaman kanker serviks, Media pressindo, Yogyakarta. Gant, Norman F, 2010, Dasar-Dasar Ginecologi & Obstetri,EGC, Jakarta. Gulo W, 2005, Metodelogi Penelitian, Grasindo Jakarta.

Hanifa W, 2005, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Jakarta.

Hidayat, A. A. Aziz Alimul, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.


(5)

Ida Bagus Gde, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Monica Ester, Jakarta.

Koentjaraningrat, 2009, Pengantar Ilmu Antropologi, PT.Rineca Cipta Jakarta. Lapau B, 2009, Prinsip dan Metode Epidemiologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Leonard Siregar, 2002, Antropologi dan Konsep Kebudayaan, Universitas Cendrawasih. Mardiah, 2010, Epidemiologi untuk Kebidanan, EGC, Jakarta.

McKenzie, 2006, Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar, EGC, Jakarta.

Mubarak, 2007, Promosi Kesehatan Sebagai Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Notoatmodjo S, 2003, Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. , 2005, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta.

, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmudan seni, Rineka Cipta : Jakarta.

, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Rineka Cipta:Jakarta.

Nugroho Taufan, 2010, Kesehatan Wanita Gender dan Permasalahannya, Nuha Medika,Yogyakarta.

Nurhasanah, 2008, Pengaruh karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh.

Prawiroharjo, Sarwono, 2010, Ilmu Kandungan, EGC, Jakarta

Ramdhania, 2008, Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Masyarakat Mencari Pengobatan di Dusun Salena Kelurahan Buluri Kecamatan Palu Barat.

Ramli Muchlis, 2005, Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta.

Riduwan, 2009, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta. Bandung.

Rosyidi I, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginecologi, Kusuma Adriana Jakarta. Sabri L, 2007, Statistik Kesehatan, Grafindo Persada, Jakarta.


(6)

Sastroasmoro S, 2008, Dasar – Dasar Metodelogi Penelitian Klinis, CV. Sagung Seto, Jakarta

Setiati, E, 2009,Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita, Andi Yokjakarta.

Siswadi Y, 2006, Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas, Monica Ester, Jakarta.

Syafrudin, SKM, Mkes, 2009, Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan, Trans Info Media Jakarta.

Timmreck, Thomas C, 2004, Epidemiologi suatu pengantar, Jakarta.

Tracie Gan Pay Fong, 2010, Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pap smear Sebagai Satu Langkah Deteksi Awal Untuk Kanker Serviks di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008

Universitas Sumatera Utara, 2010, Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Tesis, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Medan.

Umar, H, (2008), Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.

.


Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 84 110

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor

0 68 75

Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008

1 28 118

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PEMERIKSAAN Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks dan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Sidanegara Kabupaten Cilacap.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PEMERIKSAAN Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks dan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Sidanegara Kabupaten Cilacap.

0 2 13

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 12

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 2

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 5

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 21