55
BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TERHADAP PRINSIP KEDAULATAN RAKYAT YANG TERMAKTUB DI DALAM UNDANG-
UNDANG DASAR 1945
A. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Secara Langsung Melalui
Pemilu.
Jika Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 dikaitkan dengan pasal 6A ayat 1 UUD 1945, yang menentukan bahwa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden merupakan satu kesatuan paket pasangan yang dipilih langsung oleh rakyat
65
, maka Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 itu tidak bertentangan dengan klausul UUD tersebut.
Namun jika kita mengarah kepada pembukaan UUD 1945, maka akan ditemukan kejanggalan terhadap pemilihan presiden secara langsung ini.
Dalam mukadimah alina IV dapat dibaca kalimat: suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada sila
yang lima.
66
Dimana salah satu sila- nya berbunyi: “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
”
Untuk mengetahui pertentangan yang ada diantara Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 terhadap pembukaan UUD 1945 serta makna dari
65
Jimly Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 27
66
Muhammad Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945 Jilid Kedua Jakarta: Siguntang, 1960, h. 83.
pembukaan UUD itu, maka pandangan para penyusun UUD 1945 dan para pejuang kemerdekaan dapat dikatakan relevan dan dapat dipakai untuk
menyelidiki makna dari kedaulatan rakyat yang termaktub di dalam pembukaan UUD 1945 tersebut karena pembukaan UUD 1945 belum
tersentuh perubahan sama sekali. Sejarah kedaulatan di tanah Indonesia tidaklah sama dengan sejarah
kedaulatan ditanah Barat.
67
Para penyusun UUD 1945 membuat sistem pemerintahan sendiri.Beliau-beliau mendapat ilham dari Inggris yang
mempunyai lembaga tertinggi, yang “supreme” tempat kedaulatan rakyat locus of souverignty berada.
68
Perbedaan Kedaulatan Rakyat Indonesia dengan Kedaulatan Rakyat yang lahir di Eropa Barat berdasarkan sejarah yang berbeda ditegaskan oleh
Moh. Hatta sebagai berikut: “Dalam memperluas itu kita sampai kita kepada teori Kedaulatan
Rakyat Ini
bukan satu
barang import,
satu tiruan
dari volkssouvereiniteit, yang berkembang di Eropa Barat, yang berdasar
Individualisme.
69
”
67
Ibid., h. 88.
68
RM. A. B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945: Memuat Salinan Otentik Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-Oesaha Persiapan Kemerdekaan Jakarta:
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009, h.38
69
Yayasan Hatta. Daulat Ra’jat: Buku 1 Tahun 1931-1932 Jakarta: Yayasan Hatta,
2002, h. 98.
Pendapat yang serupapun, perbedaan yang terdapat didalam kedaulatan rakyat Indonesia dan Kedaulatan Rakyat negara lain dinyatakan oleh Bung
Karno bahwa: “Cara pemerintahan ini sekarang menjadi cita-cita semua partai-
partai nasionalis di Indonesia. Tetapi dalam mencita-citakan paham dan cara pemerintahan demokrasi itu kaum Marhaen toch harus berhati-hati.
Artinya jangan meniru saja “demokrasi-demokrasi” yang kini dipraktekkan di dunia luaran.
70
” Perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan sejarah itu, menyebabkan
perbedaan sifat, watak dan cita-cita yang sangat mempengaruhi prinsip Kedaulatan Rakyat yang ada di Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Moh,
Hatta: “Apalagi bagi kaum tani yang turun temurun hidup di
desanya.Cita-cita Kedaulatan Rakyat mudah sekali masuk kedalam otak mereka, karena merupai pergaulan hidup yang asli, yang dapat
diketahui mereka daripada cerita dari mulut ke mulut. Pergaulan Collectivisme, suatu kelanjutan yang mestinya dari pada Kedaulatan
Rakyat, masih tinggal jadi darah daging kaum tani, yang belum dipengaruhioleh semangat Geldwirtschat.
71
”
70
Sukarno. Dibawah Bendera Revolusi Jilid Pertama Jakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1965, h. 171
71
Yayasan Hatta. Daulat Ra’jat: Buku 2 Tahun 1933-1934 Jakarta: Yayasan Hatta,
2002, h. 89.
