Dasar Hukum Arbitrase Pandangan Umum Arbitrase

34 Proses atau tata cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini, dalam praktiknya sudah lama dikenal di Indonesia . Bahkan, sebelum kemerdekaan pun penyelesaian sengketa lewat arbitrase ini sudah lama dikenal, misalnya dalam bidang perburuhan dikenal penyelesaian perselisishan perburuhan lewat arbitrase. Dalam bidang perdagangan, setelah kemerdekaan ada beberapa badan arbitrase tetap yang didirikan oleh berbagai perkumpulan organisasi perdagangan Indonesia yang sekarang tentu saja tidak aktif lagi. Badan-badan arbitrase yang dimaksudkan itu adalah badan arbitrase yang didirikan oleh : a. Organisasi Eksportir Hasil Bumi Indonesia, di Jakarta. b. Organisasi Asuransi Kebakaran Indonesia, di Jakarta. c. Organisassi Kecelakaan Indonesia, di Jakarta. 22

3. Dasar Hukum Arbitrase

Janggal rasanya membicarakan permasalahan arbitrase tanpa mengetahui sumber hukum yang mengatur keberadaan arbitrase itu sendiri dalam system tata hukum Indonesia. Oleh karena itu, secara ringkas perlu dijelaskan sumbernya lebih dulu, agar tahu persis landasan titik tolak jika seseorang berbicara tentang arbitrase. Hal itu didasarkan pada suatu asumsi, bahwa dikalangan praktisi hukum, apalagi dikalangan masyarakat awam, masih banyak yang belum tahu tempat rujukan ketentuan yang menyangkut arbitrase dalam kehidupan tata hukum Indonesia. Itu 22 Sudiarto dan Zaeni Asyhadie, Mengenal Arbitrase Salah Satu Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. h 28 35 sebabnya sering ditemukan sikap dan perilaku yang memperlihatkan keraguan dan ketidakpastian dalam menerapkan ketentuan yang berkenaan dengan kasus arbitrase. Pasal 337 HIR menjadi landasan titik tolak keberadaan arbitrase dalam kehidupan dan praktek hukum. Pasal ini menegaskan kebolehan para pihak yang bersengketa : a. Menyelesaikan sengketa melalui “juru pisah” atau “arbitrase”. b. Dalam arbitrase diberi fungsi dan kewenangan untuk menyelesaikannya dalam bentuk “keputusan”. c. Untuk itu, baik para pihak maupun arbitrator atau arbiter, “wajib” tunduk menuruti peraturan hukum acara yang berlaku bagi bangsa atau golongan eropa. 23 Dengan mengkaji dasar-dasar hukum arbitarse, dasar hukum yang digunakan untuk berarbitrase baik dalam kerangka arbitrase nasional maupun internasional, adalah : a. UU No.30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa umum. b. UU No.5 tahun 1968 tentang persetujuan atas konvensi tentang penyelesaian perselisihan antara negara dan warga negara asing mengenai pananaman modal. c. Keptusan presiden nomor 34 tahun 1981 tentang pengesahan konvensi new york 1958. 23 M Yahya Harahap, Arbitrase, Jakarta: Pustaka Kartini, 1991, Cetakan ke-1.h22-23 36 d. Peraturan mahkamah agung No.1 tahun 1990 mengenai peraturan lebih lanjut pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase asing. 24 Perkara-perkara ekonomi syariah yang terjadi diantara para pihak, posisi fatwa DSN tidak menjadi prioritas karena anggapan sifatnya yang tidak megikat. Baik hakim, arbiter, maupun pengacara tetap memposisikan peraturan perundang- undangan yang bersifat mengikat berada pada posisi diatas dibandingkan fatwa DSN. Pandangan perlunya DSN untuk menjadi lembaga Negara menjadi sesuatu hal yang penting. Bilamana menjadi lembaga Negara, fatwa yang dihasilkan akan menjadi suatu peraturan yang bersifat mengikat. 25

4. Mekanisme Arbitrase