30 4.
Secara psikologis, perunding yang menggunakan teknik ini menganggap perinding lain sebagai musuh atau lawan.
5. Menggunakan cara-cara yang berlebihan dan melemparkan tuduhan-tuduhan
dengan tujuan menciptakan ketegangan dan tekanan terhadap pihak lawan.
16
B. Pandangan Umum Arbitrase
1. Pengertian Arbitrase
Arbitrase, merupakan cara penyelesaian sengketa diluar peradilan, berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak dan dilakukan oleh arbiter yang
dipilih dan diberi kewenangan mengambil keputusan.
17
Menurut Black’s Law Dictionary , arbitration
adalah “a method of dispute resolution involving one or more neutral third parties who are agreed to by disputing parties and whose decision is
binding”. Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae: Belanda-Indonesia, bahwa “arbitrage” adalah “penyelesaian suatu perselisihan oleh seorang atau lebih
juru pisah yang harus memutus menurut hukum yang berlaku atau berdasar keadilan ”. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 1 undang-undang No.30 tahun 1999, arbitrase atau
wasit adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa. Arbitrase digunakan untuk mengantisipasi perselisihan yang mungkin terjadi maupun yang sedang mengalami perselisihan yang tidak dapat
16
Sudiarto dan Zaeni Asyhadie, Mengenal Arbitrase Salah Satu Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. H 12
17
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, Cetakan ke-1. h 2
31 diselesaikan secara negosiasikonsultasi maupun melalui pihak ketiga serta untuk
menghindari penyelesaian sengketa melalui badan peradilan yang selama ini dirasakan memerlukan waktu yang lama. arbitrase sangat berbeda dengan mediasi
konsiliasi. Perbedaan pokoknya terletak pada fungsi dan kewenangannya, yakni : a.
Arbiter diberi kewenangan penuh oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa.
b. Untuk itu arbiter arbitral tribunal berwenang mengambil putusan yang
lazim disebut award. c.
Sifat putusan langsung final and binding final dan mengikat kepada para pihak.
18
Hakikat dari arbitrase adalah masalah yuridiksi. Manakala para pihak telah memilih tatacara arbitarase untuk menyelesaikan perselisihan mereka maka
pengadilan negeri tidak lagi memiliki yuridiksi untuk menangani perkara itu. Melalui arbitrase, para pihak mempercayakan penyelesaian perselisihan mereka kepada suatu
badan yang bersifat independen yang memiliki wewenang untuk menjatuhkan suatu putusan yang harus ditaati oleh pihak-pihak yang bersengketa. Keputusan yang
bersifat pasti dan tetap. Dengan demikian, terhadap keputusan arbitrase tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum banding, kasasi, atau peninjauan
kembali. Alasan utama para pihak memilih cara arbitrase untuk menyelesaikan perselisihan bukanlah sekedar karena cepatnya proses atau murahnya biaya yang
18
Ibid, h 20-21
32 harus dikeluarkan, yang banyak tergantung dari rumit tidaknya perkara, tetapi dari
kecakapan dan keahlian para arbiternya, terutama dalam menangani perkara-perkara yang memerlukan pengetahuan teknis yang bersifat khusus. Arbiter yang
bersangkutan sepenuhnya menguasai permasalahan yang menjadi sengketa.
19
2. Sejarah Arbitrase