Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PASANGAN

USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMERIKSAAN PAP

SMEAR DI RSUZA BANDA ACEH TAHUN 2008

T E S I S

Oleh

CUT NURHASANAH

067012005/AKK

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PASANGAN

USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMERIKSAAN PAP

SMEAR DI RSUZA BANDA ACEH TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

CUT NURHASANAH

067012005/AKK

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RSUZA BANDA ACEH TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Cut Nurhasanah

Nomor Pokok : 067012005

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.dr.Azhar Tanjung, Sp.PD-KP-KAI, Sp.MK) (drh.Hiswani, M.Kes.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr.Drs.Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B., MSc)


(4)

ABSTRACT

Cervical cancer is a malignant tumour which grows in the cervix. In Indonesia, the rate of cervical cancer incident is about 50 in 100,000 population. To detect the existence of cervical cancer earlier is through Pap smear examination. This test is a cytological examination with medium sensitivity level (good enough) and relatively economical.

The purpose of this survey study with cross-sectional design is to find out the influence of characteristics and behavior of productive-age couples on Pap smear examination in the Zainoel Abidin General Hospital, Banda Aceh. Selected through purposive sampling technique, the sample for this study are 88 productive – age couples who came to the delivery polyclinic from May to June 2008.

The result of regression logistic test shows that variables of characteristic

which have a significant influence on Pap smear examination are education (p = 0.012) RP=1,48, socio-economy (p = 0.020) RP=0,33, while age (p = 0.639)

RP==1,48 and occupation (p = 0.045) RP=0,70 do not have any influence on Pap smear examination. In terms of variables of behavior, knowledge (p = 0.021) RP=0,38 has a significant influence and attitude (p = 0.070) RP=2,37 does not have any influence on Pap smear examination. Only 40.9% of productive-age couples have done Pap smear examination while the other 59.15 do not do Pap smear examination.

It is suggested that the Zainoel Abidin General Hospital management improve the knowledge about Pap smear examination more through health promotion.


(5)

ABSTRAK

Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim/serviks. Di Indonesia, angka kejadian kanker leher rahim diperkirakan sekitar 50 Per 100.000 pendudduk. Untuk mengetahui secara dini kanker serviks adalah melalui pemeriksaan Pap Smear, test ini merupakan pemeriksaan sitologi dengan tingkat sensitivitas menengah (cukup baik) dan relatif murah.

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain cross sectional study untuk mengetahui pengaruh karakteristik dan perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh, sampel ditetapkan secara purposive sampling pada PUS yang datang ke poliklinik kebidanan bulan Mai-Juni 2008 sebesar 88 PUS. Analisis data menggunakan Chi-Square dan Regresi Logistik.

Hasil uji regresi logistik bahwa variabel karakteristik yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemeriksaan Pap Smear adalah pendidikan (p=0,012) RP=1,48 sosial ekonomi (p=0,020) RP=0,33, yang tidak berpengaruh adalah umur (p=0,685) RP=1,48, pekerjaan (p=0,445) RP=0,70, sedangkan variabel perilaku yang berpengaruh secara signifikan adalah pengetahuan (p=0,021) RP=0,38 yang tidak berpengaruh adalah sikap (p=0,070) RP=2,37. PUS yang melakukan Pap Smear yaitu 40,9% yang tidak melakukan Pap Smear 59,1%.

Disarankan kepada pihak RS supaya pengetahuan tentang pemeriksaan Pap Smear lebih ditingkatkan yang dapat dilakukan melalui upaya promosi kesehatan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh tahun 2008.

Penulisan tesis ini juga dapat terlaksana berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Pascasarjana. Direktur Sekolah Pasca Sarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yang dijabat oleh Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasisiwa Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang dijabat oleh Dr. Drs.Surya Utama, MS, atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasisiwa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami ucapkan kepada Prof. Dr. Azhar Tanjung,Sp, PD-KP-KAI, Sp.MK selaku Ketua Komisi pembimbing dalam penulisan tesis ini dan drh. Hiswani M,Kes, sebagai


(7)

anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. dr.Halinda Sari Lubis, M.KKK dan Asfriyati,SKM, M,Kes, selaku dosen pembanding tesis ini, dan para dosen di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana, khususnya pada program studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin yang dijabat oleh dr. Taufik Mahdi, SpOG, dan dr. Rindang Indriani sebagai Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan RSU dr. Zainoel Abidin yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini. Serta teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan SPs USU khususnya pada program studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta Ayahanda (Alm) T.Daud,SH dan Ibunda tercinta Cut Khairan, yang telah mendidik penulis sejak kecil, dengan diiringi doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Teristimewa buat suami tercinta Irwandasyah Putra, SKM dan putri tersayang Dian Qatrunnada dan Risa Putroe Dalila dengan penuh kesabaran memberikan motivasi serta doanya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan mengampuni segala kesalahan yang pernah dilakukan selama ini, Amin.


(8)

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan tesis ini, oleh karenanya kritik dan saran semua pihak sangat penulis harapkan sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.

Medan, Juni 2008


(9)

RIWAYAT HIDUP

Cut Nurhasanah, lahir pada tanggal 20 Nopember 1970 di Aceh Besar, Anak kelima dari enam bersaudara dari Bapak (Alm) T. Daud, SH dan Ibu Cut Khairan. Menikah dengan Irwandasyah Putra, SKM, dikaruniai dua putri : Dian Qatrunnada dan Risa Putroe Dalilah.

Pada tahun 1977-1983, sekolah di SD Simpang tiga Aceh Besar dengan status berijazah. Tahun 1983-1986 SMP Negeri 1 Banda Aceh dengan status berijazah. Tahun 1986-1989 SMA Negeri 2 Banda Aceh dengan status berijazah. Tahun 1989-1992 Akademi Keperawatan Dep Kes RI Banda Aceh dengan status berijazah, tahun 2000-2001 Akademi Kebidanan Dep Kes Padang dengan status berijazah, tahun 2002-2003 D-IV Bidan Pendidik USU Medan dengan Status berijazah.