Sedangkan Kedaulatan rakyat yang ada di Eropa Barat itu sangat besifat Individualisme, ini semua disebabkan oleh karena seperti yang di terangkan
oleh Tan Malaka: “Kalau kita pikir lagi, bahwa anggota-anggota Dewan itu asalnya
dari golongan yang tinggi yang tiada campur dengan orang banyak, tiada merasa susahnya si Kromo orang kecil, tiadalah kita sia-sia
mengatakan yang anggota Dewan bukan wakil rakyat dan tiadalah kita heran, kalau keperluan mereka itu berlawanan dengan keperluan
rakyat.
72
” Selain itu perbedaan yang mendasar antara Kedaulatan Rakyat
Indonesia dengan Kedaulatan Rakyat di negara lain, adalah sebagai berikut, seperti yang dinyatakan oleh Sukarno:
Demokrasi kita bukanlah demokrasi adu suara dalam pemungutan, bukan tempat untuk mencari popularitas dikalangan masyarakat, bukan
alat untuk memperkuda rakyat untuk kepentingan seseorang atau sesuatu partai. Demokrasi mengajak kita semua dan member
kesempatan kepada kita semua untuk bermusyawarah atas dasar terang gamblang yaitu bagaimana melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat,
bagaimana memperbaiki nasib penghidupan rakyat sehari-hari, bagaimana memberikan Harapan dan nanti Kenyataan kepada rakyat
tentang nasib bahagia di kemudian hari.
73
72
Tan Malaka.Parlemen atau Soviet? Jakarta: Yayasan Massa, 1987, h. 12
73
Sukarno. Dibawah Bendera Revolusi Jilid Kedua Jakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1965, h. 464
Oleh karena hasrat adu suara untuk merebut kekuasan dan mencari popularitas itulah itulah, sehingga Kedaulatan Rakyat bergeser menjadi
Kedaulatan Partai.Partai dijadikan tujuan dan Negara menjadi alatnya.
74
Sebagai falsafah bangsa, Pancasila adalah merupakan sikap keberpihakan Bangsa Indonesia di dalam membangun kehidupan berbangsa
dan bernegara dengan mendekatkan kebenaran relatif terhadap kebenaran absolutnya. Kebenaran relatif ini adalah suatu kebenaran yang berasal dari
proses ikhtiar atas pekerjaan yang dikerjakan. Sedangkan, kebenaran absolut adalah kebenaran yang telah ditetapkan dan berasal dari Allah SWT.
75
Moral Pancasila, dalam arti kata yang mengharuskan kita untuk dalam tingkah laku kita sehari-hari, baik sebagai pemegang kekuasaan yang
dikuasakan oleh Rakyat dan Negara kita, maupun sebagai rakyat biasa selalu bersedia mempertanggung jawabkan tingkah laku dan sikap tindakan kita
kepada Tuhan Yang Maha Esa; selalu menempuh cara-cara perikemanusiaan dan mengutamakan jalan musyawarah dan mufakat dengan Rakyat kita; dan
selalu memusatkan usaha ikhtiar dan daya upaya kita kepada terlaksananya kebahagiaan dan keadilan dibidang rohani dan jasmani, untuk kebesaran dan
kejayaan Jiwa Bangsa Indonesia.
76
74
Mohammad Hatta. Demokrasi Kita Jakarta: Pustaka Antara, 1966, h. 15.
75
Agus Kodri , “Pancasila Sebagai Dasar Indonesia Merdeka”, artikel diakses pada 4
oktober 2013 dari http:pejuangtanpaakhir.wordpress.com20080312pancasila-sebagai- dasar-indonesia-merdeka
76
Roeslan Abdulgani. Penjelasan Manipol dan Usdek Jakarta: Departemen Penerangan Republik Indonesia, 1960, h. 55.
Musyawarah dan demokrasi adalah merupakan dua metoda penyelesaian masalah kehidupan dunia yang berbeda.Musyawarah dapat
diartikan sebagai suatu forum tukar menukar pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam memecahkan sesuatu masalah
sebelum tiba pada suatu pengambilan keputusan.
77
Musyawarah menghasilkan suatu keputusan yang disebut mufakat. Sedangkan, demokrasi menghasilkan
suatu keputusan yang disebut penetapan pihak yang memenangkan pemilihan yang dilaksanakan.