Pada tahun 2006-2008 melanjutkan pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Universita Sumatera Utara. Bekerja sejak tahun 1996-sekarang sebagai staf pengajar di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... . 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Definisi kanker leher rahim dan pemeriksaan Pap Smear... 10

2.2 Karakteristik ... 11

2.3 Perilaku ... 15

2.4 Pemeriksaan Pap Smear ... 21

2.5 Gambaran Umum Penyakit Kanker Serviks ... 29

2.6 Landasan Teori ... 33

2.7 Model Kerangka Teori ... 35

2.8 Kerangka Konsep ... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5 Variabel dan Definisi Operasianal ... 39

3.6 Metode Pengukuran... 41


(11)

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 45

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.2 Hasil Penelitian... 48

4.3 Hasil Analisis ... 54

4.4 Analisis Multivariat ... 59

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB 5 PEMBAHASAN... 61

5.1. Pengaruh Karakteristik PUS terhadap pemeriksaan Pap Smear ... 61

5.2. Pengaruh Perilaku PUS terhadap pemeriksaan Pap Smear ... 65

5.3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Pemeriksaan Pap Smear ... 68

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 70


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Stadium Secara Klinik... 27 4.1 Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Umur... 49 4.2. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Pendidikan... 50 4.3. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan pekerjaan ... 50 4.4. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Sosial Ekonomi ... 51 4.5. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Pengetahuan ... 51 4.6. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 52 4.7. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Sikap... 53 4.8. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Kategori Sikap... 54 4.9. Distribusi PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA

Banda Aceh Tahun 2008 Berdasarkan Tindakan... 54 4.10. Hubungan Karateristik Umur dengan tindakan pemeriksaan

Pap Smear di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008. ... 55 4.11. Hubungan Karateristik Pendidikan dengan Tindakan

Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008 ... 56 4.12. Hubungan Karateristik pekerjaan dengan tindakan pemeriksaan Pap


(13)

4.13. Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi dengan tindakan pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008 ... 58 4.14. Hubungan Pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan Pap Smear

di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008... 59 4.15. Hubungan Sikap dengan tindakan pemeriksaan Pap Smear

di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008... 60 4.16. Hasil Uji Regresi Logistik Pengaruh Karateristik dan Perilaku PUS

Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh

Tahun 2008 ... 61


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku... 36 2.2 Kerangka Konsep ... 37


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian Pengaruh Karakteristik Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda

Aceh Tahun 2008... 74 2. Master Data Pengaruh Karakteristik Perilaku Pasangan Usia Subur

(PUS) Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh

Tahun 2008 ... 80 3. Hasil Pengolahan Data Penelitian Pengaruh Karakteristik Perilaku

Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di

RSUZA Banda Aceh Tahun 2008 ... 83 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 101 5. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 102


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk penghasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes, 2004).

Dalam visi Indonesia sehat 2010 terdapat tiga pilar yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, dan pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang ideal mengandung arti bahwa pelayanan sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita dan keberadaan pasien, tanpa melihat dari segi apapun serta terjangkau semua lapisan masyarakat diseluruh wilayah indonesia, (BPS, 2004 ).

Salah satu target yang akan dicapai pada tahun 2010 adalah program kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan reproduksi merupakan pelayanan yang diharapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan klien dan hak reproduksi perorangan secara efektif dan efisien, (Depkes, 2001). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistim reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya kanker sistim reproduksi, (Depkes, 2002).


(17)

Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur, rahim dan alat kelamin perempuan. Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh wanita di negara berkembang dan menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Di Indonesia, angka kejadian kanker leher rahim diperkirakan sekitar 50 Per 100.000 pendudduk, ( Depkes, 2001 ).

Untuk mengetahui secara dini kanker serviks adalah melalui pemeriksaan Pap Smear, Test ini merupakan pemeriksaan sitologi dengan tingkat sensitivitas menengah (cukup baik) dan relatif murah. Pap smear ditemukan pertama sekali oleh George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap Smear test (uji pulasan papanicolou), (Price,2006).

Kanker leher rahim (kanker serviks) mempunyai insidens yang tertinggi di negara berkembang dan di Indonesia khususnya. Frekuensi relativedi Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologik dan 16% berdasarkan data rumah sakit.Menurut Penelitian Tjokronegoro (2002) kanker ginekologik di RSCM adalah kanker serviks, 62% diantaranya dengan stadium lanjut (stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian tertinggi karena kanker ginekologik dengan CFR 66%.

Berdasarkan data dari 13 pusat patologi di Indtonesia menunjukkan penyakit kanker serviks pada urutan pertama tumor ganas pada perempuan dengan frekuensi 28.7%, sebagian besar penderita (62% ) datang berobat dalam stadium lanjut (stadium II B sampai IV A), dan pengobatan yang dilakukan dengan radiasi merupakan pengobatan utama, (POGI ,2003 ).


(18)

Menurut data BKKBN (2006), jumlah penderita kanker serviks di Indonesia sekitar 200 ribu setiap tahunnya dan menduduki peringkat kedua setelah kanker payudara, kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang dapat menyebabkan kematian, namun demikian kesadaran wanita untuk memeriksakan diri masih sangat rendah, karena kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks dan lebih dari 70 % penderita yang datang ke Rumah Sakit sudah stadium lanjut.

Di Sumatera Utara jumlah penderita kanker serviks pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 681 kasus. Dari data ini menunjukkan ada peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Dan data dari laboratorium patologi USU tahun 2002 terdapat 21 kasus, dari jumlah tersebut,17 kasus sudah berada pada tingkat displasia (Sel-sel ganas). (Rahmi, 2004).

Data dari Rumah Sakit Umum Dr.Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh, pada tahun 2005 terdapat kasus kanker serviks 8 orang, sedangkan wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear 19 orang, pada tahun 2006 kanker serviks meningkat menjadi 31 orang, yang melakukan pemeriksaan Pap Smear 15 orang, tahun 2007 terdapat kanker serviks 20 orang dan yang melakukan pemeriksaan Pap Smear 18 orang, (RSUZA, 2007) .

Data Register dari bagian patologi anatomi Fakultas Kedokteran Unsyiah pada tahun 2005 terdapat kanker servik 2 orang, yang melakukan Pap Smear sebanyak 17 orang, tahun 2006 terdapat kanker serviks 13 orang, yang melakukan Pap Smear 26 orang dan tahun 2007 terdapat 26 orang kanker serviks serta terdapat 23 orang yang melakukan pemeriksaan Pap Smear,(FK Unsyiah, 2007).


(19)

Sampai sekarang belum diketahui penyebab kanker serviks, hanya saja diduga akibat Human Papilloma Virus (HPV) melalui penyakit menular hubungan seksual (PMS), dimana 90% kanker serviks terkait dengan HPV (Sianturi, 1996). Tetapi ada beberapa faktor resiko yang telah diketahui yaitu umur muda pada koitus pertama, (dibawah 20 tahun ), banyak pasangan seksual, kawin muda, umur muda pada kehamilan pertama, paritas yang tinggi, perceraian, status sosial ekonomi rendah, merokok, dan banyak pasangan seksual (Hacker,2001).

Deteksi dini kanker serviks adalah upaya yang dilakukan untuk memeriksa keadaan leher rahim sedini mungkin sehingga keadaan serviks dapat diketahui lebih awal dan apabila terdapat kelainan maka cepat teratasi.

Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari serviks dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel. Perubahan sel rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. Hasil Pap Smear dikatakan abnormal jika sel-sel yang berasal dari leher rahim setelah diperiksa ada perbedaan dengan sel-sel normal, (Hacker,2001).

Pap Smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker servik secara akurat dan biaya tidak terlalu mahal. Pap Smear dapat menurunkan angka kematian karena kanker serviks menurun sampai lebih dari 50%. Bagi wanita yang sudah pernah berhubungan seksual disarankan untuk segera melakukan Pap Smear secara teratur yaitu 1 kali selama 2-3 tahun, (Price,2006).


(20)

Pada pemeriksaan Pap Smear, sel servik diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang diolesi bagian luar servik) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servika). Sel-sel servik lalu dioleskan pada kaca obyek kemudian dikirimkan kelaboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani Pap Smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon, (Argon Medika,2007).

Pap Smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prakanker pada serviks, jika hasil Pap Smear menunjukkan displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsi. Anjuran untuk melakukan Pap Smear secara teratur adalah setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun, setiap tahun bagi wanita yang bergati-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV (human papilloma virus ) atau kutil kelamin dan setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB, sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal dan sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker servik. (Hacker,2001).

Adanya kesadaran masyarakat cara untuk mencegah penyakit sedini mungkin, dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan atau medical check up, yang saat ini mulai membudaya di kalangan sebagian masyarakat. Pemeriksaan Pap Smear sangat bermanfaat untuk mendeteksi dini kanker dinding rahim tetapi masih banyak masyarakat yang belum pernah memeriksakannya.


(21)

Penelitian terdahulu yang dilakukan di Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatra Utara tahun 2004, dari 47 Mahasiswa yang sudah menikah maka

terdapat 17 mahasiswa yang pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear dan 30 mahasiswa lainnya belum pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear,

(Rachmi,2005).

Data ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran wanita dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear, hal ini disebabkan karena berbagai alasan yang berbeda, antara lain tidak merasakan adanya gejala dari penyakit kanker leher rahim seperti keputihan dan perdarahan diluar siklus haid, takut menjadi tahu tentang penyakitnya, malu melakukan pemeriksaan dan tidak tahu tentang pentingnya pemeriksaan Pap Smear, karena masyarakat tidak pernah mendapat informasi tentang pentingnya pemeriksaan Pap Smear bagi wanita yang telah menikah (Medicastore,2007).

Menurut Notoadmojo (2003), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku adalah faktor internal yaitu pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan faktor eksternal adalah lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, serta kebudayaan. Sedangkan menurut Notoadmojo (1997), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan fasilitas kesehatan.


(22)

Perilaku Sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat

Menurut Notoadmojo (2003), strategi untuk memperoleh perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 yaitu pertama, menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan yaitu perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga dapat melakukannya (berperilaku) seperti yang diharapkan. Kedua pemberi informasi, dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan, serta cara menghindari penyakit, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Ketiga diskusi dan partisipasi, cara ini sebagai peningkatan dalam memberikan informasi tentang kesehatan. yang bersifat dua arah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Pap Smear adalah umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap dan tindakan. dan faktor tersebut merupakan karakteristik dan perilaku masyarakat.

Secara umum kebijakan penanggulangan kanker di indonesia belum ada, koordinasi dalam penanggulangan kanker masih kurang, sistim pencatatan atau registrasi belum memadai, penderita datang pada stadium lanjut, jumlah penderita kanker stadium lanjut masih cukup tinggi, penyebaran dan jumlah fasilitas pelayanan belum memadai, sistim rujukan belum berjalan dengan semestinya, pengetahuan tentang faktor resiko dan cara hidup yang sehat belum diketahui secara merata, jumlah penduduk berusia lanjut makin meningkat sehingga penyakit degeneratif dan


(23)

neoplasma makin meningkat, serta tatalaksana dalam penanggulangan penyakit kanker di Rumah Sakit masih kurang sempurna, (Bustan, 2000).

Dari permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Karakteristik Dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS)

Terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh, 2008.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian dalam uraian diatas, maka permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh karakteristik dan perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap Pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh 2008.

1.3. Tujuan penelitian

Menganalisis pengaruh karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan,sosial ekonomi) dan perilaku (pengetahuan, sikap) PUS terhadap pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh 2008.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi) dan perilaku (pengetahuan, sikap) PUS terhadap pemeriksaan Pap Smear di RSUZA Banda Aceh tahun 2008.


(24)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah sakit untuk meningkatkan sosialisasi pada pasangan usia subur yang berumur diatas 30 untuk melaksanakan deteksi dini secara intensif terhadap kanker alat reprodusi.

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi dan promosi tentang perlunya pemeriksaan deteksi dini kanker alat reproduksi pada pasangan usia subur.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi kanker leher rahim dan pemeriksaan Pap Smear

Kanker Leher rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Medicastore, 2007). Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina), (Sarjadi,1995).

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang tersering dijumpai di Indonesia baik diantara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker (Tapan, 2005).