Mufakat sebagai hasil keputusan musyawarah merupakan hasil dari suatu proses pengajuan dasar-dasar pemikiran pemecahan masalah yang
disepakati dan ditetapkan secara bersama di dalam suatu LembagaMajelis terhadap suatu persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara,
proses demokrasi selalu menetapkan pihak pemenang melalui penghitungan suara sebagai dasar keputusan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
kepanitiaan yang melaksanakan pemilihan. Oleh karena itu, proses musyawarah adalah lebih cenderung pada
penggunaan hak bicara bukan hak suara. Sehingga, musyawarah akan lebih mengandalkan kepada kemampuan keilmuan seseorang atas persoalan yang
akan dipecahkan, dan prosesnya akan mencerdaskan hadirin yang hadir terlibat.
78
Dalam menetapkan dan mencari jalan keluar dari masalah-masalah
77
Syaiful Bakhri, Ilmu Negara: Dalam Konteks Negara Hukum Modern Yogyakarta: Total Media, 2010, h. 85.
78
Agus Kodri , “Dengan Musyawarah Bukan Dengan Demokrasi membangun
Kehidupan Bangsa Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ”, artikel diakses pada 4
oktober 2013 dari http:pejuangtanpaakhir.wordpress.com2008013117
yang dihadapi itu, kita bermusyawarah, mengikutsertakan semua pihak yang berkepentingan, akan tetapi sekali keputusan bersama diambil berdasarkan
hasil musyawarah, maka tidak seorangpun, tidak satu golonganpun boleh ingkar terhadap putusan tadi.
79
Adapun proses demokrasi adalah lebih cenderung menggunakan hak suara daripada hak bicara. Sehingga, proses ini akan lebih ditentukan oleh
kekuatan ikatan primordial seseorang terhadap seseorang baik secara individu maupun secara kelompok atau organisasi. Sehingga, transfer ilmu
pengetahuan sebagai suatu proses pencerdasan bangsa akan sangat lemah terjadi.
80
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa proses musyawarah akan membentuk seseorang lebih menjadi pemimpin, sedangkan proses demokrasi
lebih cenderung membentuk seseorang menjadi penguasa. Hal ini dapat dijelaskan dari pemahaman bahwa hanya seseorang yang memahami sejarah
dan masa depan kehidupan Bangsa dan Negara Republk Indonesia yang layak ditetapkan untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Ini hasil dari proses
musyawarah. Tetapi, proses demokrasi lebih memaksakan seseorang menduduki suatu jabatan tertentu tanpa melihat kemampuan atau kapasitas
keilmuan orang yang dicalonkan tersebut.
81
79
Krissantono, Ed. Pandangan Presiden Soeharto Tentang Pancasila Jakarta: CSIS, 1976, h. 61
80
Agus Kodri , “Dengan Musyawarah Bukan Dengan Demokrasi”.
81
Ibid.
Menurut Muhammad Yamin, adat tiga hal didalam dasar permusyawaratan itu meberi kemajuan pada ummat yang hidup dalam negara
dilindungi oleh kebesaran Ketuhanan: 1 Karena
dengan dasar
musyawarat itu
manusia memperhalus perjuangannya dan bekerja diatas jalan
Ketuhanan dengan
membuka pikiran
dalam permusyawaratan sesama manusia.
2 Oleh permusyawaratan, maka negara tidaklah dipikul oleh seorang manusia atau pikiran yang berputar dalam
otak sebuah kepala, melainkan dipangku oleh segala golongan, sehingga negara tidak berpusing disekeliling
seorang insan, melainkan sama-sama membentuk negara sebagai suatu batang tubuh, yang satu-satu cel
mengerjakan kewajiban
atas permufakatan
yang menimbulkan perlainan atau perbedaan kerja, tetapi untuk
kesempurnaan seluruh badan. 3 Permusyawaratan mengecilkan atau menghilangkan
kekhilafan pendirian atau kelakuan orang seorang, permusyawaratan membawa negara kepada tindakan yang
betul segala kesesatan.
82
82
Muhammad Yamin,Naskah Persiapan UUD 1945 Jilid Pertama Jakarta: Siguntang, 1971, h. 85.