Pemeriksaan papanicolau (Pap Smear) adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil usapan sel dan lendir leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan pada sel secara mikroskopis, (Depkes, 2001). Tes Pap merupakan alat skrining kanker serviks uteri yang dipergunakan untuk memantau perubahan sel epitel serviks uteri mulai dari perubahan displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in situ, (Tambunan, 1991).

Menurut BKKBN (2006), Tes Pap Smear merupakan suatu pemeriksaan yang dianjurkan sebagai skrining terhadap kanker serviks dan merupakan pemeriksaan sitologi dengan tingkat sensitivitas menengah (cukup baik) dan relative murah.


(26)

Pemeriksaan Pap Smear adalah pengamatan sel-sel yang dieksfoliasi dari genetalia wanita, (Tjokronegoro, 2002).

2.2Karakteristik

Karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu (Daryanto,1997).

Faktor yang termasuk ke dalam karakteristik adalah umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi.

2.2.1 Umur

Umur adalah lamanya hidup yang telah dilalui, umur reproduksi sehat adalah 20-35 tahun, Menurut Verralls (2003) wanita umur 35-55 tahun mempunyai risiko tinggi untuk timbulnya kanker serviks, tetapi sekarang telah terjadi peningkatan jumlah wanita muda yang sel-sel abnormalnya, bahkan dapat di diagnosis pada sitologis cervik.

Menurut Yatim, (2005) di RSCM kanker serviks terjadi pada usia 25-34 tahun dan umur 35-54 tahun. Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69. Di RSCM ditemukan pada stadium IB, IIA, dan IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIB sering pada kelompok umur 45-54.


(27)

Kejadian kanker diusia muda disebabkan karena melakukan aktivitas seksual pada usia muda, menurut Price (2006), Puncak insiden karsinoma adalah usia 20-30 tahun. Pemeriksaan pelvis dan penapisan pulasan Pap Smear setiap tahun bagi wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual. Semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar resiko mendapatkan karsinoma servik uteri dan menikah pada usia 20 tahun dianggap usia muda, (Tambunan, 1991). 2.2.2 Pendidikan

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, (Hasibuan,2005).

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek sekalian objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Menurut Mj.Langveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertujukan pada kedewasaan. Sedangkan pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan dan tingkah laku (Notoatmojo, 1997).

Menurut Daryanto (1997), pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Peningkatan manusia ketaraf insani itulah yang disebut mendidik, sedangkan menurut Dictionary of Education tahun (1984), pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya didalam lingkungan masyarakat.


(28)

Menurut Notoatmojo (1996), konsep dasar dari pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang sehingga dapat menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

Koentjoroningrat (1997), mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkatkan sesuai dengan pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk dapat menyerap pengetahuan.

2.2.3 Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas rutin yang dilakukan subjek penelitian diluar maupun di dalam rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang (Daryanto,1997). Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risk menurut sifat pekerjaan juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu, (Notoatmodjo, 2003).

2.2.4 Sosial ekonomi

Status sosiol ekonomi adalah tingkat pendapatan penduduk, semakin tinggi pendapatan penduduk semakin tinggi pula pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang makanan, semakin tinggi pendapatan keluarga semakin baik juga status gizi masyarakat (BPS, 2006).


(29)

Tingkat ekonomi yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan, orang tua yang bekerja atau penghasilan rendah) yang memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Zacler, dalam Notoatmodjo, 1997).

Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan. Data Survey Kesehatan Nasional tahun (1992), memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita, oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan dengan kondisi seseorang, keluarga dan masyarakat Depkes RI,(2000).

Menurut Verralls (2003) wanita pada kelompok sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktivitas seksualnya pada umur yang lebih muda dan terdapat pengurangan insidens kanker serviks pada para wanita yang suaminya disirkumsisi.


(30)

Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan imunitas, pada sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

2.3Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, (Sarwono, 2007). Respons seseorang dapat bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).

2.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal, (Daryanto, 1997). Pengetahuan adalah isi dari tahu dan isi, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra penglihatan, pandangan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga, (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda/hal secara obyektif, yang bersifat positif atau negatif.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang :


(31)

1. Proses adopsi perilaku

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers, dalam Notoatmodjo (2003), dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu : a). Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek), b). Interest dimana orang mulai tertarik kepada stimulus, c). Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, d). Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru, e). Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

2. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif

a. Tahu (know), bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar yang dipelajari dan mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension), bila seseorang berada dalam tingkat pengetahuan dasar, yang dapat menerangkan kembali cara mendasar ilmu pengetahuan yang dipelajari dan dapat dijelaskan secara benar objek yang diketahui.

c. Aplikasi (Aplication), bila telah ada pengetahuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dari situasi ke situasi yang lain atau kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.


(32)

d. Analisis (Analysis), bila pengetahuan telah lebih meningkat dan telah mampu untuk menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu bentuk keseluruhan yang baru.

e. Sintesis (Synthesis), bila mampu untuk menyusun kembali kebentuk yang lain, sintesis menunjukkan suatu bentuk kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation), merupakan tingkat pengetahuan yang tinggi telah ada

kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang telah dipelajari, evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria, (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2. Sikap

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007). Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif maupun negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya, (Sarwono, 2007).

Menurut H.L. Bloom, dalam Notoatmodjo (2003) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih


(33)

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

sikap adalah penilaian (bias berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan.

1. Komponen pokok sikap

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, dan kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

2. Berbagai tingkatan sikap

a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diperhatikan (objek).

b. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.


(34)

c. Menghargai (Valuing), bahwa mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu-ibu lain pergi melakukan Pap Smear, atau mendiskusikan tentang Pap Smear adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap Pap Smear.

d. Bertanggung jawab (responsible), yaitu tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risikonya yang merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, mesti mendapat tantangan dari mertua atau pihak lainnya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,2003). 3. Pembentukan dan perubahan sikap

Menurut Sarwono (2007), pembentukan dan perubahan sikap melalui beberapa cara yaitu :

a. Adaptasi yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diperensiasi yaitu dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri.


(35)

c. Integrasi yaitu pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

d. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

2.3.3. Tindakan atau Praktek

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Praktek atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :

a. Praktek terpimpin (guided response), apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

b. Praktek secara mekanisme (mechanism), apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktek atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adaption) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.


(36)

2.4Pemeriksaan Pap Smear

Pap Smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel, (Riano, 2006).

Pap Smear sering juga disebut dengan Pap Test, ditemukan pertama sekali oleh dokter yang bernama George N papanicolau pada tahun 1928, sehingga dinamakan Pap Smear test (BKKBN, 2006). Sitologi ginekologik Pap Smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas atau dekuamasi dari alat kandungan wanita, meliputi sel-sel yang lepas dari vagina, servik, endoservik, dan endometrium, (Lestadi, 1997).

Suatu pemeriksaan ginekologik harus dilengkapi dengan pemeriksaan sitologi apusan Pap Smear karena dari pemeriksaan sitologi ini dapat diketahui ada tidaknya proses infeksi, kelainan pra kanker dan kanker didalam vagina dan serviks.Kanker serviks di Indonesia masih menduduki peringkat pertama sebagai kanker yang terbanyak dijumpai pada wanita, maka dengan melakukan pemeriksaan apusan pap berarti telah melakukan usaha pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.

Deteksi dini kanker serviks adalah upaya yang dilakukan untuk pemeriksaan keadaan leher rahim sedini mungkin sehingga keadaan leher rahim dapat diketahui lebih awal dan apabila terdapat kelainan dapat diatasi segera mungkin (Price, 2006). 2.4.1 Klasifikasi Pemeriksaan Pap Smear

Klasifikasi pemeriksaan Pap Smear, sistim Bethesda (Pemakaian terbaru) menurut Price.2006 adalah :


(37)

a. ASCUS (Sel Skuomosa atipikal yang tidak dapat ditentukan secara signifikan) sel skuomosal adalah sel datar, tipis yang membentuk permukaan serviks.

b. LSIL (Lesi Skuamosa Intraepitelial), yaitu tingkat rendah berarti perubahan dini dalam ukuran dan bentuk sel. Lesi mengaju pada daerah jaringan abnormal, intraepithelial beraati sel abnormal hanya terdapat pada permukaan lapisan sel-sel.

c. HSIL (Lesi Skuomosa Intraepitel Tingkat-Tinggi), yaitu tingkat tinggi berarti berarti bahwa terdapat perubahan yang lebih jelas dalam ukuran dan bentuk abnormal sel-sel (pra kanker) yang terlihat berbeda dengan sel-sel normal.

Rekomendasi terbaru dari American college of obstetricions and gynecologist dan the Amerika cancer society adalah untuk melakukan pemeriksaan pelvis dan penapisan pulasan Pap setiap tahun bagi semua perempuan yang telah aktif secara seksual atau telah mencapai usia 18 tahun. Setelah tiga kali atau lebih secara berturut-turut hasil pemeriksaan tahunan ternyata normal, uji Pap dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter (Price, 2006).

Menurut Tjokronegoro (2002), Skrining Pap Smear pada setiap wanita sekali dalam hidupnya pada wanita berumur 35-40 tahun, kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 tahun pada wanita berumur 35-55 tahun, bila fasilitas tersedia lebih maka lakukan setiap 5 tahun pada wanita berumur 35-55 tahun. Ideal atau jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita yang berumur 25-60 tahun.


(38)

2.4.2 Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

Pap Smear dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks dan sebagai uji penapisan untuk mendeteksi perubahan neoplastik. Pulasan yang abnormal dapat dilakukan biopsy untuk mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan sitologis.

Menurut Sumaryati (2003), manfaat dari pemeriksaan Pap Smear adalah : Untuk mendeteksi dini tentang adanya radang pada rahim dan tingkat radangnya, adanya kelainan degeneratif pada rahim, ada/tidaknya tanda-tanda keganasan (kanker) pada rahim.

a. Mengetahui penyebab radang (penyakit, bakteri, jamur).

b. Untuk menyelidiki infeksi-infeksi tertentu dan penyakit yang disebarkan secara seksual.

c. Untuk menentukan penanganan dan pengobatan.

2.4.3 Kegunaan dari pada Pap Smear

Kegunaan dari pada Pap Smear menurut Lestadi, (1997) adalah :

a. Evaluasi sitohormonal, untuk menentukan adanya penyakit-penyakit gangguan hormonal, menentukan ada tidaknya ovulasi pada kasus infertibilitas.

b. Mendiagnosis peradangan, akan memberikan gambaran perubahan sel yang khas, yang sesuai dengan organisme penyebabnya.

c. Identifikasi organisme penyebab peradangan, dengan pulasan papanicolaou, beberapa macam infeksi oleh kuman tertentu akan menimbulkan perubahan sel yang khas.


(39)

d. Mendiagnosis kelainan pra kanker (displasia) serviks dan kanker serviks dini atau lanjut (karsinoma in situ/invasif).

Kini telah diakui bahwa Pap Smear merupakan alat diagnostik pra kanker dan kanker serviks yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi. Walaupun ketepatan diagnostik sitologi ginekologik Pap Smear sangat tinggi yaitu sebesar 96%, tetapi diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnostik sitologi kanker serviks harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologik jaringan biopsi serviks sebelum dilakukan tindakan berikutnya.

e. Memantau hasil terapi,misalnya pada kasus invertibilitas atau gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus-kasus kanker serviks yang telah diobati dengan elektrokauter, kriosurgeri atau konisasi.