Dalam Al-Quran beberapa ayat yang menggariskan prinsip
musyawarah. Salah satunya terdapat dalam surat Asy- Syura42:38: “adapun
urusan kemasyarakatan diputuskan dengan musyawarah antara mereka”. Ayat ini menggambarkan bahwa dalam setiap persoalan yang menyangkut
masyarakat atau kepentingan umum Nabi selalu mengambil keputusan setelah melakukan musyawarah dengan dengan para sahabatnya.
83
Prinsip musyawarah-pun diterangkan pula di surat lain, yaitu seperti surat Ali Imran
ayat 159, sebagai berikut:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
83
Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Diihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah dan Masa
Kini Jakarta: Kencana, 2007, h. 111.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.
Dalam ajaran Al-Quran, dilihat dari hasil dan daya ikat keputusannya, “musyawarah” ada dua macam; Pertama musyawarah yang hasilnya bersifat
mengikat mulzimah atas para pihak yang terlibat, baik langsung dalam proses musyawarah sebagai peserta, maupun secara tidak langsung melalui
perwakilannya. Musyawarah katagori ini, sebagaimana dimaksudkan dalam Al-Quran surat Asy-Syura ayat 38 di atas, adalah musyawarah untuk
mengambil keputusan bersama diantara pihak yang memiliki kedudukan sosial yang sama atau setara. Kedua, musyawarah yang dimaksudkan untuk
mencari masukankonsultasi danatau sosialisasi suatu kebijakan dari seseorang pemimpin dengan staf atau anak buahnya.
84
Berdasarkan perjalanan sejarah bangsa, Bangsa Indonesia terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda di dalam Kongres Pemuda
II, yang telah dilaksanakan oleh pemuda-pemuda yong-yong yang berasal dari pulau dan kepulauan yang ada di wilayah Indonesia. Kelahiran Bangsa
Indonesia adalah merupakan suatu bentuk perjuangan kebangsaan yang dilaksanakan oleh Orang-orang Bangsa Indonesia Asli untuk mengangkat
harkat dan martabat hidup kaum pribumi yang merupakan kelompok masyarakat kelas terbawah.Kelompok kelas masyarakat di atasnya terdiri dari
kaum ningrat pribumi dan para pedagang dari Asia Timur, seperti Cina,
84
Masdar Farid Mas’udi, Syarah Konstitusi UUD 1945 dalam Prespektif Islam Jakarta: Pustaka Alvabet, 2011, h. 58-59.
India, dan Arab.Adapun kelompok masyarakat kelas teratas adalah bangsa Belanda dan orang-orang bangsa Eropa lainnya.
85
Setelah Bangsa Indonesia terlahir, perjuangan kebangsaan berikutnya adalah merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia.Perjuangan ini dilakukan
oleh Orang-orang Bangsa Indonesia Asli dan dibantu oleh bangsa-bangsa asing yang tinggal dan hidup di wilayah Indonesia. Sehingga, setelah
kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, atau setelah hampir 17 tahun sejak Bangsa Indonesia terlahir, Negara
Republik Indonesia kemudian dibentuk, yaitu tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945.
86
Proses Musyawarah-Mufakat telah melahirkan Bangsa Indonesia dan tercapainya kemerdekaan Bangsa Indonesia serta telah membentuk
NKRI.Oleh karena
itu, Musyawarah-Mufakat
merupakan Jatidiri
Bangsa.Sehingga,proses Musyawarah-Mufakat harus menjadi metoda yang selalu digunakan di dalam menetapkan kebijakan Bangsa Indonesia dan
NKRI.
87
85
Agus Kodri , “Hilangnya Pancasila Penyebab Hilangnya Bangsa Indonesia dan
Hancurnya NKRI
”, artikel
diakses pada
4 oktober
2013 darihttp:pejuangtanpaakhir.wordpress.com20090928hilangnya-pancasila-penyebab-
hilangnya-bangsa-indonesia-dan-hancurnya-nkri
86
Ibid.
87
Agus Kodri, “Tumbuhnya Demokrasi Makna Surutnya Kehidupan Bangsa
Indonesia dan Terancamnya kesinambungan NKRI ”, artikel diakses pada 4 oktober 2013 dari
http:pejuangtanpaakhir.wordpress.com20080304tumbuhnya-demokrasi-makna-surutnya- kehidupan-bangsa-indonesia-dan-terancamnya-kesinambungan-nkri
B. Calon Presiden dan Wakil Presiden Independen Dalam Pemilihan