2.4.4 Wanita yang perlu melakukan Pemeriksaan Pap Smear

Wanita yang perlu melakukan pemeriksaan Pap Smear, (BKKBN, 2006) adalah a) wanita menikah atau melakukan hubungan seksual pada usia muda < 20 tahun, b) wanita muda memiliki mulut rahim yang belum matang, ketika hubungan seksual terjadi gesekan yang dapat menimbulkan luka kecil, yang dapat mengundang masuknya virus, c) wanita sering berganti-ganti pasangan seks, akan menderita infeksi didaerah kelamin, sehingga dapat mengundang virus HPV dan herves genetalis, d) wanita yang sering melahirkan, kanker serviks banyak dijumpai pada wanita yang sering melahirkan yang disebabkan oleh truma persalinan, perubahan


(40)

hormonal dan nutrisi selama kehamilan, e) wanita perokok, memiliki resiko dibandingkan dengan wanita tidak merokok, karena rokok akan menghasilkan zat karsinogen yang menyebabkan turunnya daya tahan didaerah serviks

Menurut Tjokronegoro (2002), tembakau menggandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic aminemyang sangat karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah dapat menghasiklan nitrosamine. a. Wanita menopause dan mengeluarkan darah pervaginam, harus menjalani

pemeriksaan Pap smear karena kemungkinan adanya suatu keganasan.

b. Peserta KB yang sudah >5 tahun (terutama dengan kontrasepsi hormonal atau IUD), tali IUD akan menyebabkan trauma pada serviks yang menyebabkan mudah timbul infeksi, dan dikhawatirkan akan terjadi proses metaplasia. Sedangkan pada kontrasepsi hormonal dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur, (BKKBN, 1995).

2.4.5 Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Bahan pemeriksaan terdiri atas sekret vagina,sekret servikal (eksoserviks), sekret endo servika, sekret endometrial, sekret fornik posterior, (lestadi, 1997). Jangan melakukan pemeriksaan Pap Smear pada saat menstruasi karena sel-sel darah merah mengaburkan sel-sel epitel pada pemeriksaan mikroskop.


(41)

2.4.6 Alat dan tindakan yang dilakukan pada pemeriksaan Pap Smear

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan Pap Smear adalah formulir konsultasi sitologi, spatula ayre, kaca objek, spikulum cocor bebek kering dan tabung berisi larutan fiksasi alkohol 95%, kapas lidipensil gelas atau pensil intan, sapu endometrium dan lampu sorot, (Lestadi,1997).

Tindakan yang dilakukan oleh pasien sebelum pemeriksaan Pap Smear adalah tidak bersenggama selama 3 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear, tidak menggunakan obat peroral/pervagina dalam waktu 3 hari sebelum pemeriksaan dan bila menggunakan pil KB tidak perlu berhenti, hanya diberitahukan kepada petugas yang akan melakukan Pap Smear serta pasien tidak dalam keadaan haid.Tindakan ini dilakukan agar tidak meragukan hasil penilaian pemeriksaan Pap Smear (PKBI, 2004). Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh petugas adalah pasien terlentang. Spekulum dimasukkan kedalam vagina untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel serviks kemudian diambil dengan cara menggusap leher rahim dengan spatula kemudian diolesi pada objek glass dan dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut (Riono, 2006).

2.4.7 Cara pelaporan dan klasifikasi sitologi ginekologik

Hasil pemeriksaan sitologi ginekologik Pap Smear biasanya dilaporkan dengan suatu cara tertentu yang disebut klasifikasi atau terminologi. Ada beberapa jenis klasifikasi hasil pemeriksaan sitologi Pap Smear yang pada dasarnya kurang lebih sama, yaitu :


(42)

a. Klasifikasi menurut Papanicolou

Klas I Terdapat sel-sel normal

Klas II Sel-sel tidak normal yang tidak dicurigai ganas

Klas III Sel epitel diskariotik atau displasia ringan, sedang dan berat. Klas IV Terdapat sel-sel yang dicurigai ganas

Klas V Sel-sel ganas. b. Klasifikasi menurut WHO

Negatif Tidak ada sel maligna Displasia Kecurigaan maligna Positif Terdapat sel maligna

Inkonklusif Sediaan tidak dapat diinterpretasikan, (Hacker,2001). c. Stadium secara klinik

Tabel 2.1. Stasium Secara Klinik

Stadium 0 Sel kanker masih di selaputi lender serviks (karsinoma insitu)

Stadium I

Stadium IA

Stadium IAI

Stadium IA2

Stadium IB Stadium IBI Stadium IB2

Kanker masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum menyebar ke badan rahim

Karsinoma yang di diognosa baru hanya secara mikroskop dan belum menunjukkan kelainan/ keluhan klinik.

Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam < 3 mm, serta ukuran besar tumor < 7 mm.

Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm-5 mm) dengan lebar = 7 mm.

Ukuran kanker sudah > dari IA2 Ukuran tumor = 4 cm.


(43)

Lanjutan Tabel 2.1. Stasium Secara Klinik

Stadium 0 Sel kanker masih di selaputi lender serviks (karsinoma insitu)

Stadium II

Stadium IIA Stadium IIB

Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai dinding rongga panggul. Meskipun sudah menyebar ke vagina tetapi masih terbatas pada 1/3 atas vagina.

Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus. Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.

Stadium III Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah mengenai jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bias juga penderita sudah mengalai ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidroneprosis) dan mengalami gangguan fungsi ginjal.

Stadium IIIA Stadium IIIB

Kanker sudah menginfasi dinding panggul.

Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal dan /atau hidronephrosis.

Stadium IV

Stadium IVA Stadium IVB

Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara klinik sudah terlihat tanda-tanda infeksi kanker keselaput lender kandung kencing dan/atau rectum.

Sel kanker menyebar pada alat/organ yang dekat dengan serviks. Kanker sudah menyebar pada alat/organ yang jauh dari serviks. Sumber : Penyakit kandungan,(Yatim, 2005).

2.4.8 Kelebihan dan kelemahan screening serviks pada wanita perorangan a. Kelebihan

1). Menenangkan hati bagi sebagian besar orang yang mengalami perubahan sebelum ganas. 2). Menenangkan hati bagi orang-orang yang mengalami perubahan sebelum keganasan ditemukan pada setiap stadium awal. 3). Menghindari perawatan radikal jika kondisi ditangai lebih dini. 4). Menghasilkan peningkatan harapan hidup.


(44)

b. Kelemahan

1). Rasa takut menemukan kanker, 2.) Kecemasan terjadi saat menuggu hasil. 3). Rasa takut yang berasal dari hasil positif salah.

2.5Gambaran Umum Penyakit Kanker Serviks

2.5.1 Kanker serviks

Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dalam keganasan dalam kesehatan wanita terutama dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia. Frekuensi kesakitan dan kematian karena neoplasma ini merupakan yang terbanyak dari penyakit keganasan ginekologik. Menurut laporan berbagai sentral patologi di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama dari penyakit keganasan yang ada, di negara maju kanker serviks berada pada urutan kelima setelah karsinoma payudara, kolorektal, paru dan kulit. Perbedaan ini disebabkan adanya program test Pap Smear di negara maju yang dilakukan periodik dalam upaya deteksi dini kanker serviks (Tambunan,1991).

Menurut Rachmi (2004), yang mengutip pendapat Tobing (1985), kanker serviks adalah penyakit neoplasia ganas pada serviks yang sel-sel epitelnya memperlihatkan tanda-tanda keganasan berupa diferensiasi sel-sel epitel permukaan menghilang, susunan sel-sel basal yang berbentuk palisade juga tidak dijumpai lagi, bentuk dan inti sel bervariasi serta sangat kuat menarik zat warna dan jumlah sitoplasma sangat berkurang sehingga selnya seolah-olah tersusun padat.


(45)

2.5.2 Serviks

Serviks adalah bagian dari rahim (uterus), tetapi struktur dan fungsinya berbeda dengan corpus uteri. Serviks membentuk sepertiga bagian bawah uterus dan merupakan daerah di bawah isthmus yang meliputi ostium internum dan ostium externum. Serviks masuk ke dalam vagina dengan sudut tegak lurus dan serviks juga sering disebut sebagai collum uteri. Serviks secara keseluruhan berbentuk barrel dan panjangnya 2,5 cm dan membentuk sepertiga panjang seluruh uterus, (Verralls, 2003).

2.5.3 Epidemiologi

Kanker serviks merupakan jenis keganasan yang paling sering ditemukan pada kalangan wanita Indonesia, kasus ini terjadi pada wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuomosa yang melapisi serviks yang menuju ke dalam rahim. Insiden kanker servik seluruh Indonesia menunjukkan puncaknya pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar (32,40) dan disusul kelompok 35-43 tahun sebanyak 8,216 (31,40%) dari 26.169 penderita kanker serviks pada semua kelompok umur (PKBI, 2000). Pada perempuan usia 25-55 tahun dan masih aktif berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks 5-10% (Rahmad, 2001).

Di Amerika Serikat sebagian besar kasus (lebih dari 50.000 kasus/tahun) di temukan pada stadium dini dan 12.900 kasus invasive dengan angka kematian sekitar 7.000 perempuan (CFR = 54,26%) (Tapan, 2005). Berdasarkan penelitian pada 13 Patologi Anatomi di Indonesia tahun 1998 menempatkan kanker serviks di urutan pertama dengan prevalensi 18,26% dan pada tahun 2001 sekitar 41 kasus baru ditemukan setiap hari dengan Angkat kematian rata-rata 20 orang perhari.


(46)

Kanker serviks merupakan kanker yang mempengaruhi perempuan dengan latar belakang dan umur yang berbeda diseluruh dunia. Dierkirakan 50-80% perempuan mendapatkan infeksi Human Papilloma Virus (HPV) melalui kontak kelamin, 50% infeksi HPV berpotensi menyebabkan kanker. Risiko dimulai dari kontak seksual pertama kali.(Rahmad, 2001).

2.5.4 Faktor Risiko Kanker Serviks

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bersifat jinak atau ganas.

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah 1). HPV (Human papilloma virus), adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual, 2). Merokok, 3). Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini, 4). Berganti-ganti pasangan seksual, 5). melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks, 6). Pemakaian DES (dietiisbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran, 7). gangguan sistim kekebalan, 8). Pemakaian pil KB, 9). Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun, 10). Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap Smear secara rutin) (Medicastore, 2007).

2.5.5 Gejala Kanker Serviks

Menurut Hacker (2001) gejala yang terbanyak ditemukan pada karsinoma serviks invasif adalah :


(47)

1. Perdarahan dan secret vagina yang abnormal, berupa perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, menstruasi yang abnormal, atau muncul bercak-bercak antar-haid dan setelah menopause.

2. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

3. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut menurut Hacker, (2001) adalah : 1). Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, 2). Nyeri panggul, punggung atau tungkai, 3). Dari vagina keluar air kemih atau tinja, 4). Patah tulang (fraktur).

2.5.6 Deteksi dini

Deteksi dengan screening dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pap Smear dan kolkoskopi, jarang dilakukan karena biaya lebih mahal, kurang praktis dan memerlukan biopsi. Bentuk pemeriksaan yang paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan Pap Smear. Pemeriksaan ini sederhana, cepat dan tidak sakit. Pap Smear tidak hanya perlu dilakukan seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala pada wanita berusia 40 tahun (Bustan, 1997).

Hampir 50% penderita kanker serviks ternyata tidak melakukan Pap Smear dalam 10 tahun belakangan. Maka seorang perempuan beresiko sebaiknya diperiksa Pap Smear secara teratur.


(48)

2.5.7 Upaya pencegahan kanker serviks

Menutut Bustan (1997), upaya untuk memberikan pengobatan secara khusus telah dilakukan dengan segala upaya namun hasil yang diperoleh belum sesuai dengan harapan. Karena itu upaya pengobatan secara mandirii tidak dapat menjamin untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan yang menyeluruh, mulai dari upaya pendidikan kesehatah masyarak sampai upaya rehabilitasi.

Upaya pencegahan kanker serviks meliputi : 1). Pencegahan tingkat I Primer yaitu host belum sakit sakit (masih sehat) maka perlu diberi promosi kesehatan. 2). Pencegahan tingkat II Sekunder yaitu host dalam tahap penyakit dini perlu kemoterapi. 3). Pencegahan tingkat III Tersier yaitu host dalam tahap penyakit lanjut perlu dilakukan usaha Rehabilitasi : fisik, mental, sosial.(Bustan, 2000).

Menurut Yatim,(2005) kanker serviks dapat dicegah dengan : 1). Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular seperti Gonorrhoe, Chlamydia, Sipilis dan HIV/AIDS. 2). Menghindari merokok, meningkatkan derajat kesehatan secara umum, dan mencegah CIN (Cervikal Intraepitelial Neoplasia = pertumbuhan sel epitel kearah ganas) dan kanker leher rahim.

2.6Landasan Teori

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ada tiga faktor utama, yaitu :


(49)

2.6.1 Faktor-faktor predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistim nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.

Disamping itu kepercayaan, tradisi dan sistim nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bias menyebabjan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

2.6.2 Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air besih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil.


(1)

Risk Estimate

2,372 ,922 6,099

1,604 ,988 2,602

,676 ,419 1,090

88 Odds Ratio for Sikap

Responden (Tidak Setuju / Setuju)

For cohort Pemeriksaan Pap's Smear =

Melakukan tindakan Pap's mear

For cohort Pemeriksaan Pap's Smear = Tidak Melakukan tindakan pap's mear

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(2)

Logistic Regression

Case Processing Summary

88 100.0

0 .0

88 100.0

0 .0

88 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

Melakukan tindakan Pap's mear

Tidak Melakukan tindakan pap's mear

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 36 .0

0 52 100.0

59.1 Observed

Melakukan tindakan Pap's mear

Tidak Melakukan tindakan pap's mear Pemeriksaan

Pap's Smear

Overall Percentage Step 0

Melakukan tindakan Pap's mear

Tidak Melakukan

tindakan pap's mear Pemeriksaan Pap's Smear

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

.368 .217 2.877 1 .090 1.444

Constant Step 0


(3)

Variables not in the Equation

6.808 1 .009 5.265 1 .022 4.563 1 .033 15.838 3 .001 Pendi Sosek TAHU Variables Overall Statistics Step 0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

17.581 3 .001

17.581 3 .001

17.581 3 .001

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

101.488a .181 .244 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Classification Tablea

21 15 58.3

16 36 69.2

64.8 Observed

Melakukan tindakan Pap's mear Tidak Melakukan tindakan pap's mear Pemeriksaan Pap's Smear Overall Percentage Step 1 Melakukan tindakan Pap's mear Tidak Melakukan tindakan pap's mear Pemeriksaan Pap's Smear

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

.846 .335 6.380 1 .012 2.331

-1.247 .537 5.395 1 .020 .287

-1.145 .497 5.300 1 .021 .318

2.609 1.338 3.804 1 .051 13.589

Pendi Sosek TAHU Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: Pendi, Sosek, TAHU. a.


(4)

LAMPIRAN

NO. RESP UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN SOSEK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JUMLAH SKORE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JUMLAH SKORE

1

2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 19 2 1

2

2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 21 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 22 2 2

3

2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 19 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 20 2 1

4

2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 15 1 2

5

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2 1

6

2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 17 1 1

7

2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 21 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2

8

1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 14 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 16 1 1

9

2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 16 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 17 1 1

10

2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2 2

11

2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2 1

12

2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 19 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 22 2 2

13

2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 20 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 1

14

2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 20 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2

15

2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 18 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 14 1 2

16

2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 15 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2 2

17

2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2 1

18

2 3 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 15 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2

19

2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 17 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2 1

20

2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 15 1 2

21

1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 16 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2

22

2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 20 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 15 1 1

23

2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 15 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 21 1 1

24

2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 19 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2

25

2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 15 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2

26

2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 14 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 23 2 2

27

2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 1

PENGETAHUAN

PAP SMEAR

MASTER TABEL


(5)

NO. RESP UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN SOSEK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JUMLAH SKORE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JUMLAH SKORE PENGETAHUAN

PAP SMEAR SIKAP

29

2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 14 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 14 1 1

30

2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 15 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 2 2

31

2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 13 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 23 2 2

32

2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 18 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 19 2 2

33

2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 20 2 1

34

1 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 15 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 19 2 2

35

2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 18 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2

36

2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 16 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 17 1 1

37

2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 20 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 19 2 2

38

2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 15 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 1

39

2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 17 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2

40

2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 22 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 23 2 2

41

2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 21 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 20 2 1

42

2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 15 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 16 1 1

43

2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 18 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 16 2 1

44

2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 20 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 21 2 2

45

2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 16 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 17 1 1

46

2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 1

47

2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 20 2 2

48

2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 16 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2

49

2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 18 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 19 2 1

50

2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 15 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 17 1 2

51

2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 17 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 20 2 2

52

2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 18 1 1

53

2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 17 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 20 2 2

54

2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 17 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 20 2 1

55

2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 20 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 21 2 2

56

2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 17 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 2 1

57

2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 1


(6)

NO. RESP UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN SOSEK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JUMLAH SKORE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JUMLAH SKORE PENGETAHUAN

PAP SMEAR SIKAP

61

2 3 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 18 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 22 2 2

62

2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 23 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2

63

2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 17 1 2

64

2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 23 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23 2 1

65

2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 17 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 22 2 2

66

1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 17 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 1

67

2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 17 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2

68

2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 23 2 2

69

2 3 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 17 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 22 2 2

70

2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 22 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 22 2 2

71

2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 19 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 17 1 1

72

2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 17 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 21 2 2

73

2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 17 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2

74

2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 17 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 16 1 1

75

2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 20 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 15 1 2

76

2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 22 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2

77

2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 17 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 16 1 1

78

1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 17 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2

79

2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 17 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 2 1

80

2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 17 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 23 2 2

81

2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 19 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 23 2 1

82

2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 17 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 17 1 2

83

2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 17 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 15 1 2

84

2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 13 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 23 2 1

85

2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 18 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 21 2 2

86

2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 20 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 16 1 2

87

1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 17 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 16 1 1


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara

4 62 108

Pengetahuan Wanita Usia Subur Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid 5 di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

2 76 45

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara

0 56 108

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Upaya Mengurangi Premenstrual Syndrome di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe Tahun 2013

1 92 159

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Tradisi Wanita Usia Subur (WUS) terhadap Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

4 70 88

Analisa Pengaruh Pasangan Usia Subur Dan Pengguna Alat/Cara Kb Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1995-2009

0 27 72

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pada Pasangan Usia Subur Terhadap Perilaku Pemeriksaan Pap Smear Di Desa Pucangan Kartasura Sukoharjo.

0 1 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) MENGENAI PAP SMEAR DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAP SMEAR.

0 0 9